Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik


Dengan Dosen Pembimbing Ibu Lingling Marinda Palupi, S.Kep.Ns,M.Kep

Oleh:
Nama : Farhah Nahdia Kamilah
NIM : P17220193026

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. MASALAH KEPERAWATAN
Pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

B. DEFINISI
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh
bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan.Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan
masukan, pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur
melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain

Cairan tubuh merupakan bagian yang penting dari tubuh. Keberadaannya


didalam tubuh tidak hanya terdiri dari air, tetapi juga elektrolit dalam
jumlah tertentu. Kondisi kehilangan cairan atau kelebihan volume cairan
memiliki dampak negative bagi hemosatis tubuh. Cairan tubuh
mengelilingi sel diseluruh tubuh dan cairan juga berada di dalam sel.
Cairan tubuh yang mengandung elektrolit seperti natrium dan kalium serta
memiliki derajat keasaman. Cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam
basa dalam tubuh diperlukan untuk mempertahankan kesehatan dan fungsi
seluruh sistem tubuh. Yoost and Crawford (2015).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan kunci utama dalam
mempertahankan homeostatis tubuh dan memegang peranan penting
dalam melindungi fungsi sesluler, perfusi jaringan, dan keseimbangan
asam basa. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam
setiap pengelolaan kondisi klinis klien. Ketidakseimbangan elektrolit harus
dipertimbangkan sebagai kombinasi dari kondisi penyakit yang
berhubungan dan pemeriksaan yang dilakukan harus bertujuan untuk
mengklarifikasi keadaan untuk mencapai pengobatan yang sukses dan
efektif. Kondisi ketidakseimbangan elektrolit yang paling sering adalah
kondisi kelebihan dan kekurangan natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium. Balci et al (2013).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Menurut Tamsuri (2009), secara umum, faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolic, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertumbuhan memiliki poporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan
anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolic yang tinggi serta
kondisi ginjal mereka yang belum matur dibandingkan ginjal orang
dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh
masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan keluaran
cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal dilingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada setiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu, lingkungan,
tingkat metabolism, dan usia. Orang yang bekerja dilingkungan yang
bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter
sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada
dilingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada di tempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa
berada dilingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter
perjam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asuhan cairan dan elektrolit.
Jika asupan makanan tidak adekuat atau tidak seimbang, tubuh
berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpangan glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan
kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan
tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan
onkotik plasma juga menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari
intravascular ke interstitial sehingga terjadi edema di interstisial.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme
ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu, stress jga
menyebabkan peningkatan produksi hormone antidiuretic yang dapat
mengurangi produksi urin.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dari sel/jaringan yang rusak (mis. Luka robek atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastroinstestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan poma jantung yang
menurun, tubuh akan melakukan “penimbunan” cairan dan natrium
sehingga menjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hypervolemia). Lebih lanjut kondisi ini dapat menyebabkan edema
paru.
Normalnya urin akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa
dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi
cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urin akan
meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kurang cairan, ginjal akan
menurunkan produksi urin dengan berbagai cara. Diantaranya
peningkatan reabsorpsi tubulus retensi natrium, dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk
melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis. Gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi
urin kurang dari 400 ml/24 jam).
7. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh. Akibatnya, terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan
diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikosteroid dapat pula menyebabkan
retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan berisiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak
darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupa cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormone ADH
selama masa stress akibat obat-obat anesthesia.

D. DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Seluruh cairan tubuh manusia didistribusikan diantara dua kompartemen
utama, yaitu ekstraseluler dan intraseluler. Cairan ekstraseluler
dikelompokkan lagi dalam dua bentuk, yaitu cairan interstisial dan cairan
intravascular. Selain dua kelompok utama diatas, ada juga sejumlah kecil
cairan yang disebut sebagai cairan transeluler. Kompartemen ini meliputi
cairan dalam rongga synovial, peritonium, pericardium, dan intraocular
serta cairan serebrospinal. Secara umum, volume cairan transeluler sekitar
1-2 liter.

