Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENTINGNYA REMAJA MENGETAHUI AKAN


KESEHATAN REPRODUKSI

Disusun oleh:

Kelompok 5

Nenden Nurkhasanah 020619038

Putri Intan Purnama S. 020619039

Putri Ayu Anggraeni 020619040

Putri Nur Fauziah 020619041

Qonita Tasya Sukirman 020619042

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

INSTITUT MEDIKA Dr.g. SUHERMAN

Jalan Raya Industri Pasir Gombong, Jababeka Cikarang-Bekasi


Telp. (021) 8904160 (hunting)
Fax. (021) 8904159
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENTINGNYA REMAJA MENGETAHUI AKAN KESEHATA
REPRODUKSI

1.1 Identifikasi Masalah


Masa remaja adalah suatu periode yang terjadi dari perkembangan manusia.
Masa remaja ini merupakan masa terjadinya perubahan atau peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Perubahannya meliputi, perubahan biologi, perubahan
psikologi dan perubahan sosial. Menurut World Health Organization (WHO)
remaja diartikan sebaga individu yang sedang mengalami peralihan dan perubahan
secara berngasur-angsur hingga mencapai kematangan seksual, mengalami
perubahan jiwa dari anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan
keasaan sosial dan ekonomi dari yang ketergantungan menjadi mandiri. Masa ini
dianggap rawan dalam kehidupan karena remaja mengalami peralihan dan berarti
remaja akan menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian
seperti pertumbuhan badan yang melonjak dan pematangan organ reproduksi.

Kesehatan reproduksi remaja harus mendapatkan perhatian yang serius untuk


menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dala rangka mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Program pemerintah dalam menyelesaikan masalah
kesehatan reproduksi remaja denga upaya promosi dan pencegahan masalah
kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja. Perubahan remaja
bisa ditandai dengan berekmbangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya
jasmani secara pesat, akibatnya remaja secara fisik mampu melakukan fungsi
proses reproduksi. Informasi dan penyuluhan perlu ditingkatkan untuk mengatasi
msalah kesehatan reproduksi remaja ini.

1.2 Pengantar
Topik : Abstensi Seksual pada Remaja

Pokok bahasan : Kesehatan Reproduksi Remaja

Target / sasaran : Remaja laki-laki dan perempuan

Hari/ tanggal : Jum’at, 19 April 2021

2
Jam : 08.00 WIB

Waktu : 60 menit

Tempat : SMA Negeri 6 Tambun Selatan

1.3 Tujuan Intuksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan ini selama 45 menit, terutama remaja baik laki-laki
dan perempuan siswa SMA Negeri 6 Tambun Selatan dapat mengetahui
pentingnya kesehatan reproduksi pada remaja.

1.4 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan selama 60 menit, diharapksn remaja baik laki-laki
maupun perempuan dapat memahami tentang:

1. Pengertian remaja
2. Tahap-tahap remaja
3. Manfaat remaja mengetahui kesehatan reproduksi
4. Pengetahuan dasar akan kebersihan alat reproduksi
5. Perubahan pada remaja
6. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja
7. Abstensi seksual remaja

1.5 Materi
1. Pengertian remaja
2. Tahap-tahap remaja
3. Manfaat remaja mengetahui kesehatan reproduksi
4. Pengetahuan dasar akan kebersihan alat reproduksi
5. Perubahan pada remaja
6. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja
7. Abstensi seksual remaja

1.6 Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

3
1.7 Media
1. Poster
2. Infocus
3. Laptop
4. Powerpoint
5. Video edukasi

1.8 Kegiatan Penyuluhan


No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan: Menyambut salam
a. Memperkenalkan diri dan mendengarkan
b. Menjelaskan tujuan dari
penyuluha
c. Melakukan kontrak waktu
d. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan
2. 35 menit Pelaksanaan:  Memperhatikan
a. Menjelaskan pengertian dan
remaja mendengarkan
b. Menjelaskan tahap-tahap  Mencatat materi
remaja  Mengajukan
c. Menjelaskan perubahan pertanyaan
pada remaja  Menjawab atau
d. Menjelaskan manfaat mnegajukan
remaja mengetahui pendapat
kesehatan reproduksi
e. Memberikan penjelasan
pengetahuan dasar akan
kebersihan alat reproduksi
f. Menjelaskan permasalahan
prioritas kesehatan
reproduksi pada remaja
Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
g. Menjelaskan abstensi
seksual remaja
h. Menjawab pertanyaan
3. 15 menit Evaluasi: Menjawab dan
a. Peserta menjelaskan mnegajukan
kembali materi yang sudah pendapat
diberikan
b. Memberikan pujian atas
keberhasilan peserta dalam

4
menjelaskan
c. Memperbaiki kesalahan dan
menyimpulkan
4. 5 menit Penutup: Menjawab salam
a. Mengucapkan terimakasih
kepada peserta
b. Mengucapkan salam

5
MATERI
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

2.1 Pengertian Remaja


Remaja berasal dari kata latin (adolescene), atau adolescentia yang memiliki
arti remaja. Remaja dapat diartikan sebagai “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
dewasa”. Pada zaman dahulu orang-orang memiliki pandangan bahwa masa puber
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lainnya dalam rentang
kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi.

Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting


dalam rentang kehidupan manusia. Masa remaja merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.

Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10- 19 tahun. Remaja
adalah masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah berkembang
dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga mengalami kematangan secara
fisik, psikologis, maupun sosial. Remaja merupakan proses seseorang mengalami
perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas
(WHO, 2014).

Masa pubertas merupakan masa dimana seorang remaja akan mengalami


kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa
pematangan fisik remaja perempuan ditandai dengan pertumbuhan payudara dan
mengalami menstruasi. Sedangkan pada remaja laki-laki perubahan fisiknya
ditandai dengan perubahan suara yang menjadi lebih berat, dada membidang dan
biasanya mengalami mimpi basah.

6
2.2 Tahap-tahap Remaja
Masa remaja memiliki batasan usia, Hurlock berpendapat bahwa awal remaja
berlangsung dari umur 13-16 tahun dan akhir masa remaja bermula dari umur 16-
18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir remaja adalah
periode yang singkat.

Secara umum remaja dibagi menjadi 3 fase Batasan umur, yaitu:

1. Fase remaja awal dalam rentang usia dari umur 12-15 tahun.
2. Fase remaja madya (pertengahan) dalam rentang usia dari umur 15-18
tahun.
3. Fase remaja akhir dalam rentang usia dari umur 18-21 tahun.

2.3 Manfaat Remaja Mengetahui Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu
yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan


kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses
(ICPD, 1994).

Pengetahuan akan kesehatan reproduksi sangat lah penting bagi remaja. Akan
tetapi walau hal itu penting dalam kehidupan nyata Sebagian orang masih
menganggap pembahasan akan kesehatan reproduksi ini adaah hal yang tabu.
Bahkan karena hal yang menjadi tabu banyak remaja yang enggan bertanya
kepada orangtua mereka tentang kesehatan reproduksi dan hal yang berkaitan
dengan seksualitas. Sedangkan dalam hal ini memiliki banyak manfaat yang
berguna bagi remaja dan kehidupannya. Adapun manfaat bagi remaja yang
mengetahui kesehatan reproduksinya sebagai berikut:

7
1. Dengan adanya pengetahuan yang benar mengenai kesehatan reproduksi
dapat mencegah perilaku seks remaja yang memiliki dampak kehamilan
yang tidak diinginkan, HIV/AIDS, dan PMS dapat dicegah.
2. Dengan mengetahui dan memahami pendidikan kesehatan reproduksi
maka remaja tidak mudah terbawa arus pergaulan bebas yang marak di
masa remaja.
3. Dapat membantu anak dalam mengambil dan membuat keputusan
mengenai perilaku seksual yang positif bagi dirinya.
4. Anak mampu menghindari dan melindungi diri dari tindak kekerasan
seksual yang merugikan dirinya.

2.4 Pengetahuan Dasar Akan Kebersihan Alat Reproduksi


Pada dasarnya remaja perlu memiliki pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi bukan hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi dari organ itu
sendiri, informasi yang benar jterhadap pembahsan hal ini juga menghidari remaja
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut pengetahuan dasar yang perlu
diketahui oleh remaja:

1. Pengenalan akan sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi. Penyampaian


informasi ini disesuaikan dengan usia dan kesiapan anak. Hindari
penggunaan istilah-istilah yang dapat merubah makna dan membuat anak
menjadi bingung akan msalah pasti reproduksi.
2. Resiko penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS serta dampaknya
terhadap kondisi kesehatan reproduksi. Dengan mengetahui resiko yang
mungkin terjadi, tentunya remaja akan lebih hati-hati dan lebih menjaga
kesehatan reproduksinya.
3. Kekerasan seksual dan cara menghidarinya. Remaja perlu dikenalkan
dengan hak-hak terkait reproduksi yang dimiliki olehnya. Diperlukan juga
tentang kekerasan seksual yang mungkin terjadi apa saja jenisnya dan cara
untuk mencegahnya.
4. Bahaya penggunaan obat-obatan atau narkotika pada kesehatan
reproduksi.

