Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
KELOMPOK 2
ANGGOTA :
Puji syukur Alhamdulillah tim panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan
kebidanan Kelompok Rentan “kebutuhan khusus permasalahan psikologis”
Tim berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami
kebutuhan khusus permasalahan kelompok rentan. Tim berharap supaya makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memahami serta mendapat
pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana isi yang ada dalam makalah ini, sehingga
dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang kebidanan.
Tim menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat sangat membangun, tim mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Tim
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.......................................................................................................................Lat
ar Belakang..................................................................................................1
1.2.......................................................................................................................Ru
musan Masalah.............................................................................................2
1.3.......................................................................................................................Tu
juan...............................................................................................................2
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kesehatan mental dan kebahagiaan pada diri seseorang. Dimensi dalam
kesejahteraan psikologis hanya dapat dipahami secara menyeluruh karena semua
dimensi tersebut sama-sama memberikan sumbangan penting terhadap
kesejahteraan psikologis. Ryff & Keyes (dalam Iriani & Ninawati, 2005) dimensi
penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri sehingga individu senang
menjadi diri sendiri dan tidak perlu menjadi orang lain untuk dapat terlihat
sempurna. Dimensi pengembangan atau pertumbuhan diri dapat dioperasionalkan
dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi
diri. Dimensi keyakinan adalah keyakinan individu bahwa hidupnya bermakna,
sehingga individu selalu mempunyai tujuan dan berusaha mencapai tujuan
hidupnya. Dimensi memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, ini
dilihat dari tinggi rendahnya seseorang dalam membina hubungan dekat dengan
orang lain. Dimensi kapasitas untuk mengatur kehidupannya yang mana seseorang
dapat mengubah ataupun menyesuaikan diri dan lingkungannya sesuai kebutuhan
hidupnya. Semua dimensi itu berperan penting dan memiliki pengaruh besar dalam
kesejahteraan psikologis seseorang.
Kesejahteraan tidak muncul begitu saja dari dalam individu, sehingga
individu harus belajar dan membiasakan diri untuk mencapai kesejahteraan itu 3
sendiri. Kebanyakan permasalahan individu dipacu dengan perasaan yang kurang
nyaman dan tidak dapat mengendalikan emosinya yang mana mengakibatkan pada
gangguan emosi serta perilaku negatif yang dimunculkan yang mana
mempengaruhi gaya hidup seseorang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang, salah satunya adalah faktor internal individu. Dalam diri masing-
masing individu memiliki kekuatan, kemampuan dan cara untuk mengatasi
permasalahan kesejahteraan psikologis pada diri sendiri. Salahsatunya bagi orang
muslim adalah dengan shalat, karena shalat memiliki manfaat dan kedudukan yang
tinggi.
1.3. Tujuan
Mengetahui kebutuhan khusus pada permasalah psikologis pada :
4
1.3.1. Kehamilan akibat pemerkosaan
1.3.2. KDRT
1.3.3. Trauma persalinan sebelumnya
1.3.4. Kelainan mental/jiwa
1.3.5. Riwayat kehilangan dan kematian
1.3.6. Kehamilan yang tidak dinginkan
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
Menurut Agaid (2002) keluarga sebagai pihak terdekat dapat
memberikan dukungan bagi korban dengan cara:
1. Mempercayai cerita yang disampaikan oleh korban.
2. Bersikap tenang. Hal ini dapat membantu korban merasa aman.
3. Meyakinkan korban. Keluarga dapat menunjukkan empatinya terhadap
peristiwa yang dialami oleh korban.
4. Mempersiapkan korban terhadap kemungkinan yang akan terjadi
selanjutnya. Korban mungkin memerlukan bantuan dari orang lain misalnya
dokter dan polisi jika ia melaporkan kasusnya
5. Memberi dukungan dan melaporkan perkosaan yang dialami korban ke
pihak yang berwajib.
