Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kentang merupakan tanaman pangan utama dunia setelah padi,


gandum dan jagung. Sejak masuknya ke Indonesia sampai saat ini, kentang lebih
banyak dikonsumsi sebagai sayuran dan makanan jajanan daripada sebagai
makanan pokok. Dalam rangka diversifikasi pangan, kentang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat utama. Hal ini
mengingat kentang memiliki nilai gizi yang tinggi, dimana semua asam amino,
vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh manusia terdapat dalam umbi
kentang.
Walaupun demikian di Indonesia mulai menjamur berbagai jenis makanan
“fast food” dimana kentang merupakan salah satu bahan utama dari makanan fast
food tersebut. Tetapi kebutuhan bahan mentah kentang untuk fast food masih
didatangkan dari luar negeri. Di Indonesia, rendahnya produksi kentang antara
lain disebabkan oleh bibit bermutu tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dan
sulit didapatkan, harganyapun relatif mahal, selain itu tingkat pengetahuan petani
masih rendah dalam menerapkan teknologi termasuk teknik pengendalian hama
dan penyakit, serta tingginya biaya produksi untuk usaha tani kentang.
Penyakit kentang merupakan salah satu kendala utama dalam usaha
peningkatan produksi kentang di Indonesia. Tanaman kentang memiliki 266 hama
dan penyakit yang terdiri dari 23 virus, 38 cendawan, 6 bakteri, 2 mikoplasma, 1
viroid, 68 nematoda dan 128 insekta (Mendoza, 1987). Tiga penyakit utama yang
sangat sukar dikendalikan adalah penyakit degenerasi virus, penyakit hawar daun
(Phytophthora infestans) dan penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum).
Pengendalian ketiga penyakit tersebut secara kimiawi maupun kultur
teknis sukar dilakukan sehingga sebagai alternatif terbaik adalah melalui metode
pemuliaan. Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh kultivar yang

1
tahan/resisten terhadap penyakit tersebut. Teknik dalam pemuliaan yang dapat
dilakukan adalah melalui persilangan konvensional dan melalui fusi protoplas.
Persilangan tanaman kentang secara konvensional mempunyai beberapa
kendala yaitu sifat pembungaan, sifat kompatibilitas dan sifat ploidi. Tidak semua
kultivar kentang dapat berbunga bahkan walaupun berbunga persilangan tersebut
belum tentu berhasil karena adanya sifat inkompatibilitas. Sedangkan penggunaan
fusi protoplas atau hibridisasi somatik dapat mengatasi masalah pembungaan dan
inkompatibilitas tersebut. Fusi protiplas dapat menggabungkan dua jenis protoplas
yang berlainan tanpa harus melihat kekhususan partnernya. Keistimewaan lainnya
yaitu adanya kemungkinan untuk mengkombinasikan genom dari beberapa
spesies yang secara seksual tidak kompatibel. Hibridisasi intraspesifik dan
interspesifik memungkinkan untuk mentransfer suatu gen resisten ke dalam suatu
kultivar yang rentan. Karakter resisten terhadap berbagai penyakit tersebut dapat
ditemukan pada banyak spesies dihaploid liar, misalnya S. phureja (resisten PVY
dan layu bakteri), S. vernei (resisten hawar daun dan Erwinia carotovora) dan S.
stenotonum (resisten PTM).

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimanakah materi utama dari tanaman kentang?


 Apa sajakah syarat tumbuh dari tanaman kentang?
 Bagaimana morfologi dari tanaman kentang?
 Apa saja tipe-tipe penyerbukan yang dapat terjadi pada tanaman kentang?
 Apa saja hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang?

1.3 Tujuan

 Untuk memahami materi utama dari tanaman kentang.


 Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman kentang.
 Untuk memahami morfologi dari tanaman kentang.
 Untuk mengetahui tipe-tipe penyerbukan yang dapat terjadi pada tanaman
kentang.
 Untuk mengetahui hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Genetika Tanaman Kentang