8
5. Pengembangan kemampuan berkomunikasi termasuk membangun
kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative.

2.5 Perubahan Pada Remaja


1. Perubahan fisik:
a. Perubahan Tinggi dan Berat Badan:
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun
adalah sekitar 59 atau 60 inci (± 150cm). Pada usia 18 tahun, tinggi
rata-rata remaja laki-laki adalah 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata
remaja perempuan hanya 64 inci. Untuk anak perempuan tingkat
pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 tahun dan 13
dan 14 tahun untuk anak laki-laki. Dalam tahun itu tinggi kebanyakan
anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan anak
lelaki bertambah lebih dari 4 inci (Zigler dan Sevenson, dalam
Desmita, 2008). Faktor yang menyebabkan laki-laki rata-rata lebih
tinggi dari perempuan adalah karena laki-laki memulai pertumbuhan
mereka dua tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak
perempuan.
b. Perubahan Proporsi Tubuh:
Perubahan proporsi tubuh terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah, di
mana wajah anak-anak mulai menghilang. Terjadinya perubahan
struktur kerangka, dan pertumbuhan otot.
c. Kematangan Seksual:
Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian perubahan fisik pada
masa remaja yang ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer
(primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary
sex characteristics).
d. Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer: yaitu ciri-ciri fisik yang secara
langsung menunjuk pada proses reproduksi yang khas membedakan
laki-laki dan perempuan.
Pada remaja laki-laki, perubahan ciri-ciri seks primer dapat dilihat
pada pertumbuhan yang cepat pada penis dan skrotumnya dan
mengalami mimpi basah untuk pertama kalinya. Perubahan ini

9
dipengaruhi oleh hormone pituitary. Hormon ini merangsang testis
yang terdapat pada skrotum sehingga testis menghasilkan hormon
testosteron dan androgen serta spermatozoa.
Pada remaja wanita, perubahan ciri-ciri seks primer pada wanita
ditandai dengan menarche atau munculnya periode menstruasi untuk
pertama kalinya serta ovarium, uterus, vagina, labia dan klitoris yang
mengalami perkembangan pesat. Ini semua dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron.
e. Perubahan Ciri-Ciri Seks Sekunder Pada remaja lelaki, ciri-ciri seks
sekunder yang terjadi antara lain tumbuhnya kumis dan janggut, jakun,
suara menjadi berat, bahu dan dada melebar, tumbuh bulu di ketiak,
dada, kaki, tangan dan daerah kelamin serta otot-otot menjadi kuat.
Pada remaja perempuan tanda-tanda fisik ini berupa payudara dan
pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan
sekitar organ reproduksi.
2. Perubahan Psikis
Perubahan psikologis ini ditandai dengan peningkatan kekuatan mental,
kemampuan berpikir, kemampuan dalam memahami, dan kemampuan
dalam mengingat.
a. Perubahan emosi:

 Sensitif atau peka misalnya mudah cemas, frustasi dan menangis.


 Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap rangsangan luar yang
memengaruhinya, hal ini banyak menyebabkan mudahnya terjadi
perkelahian baik pada perempuan maupun laki-laki
b. Perkembangan intelegensi:
 Mengembangkan cara berpikir kritis, sehingga lebih mampu untuk
memberikan kritik dan saran.
 Memiliki rasa ingin tahu lebih tinggi, suka mencoba hal-hal baru.

10
2.6 Permasalahan Prioritas Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja
Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat pertama anak perempuan
mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual
bila kurang pengetahuan dapat terjadi kehamilan diluar nikah, abortus tidak aman,
tertular penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.

1. Masalah reproduksi
Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan
yang berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi
dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari
kehamilan, masalah kemandulan dan ketidak suburan, Peranan atau
kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi.
2. Masalah penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi HIV/AIDS
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang menyerang kelamin
seseorang dan Sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual. PMS
akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan.
3. Masalah kekrasan dan perkosaan terhadap perempuan
Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban Norma sosial
mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak
kekerasan terhadap perempuan. Sikap masyarakat mengenai kekerasan
perkosaan terhadap pelacur. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
4. Masalah kehamilan yang tidak diinginkan di usia remaja
Kehamilan di usia dini memiliki resiko yang berat. Dimana emosional ibu
belum stabil dan ibu mudah stress. Sementara kecacatan kelahiran dapat
muncul akibat hal tersebut. Adanya penolakan secara emosional ketika si
ibu mengandung bayi.
5. Masalah Aborsi pada remaja
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun
keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika

11
seseorang melakukan aborsi tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh
pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita,
terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan
kehamilan yang sudah terjadi.

2.7 Abstensi Seksual Remaja


Hubungan seksual pranikah pada remaja dapat mengancam remaja putri
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penularan Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV-AIDS, trauma kejiwaan, serta kemungkinan
tidak melanjutkan pendidikan. Beberapa peneliti beranggapan bahwa rendahnya
abstinensi seks yang berkelanjutkan akan berdampak pada kerusakan moral
remaja.

Abstensi sendiri dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan


sebagai tindakan atau praktik tidak memberikan suara. Maka dapat disimpulkan
abstensi adalah tindakan seseorang yang tidak melakukan atau tidak
berpartisipasi.

Abstinensi seks berarti tidak melakukan hubungan seksual secara oral, anal
maupun vaginal. Terdapat beberapa frase dalam mendefinisikan abstinen, yaitu
‘abstain dari seks’, ‘berhenti seks’ dan ‘tidak ingin berhubungan seks’, yang
intinya adalah tidak melakukan hubungan seksual. Ahli kesehatan umumnya
memandang abstinensi sebagai masalah perilaku atau kesehatan, menggunakan
istilah seperti "menunda hubungan seks", "tidak pernah melakukan hubungan seks
vaginal", atau menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seksual
(intercourse) lebih lanjut. Abstain dari semua bentuk aktivitas seksual 100 persen
aman dan menjadi cara efektif untuk menghindari KTD pada remaja dan IMS.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan abstinensi antara lain faktor


demografi (usia, status berpacaran, status pekerjaan, pendapatan, dan status
tempat tinggal); faktor lain seperti kesehatan dan penyakit, self-esteem, keyakinan
(belief), dan persepsi tentang abstinensi, aspek sosial dan keluarga, religiusitas,
merokok dan penyalahgunaan obat, serta pendidikan seks.

12
Remaja dalam mempertahankan abstensi seks atau menghindari Hasrat
seksual biasanya mereka melakukan kegiatan yang positif untuk mengisi waktu
luangnya. Dengan mengikuti kegiatan yang positif ramaja menjadi lebih aktif,
kreatif, percaya diri, memberi kesempatan bersosialisasi, dan akan berdampak
pada pembentukan karakter remaja yang baik.

Inisiasi aktivitas seksual seperti rayuan dan paksaan sebagian besar tidak
dirasakan oleh remaja yang abstensi terhadap seks. Tindakan asertif apabila
bagian tubuh sensitifnya disentuh menunjukkan proporsi yang cukup tinggi pada
remaja yang abstinensi, namun pada yang tidak abstinensi tidak menunjukkan
tindakan asertif sehingga aktivitas seksual dapat dilakukan begitu saja tanpa ada
inisiasi ataupun upaya penolakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2015. Perilaku Sosial Pengguna Minuman Keras Di Kelurahan


Sungai Dama Samarinda, Ejournal Sosiatri -Sosiologi. 3 (1).

Jhon W. Santrock,Buku Adolescence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga,


2002)

Ibid, Elizabeth B. Hurlock. 2002. Buku Psikologi Perkembangan, Jakarta.


Erlangga.

Ilmawati, Helmydan, Kuntoro. 2016. Pengetahuan Personal Hygiene Remaja


Putri Pada Kasus Keputihan. Surabaya. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan. 5(1).

Manfaat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja


https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/info-sehat/pentingkah-
memberikan-pengetahuan-kesehatan-reproduksi-untuk-remaja/ diakses
pada tanggal 28 Maret 2021. Pukul 14:42

Mengapa Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Sangat Penting?


https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/kesehatan-reproduksi-remaja/
diakses pada tanggal 28 Maret 2021. pukul 14:44

Prijatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta Selatan. Pusdik SDM Kesehatan.

Rahayu, Atikah. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia.
Surabaya. Airlangga University Press.

Sabila, Mizna dan Nurfadhilah. 2020. Abstensi Seksual Remaja SMP Di Kota
Tanggerang Selatan. Tanggerang Selatan. Jurnal Kesehatan
Reproduksi. 11(2).

