Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. V/No.

4/Apr-Jun/2016

EKSEPSI DALAM KUHAP DAN PRAKTEK š vš vP Z] vš]š • š Œ lÁ lš Œ• vPl [X ^ Œš


PERADILAN1 mengingatkan supaya terdakwa/tersangka
Oleh : Sorongan Terry Tommy2 memperhatikan segala sesuatu yang didengar
dan dilihatnya dalam sidang itu, sesudah itu
ABSTRAK Hakim Ketua akan memintakan kepada
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Penuntut Umum untuk membacakan surat
mengetahui apa alasan terdakwa atau dakwaan. Sesudah pembacaan surat dakwaan
penasehat hukumnya mengajukan eksepsi dibacakan oleh Penuntut Umum, Hakim Ketua
(keberatan) dan bagaimana bentuk putusan akan menanyakan kepada terdakwa/tersangka
hakim atas diajukannya eksepsi (keberatan) apakah ia sudah mengerti isi dari surat
oleh terdakwa atau penasehat hukum dan dakwaan. Apabila terdakwa/tersangka belum
upaya hukum terhadap putusan atas eksepsi mengerti, maka Penuntut Umum harus
(keberatan) oleh terdakwa atau penasehat memberikan penjelasan yang diperlukan
hukumnya. Dengan menggunakan metode mengenai dakwaan terhadap terdakwa. Apabila
penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. kemudian terdakwa dan penasehat hukumnya
Alasan terdakwa atau penasehat hukumnya tidak menyetujui isi daripada surat dakwaan,
mengajukan eksepsi atau keberatan sesuai maka terdakwa atau penasehat hukumnya
dengan apa yang diatur dalam ketentuan Pasal ‰ š u vP iµl v Z vš Z v š µ š vPl]• v[X
156 ayat (1) KUHAP, ada 3 (tiga) hal yaitu: Bantahan atau tangkisan terdakwa
eksepsi atau keberatan tidak berwenang terhadap surat dakwaan yang dibuat oleh
mengadili; eksepsi atau keberatan dakwaan Penuntut Umum di dalam praktek peradilan
tidak dapat diterima dan eksepsi atau keberatan o Ì]u ]• µš vP v Z l• ‰•] š µ l Œ š v[X
surat dakwaan harus dibatalkan atau batal demi Pada dasarnya, eksepsi atau keberatan adalah
hukum karena tidak memenuhi syarat materil merupakan pernyataan keberatan terdakwa
sebagaimana diatur dalam Pasal 144 ayat (2) terhadap dakwaan yang diajukan oleh Penuntut
dan ayat (3) KUHAP. 2. Bentuk putusan hakim Umum. Eksepsi atau keberatan ini selain
atas eksepsi atau keberatan yang diajukan oleh diajukan oleh terdakwa bisa juga diajukan oleh
terdakwa atau penasehat hukumnya adalah penasehat hukumnya. Alasan-alasan pengajuan
sesuai dengan Pasal 156 ayat (1) KUHAP yaitu eksepsi atau keberatan yang diajukan oleh
Œµ‰ Z‰ v š ‰ v[ v Z‰µšµ• v[ Ç vP ‰ š terdakwa atau penasehat hukumnya pada
berbentuk putusan sela dan putusan akhir .dan dasarnya meliputi: eksepsi atau keberatan
upaya hukum terhadap putusan hakim atas tentang kewenangan (kompetensi), eksepsi
eksepsi atau keberatan yang diajukan oleh atau keberatan tentang surat dakwaan tidak
terdakwa atau penasehat hukumnya dan oleh dapat diterima, eksepsi atau keberatan surat
penuntut umum adalah berupa perlawanan dakwaan kabur.3
yang diatur dalam Pasal 1 angka 12 KUHAP, Pemberian kesempatan kepada terdakwa
Pasal 149 ayat (2) KUHAP, Pasal 156 ayat (3) atau penasehat hukumnya untuk mengajukan
KUHAP dan Pasal 214 ayat (4) KUHAP, dan eksepsi atau keberatan merupakan suatu hal
bersama-sama permintaan banding yang diatur yang wajar, karena dalam hukum acara pidana
dalam Pasal 156 ayat (5) huruf a KUHAP. ]l v o • • Zpresumption of innocence (asas
Kata kunci: Eksepsi, KUHAP, Praktek Peradilan. ‰Œ µP š] l Œ• o Z•[X ^µ šµ • • Ç vP
mengatakan bahwa terdakwa dianggap tidak
PENDAHULUAN bersalah sebelum ada keputusan hakim yang
A. Latar Belakang Masalah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.4 Disisi
Proses pemeriksaan dalam persidangan, yang lain, surat dakwaan yang sudah disusun
pada permulaan sidang diawali dengan Hakim dan dibacakan oleh penuntut umum, dasar
Ketua membuka sidang, kemudian dilanjutkan
dengan Hakim ketua sidang menanyakan
3
Telaah Yuridis Pengajuan Eksepsi Oleh Terdakwa atas
Alasan Penuntutan Penuntut Umum Telah Daluarsa Dan
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Jacobus R. Implikasinya Jika Diterima Oleh Hakim Dalam
Mawuntu, SH, MH; Eske N. Worang, SH, MH Pemeriksaan Perkra Korupsi, diakses tanggal 24 Maret
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 2016 dr skripsi.blogspot.co.id.
4
110711279 Ibid.

