E ” DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
JAKARTA TIMUR
TANGGAL 06 JUNI -08 JUNI 2016
DI SUSUN OLEH:
KHOIRUN NISA NURHAINI
2013750025
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat
dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul “Pemenuhan kebutuhan dasar pada “Tn. E” Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur tanggal 06 Juni – 08 Juni 2016”
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu persyaratan
dalam menempuh Ujian akhir di DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Walaupun Karya Tulis Ilmiah
ini telah selesai dibuat tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak menemui hambata
dan kesulitan sehingga masih ada kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan penulis dan penulis masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya
bimbingan, pengarahan, dan bantuan secara pengalaman dari berbagai pihak, juga
pengetahuan yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Diploma
III Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan selesainya Karya Tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak membantu dalam menyelasaikan Karya Tulis ini, terutama
kepada :
1. Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Idriani, M.Kep Sp.Mat selaku Ketua Program DIII Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Nuraenah, M.Kep terimakasih atas pengarahan, bantuannya dalam
membimbing dan memberikan motivasinya kepada saya.
v
Dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari sangat jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik agar penulis gunakan
sebagai perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi setiap mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dibidang kesehatan.
Alhamdulillahirabil’alamin
penulis
vi
DAFTAR ISI
F. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 21
G. Perencanaan ....................................................................................... 23
H. Pelaksanaan ........................................................................................ 48
1. Tahapan – Tahapan komunikasi terapeutik.................................. 48
2. Terapi Aktivitas kelompok .......................................................... 49
3. Psikofarmologis ........................................................................... 50
4. Prinsip keperawatan pada klien halusinasi .................................. 50
I. Evaluasi ............................................................................................. 51
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 87
B. Saran .................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa (dalam Al-Qur’an dan Sunnah) adalah kematangan emosi dan
sosial seseorang disertai dengan adanya kesesuaian dengan dirinya dan
lingkungan sekitarnya, juga kemampuan untuk memikul tanggung jawab
kehidupan, serta untuk menghadapi segala permasalahan yang menghadangnya
diiringi dengan adanya rasa dalam menerima realistas kehidupan, rasa keridhaan,
dan kebahagian atas apa yang terjadi, indikasi kesehatan jiwa yang tampak dalam
islam yaitu : Sisi Spiritualis ( Keimanan kepada Allah SWT ), Sisi Sosial: (
Cinta kepada orang tua, teman atau pasangan serta berani mengatakan
kebenaran, menjauhi segala keburukan), Sisi Biologis: (Menjaga kesehatan tubuh
dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan
kemampuannya) (Dr. Musfir bin Said Az- Zahrani, 2005). Seseorang dikatakan
sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di
lingkungan sekitar dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya
tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang
mengarah pada kesehatan emosional (Abdul Nasir dan Abdul Muhith, 2011).
1
2
Penderita gangguan jiwa dianiya, dihukum, dijauhi, diejek dan dikucilkan dari
masyarakat nomal. Sampai abad ke-19 penderita gangguan jiwa dinyatakan tidak
dapat disembuhkan dan dibelenggu dalam penjara tanpa di beri makan, tempat
berteduh, atau pakaian yang cukup. Adapun salah satu bentuk gangguan jiwa
adalah schizoprenia. Schizoprenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi
otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku
yang aneh dan terganggu. Gejala schizoprenia dibagi dalam dua kategori utama:
gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi dan perilaku
yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek datar, tidak
memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman.
Salah satu tanda gejala positif schizoprenia adalah Halusinasi (Videbeck, 2008)
Tanda dan Gejala Halusinasi (Menurut Stuart dan Sudeen, 1998) dalam buku
NANDA 2015 seseorang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-
gejala yang khas, yaitu : Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menarik
diri, menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, bertindak seolah-olah
dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan, respon verbal yang lambat, diam,
peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan, dan tekanan darah, kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain, perilaku menyerang teror seperti panik, sangat potensial
melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
3
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental tersebut tidak
mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, 2012).
