Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia)
protozoa Toxoplasma gondii yang secara umum dapat menyerang sistem saraf pusat, retina,
otot jantung dan otot rangka. Toksoplasma dapat menyerang pada janin hingga manusia
dewasa. Kucing sebagai inang definitif, sedangkan inang perantaranya adalah kambing,
domba dan manusia.
Pengertian lain toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii,
yang dapat diperoleh dari makanan yang tidak dimasak, daging yang terinfeksi atau tanah
feses kucing yang mengandung parasit tersebut.
Penyakit ini bersifat oportunistik dan menimbulkan bahaya khususnya bagi wanita hamil.
Penyakit oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal, tetapi dapat
menyerang orang dengan system kekebalan tubuh yang buruk. Toksoplasmosis dikenal
masyarakat sebagai penyakit tokso yang menyebabkan kemandulan, cacat bahkan kematian
janin. Dalam banyak kasus, infeksi pada manusia terjadi terutama setelah parasit tersebut
tertelan. Banyak orang menderita penyakit ini, tetapi kebanyakan penderita tidak
menunjukkan adanya suatu gejala klinis, karena adanya system kekebalan tubuh yang
mempertahankan diri terhadap parasit tersebut. Toksoplasmosis dapat menjadi masalah yang
berat jika terjadi pada bayi yang baru lahir dan orang dengan system kekebalan tubuh yang
melemah.
Toksoplasmosis dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Toksoplasmosis Kongenital Toksoplasmosis Kongenital muncul ketika infeksi
Toxoplasma gondii didapat selama masa kehamilan. Janin juga dapat terinfeksi melalui
plasenta yang menghubungkan maternal (ibu) dan fetus (bayi) dimana Toxoplasma
gondii mencapai plasenta selama periode tertentu padda ibu yang terinfeksi. Risiko
infeksi toksoplasma terhadap fetus sangat berhubungan dengan waktu infeksi
maternalnya muncul. Jika infeksi toksoplasma terjadi pada bulan- bulan terakhir dari
kehamilan, parasit akan ditularkan ke fetus. Tetapi jika terjangkit lebih awal, transmisi ke
fetus lebih jarang. Tetapi bila terjadi umumnya menghasilkan penyakit yang berat.
b. Toksoplasmosis Akuisita Toksoplasmosis yang didapat selama hidupnya (bukan didapat
dari infeksi ketika dalam kandungan). Infeksi pada orang dewasa biasanya tidak
menimbulkan gejala. Gejala klinis yang paling sering adalah limfodenopati dan rasa lelah
disertai demam dan sakit kepala.
B. PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi toxoplasmosis pada populasi imunokompeten bersifat asimtomatik akibat
adanya proteksi dari sistem imun. Pada bayi dan pasien imunokompromais, toxoplasmosis
akan menyebabkan terjadinya abses dan inflamasi dari jaringan lokal. Hal ini menyebabkan
terjadinya komplikasi dan gejala toxoplasmosis, baik toxoplasmosis kongenital,
toxoplasmosis okular, maupun toxoplasmosis serebral.
Transmisi
Toksoplasma masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk oosit  (stadium infektif) dan di
usus halus kemudian berubah menjadi bentuk takizoid yang kemudian dapat menginvasi
berbagai jaringan tubuh, seperti otot, otak, hati, paru dan plasenta. T. gondii yang masuk ke
dalam sel epitel usus kemudian bereplikasi. Penyebaran kuman T. gondii dalam tubuh
manusia adalah melalui migrasi antar jaringan secara langsung ataupun melalui darah, serta
“menumpang” pada leukosit atau dikenal juga dengan prinsip Kuda Trojan.

C. ETIOLOGI
Etiologi toxoplasmosis adalah protozoa Toxoplasma gondii yang merupakan parasit
obligat intrasel yang memanfaatkan hewan berdarah panas sebagai inangnya. T. gondii yang
menginfeksi inang utamanya, seperti kucing, berbeda siklus hidupnya dengan T. gondii yang
menginfeksi manusia. Bradizoit dan takizoit penting untuk diketahui berkaitan dengan
pengobatannya.
Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam daerah perifer,
tetpi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati,
limfa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung, dan urat daging licin lainnya.
Toxoplasma gondii mudah mati dalam suhu panas, kekeringan, dan pembekuan. Cepat mati
karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun ikut
mati.

Siklus Hidup
Bradizoit yang ditelan oleh kucing kemudian memasuki tahap siklus seksual pada saluran
cerna kucing, dimana pada akhirnya akan menghasilkan oosit yang mengandung sporozoit
dan keluar melalui feses. Oosit umumnya membutuhkan 1 – 5 hari untuk melakukan
sporulasi dan bersifat infektif.

