Anda di halaman 1dari 14

IKLIM

Merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari


atau merupakan rata-rata cuaca.
Anasir iklim: Anasir Cuaca
Untuk mencari harga rata-rata tergantung kebutuhan dan keadaan.

Perlu diketahui bahwa untuk mengetahui penyimpangan iklim harus


berdasarkan pada harga normal suatu harga rerata selama 30 tahun.

Hampir tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini yang memerlukan
penggolongan dalam satu kelas/ tipe. Semua klasifikasi iklim buatan manusia
sehingga masing-masing ada kebaikan dan keburukan.

Tujuan:
Berusaha untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal tidak terbatas
menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit yang mempunyai
sifat-sifat penting yang bersamaan.

A. Beberapa penggolongan iklim


1) Klasifikasi dengan dasar temperatur,
- Klasifikasi yang dibuat pada jaman Yunani. Daerah
Tropika- sedang dan kutub

- Klasifikasi Klages (1942)

2) Klasifikasi Koppen
3) Klasifikasi Thornthwaite
4) Klasifikasi di Indonesia

- Klasifikasi Mohr
- Klasifikasi Schmidt dan Ferguson
- Klasifikasi Oldeman
B. Hubungan Iklim dan Lingkungan
1. Iklim dan pertanian
2. Iklim dan Hama-Penyakit Tumbuhan
3. Iklim dan sumber daya air
4. Iklim Agihan vegetasi dan jenis tanah
5. Iklim dan ternak

1. KLASIFIKASI BERDASAR TEMPERATUR


a. Klasifikasi Pada Jaman Yunani : 3 daerah
 Daerah tropika
Tidak ada musim dingin, temperatur terus menerus tinggi

 Daerah Sedang (U-S)


Di sini ada musim yang berbeda tegas, satu musim panas/ hangat
lainnya sejuk/ dingin

 Daerah Kutub (U-S)


Tidak ada musim panas, temperatur rendah

b. Klasifikasi Klages (1942): 5 daerah

 Daerah tropika Rata-rata T>20C


 Daerah subtropika 4 – 11 bulan T>20C
 Daerah sedang 4 – 12 bulan T 10 -20C
 Daerah dingin 1 – 4 bulan T 10 - 20C dan
yang lain <10C
 Daerah kutub T rata-rata -1C dgn tanpa
bulan yang T >10C
2. KLASIFIKASI KOPPEN
Wladimir Koppen (1846-1940) seorang biologis Jerman
1900  klasifikasi I berdasarkan vegetasi
1918  revisi dengan memasukkan temperatur, hujan dan tanda khusus
musiman.
Koppen membagi 5 golongan besar yang diberi simbol huruf: A – E
A Iklim hujan tropika
B Iklim kering
C Sedang
D Dingin
E Kutub

Sehingga secara garis besar dasar klas Koppen


- Rata - rata curah hujan (bulanan/ tahunan)
-Temperatur (bulanan/ tahunan)
-Vegetasi asli dilihat sebagai kenampakan terbaik
dari keadaan iklim yang sesungguhnya

Koppen menilai bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan


pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada jumlah curah hujan
tetapi juga intensitas penguapan, baik dari tanah maupun tanaman.

Oleh karena ini Koppen berusaha menunjukkan intensitas penguapan


dan daya guna hujan adalah dengan menggabungkan temperatur dan
hujan.
Musim hujan sama, jatuh pada musim panas adalah kurang berguna
dibanding jatuh pada musim dingin.

Walaupun metode untuk mengukur daya guna hujan kurang memuaskan.


Kriteria Klasifikasi Iklim Koppen

A. IKLIM HUJAN TROPIKA

Temperatur bulan terdingin > 18 C (64.4F)

f Bulan terkering > 60 mm


m Bulan terkering < 60 mm, tetapi > 98,5 - r/ 25
m Jumlah hujan pada bulan basah dapat mengimbangi kekurangan
hujan pada bulan kering, masih terdapat hutan cukup lebat.

w Bulan terkering < 98.5 r/25


w Jumlah bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan
pada bulan kering. Vegetasi yang ada padang rumput dengan pohon
jarang.

mm Af

60 * *
C m
H
*
B
40 U
L
A
Aw Am
N *
20 A
N w

500 1000 1500 2000 2500 mm


CH TAHUNAN

DIAGRAM KOPPEN UNTUK TIPE A


B. IKLIM KERING
r < 0.44 (t – 19.5) CH Merata sepanjang tahun
r < 0.44 (t – 7) CH Mengumpul pada ms. Panas 70%
r < 0.44 (t – 32) CH Mengumpul pada ms. Dingin 70%

Dibagi 2 Bs & Bw
BS ½ Batas Atas – Batas Atas
Bw < ½ Batas Atas Ket. Sama

0.44 (t -…..) Stepa


- Bs

0.22 (t -…..)

