Anda di halaman 1dari 10

INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGI UNTUK EVALUASI

KEKERINGAN PADA BENDUNG IRIGASI DI WILAYAH


SUNGAI PEMALI-COMAL

Waluyo Hatmoko1*, R. W. Triweko2, dan Iwan K. Hadihardaja3


1
Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
2
Universitas Katolik Parahyangan
3
Institut Teknologi Bandung
*
whatmoko@yahoo.com

ABSTRAK
Kekeringan disebabkan oleh kurangnya curah hujan dari kondisi normal,
dinamakan sebagai kekeringan meteorologi, yang jika berlangsung cukup lama
akan menyebabkan kekeringan hidrologi, yaitu mengeringnya debit sungai dan
menurunnya muka air danau dan air tanah. Untuk dapat menentukan awal, akhir,
dan tingkat keparahan kekeringan maka digunakan indeks kekeringan. Salah satu
jenis indeks kekeringan hidrologi (IKH) yang populer adalah Standardized Runoff
Index (SRI), serupa dengan indeks kekeringan meteorologi Standardized
Precipitation Index (SPI), dimana data asli dihitung rerata berjalan, transformasi
distribusi statistik, dan dengan Theory of Run dipotong pada suatu ambang,
sehingga bagian yang berada di bawah ambang adalah tingkat kekeringan.
Penelitian ini mengkaji kinerja IKH SRI dengan berbagai kombinasi parameter,
yaitu: 1) rerata berjalan untuk 1, 3, 6 dan 12 bulan; 2) distribusi statistik Normal,
Log-Normal dan Gamma, serta 3) ambang potong debit rata-rata dan debit
andalan Q80% secara tetap dan bulanan. Kinerja IKH dinyatakan dengan besarnya
korelasi indeks kekeringan terhadap data luas sawah terkena kekeringan. Lokasi
penelitian adalah pada bendung irigasi di Wilayah Sungai Pemali-Comal, yaitu
Bendung Notog dan Kramat, dengan menggunakan data debit sungai bulanan dari
tahun 2003 sampai dengan 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
kombinasi distribusi, dan ambang batas berkorelasi baik terhadap data dampak
kekeringan, menunjukkan semua kombinasi tersebut dapat digunakan sebagai
IKH. Korelasi tertinggi dicapai pada distribusi Log-Normal, ambang tetap debit
rata-rata, dan rerata berjalan 3 bulanan. Kombinasi parameter IKH ini disarankan
untuk digunakan dalam mengevaluasi dan memantau kondisi kekeringan di WS
Pemali-Comal. Dengan melengkapi analisis pada berbagai bendung irigasi di
Indonesia, maka pemantauan dan evaluasi kekeringan secara nasional akan dapat
diwujudkan untuk mitigasi bencana kekeringan.
Kata kunci: kekeringan, kekeringan hidrologi, indeks kekeringan hidrologi, luas
sawah terkena kekeringan, evaluasi kekeringan, pemantauan kekeringan, mitigasi,
Pemali-Comal
PENDAHULUAN
Kekeringan berbeda dengan bencana alam lainnya yang terlihat secara
jelas dan menakutkan. Kekeringan merayap, tidak jelas awal dan akhirnya.
Setelah musim hujan kita gembira dengan hari yang cerah, sampai waktu berlalu
dan kita sadari bahwa air sungai menyusut, air sumur menurun, tanaman mulai
layu, kekeringan telah terjadi. Untuk itu diperlukan adanya indeks kekeringan
yang memungkinkan untuk mendeteksi bilamana kekeringan mulai terjadi dan
kapan berakhirnya.
Kekeringan meteorologi adalah berkurangnya curah hujan dari kondisi
normal, sedangkan berkurangnya debit sungai dan menurunnya muka air danau
dan waduk merupakan kekeringan hidrologi. Indeks Kekeringan Meteorologi
(IKM) telah disepakati oleh masyarakat dunia, yaitu Standardized Precipitation
Index (SPI), sedangkan untuk kekeringan hidrologi belum ada indeks yang
seragam dan dianjurkan. Indeks Kekeringan Hidrologi (IKH) yang menyatakan
kondisi kekeringan di sungai akan lebih sesuai untuk infrastruktur sumber daya
air, termasuk bendung irigasi, dibandingkan dengan IKM yang hanya berdasarkan
curah hujan.
Permasalahannya adalah IKH yang bagaimana yang dapat menyatakan
kekeringan di bendung dengan baik? Salah satu jenis IKH yang populer adalah
Standardized Runoff Index (SRI), serupa dengan indeks kekeringan meteorologi
Standardized Precipitation Index (SPI), dimana data asli dihitung rerata berjalan,
transformasi distribusi statistik, dan dengan Theory of Run dipotong pada suatu
ambang, sehingga bagian yang berada di bawah ambang adalah tingkat
kekeringan.