Berbagai alternatif yang dapat dilalui oleh korban dalam proses mengatasi
masalah yang muncul akibat perkosaan yang dialaminya, yaitu :
1. Korban perkosaan mengalami trauma jangka panjang yang mengakibatkan
korban mengalami PTSD. Tanpa adanya intervensi atau dukungan dari pihak
lain maka korban menghadapi proses penyelesaian masalahnya sendiri
sehingga pada akhirnya korban dapat mengatasi masalah tersebut seiring
dengan waktu yang berlalu.
2. Korban perkosaan mendapatkan dukungan dari keluarga sejak korban
mengalami trauma akibat perkosaan. Dukungan dari pihak keluarga dapat
diperkuat dengan adanya dukungan dari pihak lain seperti lembaga atau
organisasi yang memiliki kepedulian terhadap korban. Meskipun demikian
ada kemungkinan bahwa korban tetap mengalami PTSD sebelum akhirnya ia
bisa coping dengan masalah yang dihadapinya.
3. Korban perkosaan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan pihak lain
seperti lembaga atau organisasi yang memiliki kepedulian terhadap korban,
akan tetapi dukungan tersebut diterima oleh korban setelah ia mengalami
PTSD.
4. Alternatif ke empat adalah adanya dukungan dari pihak keluarga dan juga
pihak lain sebelum korban mengalami PTSD. Dukungan ini membuat korban
mampu mengatasi dampak perkosaan yang muncul pada dirinya tanpa harus
mengalami PTSD.
5. Selain keempat alternatif yang memungkinkan korban perkosaan untuk
mengatasi masalahnya dan mencapai proses recovery, terdapat alternatif lain
dimana korban tidak berhasil mengatasi masalahnya dan mengalami gangguan
patologis.
2.2. KDRT
2.2.1. Pengertian
6
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kekerasan yang
dilakukan dalam rumah tangga baik oleh suami ataupun oleh istri. Menurut
pasal 1 UU nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekeran dalam rumah
tangga, KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasaan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Sebahagian korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya
adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang-
orang yang tersubornasi didalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT
adalah orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembantu rumah
tangga.
7
kekerasan seksual dengan kekeran fisik dengan atau tanpa bantuan alat
yang menimbulkan sakit, luka atau cedera
kekerasan ekonomi
kekerasan ekonomi berat, yaitu tindakan eksploitasi, manipulasi dan
pengendalian lewat sarana ekonomi berupa :
memaksa korban bekerja dengan cara ekspoitatif termasuk pelacuran
melarang korban bekerja tapi menelantarkannya
mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban,
merampas atau memanipulasi harta benda korban
kekerasan ekonomi ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang
menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau
tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
8
12) Depresi berat
13) Gangguan jiwa
14) Bunuh diri
15) Ketakutan dan merasa diteror
16) Fobia, dan lain sebagaiaanya
2.2.5. Solusi
1) Menjaga komunikasi yang baik antara suami dan istri agar tercipta rumah
tangga yang rukun dan harmonis
2) Menerapkan rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai
3) Kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik
yang bisa menimbulkan kekerasan
4) Membaca buku-buku yang berisi tentang bagaimana cara menerapkan
sebuah keluarga yang baik.
9
Faktor Penyebab Trauma Kelahiran Ada berbagai hal yang dapat memicu
trauma pada proses kelahiran yang akan dilangsungkan. Beberapa diantaranya
dilansir dari Pregnancy Birth Baby adalah sebagai berikut :
o Proses persalinan yang tidak sesuai dengan harapan
o Persalinan yang sulit dan menyakitkan
o Komplikasi dalam persalinan
o Operasi sesar darurat
o Bayi atau ibu yang menderita cedera saat lahir
o Bayi yang membutuhkan perawatan medis setelah melahirkan
o Kematian bayi yang baru lahir
o Tidak mendapatkan dukungan atau perawatan yang dibutuhkan selama atau
setelah proses kelahiran
o Trauma pada kelahiran sebelumnya
o Cemas
Namun ada pula alasan lain yang dapat memicu trauma saat atau setelah
proses kelahiran.Beberapanya adalah kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan
seksual pada masa anak-anak, atau pemerkosaan.
10
(djamaludin, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir
(cognitive), kemauan (volition), emosi (affective) Tindakan (psychomotor).