Jumlah cairan tubuh pada individu dewasa dengan berat badan 70 kg


adalah sekitar 42 kg (60% x 70kg). proporsi cairan ini dapat berubah-ubah
bergantung pada kondisi. Berdasarkan usia didapat bahwa kompartemen
cairan berubah-ubah setiap saat. (Tamsuri, 2009).

E. KOMPARTEMEN CAIRAN
1. Kompartemen cairan intraseluler
Jumlah cairan intraseluler sekitar 2/3 dari jumlah total cairan tubuh
(67%) dan terdapat dalam sekitar 75 trilium sel tubuh. Besarnya
konsentrasi dari jumlah zat terlarut dalam masing-masing sel berubah-
ubah, bergantung pada jenis sel yang ada. Akan tetapi, secara umum
dapat dianggap sama. Cairan intraseluler mengisi 40% dari berat tubuh
manusia.
2. Kompartemen cairan ekstraseluler
Seluruh cairan di luar sel disebut sebagai cairan ekstraseluler. Cairan
ini mengisi 20% dari berat tubuh atau memenuhi 1/3 dari jumlah total
cairan tubuh. Cairan ekstraseluler dikelompokkan menjadi plasma dan
cairan interstisial. Plasma mengisi ¼ dari volume cairan ekstraseluler,
sedangkan sisanya diisi cairan interstisial.
3. Volum darah
Darah terdiri atas cairan ekstraseluler (cairan plasma) dan cairan
intraseluler (cairan dalam sel darah merah). Akan tetapi, darah
dianggap sebagai kompartemen yang terpisah karena terdapat dalam
ruang tersendiri. Volume darah penting artinya bagi sirkulasi cairan
tubuh lainnya (Tamsuri,2009).

F. CARA PERPINDAHAN CAIRAN TUBUH


1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas,
atau zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila
dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi
air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada faktor
ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperature cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat disbanding


molekulkecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan kosentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan
dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan
molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane
semipermeable biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah
zat pelaryt, sedangkan solven adalah larutannya. Air merupakan
solven, sedangkan garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan


menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan peting dalam
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga
jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda didalamnya
dimasukka sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan
sama yang akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9%
merupakan larutan isotonic karena larutan Nacl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam sistem vascular. Larutan isotonic
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan lartan
yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah
disbanding intrasel.

3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang
dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang
keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengarui
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik

4. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
traspor aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi
dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk mempertahankan
natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. (Uliyah dan Hidayat, 2021).

G. PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN


Menurut Tambayong, J. (2001), pengaturan keseimbangan air terjadi
melalui rasa haus, ADH, aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. Rasa haus
Rasa haus didefinisikan sebagai keinginan secara sadar terhadap air,
adalah prinsip pengatur masukan air. Rasa haus biasanya terjadi
pertama kali bila osmolalitas plasma mencapai kira-kira 295mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus di hipotalamus sensitive
terhadap perubahan osmolalitas cairan ekstrasel ini. Bila osmolalitas
meningkat, sel mengkerut dan sensasi rasa haus dialami sebagai akibat
dari dehidrasi. Keadaan ini merangsang rasa haus melalui mekanisme
sebagai berikut :
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan renin, yang
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II. Angiotensin II
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab untuk meneruskan sensasi haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotic dan mengaktivasi syaraf yang mengakibatkan sensasi rasa
haus.
c) Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local dari mulut pada
status hyperosmolar, atau ini dapat terjadi untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman yang diakibatkan oleh penurunan
saliva.
2. Hormon antidiuretic (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Sekresi dapat
juga terjadi pada stress, trauma, pembedahan, nyeri, dan beberapa
anestetik dan obat-obatan. Hormone ini meningkatkan reabsorpsi air
pada ductus koligentes, dengan demikian menghemat air untuk
memperbaiki osmolalitas dan menyimpan volume cairan ekstrasel.
3. Aldosterone
Hormone ini, yang disekresi oleh kelenjar adrenal, bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium
ini berakibat retensi air. Penglepasan aldosterone dirangsang
perubahan konsentrasi kalium, oleh kadar natrium serum, dan oleh
sistem angiotensin-renin. Biasanya sekresi aldosterone diatur oleh
konsentrasi kalium dan sangat efektif dalam mengendalikan
hyperkalemia.
4. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan, dan berfungsi dalam respons radang, dalam pengendalian
tekanan darah, dalam kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal.
Dalam ginjal, prostaglandin ginjal berperan mengatur sirkulasi ginjal,
responsi natrium, dan efek ginjal pada ADH.
5. Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air, sehingga
volume darah naik dan terjadi retensi natrium. Oleh karena itu,
perubaha dalam kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan cairan.

H. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN


Permasalahan yang terjadi pada gangguan keseimbangan cairan yaitu:
1. Ketidakseimbangan volume cairan
 Hipovolemia
Menurut Heitz, U., & Horne, MM (2012) Penipisan volume cairan
ekstraselular (CES) disebut “hypovolemia” ini terjadi karena
kehilangan melalui kulit, GI, dan ginjal abnormal; perdarahan;
penurunan masukan atau perpindahan cairan ke spasium ketiga
nonekuilibrium.
Kekurangan volume ekstraseluler didefinisikan sebagai kehilangan
cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik
seringkali diistilahkan dehidrasi yang seharusna dipakai untuk
kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan
hipernatremia
Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan
cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah
untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
Tanda dan Gejala
 Gejala dan tanda mayor :
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membrane mukosa kering
- Volume urin meurun
- Hematocrit meningkat
 Gejala dan tanda minor:
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
- Pengisian vena menurun
- Tatus mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- Berat badan turun tiba-tiba

 Hipervolemia
Menurut Heitz, U., & Horne, MM (2012) penambahan volume
CES disebut “Hipervolemia”. Ini terjadi kapan saja jika terdapat
(1)s stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air; (2)
fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air;
(3) kelebihan pemberian cairan IV; atau (4) perpindahan cairan
interstisial ke plasma. Hypervolemia dapat menimbulkan gagal
jantung dan edema pulmoner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskular. Mekanisme kompensasi untuk
hypervolemia meliputi pelepasan peptide natriuretic atrium (PNA),
menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskesi natrium dan air oleh
ginjal dan penurunan pelepasan aldosterone dan ADH.
Abnormalitas pada homeostatis elektrolit, keseimbangan asam-
basa, dan osmolalitas sering menyertai hypervolemia.
Patofisiologis

Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam


kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena
adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum
masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan
oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan
terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Tanda dan gejala
 Gejala dan tanda mayor:
- Ortopnea
- Dyspnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
- Edema anasarca dan/atau edema perifer
- Berat badan meningkat dalam waktu singkat
- Jugular venous pressure (JVP) dan/atau Cental Venous
Pressure (CVP) meningkat
- Reflex hepatojugular positif
 Gejala dan tanda minor :
- Distensi vena jugularis
- Terdengar suar napas tambahan
- Hepatomegaly
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
- Kongesti paru

2. Ketidakseimbangan elektrolit
 Hiponatremia
Patofisiologi
Kekurangan natrium serum diakibatkan oleh kehilangan actual
natrium cairan tubuh atau karena penambahan yang berlebihan
dalam air ekstraseluler yang mengencerkan konsentrasi natrium.
Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh masukan natrium
yang tidak adekuat, tetapi diuretic, insufisiensi adrenal, dan
pemberian larutan hipotonik untuk menggantikan kehilangan cairan
melalui diaphoresis, muntah, atau penghisapan gastrointestinal.
Kondisi yang dapat mengakibatkan penambahan cairan adalah
polydipsia psikogenik, pengeluaran air tidak adekuat akibat dari
penyakit ginjal atau lesi otak, dan pemberian larutan hipotonik
setelah prosedur atau trauma bedah. (Tambayong,2001).
Tanda dan Gejala :
- Sakit kepala
- Linglung
- Mual dan muntah
- Lemas dan lelah
- Kram atau lemah otot
- Gelisah dan mudah marah
- Kejang
- Penurunan kesadaran

