Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ZAHRA AFAF NABILAH DWINANTO

KELAS : 2C

NIM : P1337421020109

RESUME

EDUKASI VAKSINASI COVID-19

Sejak ditetapkan oleh World Health Organisation (WHO) sebagai pandemic global, maka perlu
keseriusan dalam penanganan virus Covid-19 ini. Promosi Kesehatan (Promkes) adalah salah satu
langkah strategis yang harus dilakukan dalam menyebarluaskan informasi dan mengedukasi
kemasyarakat tentang pencegahan dan penanganan Covid-19. Tenaga kesehatan sebagai ujung
tombak dalam pelayanan kegiatan Promosi Kesehatan (Promkes) sangat dibutuhkan terlebih dalam
masa pasca vaksinasi Covid-19. Dengan pemberian promkes yang benar akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi dan lebih memotivasi masyarakat dalam berdisiplin
menerapkan protokol kesehatan. Dokter memiliki posisi strategis dalam kegiatan Promkes di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melalui pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi saat melakukan tatalaksana pasien maupun dalam manajemen kegiatannya. Penelitian ini
bertujuan menggambarkan peran tenaga kesehatan dalam kegiatan Promkes edukasi di FKTP
pasca vaksinasi Covid-19. Penelitian deskriptif dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret
2021 dengan jumlah responden 30 tenaga kesehatan dokter di FKTP yang bekerjasama dengan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJSK) meliputi Puskesmas, Klinik Pratama,
maupun praktik dokter perorangan di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Data diambil
melalui pengisian kuesioner, wawancara dan observasi, selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Gambaran keterlibatan dokter dalam pelaksanaan promkes pasca vaksinasi Covid-19 adalah
sebanyak 98% telah melaksanakan promkes di FKTP, 82% melakukan promkes kepada semua
pasien, 90% melaksanakan perencanaan promkes, dan konsisten dalam pelaksanaannya, 72%
melakukan monitoring dan evaluasi, hanya 16% yang melakukan pengkajian data dalam
perencanaan.

Corona virus disease (Covid-19) adalah penyakit infeksi pernafasan yang disebabkan virus SARS-
CoV-2 yang pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019 (Di Gennaro et
al., 2020). Pada tanggal 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) telah resmi
menetapkan pandemi global Covid-19 (Cucinotta & Vanelli, 2020). Hingga saat ini angka kasus
telah mencapai 175.306.598 kasus di seluruh dunia per 13 Juni 2021 (World Health Organization,
2021). Di Indonesia, per 13 Juni 2021 angka kasus telah mencapai 1.911.358 kasus (Satuan Tugas
Penanganan COVID-19, 2021). Banyak langkah yang telah ditempuh pemerintah guna menekan
penyebaran Covid-19 diantaranya himbauan dan kampanye 3M (menggunakan masker, menjaga
jarak, dan mencuci tangan), 3T (testing, tracing, dan treatment) sampai pembatasan aktivitas
masyarakat dari skala besar hingga skala mikro (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021b).
Namun, angka kasus di Indonesia masih fluktuatif dan cenderung meningkat (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana RI, 2021). Beberapa negara termasuk Indonesia telah mengembangkan
vaksin Covid-19. Beberapa kandidat vaksin masih dalam tahap uji klinis namun beberapa juga
telah memperoleh ijin edar darurat. Di Indonesia, beberpa produk vaksin telah memperoleh ijin
edar darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antara lain Covid-19 Vaccine
Astrazeneca, Coronavac, dan Sars Cov 2 Vaccine (Verocell). Proses vaksinasi di Indonesia
direncanakan dalam beberapa tahap yang diagendakan diulai 13 Januari 2021 dan selesai pada
Maret 2022 dengan sasaran lapisan masyarakat yang berbeda sesuai skala prioritas. Gelombang I
berlangsung hingga April 2021 dengan menargetkan 1,3 juta tenaga kesehatan, 17,4 juta petugas
publik, serta 21,5 juta lansia untuk mendapatkan vaksin. Gelombang II menargetkan 63,9 juta
masyarakat rentan, lalu 77,4 juta masyarakat lainnya (Satuan Tugas Penanganan COVID-19,
2021). Selama proses distribusi dan vaksinasi Covid-19 berjalan, banyak sekali berita-berita yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan yang beredar di masyarakat. Data survey penerimaan
masyarakat tentang vaksinasi yang di adakan World Health Organization (WHO), The National
Immunization Technical Advisory Group (NITAG), United Nations Children's Fund (UNICEF)
dan Kementerian Kesehatan di Indonesia pada September 2020 menyebutkan dari 112.888
masyarakat Indonesia yang terlibat 7,6% diantaranya menolak vaksinasi sementara yang ragu
sebanyak 27,6% (Kementerian Kesehatan RI et al., 2020). Dari data tersebut banyak elemen
masyarakat yang masih ragu atau bahkan tidak bersedia untuk divaksinasi. Alasan mereka pun
sangat beragam diantaranya yang paling besar adalah tidak yakin dengan keamanannya (30%),
tidak yakin dengan efektifitasnya (22%), dan tidak percaya dengan vaksin (13%) disamping isu
agama, dll (Kementerian Kesehatan RI et al., 2020). Masyarakat yang kurang bekerja sama dalam
hal vaksinasi akan memperlambat proses pemutusan penularan Covid19. Sebagai akademisi dalam
bidang kesehatan, sangat perlu untuk ikut berperan dalam edukasi masyarakat khususnya generasi
muda sehingga kesadaran untuk mengikuti vaksinasi akan meningkat. Edukasi yang dapat
diberikan adalah pengetahuan tentang proses produksi, keamanan, kehalalan, serta efektivitas
vaksin sehingga akan memberikan rasa aman dan keyakinan masyarakat dalam mengikuti proses
vaksinasi. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat kali ini dilakukan edukasi tentang keamanan
dan kehalalan vaksin pada generasi muda. Generasi muda adalah sasaran yang tepat karena mereka
memiliki andil dalam memberikan pengaruh pada masyarakat.