MAKSUD DAN TUJUAN


Penelitian ini mengkaji kinerja IKH SRI dengan berbagai kombinasi
parameter, yaitu: 1) rerata berjalan untuk 1, 3, 6 dan 12 bulan; 2) distribusi
statistik Normal, Log-Normal dan Gamma, serta 3) ambang potong debit rata-rata
dan debit andalan Q80% secara tetap dan bulanan. Tujuannya adalah untuk
memperoleh IKH yang sesuai untuk diterapkan pada bendung irigasi di wilayah
sungai Pemali-Comal.

KAJIAN PUSTAKA
Untuk dapat memberikan informasi mengenai durasi terjadinya
kekeringan, perlu didefinisikan awal dan akhir kejadian kekeringan, yang biasa
digunakan metode “theory of run” yang dikembangkan oleh Yevjevich (1967).
Indikator kekeringan seperti misalnya data runtut waktu hujan atau debit Xt
dipotong pada suatu ambang batas X0, yang dapat berupa nilai rata-rata, median,
atau persentil tertentu, atau angka lainnya yang dapat berupa angka tetap maupun
bervariasi menurut musim. Kekeringan didefinisikan sebagai kondisi bilamana
nilai indikator setelah dipotong berada di bawah garis ambang batas, atau dengan
lain perkataan jika nilainya negatif setelah dilakukan pemotongan. Selanjutnya
Theory of Run diterapkan pada data runtut waktu (time-series) indikator
kekeringan yang telah dipotong, sebagaimana disajikan pada Gambar 1 (Mishra
and Singh, 2010). Durasi kekeringan D (Duration) adalah panjang waktu antara
garis memotong X0 menjadi negatif sampai dengan memotong X0 menjadi positif.
Tingkat kekeringan M (magnitude) dari suatu kejadian kekeringan adalah jumlah
kumulatif defisit di bawah ambang batas X0. Sedangkan intensitas kekeringan I
(Intensity) adalah rata-rata penyimpangan dari X0, atau hasil bagi antara
keparahan dengan durasi.
I=M/D (1)

4.0

3.0

2.0

1.0
Indeks Kekeringan

waktu
0.0

2
-1.0 1
3
-2.0

-3.0

Keparahan = 9.6 Keparahan = 5.0 Keparahan = 7.5


-4.0 Durasi = 4,0 Durasi = 6,0 Durasi = 2
Intensitas = 2.4 Intensitas = 0,83 Intensitas = 3.75
Cekaman = 38,4 Cekaman = 30 Cekaman = 15
-5.0

