Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ومن,قيام ا ِ
اليل من الشهر عل ج الذى , ِ
ر ا اجلب ِ ,احد القه ا ِر
امللك ِ احلمد هلل الو
ً َ َ َ ّ ّ
اش هد ان ال ال ه اال اهلل واح ده ال ش ريك ل ه. وُك َّل س اعتِ ِه مبارًك ا,ياما ً النها ِر ص
اللهم ص لى على حمم د وعلى ال ه واص حابه.واش هد ان حمم دا عب ده ورس وله
ين ِ َّ ياأَيُّه ا ال: ق ال اهلل تع اىل ىف الق ران الك رمي.امجعني ومن تبع ه اىل ي وم القيام ة
ذ
َ َ َ
.ت لِغَ ٍد َو َّات ُق وا اهللَ إِ َّن اهللَ َخبِ ريُُ مِب َا َت ْع َملُ و َنْ َّم ُُ ءَ َامنُ وا َّات ُق وا اهللَ َولْتَنظُ ْر َن ْف
َ س َّماقَ د
. َولِتُ ْك ِملُوا الْعِ َّد َة َولِتُ َكِّبُروا اهلل َعلَى َما َه َدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن:قال ايضا
اهلل اكرب اهلل اكرب الاله اال اهلل هو اهلل اكرب اهلل اكرب وهلل احلمد
Ma’asyiral muslimin, jama’ah Idul Fitri rahimakumullah.
Alhamdulillah wasy-sykru Lillah. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi
Rabbi atas limpahan rahmat dan inayah-Nya sehingga pada saat yang berbahagia ini kita
dapat berkumpul bersama melaksanakan shalat Ied sebagai puncak hari raya idul Fitri dan
sekaligus merupakan hari kemanangan.
Tadi malam, tatkala matahari mulai terbenam di ufuk barat, di kala burung kembali
ke sarangnya, terdengar gemuruhnya suara takbir, alunan tahmid, dan gegap gempitanya
tahlil, mengumandangkan ke Agungan Asma Allah. Rasa gembira dan terharu menimpa
hati nurani yang suci. Gembira, karena telah keluar dari medan laga berperang melawan
hawa nafsu angkara murka, yaitu dengan berpuasa sebulan lamanya. Terharu, karena
berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan yang mulia, penuh keberkahan dan ampunan
Allah swt. Sungguh pada hari ini kita dianjurkan oleh Allah untuk memperbanyak takbir,
mengagungkan asma Allah sebagai tanda syukur kepada-Nya. Firman Allah (Al-Baqarah
185):
Maka pada hari yang mulia ini sebagai tindak lanjut dari puasa, marilah kita jaga
keberkahannya supaya tetap memberkahi hidup kita di hari-hari mendatang. Sungguh kita
sangat tergantung kepada keberkahan Allah. Sejak manusia lahir ke dunia, ia telah
membawa rahmat Allah. Ia dikarunia mata, telinga, akal pikiran, dan anggota badan
lainnya. Kemudian ia bisa berkembang menjadi dewasa dengan diberi kemauan, hak pilih
dan kebebasan, kecerdasan, sampai pada harta dan kedudukan. Semua ini harus kita sadari
merupakan rahmat Allah yang hanya bisa mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan
hidup manakala mendapat barokah dari Allah swt. Sebab bila barokah tersebut dicabut oleh
Allah maka rahmat apapun ujudnya bisa menjadi fitnah dan azab.
Sebagai contoh ; Harta dan kekayaan adalah rahmat Allah yang dapat mensejahterakan
hidup manusia, namun bila barokah Allah dicabut maka yang terjadi adalah kesengsaraan
hidup. Hujan sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanaman, tetapi bila barokahnya
dihilangkan oleh Allah ia bisa menjadi banjir yang merusakkan manusia dan
lingkungannya. Panen bisa membahagiakan petani, gaji bisa membahagiaan pegawai, upah
bisa menyenangkan pekerja. Tetapi bila hilang barokahnya maka semua itu selalu dirasa
kurang oleh yang bersangkutan hingga melupakannya untuk mensyukuri nikmat Allah, dan
hasil yang ada malah cepat habis tanpa meningggalkan sesuatu yang berarti untuk
kehidupan dunia dan akhiratnya.