Genus Solanum terdiri dari lebih kurang 2000 spesies, 150 spesies
diantaranya berumbi dengan dengan jumlah kromosom somatiknya bervariasi
yaitu 24, 36, 48, 60 dan 72 (Plaisted, 1980). Tanaman kentang budidaya
merupakan spesies tetraploid dan digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu
Solanum tuberosum ssp. Tuberosum dan Solanum tuberosum ssp. Andigena
(Wattimena. Dkk, 1992). Menurut Plaisted (1980) subspecies tuberosum
merupakan tanaman komersial di daerah temperate dan subtropik, sedangkan
subspecies andigena dibudidayakan di dataran tinggi dari Argentina sampai
Mexico. Selain S. tuberosum masih ada spesies-spesies liar lain yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan, antara lain S. phureja (diploid), S. stenotomum
(diploid), S. stoloniferum (tetraploid), S. vernei (diploid), S. demissum (hexaploid)
dan lain-lain. Spesies Solanum liar yang diploid merupakan sumber penting bagi
ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik yang banyak menyerang tanaman
kentang budidaya. Antara lain S. sanctae-rosae dan S. phureja yang tahan
terhadap beku dan patogen seperti Pseudomonas solanacearum dan PVY.

2.2 Syarat Tumbuh


Tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila
ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya.
Keadaan tanah dan iklim merupakan dua hal yang penting untuk diperhatikan,
selain faktor penunjang lainya yaitu hama dan penyakit tanaman. Faktor lain yang
mempengaruhi produksi kentang adalah kondisi lahan, iklim, teknik budidaya,
jumlah tunas, dan varietas kentang.  Kondisi lahan meliputi jenis tanah, kesuburan
tanah, dan ketinggian tempat.
Kentang menghendaki tanah yang subur dengan kandungan bahan organik
tinggi. Tekstur tanah yang ideal untuk tanaman kentang adalah lempung berpasir

3
sehingga struktur tanah remah, gembur, dan tidak mengakibatkan air menggenang
sewaktu hujan. Keasaman (pH) tanah yang optimal untuk tanaman kentang adalah
antara 5-5,5. Pada pH kurang dari 5, tanaman akan mengalami defisiensi Posfor
(P) dan magnesium (Mg) serta keracunan mangan (Mn). Pada pH tinggi tanaman
akan mengalami defisiensi kalium (K). Keadaan pH yang sesuai untuk tanaman
kentang bervariasi antara 5,0-7,0 tergantung varietasnya.
Tanaman kentang tumbuh baik di daerah pegunungan atau dataran tinggi
dengan ketinggian 800-1500 m di atas permukaan laut (dpl). Akan tetapi, tempat
pada ketinggian tersebut sangat terbatas, sehingga saat ini banyak dikembangkan
kentang di dataran menengah, yaitu antara 400-600 m dpl.
Pertumbuhan tanaman kentang membutuhkan suhu udara antara 15-23 oC.
Pembentukan umbi membutuhkan suhu siang 17,7-23,7 oC dan suhu malam antara
6,1-12,2 oC. Apabila suhu di bawah 10 oC atau di atas 30 oC akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kelembapan udara optimal untuk
kentang berkisar antara 60% sampai 85%. Kelembapan udara yang rendah akan
menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan umbi.

2.3 Morfologi Tanaman

 Batang
Batang tanaman kentang berongga dan tidak berkayu, kecuali pada
tanaman yang sudah tua bagian bawah batang dapat berkayu. Batang ini
umumnya bersudut dan bersayap. Tergantung pada kultifarnya, sayap pada
batang ini berbeda-beda, ada yang tampak jelas dan ada pula yang kurang
jelas. Pada yang jelas bersayap, sayapnya sempit atau lebar, tepinya lurus
atau bergelombangdan berjumlah satu atau lebih. Pertumbuhan batang
memiliki tiga tipe tumbuh sebagai berikut:
 Tegak : membentuk sudut > 45º dari permukaan tanah.
 Menyebar : membentuk sudut antara 30º - 45º dari permukaan
tanah
 Menjalar : pada tanaman non budi daya atau non komersial,
kecuali pada tanaman yang sudah tua.