Gambar 1 Mendefinisikan kejadian kekeringan

Gambar 1 menunjukkan tiga buah kejadian kekeringan. Kejadian pertama


merupakan kejadian kekeringan yang paling parah; kejadian kedua adalah
kejadian kekeringan yang paling lama durasinya, dan kejadian ketiga merupakan
kekeringan dengan intensitas tertinggi.
Shukla dan Wood (2008) menyatakan Standardized Runoff Index (SRI)
sebagai penerapan Theory of Run pada data debit, seperti halnya SPI pada data
hujan dari McKee (1993). Rerata data yang digunakan juga serupa SPI, yaitu 1, 3,
6, dan 12 bulan. Distribusi statistik LogNormal digunakan sebab lebih sesuai
dibandingkan dengan distribusi Gamma (yang digunakan SPI) untuk data debit
bulanan di Sungai Feather di California. Edossa et al.(2010) mengkaji indeks
kekeringan hidrologi pada DAS Awash di Ethiopia, dengan menggunakan batas
debit andalan Q90% pada debit harian.
Berbagai studi kekeringan meteorologi telah dilaksanakan di WS Pemali-
Comal, diawali oleh Adidarma (2006) mengenai indeks kekeringan meteorologi
SPI beserta pemicu dan prakiraannya, dilanjutkan oleh Adidarma et al. (2011)
untuk pemodelan monitoring kekeringan; Levina et al. (2011) mengenai
pemilihan pos hujan untuk pemetaan kekeringan. Adidarma (2013) mengkaji
trend hujan yang menurun ternyata tidak berpengaruh terhadap indeks kekeringan.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Sungai Pemali-Comal, Jawa Tengah
bagian Utara, yaitu pada bendung irigasi Notog dan bendung irigasi Kramat
(Gambar 2). Data debit sungai digunakan debit bulanan di bendung dari tahun
1991 sampai dengan 2013, yang telah diuji konsistensinya dengan data hujan
dengan analisis hujan-aliran NRECA.

K.
Co
m al
al
om
K.C
K. Sir

K. C
o
angd

mal
KOTA TEGAL
mali
u

KOTA PEKALONGAN
sri

K. Pe
ang

K. Se
al
an

Bd. Asemseketek

m
K. B

Bd. Pesayangan
du

cab

Co
K. Rambut
K. Ciu

Bd. Kedungdowo Kramat

ngk a
ng

K.
Ca

K.
a
Sir

Bd. Sungapan
K.

rang
alu
K.

K. C

h
Bd. Cipero om al
Bd. Sukowati

K.
Bd. Krompeng

Am
Waduk Cacaban
PEMALANG

ba
Bd. Kaliwadas
gdu

BATANG
al

PEKALONGAN
K. Com
iran

TEGAL
t

Bd. Kejene
bu

BREBES
m
K. S

Ra
K. Gun

K.

Bd. Danawarih
Bd. Notog Bd. Mejagung
v

K. Sengk arang
K. Rambut

g
tun
Gin
K.

n nga

Gambar 2 Lokasi bendung irigasi Notog dan Kedungdowo Kramat di WS Pemali-


kaca

u
ay
Sr
K. Pe

K.
ng

Comal
K. Gintu

PURBALINGGA
25,000 BANJARNEGARA

WONOSOBO

CILACAP 20,000
BANYUMAS

15,000
Ha

10,000

5,000

0
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kab. Batang 0 0 1433 0 0 1426 40 0 225 0 0 0 0 204 70 4 0 210 0 3 0 0
Kab. Pekalongan 67 0 5650 0 26 5965 0 0 542 0 0 0 53 970 1956 66 49 446 220 817 409 55
Kab. Pemalang 0 0 6194 20 4 3017 0 0 313 0 2 142 0 716 2451 39 8 1415 2306 3463 525 0
Kab. Tegal 2 8 5133 0 9 4212 0 0 1242 0 480 235 847 1132 2246 169 537 2572 1469 1020 482 0
Kab. Brebes 60 34 518 2 0 5197 0 0 228 0 41 0 20 107 1672 44 170 724 233 693 151 0

Gambar 3 Luas sawah terkena kekeringan di WS Pemali-Comal (Ditjen Tanaman


Pangan, Kementerian Pertanian, 2012)
Kinerja IKH dinyatakan dengan besarnya korelasi indeks kekeringan
terhadap data luas sawah terkena kekeringan. Data luas areal sawah terkena
kekeringan di Wilayah Sungai Pemali-Comal diperoleh dari Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, yang mencakup Kabupaten Brebes
untuk Bendung Notog, dan Kabupaten Batang untuk Bendung Kedungdowo
(Kramat). Data historis pada Gambar 3 ini terlihat konsisten dengan luasnya areal
terkena kekeringan pada tahun-tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2003, 2006 and
2008 yang dikenal sebagai tahun kekeringan El-Nino.
Akan dikaji indeks IKH yang berkorelasi paling tinggi terhadap data luas
sawah terkena kekeringan, dengan berbagai kombinasi parameternya sebagai
berikut:
a) Rerata data: 1, 3, 6, dan 12 bulanan
b) Transformasi distribusi statistik: Normal, Log-Normal, dan Gamma
c) Sifat ambang batas potong: tetap dan bulanan
d) Ambang batas potong: rata-rata (Q50%), dan debit andalan Q80%
Hasil korelasi juga dibandingkan terhadap indeks kekeringan meteorologi SPI dari
hasil perhitungan Adidarma (2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja Indeks Kekeringan Hidrologi pada Tahun El-Nino