123
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

penyusunannya adalah Berita Acara Pasal 156 ayat (1) KUHAP, ada 3 (tiga) hal
Pemeriksaan (BAP) dari keseluruhan proses dapat diajukannya eksepsi atau keberatan oleh
pemeriksaan oleh Kepolisian sebagai penyidik. terdakwa atau penasehat hukumnya, yaitu:6
Berita Acara Pemeriksaan yang tidak sempurna 1. Eksepsi atau Keberatan tidak berwenang
yang diterima oleh penuntut umum akan mengadili;
menimbulkan pembuatan surat dakwaan yang Eksepsi atau Keberatan ini dapat berupa
tidak sempurna. Surat dakwaan yang tidak ketidak wenangan mengadili, baik
sempurna akan menjadi peluang bagi terdakwa absolut (kompetensi absolut) maupun
atau penasehat hukumnya untuk merespons relative (kompetensi relative).
dengan mengajukan eksepsi atau keberatan. Mengenai Eksepsi atau Keberatan tidak
Secara hukum, eksepsi atau keberatan wenang mengadili, ada macam-macam
adalah merupakan hak dari terdakwa untuk alasan, yaitu:7
menjawab surat dakwaan dan dasar hukumnya a. tidak wenang, karena yang wenang
diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang ialah Pengadilan Militer (kompetensi
menentukan: ^ o u Z o š Œ lÁ š µ absolut, Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2002
penasehat hukum mengaajukan keberatan jo UU No. 31 Tahun 1997 tentang
bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili KUHPM);
perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima b. tidak wenang, karena yang wenang
atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka ialah majelis pengadilan Koneksitas
setelah diberi kesempatan kepada penuntut ~W • o ôõ <h, W W ^d]v l ‰] v
umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim yang dilakukan bersama-sama oleh
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk mereka yang termasuk lingkungan
• o viµšvÇ u vP u ]o l ‰µšµ• vX_ Peradilan Umum dan lingkungan
Peradilan Militer, diperiksa dan diadili
B. Rumusan Masalah oleh pengadilan dalam lingkungan
1. Apa alasan terdakwa atau penasehat Peradilan Umum kecuali jika menurut
hukumnya mengajukan eksepsi keputusan Menteri Pertahanan dan
(keberatan)? Keamanan dengan persetujuan
2. Bagaimana bentuk putusan hakim atas Menteri kehakiman perkara itu harus
diajukannya eksepsi (keberatan) oleh diperiksa dan diadili oleh pengadilan
terdakwa atau penasehat hukum dan o u o]vPlµvP v W Œ ]o v D]o]š ŒX_•8
upaya hukum terhadap putusan atas c. tidak wenang, yang wenang ialah
eksepsi (keberatan) oleh terdakwa atau Pengadilan Negeri lain (Kompetensi
penasehat hukumnya? Œ o š](U W • o ôð <h, W W ^ W vP ]o v
Negeri berwenang mengadili segala
C. Metode Penelitian perkara tindak pidana yang dilakukan
Penelitian ini adalah penelitian hukum o u Œ Z ZµlµuvÇ X_•
normatif atau penelitian hukum kepustakaan, 2. Eksepsi atau Keberatan dakwaan tidak
yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara dapat diterima;
meneliti bahan pustaka atau data sekunder Ada beberapa alasan yang dapat diajukan
belaka.5 Penelitian ini merupakan penelitian terdakwa atau penasehat hukumnya
normatif, yaitu terutama mengkaji kaidah- terhadap eksepsi atau keberatan
kaidah (norma-norma) hukum dalam hukum dakwaan tidak dapat diterima atau
positif. tuntutan Penuntut Umum tidak dapat
diterima, yaitu:9
PEMBAHASAN
A. Alasan Terdakwa atau Penasehat
Hukumnya Mengajukan Eksepsi
6
KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 260.
7
Eksepsi, diakses tanggal 22 Maret 2016, dari h-
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum acrpidana-kemahiran-2-1.pdf
8
Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 234.
9
Persada, Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Perspektif
Jakarta, 2003, hlm-13. Teoritis dan Praktik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.