 Hipernatremia
Patofisiologi
Kelebihan natrium serum diakibatkan oleh penurunan masukan
atau peningkatan keluaran air. Mencerna natrium berlebihan dapat
juga menyebabkan ketidakseimbangan ini. Kondisi yang
menyebabkan hipernaremia meliputi kerusakan sensasi haus,
disfagia, diaphoresis berat, diare, polyuria karena diabetes
insipidus, kehilangan air berlebihan dari paru-paru dan pemberian
larutan hipertonik berlebihan. Sel mengakisut dan terjadi dehidrasi
saat air berpindah dari CIS ke CES untuk mengkompensasi
kelebihan air. Sel otak sangat sensitive terhadap ketidakseimbangan
ini. (Tambayong,2001)
Tanda dan gejala :
- Rasa haus
- Lemah
- Mual
- Kehilangan nafsu makan yang kuat. 
- Kebingungan
- Kedutan otot
- Pendarahan di dalam atau di sekitar otak.

 Hipokalemia
Patofisiologi
Kekurangan kalium serum dapat disebabkan oleh adanya hal
berikut : kekurangan masukan, penggunaan diuretic pembuang-
kalium, prosedur bedah gastroinstestinal berlebihan,
hiperaldosteronisme, malnutrisi, dan trauma atau luka bakar.
Hypokalemia mempengaruhi berbagai sistem. Pada sistem
gastrointestinal, anoreksia, muntah, dan ilius paralitik dapat terjadi.
Pada otot, flaksiditas dan kelemahan dapat ditunjukkan dan dapat
menimbulkan kelemahan otot pernapasan dan henti napas.
Disritmia jantung umum terjadi, takikardia ventrikel dan henti
jantung dapat terjadi bila kadar sangat rendah. Depresi sistem saraf
pusat dan penurunan reflex tendon profunda juga dapat terlihat.
Hypokalemia menyebabkan penurunan kemampuan tubulusginjal
untuk mengkonsentrasikan sisa, yang menimbulkan peningkatan
kehilangan air. Hypokalemia menyebabkan peningkatan
sensitivitas pada digitais dan dapat mencetuskan efek toksisitas
digitalis pada individu yang menggunakan preparat obat ini.
Hypokalemia meningkatkan automatisasi dan dapatmencetuskan
fibrilasi ventrikel pada jantung. (Tambayong,2001)
Tanda dan gejala :
- Konsentrasi kalium serum 2,5-3 mEq / L (Nl: 3,5-5,0 mEq /
L)
- Kelemahan otot
- Mialgia
- Kram otot (karena terganggu fungsi otot rangka), dan
sembelit (dari terganggu fungsi otot halus).
- Hyporeflexia flaccid paralysis

 Hiperkalemia
Patofisiologi
Kelebihan kalium biasanya akibat dari disfungsi ginjal sementara
atau permanen. Kelebihan ini sering kali terjadi dalam kaitannya
dengan gagal ginjal. Kelebihan ini juga dapat terjadi sementara
(dengan fungsi ginjal normal) setelah trauma jaringan mayor atau
setelah tranfusi cepat darah yang disimpan di bank darah. Obat
tertentu atau kelebihan masukan kalium dapat juga menyebabkan
hyperkalemia. Hyperkalemia terjadi bila sampel darah dibiarkan
mengalami hemolysis. Hyperkalemia terutama mempengaruhi
kardiovaskular. Penurunan potensial membrane menyebabkan
penurunan pada intensitas potensial aksi, yang mengakibatkan
jantung dilatasi atau flaksid.(Tambayong, 2001)
Tanda dan gejala :
- Lemas atau lemah otot
- Mual dan muntah
- Kesemutan dan mati rasa
- Nyeri dada
- Gangguan pernapasan
- Jantung berdebar
- Kelumpuhan
- Henti jantung yang dapat menyebabkan kematian