Untuk menyelidiki kesesuaian keparahan kekeringan tahunan dari berbagai
indeks kekeringan, maka nilai keparahan tahunan IKH, IKA dan IKM
disandingkan dan diperiksa kondisinya pada tahun kekeringan El-Nino 1991,
1994, 1997, 2002, 2003, 2006 dan 2008.
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua indeks kekeringan di Bendung Notog
pada WS Pemali-Comal bagian Barat selalu mencatat nilai negatif yang ekstrim
rendah, dinyatakan dengan warna merah pada tahun-tahun kekeringan El-Nino.
Tabel 5 menunjukkan bahwa di Bendung Kramat pada WS Pemali-Comal bagian
Timur, semua indeks kekeringan juga mencatat nilai yang sangat rendah pada
tahun-tahun El-Nino. Beberapa indeks menunjukkan kekeringan yang berlanjut
sampai tahun berikutnya, seperti IKH SRI ambang tetap yang mencatat
kekeringan ekstrim di tahun 2002 dan 2003 berlanjut ke tahun 2004. Seberapa
jauh korelasi masing-masing indeks kekeringan terhadap data historis luas sawah
terkena kekeringan dibahas pada pasal berikut.

Kajian Distribusi Statistik


Untuk menyusun indeks kekeringan hidrologi, salah satu faktor penting
adalah pemilihan distribusi statistik. Dalam penelitian ini digunakan tiga buah
asumsi distribusi statistik, yaitu distribusi Normal, distribusi LogNormal, dan
distribusi Gamma. Hipotesisnya adalah jika indeks kekeringan hidrologi dipilih
yang sesuai dengan distribusi statistik data debit aslinya, maka indeks kekeringan
hidrologi tersebut akan memiliki kinerja yang baik, dalam arti mencapai korelasi
yang tinggi terhadap data luas sawah terkena kekeringan. Uji kecocokan distribusi
dilakukan berdasarkan Uji Chi Kuadrat dan Uji Kolmogorov-Smirnov. Tabel 3
dan Tabel 4 memperlihatkan kecocokan distribusi statistik setiap bulan untuk
Bendung Notog dan Bendung Kramat.