Manusia fitrah adalah manusia baru, menjadi muslim yang baru: jiwanya baru,
jasmaninya baru, rohaninya baru, dan tindakannyapun baru, dalam arti baik dan positif.
Manusia fitrah, manusia yang sehat lahir dan batinnya, tabah dan sabar, berjiwa besar dan
lapang dada, rendah hati dan kasih saying, pemurah dan pemaaf, tidak punya rasa benci
dan dendam, tidak serakah tetapi qana’ah, jujur dan disiplin, cinta kebaikan dan kebenaran,
benci kepada kejahatan dan kemaksiatan.
Agar supaya jiwa kita bersih, maka kita harus bias memperbaiki hubungan sosial di
antara sesama, saling memaafkan kesalahan baik yang sangaja maupun yang tidak, itulah
halal bi halal. Halal bi halal antara A dan B maksudnya, diantara keduanya sudah tidak ada
keburukan, kejahatan, kemungkaran, ketidakbenaran atau ketidakadilan, yang belum
dibereskan. Misalnya A mencuri hak B, sementara B bersih dari kesalahan terhadap A, itu
namanya halal bi haram. Yang harus dilakukan adalah A meminta maaf kepada B sampai
diterima dan dimaafkan. Halal bi halal bias diidentikkan denganm posisi radliyyah
3
mardliyyah, rela terhadap dan direlakan oleh. Kalaulah kita punya kesalahan pada sesama,
maka seyogyanya kita segera minta maaf agar Allah bias mengampuni dosa-dosa kita.
Dalam hubungan sosial dewasa ini kesalahan dan dosa manusia sungguh ruwet alias
kompleks, karena ada ratusan bahkan ribuan pola hubungan silang menyilang dengan
tingkat kompleksitas yang tinggi yang mengubungkan relasi antar manusia sesuai struktur
dan system kehidupan moderen sekarang ini. Kebenaran dan kesalahan setiap manusia
berkait secara sistemik dan struktural, langsung maupun tak langsung. Orang berbuat jahat
sering tidak berdiri sendiri, demikian pula orang korupsi, wanita nakal, atau anak-anak yang
terjerat narkoba, dan lain sebagainya. Semua itu antara lain juga karena akibat sistem sosial
kita yang rapuh, sistem pendidikan kita yang belum memberdayakan dan cara beragama
kita yang cenderung formalistik.
“Barangsiapa yang sabar dan mengampuni, itulah kebajikan yang paling utama”.
Ayat itu bertalian dengan penegasan pada ayat sebelumnya bahwa kejahatan
memang perlu dibalas dengan hukuman yang setimpal. Namun memaafkan itu dinilai lebih
terpuji. Mengapa Islam menekanakan demikian ? Sebab bila kejahatan dibalas dengan
kejahatan juga, maka yang terjadi adalah kekacauan. Atau bila kejahatan disidang di
pengadilan, balas dendam sangat mungkin muncul. Hanya saja ada ajaran Islam yang lebih
asasi, yaitu bila bisa diselesaikan dengan kekeluargaan maka lebih baik, itulah ajaran ihsan,
memaafkan dalam tingkatan paling tinggi.
perayaan Id nanti, tugas selanjutnya adalah bagaimana kita secara bersama-sama, dengan
semangat Ramadhan yang baru saja kita lalui, membangun kembali rajutan cinta kasih,
semangat kekeluargaan, dan kepedulian sosial. Sebab tugas kita sebagai khalifatullah tidak
4
berhenti hanya sebatas mengurus diri dan keluarga kita, tetapi juga harus menggotong
Demikianlah Idul Fitri, tidak saja mempunyai arti yang individual tetapi
mempunyai nilai tambah dalam dimensi sosial-kemasyarakatan. Kesenjangan sosial yang
sangat rawan pada saat-saat ini baik yang terjadi dalam kelompok kecil, suku, ras, bangsa
dan agama, seperti yang tampak di sejumlah daerah perlu segera disikapi dengan arif dan
bijaksana. Selain itu karena kecemburuan sosial sering terjadi bukan karena perbedaan
yang mencolok di bidang materi saja tetapi juga disebabkan oleh hal-hal yang bersifat non-
5