124
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

a. apa yang didakwakan Penuntut Umum pidana akan tetapi termasuk


dalam surat dakwaannya telah perselisihan perdata.
kadaluarsa. (Pasal 78 KUHP: (1). 3. Eksepsi atau Keberatan Surat dakwaan
^< Á v vP v u vµvšµš ‰] v Z ‰µ• harus dibatalkan
karena daluwarsa: mengenai semua Eksepsi atau keberatan ini apabila surat
pelanggaran dan kejahatan yang dakwaan yang dibuat oleh Penuntut
dilakukan dengan percetakan sesudah Umum tidak memenuhi syarat materiil
satu tahun; mengenai kejahatan yang sebagaimana ketentuan Pasal 143 ayat
diancam dengan pdana denda, pidana (2) huruf b KUHAP yang berbunyi:
kurungan, atau pidana penjara paling ^W vµvšµš huµu u u µ š •µŒ š
lama tiga tahun,sesudah enam tahun; dakwaan yang diberi tanggal dan
mengenai kejahatan yang diancam ditandatangani serta berisi: uraian secara
dengan pidana penjara lebih dari tiga cermat, jelas dan lengkap mengenai
tahun, sesudah dua belas tahun; tindak pidana yang didakwakan dengan
mengenai kejahatan yang diancam menyebutkan waktu dan tempat tindak
dengan pidana mati atau pidana ‰] v ]šµ ]o lµl vX_13 Kadang eksepsi
penjara seumur hidup, sesudah atau keberatan ini masuk eksepsi surat
delapan belas tahun. (2). Bagi orang dakwaan obscuur libel, akibat dari
yang pada saat melakukan perbuatan penafsiran terhadap kata yang tidak
umurnya belum delapan belas tahun, lengkap, tidak jelas dan tidak lengkap.14
masing-masing tenggang daluwarsa di ^µ šµ •µŒ š lÁ v • P ] Zš] l
š • ]lµŒ vP] u vi ] • ‰ Œš]P X_•10 Œu š[ š Œi ] l Œ v ‰ Œ µ š v Ç vP
b. adanya asas nebis in idem. (Pasal 76 dirumuskan bukan merupakan tindak
KUHP: (1). Kecuali dalam hal putusan pidana atau bahkan faktanya bukan
hakim masih mungkin diulangi, orang merupakan perbuatan terdakwa, juga
tidak dapat dituntut dua kali karena karena kasus itu sudah nebis in idem atau
perbuatan yang oleh hakim Indonesia daluwarsa. < uµ ] v Zš] l i o •[ š Œi ]
terhadap dirinya telah diadili dengan bila rumusan perbuatan itu
putusan yang menjadi tetap.)11 sesungguhnya adaah akibat perbuatan
c. tidak adanya unsur pengaduan. (Pasal orang lain (perintah jabatan). Sedangkan
74 KUHP: (1). Pengaduan hanya boleh •µŒ š lÁ v Zš] l o vPl ‰[ ]• š Œi ]
diajukan dalam waktu enam bulan dalam hal tindak pidana dilakukan
sejak orang yang berhak mengadu beberapa orang namun setiap orang
mengetahui adanya kejahatan, jika berbuat tidak sempurna.
bertempat tinggal di Indonesia atau Secara materiil, suatu surat dakwaan
dalam waktu sembilan bulan jika dipandang telah memenuhi syarat
bertempat tinggal di luar apabila surat dakwaan tersebut telah
12
/v }v •] X_• memberi gambaran secara bulat dan
d. apa yang didakwakan terhadap utuh tentang:
terdakwa bukan tindak pidana 1. tindak pidana yang dilakukan;
kejahatan atau pelanggaran. 2. siapa yang melakukan tindak pidana
e. apa yang didakwakan kepada tersebut;
terdakwa tidak sesuai dengan tindak 3. dimana tindak pidana dilakukan;
pidana yang dilakukannya. 4. bilamana tindak pidana dilakukan;
f. apa yang didakwakan kepada 5. bagaimana tindak pidana itu
terdakwa bukan merupakan tindak dilakukan;
6. akibat apa yang ditimbulkan tindak
pidana tersebut (delik materil);
10
7. apakah yang mendorong terdakwa
R. Soesilo, Kitab undang-Undang hukum Pidana (KUHP)
Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
melakukan tindak pidana tersebut;
Politea, Bogor, 1996, hlm. 91.
11 13
Ibid, hlm. 89. KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 254.
12 14
Ibid, hlm. 88. Luhut Pangaribuan, Op-Cit, hlm. 125.