Tabel 1 Keparahan Tahunan Bendung Notog dan Tahun El-Nino


SRI Ambang Tetap SRI Ambang Bulanan IKM
Tahun Catatan
ND50T ND80T LN50T LN80T GM50T GM80T ND50B ND80B LN50B LN80B GM50B GM80B SPI
1991 -6.43 -1.04 -6.48 -2.15 -9.36 -9.36 -5.02 -0.04 -4.72 -0.46 -3.95 -0.13 -5.92 El-Nino
1992 -4.53 0.00 -1.10 0.00 -3.58 -3.58 -3.21 -0.43 -3.48 -1.31 -3.73 -0.97 -1.28
1993 -6.01 -0.88 -5.56 -1.64 -8.18 -8.18 -5.23 -0.80 -6.10 -2.37 -6.02 -2.13 -2.30
1994 -9.34 -1.30 -9.13 -4.24 -13.16 -13.16 -15.12 -6.11 -21.32 -12.32 -19.22 -10.94 -5.37 El-Nino
1995 -3.40 -0.49 -3.04 -0.68 -4.47 -4.47 -0.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.63
1996 -5.17 -0.35 -3.59 -1.03 -6.12 -6.12 -4.03 -0.45 -3.51 -0.36 -3.65 -0.64 -2.24
1997 -6.70 -1.23 -8.15 -3.76 -10.61 -10.61 -5.96 -0.64 -7.87 -2.33 -6.14 -1.93 -5.12 El-Nino
1998 -2.34 0.00 -0.33 0.00 -1.13 -1.13 -1.46 -0.20 -1.15 -0.26 -1.50 -0.44 -1.35
1999 -4.94 -0.48 -4.47 -1.65 -6.49 -6.49 -3.25 -0.58 -3.01 -0.70 -2.78 -0.98 -1.85
2000 -4.81 -0.61 -3.79 -1.14 -6.05 -6.05 -3.27 -0.43 -2.33 -0.33 -2.18 -0.61 -1.21
2001 -2.92 -0.18 -1.39 0.00 -2.65 -2.65 -2.11 0.00 -1.22 0.00 -1.90 0.00 -2.28
2002 -6.00 -1.07 -8.17 -4.24 -10.04 -10.04 -5.34 -0.17 -6.77 -1.52 -4.76 -0.75 -6.71 El-Nino
2003 -6.04 -1.07 -6.53 -2.54 -8.95 -8.95 -5.92 -0.38 -6.02 -1.11 -5.17 -0.45 -4.87 El-Nino
2004 -5.62 -0.67 -4.80 -1.50 -7.34 -7.34 -4.13 0.00 -2.62 0.00 -2.82 -0.06 -1.33
2005 -5.50 -0.44 -3.92 -1.36 -6.70 -6.70 -3.62 -0.06 -2.72 -0.13 -2.81 -0.04 -4.26
2006 -6.36 -1.04 -7.99 -3.74 -10.25 -10.25 -5.19 -0.09 -6.00 -1.00 -6.82 -1.97 -4.76 El-Nino
2007 -5.40 -0.76 -4.77 -1.59 -7.11 -7.11 -3.75 -0.49 -2.98 -0.86 -6.12 -2.72 -6.13
2008 -5.49 -0.88 -5.49 -1.94 -7.90 -7.90 -6.44 -0.56 -7.00 -1.57 -5.98 -0.99 -5.04 El-Nino
2009 -4.93 -0.74 -5.19 -2.08 -6.86 -6.86 -4.26 -0.55 -3.97 -0.41 -3.11 -0.80 -7.07
2010 -0.40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.00 0.00 -0.02 0.00 -0.27
2011 -4.65 -0.58 -4.51 -1.51 -6.64 -6.64 -1.74 0.00 -0.90 0.00 -0.34 0.00 -2.59