2.4.2. Penyebab
2.4.2.1.penyebab psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang di
alami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup
seorang manusa dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaaan tertentu dapat
mendukung terjadinya gangguan jiwa
1) Masa bayi
2) Masa anak prasekolah
3) Masa anak sekolah
4) Masa remaja
5) Masa dewasa awal
6) Masa dewasa akhir
7) Masa tua
2.4.2.3.pencegahan
prinsip-prinsip :
1) Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri
2) Keterpaduan atau integritas diri
3) Perwujudan diri
4) Kemampuan menerma orang lain
5) Agama dan falsafah hidup
6) Pengawasan diri
11
a. Meningkatkan pengetahuan, informasi dan pendidikan
b. Meningkatkan akses terhadap informasi, layanan pencegahan, dan layanan
kesehatan jiwa lanjutan
c. Mengondisikan lingkungan
12
2.6.1.1. Pengertian
Remaja bisa saja mengatakan sex bebas itu aman, namun jika dikaji
lebih dalam maka akan lebih banyak kerugiannya. Salah satu kerugiannya
adalaha kehamilan diluar nikah. Sungguh merupakan suatu permasalhan
yang kompleks yang dapat menghancurkan masa depan remaja. Selain itu
kehamilan yang tak diingikan bisa mengarah pada aborsi kriminalitas.
13
kegagalan alat kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang
dikandung
2.6.2.2. Tanda Dan Gejala
Pada kehamilan yang tidak dikehendaki ini ada memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut :
1. Merasa bahwa janin yang dikandungnyabukanlah bagian dari dirinya,
dan brusaha mengularkan dengan cara yang tidak bermoral seperti
aborsi tadi
2. Beberapa wanita bersifat aktif agresif, mereka sangat marah dan
dendam pada pacar ataupun suaminya serta merasa sanggup
menanggung konsekuensi dari tindakannya. Selain itu calon bayi
dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
2.6.2.3. Pengelolaannya
Penanganan dalam permasalahan ini tidak jauh berbed dengan
penanganan pada masa kehamilan diluar nikah. Perbedaannya hanya pada
tekhnik konselignya, karena masalah ini terjadi pada pasangan yang sudah
menikah. Yaitu dengan konseling pasangan
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelompok rentan dihadapkan pada ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis sebagai dasar hidup layak dalam
pemberdayaan perempuan dan anak untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan
gender. Model pemberdayaan yang efektif dengan menggunakan kerjasama
secara sinergis antar komponen masyarakat dan pemerintah, organisasi negara
untuk memberdayakan mereka. Maka model pemberdayaan yang efektif dan
efisien adalah dengan menggunakan pengembangan pendidikan pemberdayaan
perempuan dengan life skill yang berbasis pada need assesment.
Kendala yang dihadapi dalam melakukan pemberdayaan kelompok rentan
anak dan perempuan adalah kendala kemiskinan yang disebabkan oleh
kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural, serta ketidak mandirian
perempuan karena tidak berpendidikan serta masyarakat yang belum secara
sinergis melakukan pemberdayan terhadap mereka. Terutama kendala
ketidakmampuan mempunyai life skill (ketrampilan hidup yang memadahi untuk
menyelesaikan masalah dasar).
3.2. Saran
konstruktif antara lain Pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis tidak
boleh ditunda untuk kelompok rentan. Oleh karena itu pemda melalui dinas
terkait antara lain dinas pendidikan, dinas sosial, dinas ketenagakerjaan, dinas
pertanian, dll segera membuat action plan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut
yang secara eksplisit ada dalam DIP APBD II dan dikonkrtitkan dalam
15
pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah dalam otonomi daerah. Pemerintah
Daerah dan masyarakat (LSM, Relawan pendamping, pendamping masyarakat)
segera membuat Tim Kelompok Kerja untuk mengkokritkan model
pengembangan pendidikan pemberdayaan perempuan pada kelompok rentan.
Sinergiskan dengan kegiatan pembangunan
16
DAFTRA PUSTAKA
https://www.scribd.com/presentation/483947912/kebutuhan-kusus-psikologis
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Nuha Medika. Yogyakarta