D. INTERAKSI AGENT – HOST – ENVIRONMENT


Parasit ini biasa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti kucing,
berkembang dalam sel epitel usus kucing berubah menjadi kista (ookista) yang keluar
bersama tinja kucing tersebut. Sehingga sumber penularannya adalah kotoran hewan tersebut.
Hewan lain yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung merpati, ayam,
anjing dan mamalia lain yang mencari makan di tanah.
Interaksi agent dan host dimulai dengan sporozoit yang ada di dalam usus kucing
menembus sel epitel dan tumbuh menjadi tropozoit. Kemudian inti tropozoit membelah
menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Setelah matang skizon akan pecah dan
menghasilkan banyak merozoit/skizogoni. Kemudian merozoit masuk ke dalam sel epitel dan
membentuk makrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah terjadi
pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Ookista di tanah
sangat kuat dan dapat bertahan hidup di tanah lembab atau pasir selama berbulan-bulan
selanjutnya dapat menjadi spora dan menular ke hewan lain termasuk manusia. Dalam usus
manusia, toksoplasma berkembang menjadi kista yang menyebar ke bagian lain di dalam
tubuh melalui aliran darah atau limfa. Tahap ini berakhir dengan menghasilkan kista dalam
otot jantung, ginjal, dan otak. Kebanyakan dari kista tersebut tetap aktif tanpa batas waktu.

2
E. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah tanpa campur
tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara
natural. Tahapan-tahapan riwayat alamiah adalah sebagai berikut:
a. Tahap Prepatogenesis Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit
penyakit, tetapi interaksi masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit
Toxoplasmosis gondii masih ada di luar tubuh manusia yang membentuk kista, dimana
para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang manusia dan belum
ada tanda- tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat.
b. Tahap Pathogenesis Tahap penyakit inkubasi : ditandai dengan gejala seperti infeksi
lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening.
 Tahap penyakit dini : Toxoplasmosis gondii tertelan melalui makanan akan
menembus epitel usus dan diragositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit
akibatnya terjadi penyebaran limfogen. Toxoplasmosis gondii akan menyerang
seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan
berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi.
 Tahap penyakit lanjut : Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak
dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan
c. Tahap Postpatogenesis Pada fase ini penderita bisa sembuh namun tidak 100%, jadi
dapat dikatakan di dalam tubuhnya masih terdapat beberapa bakteri dari penyakit
tersebut.
F. EPIDEMIOLOGI
Toxoplasma gondii merupakan parasit yang menumpang pada hewan seperti anjing, kucing,
kambing, babi, dan kelinci. Manusia dapat terinfeksi parasit toxoplasma ini jika
mengonsumsi daging yang tidak matang dengan sempurna, sayur dan buah- buahan mentah
yang tidak dicuci bersih dan berjalan tanpa alas kaki di permukaan tanah yang telah tercemar
oleh parasit tersebut. Sebagian besar T. Gondii berada dalam tiga bentuk utama, yaitu :
ookista, tachyzoit dan bradizoit. Ookista hanya terbentuk dalam usus inang definitif, yaitu
bangsa kucing. Ookista dikeluarkan melalui feces. Bila tertelan oleh manusia atau hewan
lain, berkembang menjadi tachyzoit (tropozoit). Bentuk ini merupakan bentuk yang dapat
memperbanyak diri dengan cepat.
Penyakit toksoplasmosis dapat diterapkan menggunakan model hubungan sebab akibat.
Dimana manusia sebagai host, Toxoplasma gondii sebagai agen, dan kurang terjaganya
kebersihan hidup kucing sebagai lingkungan pendukung tumbuh kembangnya toxoplasma
gondii.
 Kemampuan agen untuk menginfeksi inang meningkat. Model ini terjadi pada lingkungan
yang terdapat banyak ookista Toksoplasma gondii, maka kemungkinan banyak manusia
yang akan terinfeksi penyakit toksoplasmosis.
 Kepekaan inang terhadap agen meningkat. Model ini terjadi pada host yang memiliki daya
tahan tubuh lemah dalam jumlah yang banyak. Misalnya pada suatu daerah terdapat
banyak ibu hamil yang rentan dan terdapat ookista Toksoplasma gondii, maka
kemungkinan para ibu hamil terkena penyakit toksoplasmosis lebih besar.

