Anda di halaman 1dari 6

Kisi –kisi UAS Farmakologi

Kategori Obat Pada Ibu Hamil Berdasarkan Australian Drugs Evaluation Committee (ADEC)
Kategori Definisi
A Obat-obatan yg diberikan kepada ibu hamil Trimester I (penelitian terkontrol ) tdk menimbulkan efek buruk atau
kemungkinan efek buruk terjadap fetus sangat jarang.
Tidak ada penelitian pd ibu hamil trimester II dan III
B Penelitian terkontrol pada ibu hamil tidak menunjukkan peningkatan resiko kelainan janin, walaupun dijumpai
kelainan pada hewan atau jika penbelitian pada manusia tidak mencukupi, penelitian pada hewan tidak
menunjukkan resiko pada janin. Walaupun demikian tetap ada kemungkinan
C Penelitian terkonmtrol pada bumil tdk mencukupi utk menunjukkan efek yg merugikan pada janin, sedangkan
penelitian pada hewan menunjukkan resiko pada janin atau kurangnya penelitian pada hewan terhadap obat
tersebut. Obat kategori C dapat dibenarkan pemakaiannya pada kelompok bumil, jika keuntungan pemakaian obat
tersebut > daripada efek buruk thd fetus.
D Obat-obat yg diberikan pd bumil ( trimester 1,2 dan 3) pasti menimbulkan efek buruk thd fetus. Obat kategori ini
terpaksa diberi pd bumil utk menyelamatkan jiwa bumil karena tidak ada obat lain yg efektif sbg obat pengganti.

X Obat2 yg diberikan pd kelompok hewan hamil dan bumil (trimester 1,2,3) yg pasti menimbulkan efek buruk thd
janin. Kerugian dr pemakaian obat ini jauh lbh besar drpd manfaatnya. Pemakaian obat kategori X tdk dibenarkan
pd bumil.
Kategori obat menurut FDA

Kategori Obat menurut ADEC


Kategori Definisi
A Obat yg telah byk digunakan oleh bumil maupun wanita usia produktif tanpa disertai bukti peningkatanfrekuensi
terjadinya malformasi ataupun efek lain yg membahayakan janin yg diteliti baik scr lgs maupun tdk lgs
C Obat yg bdasarkan efek farmakologinya tlh atau diduga dapat menyebabkan efek yg membahayakan pada janin
manusia atau neonatus tanpa disertai malformasi. Efek tsb bisa jd reversibel.
B1 Obat yg digunakan hanya sejumlah kecul bumil maupun wanita usia reproduktif tanpa disertai bukti peningkatan
kejadian malformasi atau efek lain yg membahayakan janin baik scr langsung maupun tidak langsung.
Penelitian pd hewan tidak menunjukkan bukti peningkatan kejadian kerusakan pd janin
B2 Obat yg digunakan oleh sejumlah kecil bumil atau wanita usia reproduktif tanpa disertai bukti peningkatan
frekuensi kejadian malformasi atau efek lain yg membahayakan janin manusia yg diteliti,baik lgs maupun tdk lgs.
Data penelitian pd hewan tdk mencukupi atau tdk ada, tetapi data yg tersedia tdk menunjukkan peningkatan
kejadian kerusakan pd janin.
B3 Obat yg digunakan hanya sejumlah kecil bumil tanpa disertai bukti peningkatan frek kejadian malformasi atau
efek lain yg membahayakan janin manusia yg diteliti baik secara lgs/tdk lgs.
Penelitian pd hewan menunjukkan bukti peningkatan kejadian kerusakan pd janin dgn kemaknaan efek tsb pd
manusia blm jelas.
D Obat yg telah dicurigai atau diramalkan menyebabkan peningkatan kejadian malformasi janin manusia atau
kerusakan yg bersifat menetap (irreversible).
X Obat yg mempunyai resiko tinggi utk menyebabkan kerusakan yg bersifat menetap terhadap janin shg tdk boleh
digunakan pd masa kehamilan atau jika ada kemungkinan tjd kehamilan
No Nama Obat Kategori ADEC Keterangan
1 Acyclovir B3 Not known be harmful, limited absorption from topical preparation
2 Amitriptilin C Withdrawal symptoms in newborn infants have been reported with
prolonged maternal use of this class of drugs
3 Ba Contras Not Classified/? Tidak direkomendasikan selama kehamilan
4 Captopril D When taken during the second and third trimesters, ACE inhibitors cause a range of
abnormalities including renal dysfunction and oligohydramnios. These can be
associatedwith fetal death in utero. Although no adverse fetal effects have been linked
to first trimester drug use of ACE inhibitors, the number of exposures reported is too
small to determine conclusively that ACE inhibitors are safe in the first trimester.
Pregnant women who are taking ACE inhibitors should be changed as quickly as
possible to other antihypertensive medication to maintain normal blood pressure.
It is generally advisable not to use ACE inhibitors for the management of hypertension
in women who are likely to become pregnant.
5 Carbamazepine D Spina bifida occurs in about one percent of pregnancies in which carbamazepine is
used as monotherapy. Carbamazepine taken during pregnancy also has been
associated with minor craniofacial defects, fingernail hypoplasia and developmental
disability. Carbamazepine also can cause coagulation defects with
consequent risk of haemorrhage in the fetus and the newborn infant which may be
preventable by the prophylactic administration of vitamin K to the mother prior to
delivery.
6 Cefazolin B1
7 Ceftriaxone B1
8 chloramphenicol A
9 chlorpromazine C When given in high doses during late pregnancy, phenothiazines
have caused prolonged neurological disturbances in the newborn
infant.

10 Diazepam C Benzodiazepines may cause hypotonia, respiratory depression and hypothermia in the
newborn infant if used in high doses during labour. Withdrawal symptoms in newborn
infants have been reported with prolonged use of this class of drugs

11 Dilantin = phenitoin D This drug taken during pregnancy has been associated with craniofacial defects,
fingernail hypoplasia, developmental disability, growth retardation and less
frequently, oral clefts cardiac anomalies. This clinical pattern is sometimes called
‘fetal hydantoin syndrome’. Phenytoin also can cause coagu defects with consequent
risk of haemorrhage in the fetus an newborn infant which may be preventable by the
prophylac administration of vitamin K to the mother prior to delivery
12 Gentamicin D There is evidence of selective uptake of aminoglycosides by the fetal kidney resulting
in damage (probably reversible) to immature nephrons. Eighth cranial nerve damage
has also been reported following in utero exposure to some of the aminoglycosides.
Because of their chemical similarity, all aminoglycosides must be considered
potentially nephrotoxic and ototoxic to the fetus. It should also be noted that
therapeutic blood concentrations in the mother do not equate with safety for the fetus.
13 Glibenclamid C It is important to achieve strict normoglycaemia during pregnancy. This may best be
achieved by conversion to insulin therapy
14 Griseofulvin B3
15 Heparin C All of these agents can produce placental haemorrhage and subsequent prematurity
and fetal loss.
16 Ibuprofen C These agents inhibit prostaglandin synthesis and, when given during the latter part of
pregnancy, may cause closure of the fetal ductus arteriosus, fetal renal impairment,
inhibition of platelet aggregation, and delay labour and birth. Continuous treatment
with NSAIDs during the last trimester of pregnancy should only be given on sound
indications. During the last few days before expected birth, agents with an inhibitory
effect on prostaglandin synthesis should be avoided
17 Morpin C Opioid analgesics may cause respiratory depression in the newborn infant. Withdrawal
symptoms in newborn infants have been reported with prolonged use of this class of
drugs
18 Nifedipin C These drugs carry the potential to produce fetal hypoxia associated with maternal
hypotension.
19 Ofloxacin B3 Pada hewan percobaan muda mengakibatkan artropati , pada bumil dan anak yang
belum baligh tidak diindikasikan, karena ditakutkan terjadinya artropati pada janin dan
anak-anak
20 Piracetam ? Should be avoided, Melewati sawar uri, yang bisa mengakibatkan kelainan kongenital
21 Polidocanol ? Menyebabkan takhikardi pada janin yang bisa menebabnkan gawat janin
22 Propanolol C These agents may cause pharmacological effects such as
bradycardia in the fetus and newborn infant.
23 Questran B2
(cholestiramin)
24 Quinolon B3
25 Reserpin FDA kategori C Studies on animals show adverse effect and toxicity on fetus. No adequate and well
controlled studies done on pregnant women. Drugs should be given only if the
potential benefit outweighs the potential risk to the fetus.
26 Rifampisin C Bleeding attributable to hypoprothrombinaemia has been reported in newborn infants
and in mothers after the use of rifampicin during late pregnancy. If rifampicin is used
during the last few weeks of pregnancy, vitamin K should be given to the mother and
the newborn infant.
27 Sildenafil (Viagra) B1
28 Simvastatin C Cholesterol and other products of the cholesterol biosynthesis pathway are essential
components for fetal development, including synthesis of steroids and cell
membranes. Because of the ability of inhibitors of HMG-CoA reductase to decrease
the synthesis of cholesterol and possibly other products of the cholesterol
biosynthesis pathway, these drugs may cause fetal harm when administered to a
pregnant woman.
29 Sulfadiazine C Sulfonamides may cause jaundice and haemolytic anaemia in the
Newborn
30 sulfametoxazole C Idem
31 Sulfonamide C Idem
32 Terazosin B2

Jawaban UAS farmakologi


Dr. SRI PURWANINGSIH
1. Tn X, 57 tahun
a. Diagnosis  hipertensi dengan TB paru
b. Tujuan terapi  menurunkan tekanan darah dan mengobati TB tanpa ada interaksi obat antara keduanya
c. Obat yang manjur sesuai dengan diagnosis dan tujuan terapi
Obat TB dipakai regimen WHO yakani Rifampisin dan INH
Obat Hipertensinya
Obat HT Interaksi yang terjadi
HCT Meningkatkan asam urat, padahal salah satu obat TB INH mempunyai efek samping yang sama sehingga
interaksi kedua obat harus dihindari
ACE inhibitor Menimbulkan efek samping batuk karena efek peningkatan bradikinin. Batuk dapat memperparah TB-nya
Beta bloker Berinteraksi dengan rifampisin (rifampisin sebagai enzim inducer) meningkatkan metabolism propanolol
dihepar sehingga konsentrasi propanolol dalam plasma menurun sehingga efeknya anti HT menurun
Ca Channel Jika diberikan per oral interaksinya sama dengan Beta bloker
Bloker Diberikan sublingual agar kadar obat tidak menurun karena tidak dimetabolisme di hepar oleh karena
nifedipin sub lingual tdk melewati first pass metabolisme di hepar agar obat tdk habis.

d. Kesimpulan  anti HT yang dipakai Ca channel bloker yakni nifedipin sublingual


2. Kasus Ny. Amanda 35 tahun.
a. Diagnosis Ny.Amanda  hipertensi pada ibu hamil trimester III, pre-eklampsi
b. Tujuan terapi  menurunkan tekanan darah pada ibu hamil tanpa mempengaruhi janinnya dan mencegah kejang
c. Obat yang manjur sesuai dengan diagnosis dan tujuan terapi
i. Methyldopa  Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan outflow simpatis di pusat vasopresor di batang otak
ii. Labetolol  menurunkan tekanan darah dengan mengeblok reseptor beta sehingga resistensi pembuluh darah menurun sehingga
cardiac output menuruan
iii. Hidralazin  suatu vasodilator yang menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi arteri
d. Informasi obat yang dipilih
Nama obat Efikasi Keamanan Kecocokan
Methyldopa Suatu agonis presinaps pada CNS α2- Depresi, gangguan konsentrasi pada Sering digunakan pada orang
adrenergic receptors, di absorpsi pemakaian jangka panjang, vertigo, hamil karena tidak ada frekuensi
dengan baik oleh GIT, metabolism di sedasi malformasi janin atau pengaruh
liver dan dieksresi lewat urin buruk lain, merupakan pilihan
pertama pada ibu hamil yang
mengalami hipertensi
Labetolol Betabloker non selektif, diabsopsi Efek samping Mulut kering, Merupakan kategori C menurut
dengan baik, metabolism di hepar, kelemahan, sulit tidur, gangguan Australian Drugs Evaluation
baik untuk hipertensi emergensi, fungsi seksual, distress respirasi, Committee dimana efek
ekskresi dengan baik oleh ginjal hati-hati pada penderita asthma farmakologisnya pengaruh buruk
pada janin tanpa malformasi janin
Hidralazin Vasodilatasi perifer, diabsorpsi Efek samping sakit kepala, mual, Merupakan kategori C menurut
dengan baik peroral, bioavabilitas anoreksia, flushing, dapat Australian Drugs Evaluation
rendah,metabolisme di hepar, ekskresi mengakibatkan aritmia pada Committee dimana efek
dengan baik oleh ginjal penderita penyakit jantung iskemik, farmakologisnya pengaruh buruk
bisa menimbulkan lupus dan pada janin tanpa malformasi janin
neuropathy perider

e. Pilihan obat dan dosis


Pilihan obat adalah methyldopa dengan dosis 1-2 gram per hari karena paling aman diberikan pada ibu hamil dengan tidak ada efek
pada janin. Masa kerjanya 4-6 jam dan efek penurunan antihipertensi dapat sampai 24 jam
3. Kasus Tn Boby, 48 tahun
a. Diagnosis  hipertiroid ,orang hipertiroid  tensi tinggi
b. Tujuan terapi  menurunkan kadar T3 dan T4 menuju batas normal dan menurunkan gejala yang muncul
c. Obat yang manjur sesuai dengan diagnosis dan tujuan terapi
1. Propiltiourasil agar menghambat sintesis hormone dan menghanbat deyodinasi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer,
masa kerjanya 2-8 jam, didistribusi keseluruh jaringan tubuh dan diekskresi melalui urin. Jika mencapai dosis terapi maka dosis
dikurangi untuk menghindari hipotiroidisme dan efek samping yang makin besar.
2. Reserpin. Dengan pemberian obat penghambat adrenergic efek kolinergiknya juga berkurang, di dalam klinik gejala syaraf dan
cardiovascular pada penderita hipotiroidisme dapat diringankan dengan pemberian reserpin karena dapat mengosongkan katekolamin
dari depotnya.
3. Kasus Tn Edy , 77 tahun
a. Diagnosis  hipertensi sistolik
b. Tujuan terapi  menurunkan tekanan darah sistolik
c. Obat yang manjur sesuai dengan diagnosis dan tujuan terapi
1. Diuretic  thiazid (HCT)
2. Calsium Channel Bloker  diltiazem
3. Beta bloker  propanolol
d. Informasi obat yang dipilih
Nama obat Efikasi Keamanan Kecocokan
Thiazid Suatu diuretic yang bekerja Efek samping utama thiazid adalah Merupakan pilihan pertama
menghambat absorbsi sodium, hiponatremi, hipokalemia,hipomagnesemi, pada hipertensi sistolik dengan
diabsorbsi dengan baik oleh GIT, hiperurikosemia, hiperglikemia memberikan dosis kecil pada
metabolism oleh hepar dan orang tua
dieksresi lewat ginjal
Diltiazem Vasodilator koroner, vasodilatasi Pusing, hipotensi, bradikardi, CHF, blok Kontraindikasi pada pasien
perifer AV orang tua dengan CHF, blok
AV
Propanolol Betabloker non selektif, diabsopsi Efek samping hipotensi, hipoglikemia, blok Kontraindikasi pada penderita
dengan baik, metabolism di hepar, AV, sedasi dan mimpi buruk orang tua dengan asthma, DM,
baik untuk hipertensi emergensi, PPOK
ekskresi dengan baik oleh ginjal

