Docrpijm - 8d1e988d79 - Bab Iibab II Profil Kab. Kapuas
Docrpijm - 8d1e988d79 - Bab Iibab II Profil Kab. Kapuas
Tabel 2.1
Luas wilayah dan Jumlah Kelurahan per-Kecamatan
Luas Wilayah
Jumlah
No. Kecamatan Administrasi Terbangun
Kelurahan/ Desa
(Km2) (%) thd total (Km2) (%) thd total
1. KAPUAS KUALA 13 348,08 2,32 5,56 3,69
2. TAMBAN CATUR 10 78,92 0,53 6,24 4,14
3. KAPUAS TIMUR 7 202 1,35 7,59 5,03
4. SELAT 10 111,74 0,74 32,22 21,37
5. BATAGUH 15 282,26 1,88 8,94 5,93
6. BASARANG 14 206 1,37 11,16 7,40
7. KAPUAS HILIR 8 91 0,61 6,33 4,20
8. PULAU PETAK 12 135 0,9 7,56 5,01
9. KAPUAS MURUNG 23 288,45 1,92 5,48 3,63
10 . DADAHUP 13 202,55 1,35 4,91 3,25
11 . KAPUAS BARAT 12 480 3,20 6,49 4,30
12 . MANTANGAI 38 6.128 40,86 34,37 22,79
13 . TIMPAH 9 2.016 13,44 1,80 1,19
14 . KAPUAS TENGAH 13 1.160 7,73 7,41 4,91
15 . PASAK TALAWANG 10 673 4,49 2,17 1,44
16 . KAPUAS HULU 14 1.274 8,49 0,86 0,57
Seiring dinamisasi kondisi geopolitik dan ekonomi, Pada pertengahan tahun 2009,
kabupaten kapuas mengalami perkembangan baru dimana beberapa desa
membentuk 5 (lima) wilayah kecamatan baru (batas masih dalam konfirmasi).
Konsentrasi penduduk tinggi disuatu tempat mencerminkan adanya potensi
kegiatan ditempat tersebut. Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Kapuas pada
tahun 2007 seluruhnya berjumlah 338.583 jiwa.
Kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan paling tinggi adalah Kapuas Tengah
sebesar 2,65 % dan Kecamatan Kapuas Hulu 4,10 % dengan jumlah penduduk
masing-masing pada tahun 2007 adalah 19.657 jiwa dan 12.575 jiwa.
Pertumbuhan penduduk yang relatif rendah hanya di jumpai pada Kecamatan
Timpah. Selain memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah yaitu 0,11%. Tingkat
pertumbuhan penduduk pada masing-masing kecamatan secara spesifikk dapat di
pada Tabel dan peta rencana kependudukan.
Sesuai dengan PERDA NO. 5 THN. 1992 tentang Penetapan Kawasan Perkotaan di
Kabupaten Kapuas, maka ditetapkan bahwa :
1. Kelurahan Selat Hilir
2. Kelurahan Selat Tengah
3. Kelurahan Selat Hulu
4. Kelurahan Selat Dalam
5. Desa Pulau Telo
6. Kelurahan Sei Pasah
7. Kelurahan Hampatung
8. Kelurahan Dahirang
9. Kelurahan Barimba
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
KABUPATEN KAPUAS | II -7
10. Desa Maluen
Sebagai Kawasan Perkotaan dengan Fungsi Kota, yaitu :
1. Pemerintahan
2. Pendidikan
3. Perdagangan
4. Permukiman
5. Pertanian Dan Perkebunan.
Gambar 2.2
Identifikasi Kawasan Permukiman Perkotaan Kuala Kapuas
Gambar 2.3
Bangunan Intake dan Bak Pengolahan Air Bersih
Pelanggan air bersih rumah tangga menunjukkan bagian yang terbesar jika dilihat
dari pembagian pelanggan menurut jenis tarip yang mencapai 2.132.600 m3, seperti
terlihat pada Tabel berikut:
Permasalahan dalam penyediaan kebutuhan air bersih oleh PDAM selaku pengelola
adalah:
1. Keterbatasan teknologi dan kapasitas instalasi pengolahan air bersih mengakibatkan
debit air yang dapat diolah dan didistribusikan sangat terbatas, tidak mampu
memenuhi besarnya sisi permintaan.