Kegiatan yang dilaksanakan berupa penyuluhan tentang informasi program vaksinasi, keamanan,
kehalalan, serta efektivitas vaksin Covid-19 kepada generasi muda umum dan anggota Ikatan
Pelajar Perempuan Nahdhatul Ulama (IPPNU) Desa Keboan Sikep secara daring oleh tim
pengusul disertai dengan Focus Group Discussion (FGD).

Edukasi yang dikemas dalam penyuluhan dengan teknik komunikasi efektif dua arah seperti
diskusi aktif dapat meningkatkan animo generasi muda untuk ikut mensukseskan program
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

RANGKUMAN PERKULIAHAN

Definisi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Corona Virus Desease (COVID 19).

Orang Tanpa Gejala :

• Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi COVID-
19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-
19.

• Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan
atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau
konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala.

Pasien Dalam Pengawasan (Pdp) :

✓ Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38°C) atau riwayat
demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak
nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan
transmisi lokal.

✓ Orang dengan demam (≥38C) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID- 19.

✓ Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah


sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Orang Dalam Pemantauan (Odp) :

➢ Orang yang mengalami demam (≥38C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem
pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki Riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal*.

➢ Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit


tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.

Assesmen Keperawatan

1. Ansietas Merasa bingung, merasa khawatir, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
2. Defisit perawatan diri Tidak mampu mandi, berpakaian, makan, toileting, berhias diri
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, seputum
berlebih, whezing, ronchi
4. Gangguan pertukaran gas PCO2 naik, PO2 turun, PH abnormal, pola nafas abnormal
5. Gangguan ventilasi spontan PCO2 naik, PO2 turun, volume tidal menurun, penggunaan
otot bantu nafasmeningkat
6. Risiko syok Hipoksia, sepsis, sindrom respon inflamasi sistemik

Diagnosa Keperawatan :