Tabel 2 Keparahan Tahunan Bendung Kramat dan Tahun El-Nino


SRI Ambang Tetap SRI Ambang Bulanan IKM
Tahun Catatan
ND50T ND80T LN50T LN80T GM50T GM80T ND50B ND80B LN50B LN80B GM50B GM80B SPI
1991 -6.88 -1.07 -11.34 -6.74 -12.87 -7.61 -8.13 -1.31 -13.06 -6.74 -8.86 -8.86 -8.85 El-Nino
1992 -3.17 -0.19 -1.71 -0.12 -3.13 -0.94 -3.78 -0.75 -3.66 -0.12 -3.67 -3.67 -6.03
1993 -4.91 -0.53 -4.15 -0.73 -6.44 -2.60 -3.32 -0.51 -1.86 -0.73 -1.84 -1.84 -3.58
1994 -6.97 -1.07 -10.11 -5.28 -12.33 -6.88 -7.03 -0.99 -10.05 -5.28 -7.53 -7.53 -7.57 El-Nino
1995 -4.11 -0.40 -4.03 -1.47 -5.88 -2.37 -1.38 0.00 -1.19 -1.47 -0.41 -0.41 -1.47
1996 -4.76 -0.20 -2.93 0.00 -5.52 -1.19 -4.12 -1.08 -4.49 0.00 -4.55 -4.55 -5.35
1997 -6.64 -0.91 -7.71 -2.88 -10.39 -5.10 -6.09 -0.35 -6.61 -2.88 -6.36 -6.36 -10.11 El-Nino
1998 -2.90 -0.11 -1.27 -0.06 -2.66 -0.55 -2.64 -0.22 -2.31 -0.06 -2.49 -2.49 -4.35
1999 -4.56 -0.36 -3.48 -0.66 -5.79 -1.82 -3.48 -0.53 -3.24 -0.66 -3.09 -3.09 -2.81
2000 -5.00 -0.55 -4.64 -1.98 -6.73 -3.12 -3.66 -0.20 -3.86 -1.98 -2.65 -2.65 -2.42
2001 -4.14 -0.30 -2.70 -0.52 -4.54 -1.59 -3.88 -0.19 -3.14 -0.52 -3.34 -3.34 -3.15
2002 -6.59 -1.03 -9.02 -4.06 -11.47 -6.11 -6.58 -0.69 -8.31 -4.06 -6.72 -6.72 -6.20 El-Nino
2003 -6.09 -0.85 -7.28 -3.29 -9.65 -4.95 -7.26 -1.27 -7.81 -3.29 -6.56 -6.56 -4.17 El-Nino
2004 -5.84 -0.97 -8.48 -4.14 -10.58 -5.80 -4.68 -0.36 -5.72 -4.14 -4.56 -4.56 -4.78
2005 -4.09 -0.18 -1.62 -0.08 -3.73 -0.90 -3.42 -0.59 -3.08 -0.08 -3.24 -3.24 -3.82
2006 -6.12 -0.94 -7.95 -3.75 -10.16 -5.50 -5.95 -0.94 -7.08 -3.75 -8.31 -8.31 -6.77 El-Nino
2007 -5.48 -0.73 -5.88 -2.52 -8.04 -4.07 -3.78 -0.83 -4.34 -2.52 -6.55 -6.55 -2.69
2008 -5.12 -0.49 -4.59 -1.03 -7.08 -2.69 -2.75 0.00 -2.13 -1.03 -1.74 -1.74 -4.77 El-Nino
2009 -5.13 -0.71 -5.53 -2.17 -7.41 -3.81 -4.89 -0.89 -4.40 -2.17 -3.84 -3.84 -4.77
2010 -0.38 0.00 0.00 0.00 -0.11 0.00 -0.70 0.00 -0.39 0.00 -0.61 -0.61 -1.34
2011 -4.84 -0.48 -4.28 -1.06 -6.56 -2.40 -2.47 0.00 -0.98 -1.06 -1.26 -1.26 -1.53
Tabel 3 Kesesuaian distribusi statistik Bendung Notog
Distribusi
Bulan
Normal LogNormal Gamma
Januari sesuai sesuai sesuai
Februari sesuai sesuai sesuai
Maret sesuai tidak sesuai
April sesuai sesuai sesuai
Mei sesuai sesuai sesuai
Juni sesuai sesuai sesuai
Juli sesuai sesuai sesuai
Agustus tidak sesuai tidak
September tidak sesuai tidak
Oktober tidak sesuai sesuai
November sesuai sesuai sesuai
Desember tidak sesuai sesuai
Jumlah sesuai (bulan) 8 11 10
Setahun 67% 92% 83%

Tabel 4 Kesesuaian distribusi statistik Bendung Kramat


Distribusi
Bulan
Normal LogNormal Gamma
Januari tidak sesuai sesuai
Februari sesuai sesuai sesuai
Maret sesuai sesuai sesuai
April sesuai sesuai tidak
Mei sesuai sesuai tidak
Juni sesuai sesuai sesuai
Juli tidak sesuai sesuai
Agustus tidak sesuai tidak
September tidak sesuai tidak
Oktober tidak sesuai sesuai
November sesuai sesuai sesuai
Desember sesuai sesuai sesuai
Jumlah sesuai (bulan) 8 12 8
Setahun 67% 100% 67%

Korelasi IKH terhadap Data Luas Sawah Terkena Kekeringan


Untuk Bendung Notog dengan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.276
km2, keparahan kekeringan tahunan terhadap luas sawah terkena kekeringan,
berkorelasi sangat erat, yaitu 95%, yang dicapai oleh SRI.LN50-6 dengan
distribusi LogNormal batas potong bulanan 50%, rerata 6 bulanan (Tabel 5).
Korelasi erat lainnya sebesar 94% diperoleh pada SRI.GM50-6 distribusi Gamma
rerata 6 bulanan batas potong bulanan 50%. Selanjutnya korelasi 93% pada
SRI.LN50-3, dan SRI.GM80-6, serta hampir semua SRI 12 bulanan batas potong
tetap, dan untuk batas potong bulanan pada SRI 6 bulanan, 12 bulanan dan 3
bulanan. Selanjutnya dengan korelasi masih cukup erat pada SRI batas potong
bulanan rerata 1 bulanan dan batas potong tetap 3 bulanan.