 Hipokalsemia
Patofisiologi
Bila kadar kalsium menurun, efek pemblokan dari kalsium
terhadap natrium juga menurun. Sebagai akibat, depolarisasi sel
yang dapat dirangsang terjadi lebih cepat bila natrium bergerak
masuk. Karenanya, bila kadar kalsium rendah, meningkatkan
eksitabilitas sistem saraf pusat dan terjadi spasme otot. Konvulsi
dan tetani dapat terjadi.
Akibat hipokalsiemia adalah spasme dan tetani, peningkatan
motilitas gastrointestinal, masalah kardiovaskular, dan
osteoporosis. Tetani otot merupakan keadaan yang umum sekaligus
berbahaya, khususnya bila melibatkan spasme laring. Masalah
jantung akibat hipokalsemia adalah penurunan kontraktilitas
jantung, dan kadang-kadang gejala gagal jantung. (Tambaynong,
2001)
Tanda dan gejala :
- Kebingungan atau kehilangan ingatan
- Kejang otot
- Mati rasa dan kesemutan di tangan, kaki, dan wajah
- Depresi dan halusinasi
- Kram otot
- Kuku lemah dan rapuh
- Mudah patah tulang

 Hiperkalsemia
Patofisiologi
Kadar kalsium yang berlebihan meningkatkan peghambatan efek
pada natrium dalam otot skelet. Hal ini menimbulkan penurunan
eksitabilitas baik pada otot dan saraf, yang akhirnya menimbulkan
flaksiditas. Hiperkalsemia dihubungkan dengan penurunan kadar
fosfat. Penyebab utama adalah hiperparatiroidisme, yang
menimbulkan peningkatan hormone paratiroid, yang
meningkatkan ambilan kalsium dari tulang ke dalam sirkulasi
darah. Hyperkalemia menyebbkan kelemahan otot skelet,
anoreksia, mual dan muntah, konstipasi, penurunan berat badan,
dan peningkatan ekskresi kalsium dalam urin. Peningkatan
kalsium sirkulasi dapat disimpan di mana saja, teapi ginjal adalah
yang paing rentan. Dsposisi kalsium dapat mengakibatkan batu
ginjal. (Tambayong,2001)
Tanda dan gejala :
- Haus yang berlebiha
- Buang air kecil berlebihan
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Sakit perut
- Nafsu makan menurun
- Sembelit
- Dehidrasi
- Nyeri tulang
- Nyeri otot
- Kebingungan mental (linglung), gampang lupa, mudah
tersinggung
- Berat badan menurun
- Rasa sakit antara punggung dan perut bagian atas di salah
satu sisi karena batu ginjal
- Detak jantung abnormal
- Osteoporosis
- Masalah otot: kedutan, kram, dan kelemahan
- Patah tulang

 Hipofosfatemia
Patofisiologi
Melalui tiga mekanisme : penurunan absorpsi usus, peningkatan
ekskresi urin, dan peningkatan ambilan pada tulang.
Hipofosfatemia terjadi pada alcoholism, malnutrisi, ketoasidosis
diabetic, dan hipertiroidisme (Tambayng, 2001).
Tanda dan gejala :
- Anoreksia
- Pusing
- Parestesi
- Kelemahan otot
- Gejla neurologis samar

 Hiperfosfatemia
Patofisiologi
Hiperfosfatemia dapat terjadi dalam ginjal atau bila kadar hormone
paratiroid menurun. Hiperfosfatemia juga dapat terlihat pada
kelebihan masukan oral atau penyalahgunaan laksatif pengandung
fofat. Tranfusi dengan darah simpanan dan pemecahan terbalik
dengan fosfat. (Tambayong,2001)
Tanda dan gejala :
- Mual dan muntah
- Tubuh terasa lemas
- Sesak napas
- Gelisah dan susah tidur
- Nyeri tulang dan sendi
- Otot kaku
- Nafsu makan berkurang
- Kulit gatal-gatal dan kemerahan
- Kesemutan

 Hypomagnesemia
Patofisiologgi
Pennyebab paling umum dari penurunan magnesium serum adalah
teralu banyak minum alcohol. Penyebab lain adalah malnutrisi,
diabetes melitus, gagal hati, absorpsi usus buruk.
Tanda dan gejala
- Mual.
- Muntah.
- Kelelahan.
- Nafsu makan menurun.
- Kram otot