125
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

8. ketentuan-ketentuan pidana yang 1. Sebelum sidang dimulai, artinya setelah


diterapkan. Jaksa/Penuntut Umum melimpahkan
perkara ke Pengadilan Negeri
B. Bentuk Putusan Hakim Atas Diajukannya sebagaimana yang ditegaskan dalam
Eksepsi (Keberatan) Oleh Terdakwa atau ketentuan Pasal 148 KUHAP yang
Penasehat Hukum dan Upaya Hukum Œ µvÇ]W ^ o u Z o l šµ W vP ]o v
Terhadap Putusan Atas Eksepsi (Keberatan) Negeri berpendapat bahwa perkara
Yang Diajukan oleh Terdakwa atau pidana itu tidak termasuk wewenang
Penasehat Hukumnya pengadilan yang dipimpinnya, tetapi
1. Bentuk Putusan Hakim termasuk wewenang pengadilan negeri
Pada Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal lain, ia menyerahkan surat pelimpahan
1 angka (11) KUHAP ditentukan bahwa perkara tersebut kepada pengadilan
^Wµšµ• v ‰ vP ]o v o Z ‰ ŒvÇ š v Z l]u negeri lain yang dianggap berwenang
yang diucapkan dalam sidang pengadilan mengadilinya dengan surat penetapan
terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau Ç vP u uµ š o• vvÇ X_17
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum 2. Setelah sidang dimulai, yaitu ketika sidang
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam pertama dan atau setelah Jaksa/Penuntut
undang-µv vP ]v]X_15 Dari bunyi Pasal 1 ayat Umum selesai membacakan surat
(11) KUHAP ini dapat dikatakan bahwa, putusan dakwaan atau setelah Jaksa/Penuntut
Z l]u u Œµ‰ l v Z lZ]Œ[ Œ] ‰Œ}• • Umum selesai memberitahukan secara
persidangan pidana untuk tahap pemeriksaan lisan terhadap tindak pidana yang
di Pengadilan Negeri. didakwakan atau setelah Penuntut
Kalau menyimak bunyi Pasal 156 ayat (1) Umum selesai memberikan penjelasan
KUHAP, tidak akan didapatkan bagaimana tentang isi surat dakwaan, sebagaimana
bentuk putusan hakim untuk eksepsi atau yang telah dintrodusir dari ketentuan
keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau Pasal 156 ayat (1) KUHAP.18
penasehat hukumnya. Dalam Pasal 156 ayat (1) Tentang bentuk putusan hakim terhadap
KUHAP hanya disebutkan bahwa setelah hakim eksepsi atau keberatan yang diajukan oleh
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk terdakwa atau penasehat hukumnya yang
selanjutnya mengambil keputusan. Ini terlihat berupa ZWµšµ• v[U ‰ š ^‰µšµ• v µl v
dalam paragraf terakhir Pasal 156 ayat (1) ‰µšµ• v lZ]Œ ~Wµšµ• v ^ o •_ v ^‰µšµ• v
KUHAP. Hal ini jelas dapat menimbulkan lZ]Œ ~(]v o•_X Berdasar pada ketentuan Pasal
kebingungan bagi hakim dalam mengambil 1ñò Ç š ~í• <h, WU Z‰µšµ• v • o [ u Œµ‰ l v
keputusan untuk menghadapi eksepsi atau putusan yang belum menyinggung mengenai
keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau pokok perkaranya.19
penasehat hukumnya. Biasanya sebelum Z‰µšµ• v • o [ dijatuhkan
Dalam praktek peradilan, bentuk putusan hakim oleh hakim, proses diawali dengan pengajuan
biasanya berbentuk: eksepsi atau keberatan oleh terdakwa atau
1. Penetapan; dan penasehat hukumnya. Bisa juga pengajuan
2. Putusan: eksepsi berbarengan setelah penuntut umum
a. Putusan bukan putusan akhir (Putusan selesai membacakan dakwaan dan hakim
Sela) memberikan kesempatan kepada terdakwa atau
b. Putusan akhir.16 penasehat hukumnya untuk mengajukan
Menurut KUHAP maupun dalam prektek eksepsi atau keberatan. Selanjutnya hakim
‰ Œ ]o vU o Ì]uvÇ všµl ^W v š ‰ v_ ]v] memberikan hak/kesempatan kepada penuntut
‰ š u vP v ] •‰ l ^l š] l Á v vP v_ umum untuk menanggapi (menyatakan
pengadilan untuk mengadili perkara yang pendapat) tentang eksepsi yang diajukan oleh
diajukan, baik bersifat absolut maupun yang terdakwa atau penasehat hukumnya, dan ini
bersifat relatif. Hal ini dapat dijatuhkan melalui sudah bersifat final karena undang-undang
2 (dua) macam cara, yaitu:
17
KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 256.
15 18
KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 200. Khoirul Anwar, Op-Cit.
16 19
Lilik Mulyadi, Op-Cit, hlm. 137. Yahya Harahap, Op-Cit, hlm. 131.