Tabel 5 Korelasi Keparahan Kekeringan Tahunan dengan Data Luas Sawah


terkena Kekeringan di Bendung Notog

Metode Distribusi Ambang 1 bulanan 3 bulanan 6 bulanan 12 bulanan


SRI.ND50T Normal 50% tetap 62% 71% 88% 87%
SRI.ND80T Normal 80% tetap 51% 56% 87% 93%
SRI.LN50T LogNormal 50% tetap 52% 64% 89% 93%
SRI.LN80T LogNormal 80% tetap 53% 60% 85% 93%
SRI.GM50T Gamma 50% tetap 57% 68% 89% 91%
SRI.GM80T Gamma 80% tetap 53% 58% 86% 93%
SRI.ND50B Normal 50% bulanan 85% 92% 92% 88%
SRI.ND80B Normal 80% bulanan 91% 92% 92% 93%
SRI.LN50B LogNormal 50% bulanan 87% 93% 95% 92%
SRI.LN80B LogNormal 80% bulanan 91% 92% 93% 92%
SRI.GM50B Gamma 50% bulanan 86% 92% 94% 91%
SRI.GM80B Gamma 80% bulanan 88% 91% 93% 93%
SPI Gamma 50% bulanan 33% 39% 27% -8%

Tabel 6 Korelasi Keparahan Kekeringan Tahunan dengan Data Luas Sawah


terkena Kekeringan di Bendung Kramat
Metode Distribusi Ambang batas1 bulanan 3 bulanan 6 bulanan 12 bulanan
SRI.ND50T Normal 50% tetap 51% 50% 45% -6%
SRI.ND80T Normal 80% tetap 57% 61% 64% -16%
SRI.LN50T LogNormal 50% tetap 68% 70% 68% -8%
SRI.LN80T LogNormal 80% tetap 76% 76% 76% -16%
SRI.GM50T Gamma 50% tetap 62% 64% 63% -8%
SRI.GM80T Gamma 80% tetap 67% 69% 70% -16%
SRI.ND50B Normal 50% bulanan 65% 50% 18% -7%
SRI.ND80B Normal 80% bulanan 49% 16% -10% -18%
SRI.LN50B LogNormal 50% bulanan 79% 68% 32% -7%
SRI.LN80B LogNormal 80% bulanan 84% 73% 24% -15%
SRI.GM50B Gamma 50% bulanan 62% 55% 23% -2%
SRI.GM80B Gamma 80% bulanan 62% 37% 5% -12%
SPI Gamma 50% bulanan 61% 55% 32% -4%
Secara umum keparahan kekeringan tahunan di Bendung Notog yang
berkorelasi cukup tinggi terhadap luas sawah terkena kekeringan, adalah 1) pada
rerata 6 bulanan, batas potong bulanan; serta 2) rerata 12 bulanan ambang batas
tetap. Parameter distribusi maupun ambang batas tidak banyak mempengaruhi
hasil korelasi terhadap luas sawah terkena kekeringan.
Bendung Kramat di Kali Sambong memiliki daerah tangkapan air yang kecil, yaitu
hanya 88 km2. Korelasi antara keparahan kekeringan tahunan dengan data luas
sawah terkena kekeringan terbaik pada ambang batas tetap dengan rerata 1, 3 dan
6 bulanan (
Tabel 6). Kinerja terbaik dicapai oleh IKH SRI.LN80-1 distribusi
LogNormal dengan ambang batas 80% ambang batas bulanan dan juga
SRI.LN80T ambang batas tetap. Rerata 1 bulanan selalu mencatat korelasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan rerata 3, 6, dan 12 bulanan. Ambang batas
potong yang menunjukkan korelasi tinggi adalah ambang batas andalan Q80%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari pengkajian Indeks Kekeringan Hidrologi (IKH) Standardized Runoff
Index (SRI) berdasarkan Theory of Run dengan berbagai variasi distribusi
statistik, dengan ambang tetap dan bulanan, pada nilai rata-rata dan debit andalan
80%. Semua variasi Indeks Kekeringan Hidrologi SRI ini konsisten dengan tahun
El-Nino 1991, 1994, 1997, 2002, 2003, 2006 dan 2008. Verifikasi terhadap data
luas sawah terkena kekeringan menunjukkan bahwa pada umumnya IKH yang
sesuai untuk WS Pemali-Comal adalah SRI dengan Ambang Batas Tetap Q50%,
berdistribusi Log-Normal, dengan rerata 3 bulanan.
Pada bendung irigasi dengan daerah tangkapan air yang luas, sebaiknya
digunakan rerata 3, 6, atau 12 bulanan. Sedangkan untuk daerah tangkapan air
yang kecil, rerata 1 dan 3 bulanan akan lebih sesuai. Transformasi distribusi
statistik yang digunakan sebaiknya mengikuti distribusi statistik dari data debit
yang dikaji. Dengan pemilihan kombinasi rerata dan distribusi ini, pada umumnya
semua jenis IKH berkorelasi cukup baik terhadap data luas sawah terkena
kekeringan, yaitu antara 75% sampai dengan 95%. Kinerja ini jauh lebih baik dari
indeks kekeringan meteorologi SPI yang hanya sampai 61%.