4
 Daun
Daun pada tanaman Kentang merupakan daun majemuk yang
terdiri atas tangkai daun utama ( rachis), anak daun primer ( pinnae), dan
anak daun sekunder (folioles) yang tumbuh pada tangkai daun utama
diantara anak daun primer. Bagian rachis dibawah pasangan daun primer
yang terbawah disebut petiola.
Daun majemuk tanaman kentang, pada dasarnya tangkai daunnya
mempunyai tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder
dengan sistem percabangan simpodial.
 Bunga
Bunga Kentang adalah zigomorf ( mempunyai bidang simetris),
berjenis kelamin dua (hermaproditus atau bunga sempurna), warna
mahkota bunga ( corolla) putih, merah jambu, atau ungu. Daun kelopak
(calyx), daun mahkota (corolla) dan benang sari (stamen) masing-masing
berjumlah lima buah dengan satu bunga putik (pistilus). Mahkota
berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang. Lima buah benang sari
berwarna kuning melingkari tangkai putiknya.
 Buah dan Biji
Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah membesar dan
berkembang menjadi buah kentang berwarna hijau tua sampai keunguan,
berbentuk bulat, bergaris tengah ±2,5 cm, dan berongga dua. Buah
kentang mengandung 500 bakal biji dan yang dapat berkembang menjadi
biji hanyalah berkisar antara 10-300 biji.
 Stolon dan Umbi Kentang
Bagian batang yang terletak dibawah permukaan tanah tumbuh
daun-daun kecil seperti sisik pada ketiak daun terdapat tunas ketiak yang
dapat tumbuh menjulur secara diageotropik. Buku-buku (internode) yang
memanjang dan melengkung pada bagian ujungnya disebut stolon.
Umbi Kentang merupakan bagian dari batang yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan cadangan makanan serta untuk bereproduksi.

5
 Akar
Tanaman Kentang yang berasal dari umbi tidak terdapat akar
utama tetapi hanya akar halus atau akar serabut saja yang panjangnya
dapat mencapai 60 cm. Dalam tanah akar banyak terdapat pada kedalaman
20 cm.

2.4 Penyerbukan Pada Kentang

 Penyerbukan alami
Bunga pada tanaman kentang terdiri dari 1-30 bunga tetapi
umumnya antara 7-15 bunga. Bunga kentang termasuk ke dalam bunga
sempurna (Hermaphrodit) atau berumah satu (monoecus), yakni memiliki
organ jantan dan betina. Seperangkat organ jantan ini disebut stamen atau
androecium. Sementara seperangkat organ betina yang terdiri dari kepala
putik (stigma), tangkai putik (stylus) yang panjang dan bakal buah
(ovarium) disebut pistillum atau gynoecium. Kedudukan benang sari
umumnya lebih rendah dibandingkan putiknya, tetapi ada pula yang lebih
tinggi atau sama tingginya daripada putiknya. Hal ini memungkinkan
bunga untuk melakukan penyerbukan sendiri (self pollination) atau
menyerbuk silang (self incompatible). Bunga akan menyerbuk sendiri bila
kedudukan benang sari lebih tinggi dibandingkan putiknya. Sebaliknya
bila benang sari lebih rendah dari putiknya, maka bunga akan menyerbuk
silang. Besarnya tingkat penyerbukan sendiri diduga mencapai 30%.
Tepung sarinya kering sehingga mudah terhambur keluar apabila
sudah matang. Pada bunga kentang, organ kelamin betina atau putiknya
lebih cepat matang (reseptif) dibandingkan tepung sarinya. Sewaktu
tepung sari matang, putiknya telah layu sehingga tidak reseptif. Oleh
karena itu bisa terjadi penyerbukan silang dengan tepung sari dari bunga
atau tanaman lain. Yang bertindak sebagai penyerbuknya ialah lebah madu
(Apis indica) yang mencari madu pada bunga mekar. Pada usaha tani
kentang, adanya pembungaan dapat menghambat pembentukan umbi.
Karena itu bunga yang muncul sebaiknya segera dibuang.

6
 Penyerbukan buatan
Pada tanaman kentang yang akan dilakukan penyerbukan buatan,
terlebih dahulu bunga kentang yang telah mekar diambil untuk diekstrak
pollennya. Pollen ditampung pada kertas pollen dan kemudian dimasukkan
ke kapsul kosong. Pollen akan tahan selama 1 minggu dan bila disimpan
dalam lemari es akan tahan selama 1 bulan.
Penyerbukan dilakukan sekitar pukul 7 sampai pukul 10 dan bila
sore hari pukul 4 sore. Bunga yang akan diserbuk silang dipilih yang
belum mekar dan hilangkan kelopak bunga, mahkota bunga dan benang
sari sehingga tinggal putiknya saja. Putik yang telah siap diserbuki
kemudian diselimuti dengan pollen yang ada dalam kapsul.
Pembuahan akan terjadi 48 jam setelah penyerbukan. Buah pada
kentang mengandung racun. Adapun warna buah kentang hijau tua sampai
keunguan, berbentuk bulat dan berongga dua. Satu tanaman bila
mengalami penyerbukan alami menghasilkan 10-40 buah.