 Hypermagnesemia
Patofisiologi
Kondisi ini jarang tetapi dapat terjadi pada individu dengan gagal
ginjal, khususnya bila mereka mengkonsumsi antasida pengandung
magnesium. Hypermagnesemia dapat terjadi sebagai akibat dari
terapi untuk toksemia kehamilan atau persalinan premature.
Tanda dan gejala :
- Mual. Muntah.
- Gangguan sistem saraf.
- Tekanan darah rendah yang abnormal (hipotensi)

I. PATHWAY
ASKEP TEORI
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal
masuk kamar dan penanggung jawab
B. Riwayat Kesehatan
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangancairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
C. Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1). Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2). Feses : Jumlah dan konsistensi
3). Muntah
4). Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan,
otot, tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah
E. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.

II. DIAGNOSA
- (D.0022) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
- (D.0039) Risiko Ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan
kelebihan volume cairan
- (D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
III. INTERVENSI

Intervensi
Hari/Tanggal Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

- Periksa tanda-tanda
hipervolemia
- Identifikasi penyebab
hipervolemia
- Monitor status
Setelah dilakukan tindakan
hemodinamik
keperawatan …x 24 jam
- Monitor intake an output
keseimbangan cairan klien
(D.0022) Hipervolemia berhubungan dengan cairan
meningkat dengan kriteria hasil
kelebihan asupan natrium - Monitor tanda
- Edema menurun
hemokonsentrasi
- Berat badan membaik
- Timbang berat badan
- Asites menurun
setiap hari pada waktu
yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Identifikasi tanda dan
gejala penurunan kadar
kalium
- Monitor irama jantung,
frekuensi jantung, dan
EKG
- Monitor intake dan
Setelah dilakukan tindakan output cairan
(D.0039) Risiko Ketidakseimbangan elektrolit keperawatan …x 24 jam - Monitor kadar kalium
dibuktikan dengan kelebihan volume cairan keseimbangan elektrolit klien serum dan/atau urin
meningkat dengan kriteria hasil: - Pasang monitor jantung
- Serum kalium meningkat - Berikan suplemen
kalium
- Hindari pemberian
kalium secara
intramuskuler
- Anjurkan modifikasi diet
tinggi kalium
- Periksa tanda dan gejala
Setelah dilakukan tindakan hypovolemia
keperawatan …x 24 jam status - Monitor intake dan
cairan klien membaik dengan output cairan
kriteria hasil : - Hitung kebutuhan cairan
- Kekuatan nadi - Berikan asupan cairan
(D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan
meningkat oral
kekurangan intake cairan
- Turgor kulit meningkat - Anjurkan
- Perasaan lemah menurun memperbanyak asupan
- Keluhan haus menurun cairan oral
- Membrane mukosa - Kolaborasi pemberian
membaik IV isotonis
DAFTAR PUSTAKA

Heitz, U., & Horne, MM (2012). Panduan Saku untuk Cairan, Elektrolit, dan
E-Book Keseimbangan Asam-Basa . Ilmu Kesehatan Elsevier

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B.,
... & Sitanggang, Y. F. (2020). Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Dasar
Manusia. Yayasan Kita Menulis.

Tambayong, J. (2001). Patofisiologi. EGC.

Tamsuri, A. (2009). Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. EGC

Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2021). Keperawatan Dasar 1 untuk Pendidikan


Vokasi. Health Books Publishing.

https://www.alodokter.com/hiperkalemia#:~:text=Gejala
%20Hiperkalemia&text=Namun%20bila%20kadar%20kalium
%20di,Kesemutan%20dan%20mati%20rasa

https://www.orami.co.id/magazine/dampak-hipokalsemia-kadar-kalsium-
rendah/

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/bahaya-kelebihan-kalsium-
hiperkalsemia/

https://www.alodokter.com/hipomagnesemia

https://www.halodoc.com/kesehatan/hipermagnesemia#:~:text=Gejala
%20Hipermagnesemia&text=Mual.,rendah%20yang%20abnormal
%20(hipotensi).

Anda mungkin juga menyukai