Adapun berdasarkan data dari hasil pengkajian yang di dapat dari jumlah pasien
jiwa yang masuk rumah sakit, khususnya Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
No. Masalah 2014 2015 2016
(januari-april)
Gangguan Persepsi 418 jiwa 510 jiwa 151 jiwa
1.
Sensori: Halusinasi
Perilaku kekerasan 286 jiwa 245 jiwa 82 jiwa
2.
Menarik diri : Isolasi 39 jiwa 21 jiwa 7 jiwa
3.
sosial.
Gangguan konsep diri : 13 jiwa 6 jiwa 5 jiwa
4.
Harga Diri Rendah.
4
Table 1.1
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk membuat makalah ilmiah
dengan masalah “Pemenuhan kebutuhan dasar pada “Tn. E” Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur tanggal 06 Juni – 08 Juni 2016”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Pemenuhan kebutuhan dasar dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
5
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
c. Mahasiswa mampu merencanakan Tindakan Keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik
pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghamabat dan
mencari alternatif pemecahan masalah pemenuhan kebutuhan dasar pada
pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran.
6
D. Metode Penulisan
Metode Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan,
dimana metode deskriptif yaitu mengumpulkan data, mengolah data, mengambil
kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber untuk memperoleh
bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
Adapun tehnik yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Tehnik ini dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pasien dan perawat.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati segala aktivitas klien secara
langsung untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan perubahan fisik.
3. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan konsep
halusinasi serta hal-hal yang menyangkut halusinasi dan keperawatannya.
4. Studi Dokumentasi
Merupakan tahapan pengumpulan data-data dari status klien yang ada
diruangan, mempelajari dan mecatat kejadian yanag ada hubungannya
dengan kasus yang tercatat dan catatan medik.
7
E. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan
Tujuan khusus, metode penulisan, ruang lingkup dan sistematika
penulis.
BAB II: Tinjauan teori meliputi: pengertian, psikodinamika, rentang
respon serta asuhan keperawatan terdiri dari: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III: Tinjauan kasus yang terdiri dari: pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB IV: Pembahasan yang merupakan: uraian perbandingan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus, di mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB V: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis akan menyajikan tinjuan teoritis mengenai pemenuhan kebutuhan
dasar pada Tn. E dengan gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Adapun pemenuhan kebutuhan dasar dengan
gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran adalah kebutuhan rasa aman dan
nyaman.
8
9
b. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
dasar karena adanya saling percaya merasakan kesenangan hidup tidak ada
rasa curiga
c. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Konsep diri yang positif akan memberikan makna dan keutuhan bagi
seseorang. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah,
mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat,
sehingga mudah memenuhi kebutuhannya.
d. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya umur, manusia mengalami perkembangan dan
pada setiap tahap perkembangan tersebut memilikikebutuhan yang berbeda,
baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
(A. Aziz alimul, 2006).
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan
rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari ancaman keselamatan
dan psikologi pada pengalaman yang baru atau tidak dikenal. Pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi mengalami perubahan rasa aman dan
nyaman seperti perubahan sosial pada kasus halusinasi biasanya akan melakukan
mekanisme koping menarik diri dari lingkungan sekitar, dan adanya perubahan
pada aspek psikospiritual pada kasus halusinasi biasanya adanya ketakutan pada
diri klien karena halusinasi yang dirasakannya.
B. Pengertian
Halusinasi merupakan pengalaman pancaindera tanpa ada rangsangan atau stimulus
misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan ditelinga pada hal
tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu (Hawari, 2006).
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. (Farida Kusumawati, 2010)
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, pengecapan,
perabaan atau penghidung. (Ade Herman, 2011)
11
Jadi kesimpulannya Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana
hilangnya kemampuan membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar ) sehingga mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan
sensori palsu berupa suara bisikan pada telinga, pengecapan, perabaan atau
penghidung.