- Bw
0 Padang
Pasir

C. IKLIM SEDANG
Temperatur bulan terdingin > - 30C dan < 180C
Temperatur bulan terpanas > 100C
S Pada musim panas kering (jumlah CH bulan terkering pada musim panas <
1/3 jumlah hujan terbasah pada musim dingin
W Pada musim dingin kering dan musim panas lembab (jumlah hujan terkering
pada musim dingin <1/10 jumlah hujan terbasah pada musim panas)
f Selalu lembab sepanjang tahun , tidak dijumpai keadaan s dan w. CH > 30
a.T rerata bulan terpanas ≥ 220C
b.T rerata untuk 4 bulan ≥ 100C & T bulan terpanas < 220C
c.T rerata 1 – 3 bulan ≥ 100C & T bulan terpanas < 220C

Csa : daerah pedalaman


Csb : daerah pantai (marine)
Cwa : subtropika musiman
Cwb : tropika lahan tinggi
Cfa : subtropika lembab
Cfb : Iklim marine
Cfc : Iklim marine
D. IKLIM DINGIN
Rata-rata temperatur bulan terpanas > 100C dan terdingin kurang dari – 30C

w Sama C
f Sama C
a Sama C
b Sama C
c Sama C
d Rata-rata temperatur bulan terdingin < 2.8 dan dipakai diluar a,b,& c
dfa Kontinental lembab (iklim dingin dengan periode kering)
dfb Kontinental lembab
dfc Sub artika
dfd Sub artika
dwa Iklim kontinental lembab (iklim dingin dengan musim dingin kering)
dwb Iklim kontinental lembab
dwc Sub artika
dwd Sub artika

E. IKLIM KUTUB
Rata-rata temperatur bulan terpanas < 100C

T Rata-rata temperatur bulan terpanas 0 – 100C


F Rata-rata temperatur bulan terpanas ≤ 00C
ET Iklim tundra (lumut)
EF Iklim es – salju abadi
H Temperatur seperti E, tetapi disebabkan tinggi tempat > 5000 feet
3. KLASIFIKASI IKLIM THORNTHWAITE

1899 – 1963 (Thornthwaite)


1931 memperkenalkan klasifikasi yang pertama khusus dipakai
di Amerika Utara
1933 memakai sistem tersebut untuk seluruh dunia

Dasar: Vegetasi, Evaporasi, Hujan & Temperatur

Thornthwaite:
Menganggap bahwa kebutuhan air tanaman tidak hanya tergantung
pada besarnya Curah Hujan tetapi juga tergantung evaporasi.

Menggunakan istilah dayaguna presipitasi =


P – E rasio Perbandingan antara P dan E, yang
menunjukkan daya guna hujan bagi
kehidupan tanaman.
P Presipitasi bulanan rerata (inci)
E Penguapan dari permukaan air bebas
rerata bulanan (inci)

P – E ratio selama 12 bulan disebut P – E indek

Perhitungan :
P – E ratio = 10 P/E
12
P – E indek = Σ (10 P/E) n
n=1
Tetapi karena kesulitan data evaporasi maka untuk mengatasi diadakan
Hubungan antara temperatur (T), Penguapan (E) dan Presipitasi (P)
sehingga akhirnya diperoleh P – E rasio tanpa data evaporasi.
P – E rasio : 115 ( P ) 10/9
T-10
12
P – E indek : Σ 115 ( P ) 10/9 n
n=1 T-10
P : Presipitasi rerata bulanan dalam inci
T : Temperatur rerata bulanan dalam 0F
Simbol Gol Lembab Ciri Vegetasi PE Indek
A Basah Hutan Hujan ≥ 128
B Lembab Hutan 64 – 127
C Agak Lembab Padang Rumput 32 – 63
D Agak Kering Steppa 16 – 31
E Kering Gurun Pasir < 16
T – E indek = Jumlah 12 bulan dari T – E rasio

T – E rasio = ( T – 32 ) efisiensi temperatus rasio


4
12
T – indek = Σ ( T – 32 ) n
n=1 4

Atas dasar T – E indek dibedakan :


6 Golongan temperatur
TIPE IKLIM T – E INDEK
A1 – Tropika ≥ 128
B1 – Mesotermal 64 -127
C1 – Mikrotermal 32 - 63
D1 – Taiga 16 - 31
E1 - Tundra 1 - 15
F1 - Frost 0
Pembagian selanjutnya adalah berdasar agihan presipitasi bulanan sbb:
r Hujan merata seluruh musim
s Hujan kurang di musim panas
w Hujan kurang di musim dingin
d Hujan kurang di seluruh musim
Berdasarkan kombinasi simbol P – E indek T –E indek dan agihan hujan
musiman yang dijumpai tercatat ada 32 tipe iklim:
AA1r BA1r CA1r DA1w EA1d D1 E1 F1

AB1r BA1w CA1w DA1d EB1d

AC1r BB1r CA1d DB1w EC1d

BB1w CB1r DB1s

BB1s CB1w DB1d

BC1r CB1s DC1d

BC1s CB1d

CC1r

CC1s

CC1d

3 7 10 6 3 1 1 1 Σ 32

4. KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA


a. Mohr (1933)

Menurut Mohr, Koppen kurang berlaku di Indonesia terutama


tentang hujan.