1.4 Hama dan Penyakit

 Hama
1. Ulat grayak (Spodoptera litura)
 Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya.
 Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2)
penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.
2. Kutu daun (Aphis Sp)
 Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga
dapat menularkan virus.
 Pengendalian: memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta
penyemprotan Pestona atau BVR.
3. Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
 Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman
muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
 Pengendalian: Pengocoran Pestona.

7
4. Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
 Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi
yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian
umbi telah dimakan.
 Pengendalian : Pengocoran Pestona.
5. Hama trip ( Thrips tabaci )
 Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah
menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-
ujung daun yang masih muda.
 Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang; (2)
mengunakan Pestona atau BVR.

 Penyakit
1. Penyakit busuk daun
 Penyebab: jamur Phytopthora infestans.
 Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak
basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan
bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun
membusuk/mati.
 Pengendalian: sanitasi kebun.
 Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.
2. Penyakit layu bakteri
 Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.
 Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua,
daun bagian bawah menguning.
 Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman.
 Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.

8
3. Penyakit busuk umbi
 Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.
 Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering.
Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda
busuk.
 Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan
bibit yang baik.
 Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam
4. Penyakit fusarium
 Penyebab: jamur Fusarium sp.
 Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini
juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk
melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis.
 Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan
pendangiran.
 Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.
5. Penyakit bercak kering (Early Blight)
 Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit
dan berkembang di daerah kering.
 Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua,
meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak
beraturan, kering, berkerut dan keras.
 Pengendalian: pergiliran tanaman.
 Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam
6. Penyakit karena virus
 Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV)
menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX)
menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY)
menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)

9
menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan
mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik
lemas.
 Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat
dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun
menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh
peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan
Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda.
 Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,
pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas
virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman
sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan
melakukan pergiliran tanaman.

10
BAB III
PENUTUP

1.5 Kesimpulan

 Permasalahan utama dalam budidaya kentang adalah kurangnya ketersediaan


benih bermutu, program penangkaran benih merupakan salah satu solusi yang
dapat dilakukan.
 Tanaman kentang merupakan spesies tetraploid dan digolongkan ke dalam
dua kelompok yaitu Solanum tuberosum ssp. Tuberosum dan Solanum
tuberosum ssp. Andigena.
 Syarat tumbuh tanaman kentang antara lain keasaman (pH) tanah yang
optimal antara 5-5,5. Tumbuh baik di daerah pegunungan atau dataran
tinggi dengan ketinggian 800-1500 m di atas permukaan laut (dpl) dan
membutuhkan suhu udara antara 15-23 oC. Kelembapan udara optimal untuk
kentang berkisar antara 60% sampai 85%.
 Tanaman kentang terdiri atas batang, daun, bunga, akar, buah dan biji serta
stolon dan umbi kentang.
 Tanaman kentang dapat melakukan dua cara penyerbukan yang berbeda, yaitu
penyerbukan secara alami dan buatan. Namun diantara kedua cara tersebut,
penyerbukan secara buatan lebih baik digunakan dibandingkan dengan
penyerbukan secara alami.
 Hama yang menyerang tanaman kentang antara lain ulat grayak, kutu daun,
orong-orong, hama penggerek umbi dan hama trip.
 Penyakit yang menyerang tanaman kentang anatara lain penyakit busuk
daun, penyakit layu bakteri, penyakit busuk umbi, penyakit fusarium,
penyakit bercak kering (Early Blight) dan penyakit karena virus misalnya
Potato Leaf Roll Virus (PLRV), Potato Virus X (PVX), Potato Virus Y
(PVY), Potato Virus A (PVA), Potato Virus M (PVM), Potato Virus S
(PVS).

11
1.6 Saran
 Program penangkaran benih merupakan salah satu solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan kurangnya ketersediaan benih
bermutu dalam budidaya kentang.
 Seharusnya para petani lebih mendalami ilmu atau cara membudidayakan
tanaman kentang, agar hasil yang didapat lebih maksimal.
 Sebelum melakukan budidaya tanaman kentang, harus mengerti terlebih
dahulu syarat tumbuh dan juga varietas yang akan ditanam. Hal tersebut
agar tidak terjadi kerugian dalam masa produksi, karena tanaman kentang
merupakan tanaman yang sangat rentan akan hama dan penyakit.

12

Anda mungkin juga menyukai