1. Ansietas
2. Defisit perawatan diri
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
4. Gangguan pertukaran gas
5. Gangguan ventilasi spontan
6. Risiko syok
Kriteria Evaluasi :
1. Ansietas Ekspektasi :
Tingkat ansietas menurun Kriteriahasil :
• Verbalisasi kebingungan menurun
• Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
• Perilaku gelisah menurun
• Perilaku tegang menurun
2. Defisit Perawatan Diri Ekspektasi :
Perawatan diri meningkat Kriteria hasil :
✓ Kemampuan mandi meningkat
✓ Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
✓ Kemampuan makan meningkat
✓ Kemampuan ke toilet meningkat
3. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Ekspektasi :
Bersihan Jalan Nafas Meningkat Kriteria Hasil :
• Batuk efektif meningkat  Produksi seputum menurun
• Mengi , whezing, ronchi menurun
4. Gangguan Pertukaran Gas Ekspektasi :
Pertukaran Gas Meningkat Kriteria Hasil :
• Tingkat kesadaran (GCS E4V5M6 / kompos mentis)
• Dispnea menurun
• Pola nafas membaik (dalam batas normal)
• Bunyi nafas tambah menurun
5. Gangguan Ventilasi Sepontan Ekspektasi :
Ventilasi Spontan Meningkat Kriteria Hasil :
• Dispnea menurun
• Penggunaan otot bantu nafas menurun
• Volume tidal membaik
• PCO2 membaik (dalam batas normal)
• PO2 membaik (dalam batas normal)
6. Risiko syok Ekspektasi :
Tingkat Syok Menurun Kriteria hasil :
• Tekanan arteri rata-rata membaik ( dalam batas normal)
• Tekanan darah sistolik membaik (dalam batas normal)
• Tekanan diastolik membaik ( dalam batas normal)
• Frekuensi nadi mmembaik (dalam batas normal)
• Frekuensi nafas membaik (dalam batas normal)
• Tingkat kesadaran membaik (dalam batas normal/ komposmentis)

Intervensi Keperawatan

1) Ansietas Tindakan :
Observasi
• Monitor tanda-tanda ansietas Terapeutik
• Pahami situasi yang membuat ansietas
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
• Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang Edukasi
• Informasikan secara faktual mengenai diagnosis pengobatan dan prognosis  Latih
penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
• Latih tehnik relaksasi
2) Defisit perawatan diri OBSERVASI
• Monitor tingkat kemandirian
• Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
TERAPEUTIK :
• Sediakan lingkungan yang terapiutik (misal suasana hangat, rilek,dan privasi)
• Siapkan keperluan pribadi (misalkan parfum, sikat gigi, sabun mandi)
EDUKASI

• Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


3) Bersihan jalan nafas tidak efektif Observasi
• Identifikasi kemampuan batuk
• Monitor adanya retensi sputum
• Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas Terapiutik
• Atur posisi semifowler atau fowler
• Buang secret pada tempat sputum Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
• Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik dan ulangi
sebanyak 3 kali
• Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke 3
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran jika perlu
4) Gangguan pertukaran gas Observasi
• Monitor frekuensi , irama, kedalaman, dan upaya nafas
• Monitor pola nafas (seperti bradibnea, takipnea, hyperventilasi, kussmaul, cheyne-
stokes, biot ataksis)
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor nilai AGD Terapiutik
• Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi
• Informasikan hasil pemantauan jika perlu
5) Gangguan ventilasi spontan Observasi
✓ Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas 
✓ Monitor status respiratori dan oksigenasi (misalnya frekuensi dan kedaalaman
nafas, penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi oksigen)
Terapiutik
✓ Pertahankan kepatenaan jalan nafas
✓ Berikan posisi semi fowler atau fowler
✓ Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mialnya nasal canul, masker wajah, masker
rebreathing atau non rebreathing)
✓ Gunakan bag valve mask jika perlu Kolaborasi
✓ Kolaborasikan pemberian bronkhodilator jika perlu 6. Risiko syok Observasi
✓ Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi nafas,
tekana darah,MAP)
✓ Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
✓ Monitor tingkat kesadaran dn respon pupil Terapiutik
✓ Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasioksigen > 94%
✓ Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu Kolaborasi
✓ Kolaborasi pemberian intravena jika perlu

Informasi dan Edukasi

1. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis pengobatan dan prognosis


2. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
3. Latih tehnik relaksasi
4. Anjurkan melakukan isolasi mandiri
5. Anjurkan pasien untuk memakai masker
6. Anjurkan pasien untuk sering cuci tangan menggunakan sabun
7. Anjurkan pasien untuk menjaga jarak antar individu minimal 1,5 meter
8. Latih etika batuk dan menerapkan dalam kehidupan sehari- hari

Evaluasi

Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan intervensi dan dibandingkan
dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai