Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen. Encephalitis adalah peradangan
jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medulla spinalis.
Meningoencephalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan otak.
Meningitis dan ensefalitis dapat dibedakan pada banyak kasus atas dasar klinik namun
keduanya sering bersamaan sehingga disebut meningoensefalitis.
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter yang disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Sedangkan
ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,
jamur, ricketsia, atau virus. Virus penyebab meningoensefalitis memiliki variasi geografis
yang besar. Penyebab terbesar di negara berkembang yaitu herpes simplex type-1 (HSV- 1),
virus gondok, enterovirus, herpes zooster, adenovirus dan virus Epstein–Barr.
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh Ensefalitis Jepang tersebar luas di Asia Timur dari
Korea sampai Indonesia, Cina, India dan Kepulauan Pasifik Barat. Herpes simpleks-type 2
merupakan penyebab penyakit paling banyak pada neonatus. Pasien dengan imunodefisiensi
juga sangat rentan dengan virus tertentu termasuk pasien yang terinfeksi virus HIV dapat
berkembang menjadi ensefalitis yang disebabkan oleh Herpes zoster atau Cytomegalovirus.
Bakteri Streptococcus dapat menyebabkan meningitis pada semua kelompok umur, dan pada
penderita umur lebih dari 40 tahun merupakan agen penyebab yang paling sering.
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh bakteri masuk melalui peredaran darah,
penyebaran langsung, komplikasi luka tembus, dan kelainan kardiopulmonal. Sedangkan
meningoensefalitis yang disebabkan oleh virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan, mulut atau mukosa kelamin, inokulasi seperti gigitan binatang (rabies)
atau nyamuk serta bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta.
Pasien meningoensefalitis menunjukkan gejala-gejala meningitis dan ensefalitis seperti
demam, sakit kepala, kekakuan leher, vomiting dan diikuti oleh perubahan kesadaran,
konvulsi, tanda neurologik fokal, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau gejala-
gejala psikiatrik. Tetapi neonatus memiliki gambaran klinik berbeda dengan anak dan orang
dewasa.
Pemeriksaan Penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
meningoencephalitis adalah pemeriksaan pungsi lumbal, pemeriksaan darah dan
pemeriksaan radiologi berupa CT scan dan MRI kepala. CT scan dan MRI dapat
menyingkirkan kemungkinan lesi massa dan menunjukkan edema otak.

Anda mungkin juga menyukai