2. Keterbatasan jaringan pipa distribusi ke beberapa wilayah mengakibatkan pelayanan
kebutuhan air menjadi tidak merata.
3. Besarnya debit air baku yang diambil secara berlebihan mempengaruhi intensitas
rembesan air asin yang masuk ke wilayah darat (intrusi air laut).
Selain permasalahan diatas, fakta lain yang menjadi menarik untuk dicermati adalah
kabupaten kapuas yang dikenal dengan sebutan kota air dalam beberapa waktu
belakangan mengalami krisis air bersih, hal ini menunjukan bahwa pengelolaan potensi
sumberdaya air di Kabupaten Kapuas belum optimal.
Gambar 2.4
Kondisi Dan Lokasi Pembuangan Akhir Sampah
(TPA Handil Palinget)
Kondisi sanitasi lingkungan berkaitan dengan pembuangan limbah cair dan padat
domestik (bekas cuci, mandi dan tinja) di Kabupaten Kapuas relatif kurang memadai dan
tidak sehat. Sebagian besar penduduk yang tinggal dikawasan disekitar sungai
melakukan aktifitas mandi, cuci dan membuang tinja secara langsung di badan sungai.
Hal tersebut relatif menjadi tidak menguntungkan bagi penduduk yang tinggal di kawasan
hilir yang memiliki kebiasaan sama. Berikut Gambaran mengenai kondisi sistem sanitasi
lingkungan di sekitar Sungai di Kabupaten Kapuas
Fungsi Jalan di Kota Kuala Kapuas meliputi Jalan Arteri yaitu menghubungkan antar PKN
Kota Palangka Raya dengan Kota Banjarmasin, Kolektor yang menghubungkan antar
PKW Kota Kuala Kapuas dengan Kabupaten Lainnya maupun Jalan Lingkungan.
Bagian selatan terdiri dari pantai dan rawa-rawa dengan ketinggian antara 0–5
meter dari permukaan air laut yang mempunyai elevasi 0 % - 8 % serta dipengaruhi oleh
pasang surut dan merupakan daerah yang mempunyai potensi banjir yang cukup besar
(air laut/pasang naik).
Secara umum Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas mengikuti pola
kondisi topografinya. Di bagian dataran rendah di selatan, jenis tanah yang dominan
Berdasarkan peta sebaran sesar dan patahan yang diperoleh dari BMKG,
Kabupaten Kapuas tidak berada pada zona tumbukan (sesar tidak aktif) yang berarti
bahwa wilayah Kabupaten Kapuas tidak memiliki resiko bencana gempa bumi dan
letusan gunung berapi. Akan tetapi jika dilihat dari aspek fisiografis, kemungkinan
bencana yang dapat terjadi di wilayah ini adalah banjir akibat pasang air laut, erosi dan
abrasi pantai, kebakaran gambut.
2.4.7 Hidrologi
1. Air Permukaan
Sungai yang melalui Kabupaten kapuas terdiri dari Sungai Kapuas Murung dan
Sungai Kapuas. Sungai Kapuas Murung memiliki panjang 66, 375 km. Sedangkan Sungai
Kapuas berada di wilayah Kabupaten Kapuas membentang dari utara yaitu kecamatan
Kapuas Hulu sampai ke selatan di Kecamatan Kapuas kuala. Sungai Kapuas melintasi 7
kecamatan yang berada langsung di Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Kecamatan Kapuas
Hulu, Kecamatan Kapuas Tengah, Kecamatan Timpah, Kecamatan Mantangai,
Kecamatan Basarang, Kapuas Barat,
2. Air Tanah
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam yang
masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal adalah air
tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-
sumur sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman
sumur-sumur penduduk dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam
kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya air tanah ini, perlu diketahui mutunya
secara umum dan jika memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang memerlukan teknologi tambahan
untuk pengadaannya. Secara umum dapat diketahui dari kondisi geologinya yang
tentunya juga memerlukan pengamatan struktur geologi yang cermat.
Tabel 2.4
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Lokasi di Kabupaten Kapuas