126
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

tidak membuka kesempatan untuk ditanggapi untuk mengajukan permohonan peninjauan


lagi. kembali dalam hal serta menurut cara yang
‰ ]o Z l]u ^u v Œ]u l•epsi atau diatur dalam undang-undang ini._22
l Œ š v_ Ç vP ] iµl v }o Z š Œ lÁ š µ Tujuan upaya hukum ini pada pokoknya
penasehat hukumnya, maka pemeriksaan adalah untuk memperbaiki kesalahan yang
‰ Œl Œ Zš] l ]o viµšl v ~ ]Z vš]l v•[X dibuat oleh instansi yang sebelumnya dan
Penghentian atau tidak melanjutkan untuk kesatuan dalam peradilan. Dengan
‰ u Œ]l• v ]v] o Z Œ•]( š Z‰ Œu v v[U adanya upaya hukum ini, ada jaminan bagi
jika Penuntut Umum tidak mengajukan terdakwa atau masyarakat bahwa peradilan
perlawanan ke Pengadilan tinggi. Apabila hakim baik menurut fakta dan hukum adalah benar
^u v}o l l• ‰•] š µ l Œ š v_ dari dan sejauh mungkin seragam.23
terdakwa atau penasehat hukumnya, berarti Eksistensi dari upaya hukum itu tumbuh,
Pengadilan Negeri yang bersangkutan berkembang dan terlaksana apabila
berwenagn untuk mengadilinya. Pemeriksaan terdakwa/penuntut umum menolak putusan
‰ Œl Œ ZZ Œµ•[ ]o viµšl vU š] l }o Z pengadilan/hakim (Pasal 1 angka 12 serta Pasal
20
dihentikan. Putusan sela yang bersifat tidak 196 ayat (3) huruf a, b dan d KUHAP yang
final ini lazimnya dijatuhkan jika eksepsi atau berbunyi: ^^ P Œ • •µ Z ‰µšµ• v
keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau pemidanaan diucapkan, bahwa hakim ketua
‰ v • Z š ZµlµuvÇ o Z u vP v ] Z l• ‰•] sidang wajib memberitahukan kepada terdakwa
š µ l Œ š v lÁ v š] l ‰ š ]š Œ]u [ tentang segala apa yang menjadi haknya, yaitu:
š µ Z lÁ v š o u] Zµlµu[U Œš]vÇ (a). Hak segera menerima atau segera
perkara tersebut masih memungkinkan untuk menolak putusan;
dapat diajukan kembali ke persidangan. (b). Hak mempelajari putusan sebelum
d vš vP Z‰µšµ• v lZ]Œ[U Ç ]šµ ‰ ]o menyatakan menerima atau menolak
eksepsi atau keberatan dari terdakwa atau putusan, dalam tenggang waktu yang
penasehat hukumnya menurut pendapat ditentukan oleh undang-undang ini;
Majelis Hakim bahwa eksepsi atau keberatan itu (c). Hak minta diperiksa perkaranya dalam
baru dapat diputus setelah pemeriksaan pokok tingkat banding dalam tenggang waktu
perkara. Dalam praktek, eksepsi seperti ini yang ditentukan oleh undang-undang
o Ì]u ]• µš ^ ]‰µšµ• Œ• u v_X21 Misalnya, ini, dalam hal u v}o l ‰µšµ• vX_•24
terdakwa atau penasehat hukum mengajukan Menurut pandangan para ahli hukum,
l• ‰•] š ŒZ ‰ Zl Á v vP v W vµvšµš huµu adapun maksud dari upaya hukum adalah
Z ‰µ• š µ PµPµŒ[ š µ Zšµvšµš v W vµvšµš sebagai berikut:25
Umuu š] l ‰ š ]š Œ]u [ }o Z l Œ v ‰ 1. diperoleh kesatuan dan kepastian dalam
yang dituntut bukan merupakan tindak pidana hal menjalankan peradilan (operasi
akan tetapi merupakan ruang lingkup yustitie);
Z‰ Œ• o]•]Z v ‰ Œ š [ š µ ‰ š ‰µo berupa 2. melindungi tersangka terhadap tindakan-
tindak pidana yang didakwakan merupakan tindakan yang bersifat sewenang-wenang
tindak pidana aduan akan tetapi tidak ada dari hukum;
korban yang melakukan pengaduan. 3. memperbaiki kealpaan-kealpaan dalam
menjalankan peradilan;
2. Upaya Hukum Atas Eksepsi 4. usaha dari para pihak baik terdakwa
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau maupun jaksa memberikan keterangan
penuntut umum untuk tidak menerima putusan baru (novum).
pengadilan sebagaimana disebutkan dalam Secara fundamental, pada hakikatnya upaya
ketentuan Bab I Pasal 1 angka 26 KUHAP yang hukum dalam hukum acara pidana dapatlah
berbunyi: ^h‰ Ç Zµlµu alah hak terdakwa dibagi menjadi:26
atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan
atau banding atau kasasi atau hak terpidana 22
KUHAP da KUHP, Op-Cit, hlm. 200.
23
Lilik Mulyadi, Op-Cit, hlm. 199.
20 24
Khoirul Anwar, Op-Cit. KUHAP dan KUHP, loc-cit, hlm. 276.
21 25
Lilik Mulyadi, Op-Cit, hlm. 177 Khoirul Anwar, Op-Cit.