Mohr mencoba presipitasi dan evaporasi sebagai indikasi


khusus daerah tropika.

Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membedakan 3


tingkat kebasahan untuk berbagai bulan dalam satu
tahun.

Bulan Basah CH ≥ 100 mm CH > Ev


Bulan Lembab CH 60 ≤ CH ≤ 100 mm CH = Ev
Bulan Kering CH < 60 mm CH < Ev
Untuk mencari bulan basah dan kering Mohr menggunakan rerata
curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun.
Jan – Bb, Feb – Bb, Maret – Bb, Agust – BK.

Mohr membagi 5 golongan iklim yaitu

Golongan Daerah Jumlah BKering


I Basah 0
II Agak Basah 1-2
III Agak Kering 3–4
IV Kering 5–6
V Sangat Kering  6

b. Schmidt & Ferguson (1951)

Dasar sama seperti Mohr yaitu : BB dan BK, hanya cara mencarinya yang
berbeda, dengan menghitung BB dan BK untuk masing-masing tahun.

Sebagai dasar penggolongan iklim 2 orang ini menggunakan suatu


rasio Q = ∑ Rerata BKering
∑ Rerata BBasah

Data curah hujan diperoleh dari tahun 1921 – 1940 dengan


menghilangkan data yang kurang dari 10 tahun.

BK – CH < 60mm
BL – CH 60 – 100mm
BB – CH > 100mm
12
Lbk
11
sk a = berisi antara 0 - 8
10
H k
9

8 G
ak
7
F
6 s
E
5
ab
4 D

3 C b

2 sb
B
1
01 2 3 4 5 6 7 8 9 10A 11 12

Garis batas tipe iklim pada Q = 1.5 a


12 – 1.5 a
a : Nilai dari 1 - 7

Schmidt & Ferguson, membagi iklim di Indonesia : 8 tipe (A – H)

A 0 ≤ Q < 0.143 Sangat basah

B 0.143 ≤ Q < 0.333 Basah

C 0.333 ≤ Q < 0.60 Agak basah

D 0.60 ≤ Q < 1.00 Sedang

E 1.0 ≤ Q < 1.67 Agak kering

F 1.67 ≤ Q < 3.00 Kering

G 3.00 ≤ Q < 7.00 Sangat kering

H 7.00 ≤Q Luar biasa kering

Makin kecil Q makin basah


c. Klasifikasi Oldeman
-Oldeman, L.R. An Agroclimatic Map of Java 1975
- Oldeman, L.R. An Agroklimatic Map of Sulawesi 1977
- Oldeman, L.R. An Agroklimatic Map of Sumatera 1979
- 1980
Expert LP 3 = Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor

Faktor utama di bidang pertanian daerah tropika adalah ketersediaan


lengas untuk evapotranspirasi dari tanaman, curah hujan adalah
faktor iklim dengan prioritas tinggi.

Dari perhitungan Oldeman diperoleh hasil

- Padi Sawah memerlukan : 213 mm/bln


- Tanaman lahan kering memerlukan : 120 mm/bln

Bulan CH (mm/bln)
Bulan Basah ≥ 200
Bulan Lembab 100 - 200
Bulan kering ≤ 100

Contoh : C2 (Lihat skema Iklim Oldeman)

Berarti :
Masa pertumbuhan 9 – 10 bulan
Periode Basah 5 – 6 bulan
Periode kering 2 – 3 bln
Skema Oldeman sbb : 0 12
1 11
2
10
3
9
4 8
5 7
E4 D4
6 C4
6
7 E3 D3 C3B3 5
8 4
B3
9 C2 3
E2 D2 B2
10 A2 2
11 1
D1 C1 B1 A1
E1
12 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C. Agihan Tanaman atas Iklim

Contoh tanaman berdasarkan adaptasi, sejarah dan arti


ekonomi dibedakan :

Tanaman Tropika : Coklat/Kakao, Pisang, Tebu,


Kopi
Tanaman Sub Tropika : Padi, Kapas
Tanaman Iklim Sedang : Jagung, Gandum, Apel
Iklim – Pola agihan vegetasi
Vegetasi
k/d Es dan Salju b/d

Tundra/lumut

Taiga

Padang Steppe Praire Hutan Hutan


Pasir Padang Rumput Hujan
Savana
k/p b/p

Iklim – Pola agihan tanah


Es dan Salju

Tanah Tundra

Podzol

Tanah Tanah Chernozem Tanah Podzol


Gurun Coklat Praire Podzol Coklat – Kelabu
Podzol Merah - Kuning
Laterit

Anda mungkin juga menyukai