W, Sarwono Sarlito. 2014. Psikologi Remaja, Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

14
Pertanyaan dan Jawaban

1. Natasya Miranda
Bagaimana solusi dari kalian sebagai bidan cara mengatasi atau
menyesuaikan perubahan hormon dari remaja awal ke remaja akhir,
soalnya ada juga saat masa peralihan contoh nya jadi banyak keputihan
dan iritasi?
Jawab:
Untuk perubahan hormon yang terjadi pada individu berpengaruh oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan diri individu
masing-masing. sebagai tenaga kesehatan, hanya dapat menyarankan agar
individu tidak mengkonsusmi makanan yang berpengaruh dalam
perubahan hormonnya seperti junk food. lau adapun penghindaran diri dari
stress karena stress dapat meingkatkan hormon yang ada pada tubuh
individu tersebut.
2. Siti Husna
Jika ada seseorang yang melakukan hubungan seksual secara oral dan anal
apa saja dampak yang di alami setelah melakukan hubungan seksual
tersebut?
Jawab:
 Penetrasi dan seks oral pada anus meningkatkan risiko penularan
penyakit menular seksual.
Dibandingkan aktivitas seksual lainnya, aktivitas seksual yang melibatkan
penetrasi ke anus mempunyai risiko lebih tinggi terhadap penularan
penyakit menular seksual, seperti HIV, herpes kelamin, kutil kelamin,
klamidia, hepatitis B, gonore, dan sifilis. Orang yang melakukan seks
melalui anal 30 kali lebih berisiko terkena HIV dibanding yang melakukan
penetrasi melalui vagina. Paparan human papillomavirus (HPV) dapat
memicu pertumbuhan kutil pada dubur hingga kanker anus.
 Anus tidak memiliki pelumas sehingga rentan rusak.

15
Tidak seperti vagina yang terlindung oleh pelumas alami, penetrasi pada
anus dapat merusak jaringan di dalamnya. Menggunakan pelumas tidak
akan mencegah risiko terjadinya luka pada anus
 Anus penuh dengan bakteri yang berpotensi menginfeksi
pasangan.
pasangan yang melakukan seks anal tidak mempunyai penyakit menular
seksual, terdapat bakteri yang secara normal memang hidup di anus
sehingga berisiko menginfeksi pasangan.
 Penetrasi seks anal berisiko melemahkan cincin otot anus.
Anus didesain dengan otot yang menyerupai cincin untuk mengatur
aktivitas buang air besar. Cincin otot ini disebut sfingter.
 Perdarahan setelah seks anal.
Setelah seks anal, dapat terjadi perdarahan akibat hemoroid (wasir), luka
pada anus, dan juga usus besar. Ini merupakan kondisi berbahaya yang
memerlukan penanganan medis, seperti pemberian antibiotik untuk
mencegah infeksi, atau bahkan operasi.
3. Salsabila
Tolong jelaskan secara lebih luas apa itu abstensi?
Jawab:
Abstensi dalam KBBI diartikan sebagai tindakan atau praktik tidak
berpartisipasi. Jadi abstensi seksual ini diartikan tidak melakukan
hubungan seksual baik secara fisik ataupun non fisik. yang artinya
individu tersebut tidak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan seksual.
4. Rizki Pajar Utami
Manfaat pengetahuan kesehatan reproduksi utk remaja?
Jawab:
 Mengetahui pendidikan seksual, dan memahami dampak perilaku
tersebut dari sisi kesehatan dan sosial. Sehingga tidak terbawa arus
pergaulan bebas di masa remaja.
 Jika telah memahami pendidikan seksual, anak remaja dapat
membuat keputusan mengenai perilaku seksual yang positif untuk
dirinya.

16
 Anak juga mampu menghindari tindak kekerasan seksual yang
dapat merugikan dirinya.
 Sadar akan keputusan perilaku seksual, termasuk menghindari
seks pranikah. Ini terkait pada kemungkinan terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan.
5. Alivia
Bagaimana sih dampak seorang remaja yang melakukan aborsi?
1. Perdarahan Hebat
2. Infeksi Peradangan Panggul
3. Sepsis
Sepsis adalah infeksi penyebaran bakteri yang lebih meluas ke bagian-
bagian tubuh lainnya lewat aliran darah. Kondisi ini terjadi akibat
peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
4. Kerusakan pada Rahim
5. Endometritis
Jenis peradangan ini juga disebabkan oleh adanya infeksi.
6. Aborsi yang Gagal
7. Kanker
8. Keluhan Psikologis
Tak hanya pada fisik, wanita yang melakukan tindakan aborsi ilegal dapat
mengalami trauma secara psikologis. Ia dapat merasakan perasaan seperti
rasa bersalah, cemas, malu, stres, hingga dapat berujung depresi.
Bila jiwanya tertekan seperti ini, bukan tak mungkin bila sistem kekebalan
tubuhnya dapat berisiko terpengaruh.
9. Kematian
Umumnya, penyebab dari kematian yang berkaitan dengan ibu yang
melakukan aborsi adalah perdarahan hebat, infeksi parah, kehamilan
ektopik yang tidak terdiagnosis, dan emboli paru.

17
POSTER KELOMPOK

18

Anda mungkin juga menyukai