e. Obat yang dipilih


Diuretic dengan dosis dikurangi yakni dosis 12,5 mg/hari sekali sehari pada pagi hari

Tugas dari dokter Sri Purwaningsih


Isolated systolic hypertension
 Sering terjadi pada manula
 Pemberian antihipertension pada manula harus hati-hati karena
o Terjadinya penurunan reflex baroreceptor sehingga mudah terjadi hipotensi orthostatic
o Terdapat gangguan autoregulasi otak sehingga mudah terjadi iskemia serebral dengan hanya sedikit penurunan tekanan
darah sistemik
o Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi akumulasi obat
o Penurunan volume intravaskuler sehingga lebih sensitive terhadap deplesi cairan
o Sensitive terhadap hipo kalemia sehingga mudah terjadi aritmia dan kelemahan otot
 Karena itu
o Obat-obatan yang menimbulkan hipotensi orthostatic yakni α-bloker, labetolol dan guanetidin dihindari
o Tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan cara dosis awal lebih rendah dan peningkatan dosis yang lebih kecil
dengan interval yang lebih panjang dari biasanya
o Pillihan antihipertensi harus secara individual berdasarkan adanya kondisi penyerta
 Pilihan  diuretic atau Ca antagonis dosis rendah contoh HCT 12,5 mg/hari

Soal Tambahan :
NY. Y keluham bengkak nyeri ibu jari kaki sinistra, sering kencing malam,lab As.urat 9, GDP 180 mg/dl. Obat yg diberikan dan alasan
farmakologinya.
Diagnosis : Hiperuricemia dan DM
Terapi :
- Anti hiperuricemia : Alopurinol 1-3 x 100 mg, allopurinol merupakan enzin inhibitor di liver meningkatkan resiko hipoglikemi, efek
alopurinol tidak dikurangi oleh salisilat jadi bisa digunakan dosis yg lebih rendah atau tidak perlu menggunakan dosis maksimal.
- Anti diabetik oral : glibenclamide dosis rendah (2,5 mg) pagi hari setengah jam sebelum makan karena diberikan bersama allopurinol
dan aspirin yg bisa meningkatkan resiko hipoglikemia.
- Antiinflamasi : Aspirin 3 x 250 mg sesudah makan, dipilih obat ini karena dikombinasi dengan allopurinol sehingga dosis diturunkan.
Hati-hati penggunaan NSAID oleh karena bisa menggeser ikatan OAD dengan protein sehingga OAD bebas meningkat dan bisa
menimbulkan hipoglikemia. Aspirin punya efek anti gout + analgesik + antiinflamasi. Efek anti gout didapatkan jika aspirin diberikan
pd dosis besar dimana aspirin dapat menghambat reabsorbsi asam urat sehingga terjadi peningkatan ekskresi asam urat. Pd dosis kecil
aspirin justru menghambat ekskresi asam urat.

Tambahan dr SRI :
Faktor yg mempengaruhi terapi pd lansia :
1. Adanya degenerasi
2. Penyakit2 yg diderita
3. Nafsu makan turun / kurang nutrisi
4. Kekurangan cairan
5. Immobilisasi
6. Pelupa
7. Tidak sanggup merawat diri sendiri

Catatan  Tolong pelajari juga interaksi obat dr.ramadhani (buat jaga-jaga)

Anda mungkin juga menyukai