127
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

1. Upaya Hukum Biasa (Gewone ^µ‰ Ç Zµlµu o Z Z l š Œ lÁ š µ


Rechtsmiddelen) terhadap putusan penuntut umum untuk tidak menerima putusan
Pengadilan Tingkat pertama. Upaya pengadilan yang berupa perlawanan atau
hukum tersebut adalah: banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
a. Perlawanan/verzet; mengajukan permohonan peninjauan kembali
b. Banding (revisi/hoger beroep); dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
c. Terhadap putusan peradilan tingkat undang-µv vP ]v]X_27
banding dapat diajukan permohonan Pasal 149 ayat (1) KUHAP yang menentukan:28
kasasi kepada Mahkamah Agung ^ o u Z o ‰ vµvšµš µuµu Œl Œ š v
republik Indonesia. terhadap surat penetapan pengadilan negeri
2. Upaya Hukum Luar Biasa (Buitengewone sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148, maka:
Rechtsmiddelen) terhadap putusan X ] u vP iµl v Z‰ Œo Á v v[ l ‰
Pengadilan yang telah Memperoleh pengadilan tinggi yang bersangkutan dalam
Kekuatan Hukum Tetap: waktu tujuh hari setelah penetpan tersebut
a. Pemeriksaan tingkat kasasi demi diterima;
kepentingan hukum; b. tidak dipenuhinya tenggang waktu tersebut
b. Peninjauan kembali putusan di atas mengakibatkan batalnya perlawanan;
pengadilan yang etalh memperoleh c. perlawanan tersebut disampaikan kepada
kekuatan hukum tetap (herziening). ketua pengadilan negeri sebagaimana
Dari ketentuan Pasal 1 angka 12 KUHAP, dimaksud dalam Pasal 148 dan hal itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa, upaya hukum dicatat dalam buku daftar panitera.
itu berupa: d. dalam waktu tujuh hari pengadilan wajib
1. Terhadap putusan Pengadilan Negeri meneruskan perlawanan tersebut kepada
(peradilan tingkat pertama), yaitu: ‰ vP ]o v š]vPP] Ç vP Œ• vPlµš vX_
a. Perlawanan; dan Pasal 156 ayat (3) KUHAP yang menentukan:
b. Banding. ^ o u Z o ‰ vµvšµš µuµu Œ l Œ š v
2. Terhadap putusan Pengadilan Tinggi terhadap keputusan tersebut, maka ia dapat
(peradilan tingkat banding) dapat mengajukan perlawanan kepada pengadilan
diajukan permohonan kasasi. tinggi melalui pengadilan negeri yang
3. Terhadap putusan pengadilan yang telah Œ• vPlµš vX_
mempunyai kekuatan hukum tetap dapat Pasal 214 ayat (4) KUHAP yang menentukan:
diajukan Peninjauan Kembali. ^ o u Z o ‰µšµ• v ] oµ Œ Z ]ŒvÇ
Menurut konteks eksepsi atau keberatan terdakwa dan putusan itu berupa
pada Pasal 156 ayat (3) dan ayat (5) KUHAP, perampasan kemerdekaan, terdakwa dapat
maka upaya hukum yang ada adalah: mengajukan perlawananX_29
1. Perlawanan/verzet; Pada asasnya, perlawanan atau verzet ini
2. Bersama-sama permintaan banding. hanya dapat dilakukan terhadap perkara yang
Berikut ini akan dibahas tentang upaya hukum dilimpahkan ke pengadilan dan belum ditunjuk
terhadap putusan atas eksepsi atau keberatan majelis hakim yang akan menanganinya,
berupa perlawanan dan bersama-sama putusan pengadilan negeri yang belum
permintaan banding dari peradilan tingkat u u Œ]l• Z‰}l}l ‰ Œl Œ vÇ [ v š ŒZ ‰
pertama. putusan verstek dalam acara pemeriksaan
^ Œ Ɖo]•]š ‰ Œo Á v v š µ Zverzet[ cepat dimana putusan tersebut berupa pidana
merupakan salah satu upaya hukum yang diatur perampasan kemerdekaan.30
dalam Pasal 1 angka 12 KUHAP, Pasal 149 ayat Perlawanan adalah upaya hukum yang
(2) KUHAP, Pasal 156 ayat (3) KUHAP dan Pasal dapat dilakukan atau yang dapat dibenarkan
214 ayat (4) KUHAP. š Œ Z ‰ Z‰µšµ• v • o [ Ç vP ]jatuhkan hakim
Pasal 1 angka 12 KUHAP yang menentukan: (pengadilan negeri) mengenai eksepsi atau

27
KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 200.
26 28
Lilik Mulyadi, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Ibid, hlm. 257.
29
Hukum Acara Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Ibid, hlm. 284.
30
Bandung, 2014, hlm. 237. Lilik Mulyadi, 2014, Op-Cit, hlm. 238.