Saran
Disarankan untuk menerapkan perhitungan indeks kekeringan hidrologi
pada setiap bendung irigasi agar kondisi kekeringan pada infrastruktur sumber
daya air dapat diketahui secara tepat, sebagai bahan masukan penyelenggaraan
alokasi air. Untuk pengembangan lebih lanjut, dapat diteliti perilaku indeks
kekeringan hidrologi pada wilayah sungai lain di Indonesia. Selanjutnya perlu
diteliti kemungkinan prediksi indeks kekeringan hidrologi beberapa bulan
mendatang berdasarkan data prediksi indeks kekeringan meteorologi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adidarma, W. K., 2006. Pengembangan Model Pemantauan Gejala
Kekeringan di Indonesia, Disertasi Program Doktor Teknik Sipil
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
2. Adidarma, W. K., L. Martawati, Levina, dan O. Subrata 2011. Model
Monitoring Kekeringan dalam Kerangka Manajemen Bencana yang
Memberikan Informasi Secara Spasial dan Temporal. Jurnal teknik
Hidraulik, Vol. 2 No. 2, Desember 2011.
3. Adidarma, W. K., 2013. Trend Hujan di Musim Kemarau yang Berkurang
Belum Tentu Menimbulkan Intensitas Kekeringan yang Bertambah
Parah, Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 9 No 2, November 2013
4. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 2011. Rancangan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum tentang Neraca Air dan Penyelenggaraan Alokasi
Air, Kementerian Pekerjaan Umum
5. Edossa, Desalegn Chemeda, Mukand Singh Babel, and Ashim Das Gupta.
2010. “Drought analysis in the Awash river basin, Ethiopia.” Water
resources management: 1441-1460. doi:10.1007/s11269-009-9508-0.
http://www.springerlink.com/index/a463727w342148x4.pdf.
6. Levina, W. K. Adidarma, L. Martawati, dan W. Seizarwati, 2011. Analisis
Pemilihan Pos Hujan untuk Pemantauan Kekeringan di Wilayah Sungai
Pemali Comal, Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 2 No. 1, Juni 2011.
7. Mckee, Thomas B, Nolan J Doesken, and John Kleist. 1993. The relationship
of drought frequency and duration to time scales. In Eighth Conference
on Applied Climatology, 17-22 January 1993, Anaheim, California, 17-
22.
8. Mishra, Ashok K, and Vijay P Singh. 2010. “A review of drought concepts”
Journal of Hydrology 391 (1-2): 202-216. doi: 10.1016/
j.jhydrol.2010.07.012. http://dx.doi.org/10.1016/j.jhydrol.2010.07.012.
Diakses 01-10-2012
9. Shukla, S., & Wood, A. W. (2008). Use of a standardized runoff index for
characterizing hydrologic drought. Geophysical Research Letters,
35(2), L02405. doi:10.1029/2007GL032487. Diakses 01-10-2012
10. Yevjevich, Vujica. 1967. “An Objective Approach to Definitions and
Investigations of Continental Hydrologic Droughts” Hydrology Papers
Colorado State University Fort Collins, Colorado (August).

Anda mungkin juga menyukai