3
Infeksi Toxoplasma ada dimana-mana, pada binatang dan merupakan salah satu infeksi laten
manusia yang paling lazim di seluruh dunia. Insidennya sangat bervariasi pada orang-orang
dan binatang pada berbagai daerah geografis. Prevalensi yang lebih tinggi biasanya terjadi
pada daerah beriklim panas dan basah. Penularan pada janin biasanya terjadi bila infeksi
diperoleh pada ibu yang secara imunologis normal selama masa kehamilannya. Penularan
kongenital dari ibu yang secara imunologis normal, yang terinfeksi sebelum kehamilan
adalah sangat jarang. Wanita dengan gangguan imun dengan infeksi kronis menularkan
infeksi pada janinnya.
Indonesia
Prevalensi infeksi toksoplasma pada manusia di Indonesia pernah dilaporkan sebesar 43–
88%. Prevalensi toxoplasmosis pada beberapa daerah di Jawa Tengah (seroprevalensi positif)
pada tahun 2016 adalah 62.5%
Global
Angka kejadian (insidensi) yang diperkirakan oleh WHO adalah 1.5 kasus toxoplasmosis
kongenital per 1000 kelahiran hidup. Secara umum, prevalensi toxoplasmosis di dunia
diasumsikan sebesar 25–30% dan bervariasi bergantung dari berbagai faktor di setiap negara.
Negara dengan iklim tropis dan kondisi cuaca yang hangat memiliki prevalensi yang lebih
besar. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah adanya variasi antropogenik seperti kebiasaan
makan dan higienitas.
G. PENATALAKSANAAN

H. DIAGNOSIS

I. PENCEGAHAN
Edukasi dan promosi kesehatan untuk toxoplasmosis ditujukan untuk pencegahan primer
mencegah terjadinya infeksi dan pencegahan sekunder pada pasien yang terinfeksi namun
belum menunjukkan gejala.
Edukasi Pasien

Edukasi kesehatan untuk menjaga higienitas adalah salah satu cara yang dilakukan untuk
pencegahan primer infeksi toksoplasma. Setiap individu baik yang berisiko maupun tidak
sebaiknya dimotivasi untuk melakukan pencegahan infeksi toxoplasmosis berdasarkan
rekomendasi dari CDC, yaitu sebagai berikut:
 Daging / unggas harus dimasak hingga matang
 Buah dan sayuran harus dikupas atau dicuci bersih sebelum dimakan
 Talenan, piring, alat masak terkait, dan tangan harus selalu dicuci dengan air hangat dan
sabun setelah kontak dengan daging mentah, unggas, makanan laut, atau buah-buahan
atau sayuran yang tidak dicuci
 Wanita hamil harus mengenakan sarung tangan saat berkontak dengan tanah atau pasir

4
 Wanita hamil harus menghindari dari membersihkan kotoran kucing.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Pencegahan primer infeksi T. gondii mencakup:
 Edukasi kesehatan
 Skrining prenatal berupa pemeriksaan serologi pada ibu hamil untuk mengurangi risiko
terjadinya transmisi vertikal kepada janin. Selain skrining dilakukan pula
penatalaksanaan dengan kombinasi pyrimethamine-sulfonamid dan asam folinik untuk
mencegah infeksi dan mengurangi gangguan janin
 Skrining postnatal dilakukan pada bayi baru lahir untuk mendeteksi infeksi sehingga
dapat dilakukan inisiasi terapi dini
 Skrining infeksi toksoplasma pada pasien imunokompromais
 Memasak daging yang benar setidaknya sampai 670C (1530F), memasak daging benar-
benar matang jangan warnanya masih merah muda (pink), termasuk daging yang diasap
atau daging yang sudah dikemas kemungkinan masih terinfeksi parasit.
 Menghindari kontak dengan lendir atau cairan dari daging tanpa pelindung tangan
 Mencuci tangan dengan hati-hati setelah kontak tanpa pelindung dengan daging
 Membersihkan atau mencuci semua peralatan masak dengan menggunakan pelindung
setelah kontak dengan daging mentah
 Menghindari untuk memotong hewan
 Menghindari kontak dengan feces kucing (khusus yang memelihara kucing)
 Mencuci buah-buahan dan sayuran sebelum di makan
Pencegahan sekunder (serological screening) penting mengidentifikasi wanita selama hamil
dari terinfeksi Toxoplasma gondii dan jika fetal terinfeksi dengan pemeriksaan selama
prenatal, kemungkinan therapi, termasuk mengakhiri kehamilan dan pemberian antibiotik
terhadap janin yang dikandung perlu didiskusikan dengan pasien. Ibu dan suami perlu tahu
adanya risiko termasuk adanya risiko terhadap janin yang dikandung.

5
https://www.slideshare.net/fardhasyavril/toksoplasmosis-61191766
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/toxoplasmosis
file:///C:/Users/USER/Downloads/725-Article%20Text-5980-1-10-20181116%20(1).pdf

6
7

Anda mungkin juga menyukai