128
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

keberatan, khususvÇ Z l• ‰•] š µ l Œ š v B. Saran


kewenangan u vP ]o][X W • o íñò Ç š ~ï•, ayat Berkenaan dengan kesimpulan-kesimpulan
(4) dan ayat (5) KUHAP secara tegas menyebut di atas, maka dapatlah diberikan saran bahwa
všµl µ‰ Ç ZµlµuvÇ o Z Z‰ Œo Á v v eksepsi atau keberatan adalah merupakan hak
31
atau verzet.[ dari terdakwa atau penasehat hukumnya bukan
Dalam Pasal 156 ayat (3) KUHAP ditegaskan merupakan kewajiban, oleh karena itu eksepsi
bahwa yang berwenang memeriksa dan atau keberatan yang diajukan oleh terdakwa
memutus perlawanan terhadap putusan atau penasehat hukumnya, adalah wajib untuk
eksepsi atau keberatan adalah Pengdilan Tinggi. diperhatikan dan dilaksanakan oleh hakim.
Perlawanan diajukan kepada Pengadilan Tinggi Sebab apabila hakim tidak mengabulkan hak
melalui Pengadilan negeri yang bersangkutan dari terdakwa atau penasehat hukumnya maka
yang memeriksa perkara tersebut. Pasal 156 bisa saja terjadi terdakwa akan menerima
KUHAP tidak mengatur bahkan tidak hukuman atas perbuatan yang tidak
menyinggung tenggang waktu untuk dilakukannya.
mengajukan perlawanan. Hal ini sebenarnya
merupakan hal yang sangat penting sebagai DAFTAR PUSTAKA
syarat formal tegaknya kepastian hukum. Harahap, Yahya., Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang
PENUTUP Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan
A. Kesimpulan Kembali, edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta,
1. Alasan terdakwa atau penasehat 2000.
hukumnya mengajukan eksepsi atau Hamzah, Andi., Hukum Acara Pidana Indonesia,
keberatan sesuai dengan apa yang diatur edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
dalam ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
KUHAP, ada 3 (tiga) hal yaitu: eksepsi atau Lamintang, P.A.F dan Theo, Lamintang.,
keberatan tidak berwenang mengadili; Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu
eksepsi atau keberatan dakwaan tidak Pengetahuan dan Yurisprudensi, Sinar
dapat diterima dan eksepsi atau Grafika, Jakarta, 2010.
keberatan surat dakwaan harus Mulyadi, Lilik., Seraut Wajah Putusan Hakim
dibatalkan atau batal demi hukum karena Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia, Citra
tidak memenuhi syarat materil Aditya Bakti, Bandung, 2014.
sebagaimana diatur dalam Pasal 144 ayat ........................, Hukum Acara Pidana Indonesia;
(2) dan ayat (3) KUHAP. Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat
2. Bentuk putusan hakim atas eksepsi atau Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan Peradilan,
keberatan yang diajukan oleh terdakwa Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012.
atau penasehat hukumnya adalah sesuai ........................, Bunga Rampai Hukum Pidana,
dengan Pasal 156 ayat (1) KUHAP yaitu Perspektif Teoritis dan Praktik, Citra Aditya
Œµ‰ Z‰ v š ‰ v[ dav Z‰µšµ• v[ Ç vP Bakti, Bandung, 2008.
dapat berbentuk putusan sela dan Pangaribuan, Luhut.M.P., Hukum Acara Pidana,
putusan akhir .dan upaya hukum Surat Resmi Advokat di Pengadilan, Papas
terhadap putusan hakim atas eksepsi Sinar Sinanti, cetakan kedua, Jakarta, 2014.
atau keberatan yang diajukan oleh Sasangka, Hari dan Lily Rosita., Hukum
terdakwa atau penasehat hukumnya dan Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Mandar
oleh penuntut umum adalah berupa Maju, Bandung, 2003.
perlawanan yang diatur dalam Pasal 1 Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
angka 12 KUHAP, Pasal 149 ayat (2) Pidana Serta Komentar-Komentarnya
KUHAP, Pasal 156 ayat (3) KUHAP dan Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea,
Pasal 214 ayat (4) KUHAP, dan bersama- Bandung, 1996.
sama permintaan banding yang diatur Sofyan, Andi dan Abd, Asis., Hukum Acara
dalam Pasal 156 ayat (5) huruf a KUHAP. Pidana Suatu Pengantar, Kencana, Jakarta,
2014.
31
Yahya Harahap, Op-Cit, hlm. 134.

129
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian


Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Sutantio, Retnowulan dan Oeripkartawinata
Iskandar., Hukum Acara Perdata Dalam Teori
dan Praktik, Alumni, Bandung, 1985.
Simorangkir, J.C.T.dkk., Kamus Hukum, Aksara
Baru, Jakarta, 1983.
Soepomo, R., Sistem Hukum di Indonesia
Sebelum PD II, Pradnya Paramita, Jakarta,
1981.
Soeroso, R., Praktik Hukum Acara Pidana: Tata
Cara dan Proses Persidangan, Sinar Grafika,
Jakarta, 1993.
Samosir, Djisman., Segenggam Tentang Hukum
Acara Pidana, Nuansa Aulia, Bandung, 2013.

SUMBER LAIN:
Eksepsi, diakses tanggal 22 Maret 2016 dari h-
acpidana-kemahiran-2-1.pdf.
Eksepsi Dalam Hukum Acara Perdata dan
Hukum Acara Pidana, diakses tanggal 22
Maret 2016 dari
blogperadilan.blogspot.co.id.
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan administrasi
Pengadilan, Buku I, Mahkamah Agung RI,
Jakarta, 1993, diakses tanggal 23 Maret
2016.
Telaah Yuridis Pengajuan Eksepsi Oleh Terdakwa
Atas Alasan Penuntutan Penuntut Umum
Telah Daluwarsa dan Implikasinya Jika
Diterima Oleh hakim Dalam Pemeriksaan
Perkara Korupsi, diakses tanggal 24 Maret
2016 dari skripsi.blogspot.co.id.

130

Anda mungkin juga menyukai