C. Psikodinamika (Etiologi, Proses, dan Komplikasi)
1. Etiologi
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis klien yang
mengalami psikotik, khususnya skizofrenia halusinasi dapat dipengaruhi oleh
faktor dibawah ini
a. Faktor predisposisi, adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
1) Faktor genetik : Telah diketahui bahwa secara genetik scizhoprenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,
kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
2) Faktor Perkembangan : jika tugas perkembangan mengalami hambatan
dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami
stress dan kecemasan.
3) Faktor Neuorobiology, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex
limbic pada klien dengan scizhoprenia tidak berkembang penuh.
4) Study Neurotransmiter, ditemukan ketidakseimbangan Neurotransmiter
serta dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
5) Faktor biokimia, dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami
seseorang, maka tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan Dimetytraferase (DMP)
6) Psikologis, Karakteristik keluarga atau individu, Ibu dengan kecemasan,
overprotektif, dingin, Konflik keluarga dan perkawinan, Kegagalan
dalam memenuhi tugas sebelumnya.
12
6. Perintah halusinasi.
7. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat, tremor
dan berkeringat.
Fase IV : 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku tremor
Conquering menjadi mengancam akibat panik.
(panik), umunya jika klien mengikuti 2. Potensi kuat.
menjadi lebur perintah halusinasinya. 3. Aktifitas fisik
dalam 2. Halusinasi berakhir merefleksikan isi
halusinasinya dari beberapa jam atau halusinasi seperti:
hari jika tidak ada perilaku kekerasan,
intervensi terapeutik. agitasi, menarik diri
atau katatonik.
4. Tidak mampu
merespon perintah
yang kompleks.
5. Tidak mampu
merespon lebih satu
orang.
3. Komplikasi
Dampak dari gangguan sensori persepsi : Halusinasi ( Stuart and Laraia,
2005 )
a. Risiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasinya cenderung untuk marah-
marah dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
16
b. Isolasi sosial
Hal ini terjadi karena prilaku klien yang sering marah-marah dan risiko
prilaku kekerasan maka lingkungan akan menjauh dan mengisolasi.
c. Harga diri rendah
Hal ini terjadi karena klien menjauhi dan mengisolasi dari lingkungan
klien beranggapan dirinya merasa tidak berguna dan tidak mampu.
d. Defisit perawatan diri :
Kebersihan diri Hal ini terjadi karena klien mersa tidak berguna dan tidak
mampu sehingga klien mengalami penurunan motivasi dalam hal
kebersihan dirinya.
D. Rentang Respon
Perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon neurobiologis dari yang
adaptif ke maladaptif (Stuart, 2007) sebagai berikut :
Keterangan gambar :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma budaya
yang berlaku dan jika menghadapi masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d. Perilaku sesuai adalah sikap tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
E. Pengkajian keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistemastis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
Halusinasi meliputi: Pengkajian, Manifestasi Klinis dan Mekanisme Koping dan
Pohon masalah.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan halusinasi di fokuskan pada :
Faktor Faktor 1) Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan
predisposisi perkembangan makanan, minum dan rasa aman.
terhambat 2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan
otonomi.
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang
tidak terselesaikan.
Faktor psikologis Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan
tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri
rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,
gambaran diri negatif, dan koping destruktif.
Faktor sosial Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat sakit kronis,
budaya. tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
Faktor biologis Adanya kejadian terhadap fisik, berupa atrofi
otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar
dan bentuk sel korteks dan limbic.
19
Faktor Presipitasi
Pada proses pengkajian terdapat juga hal yang perlu diketahui mengenai
halusinasi :
2. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart and
Laraia, 2005)
a. Regresi : Menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi : Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
21
3. Manifestasi Klinis
Menurut (Ade Herman, 2011 dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa)
Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
Halusinasi Bicara atau Tertawa Mendengar suara atau
pendengaran sendiri. kegaduhan.
Marah-marah tanpa Mendengar suara yang
sebab. mengajak bercakap-cakap.
Mengarahkan telinga Mendengar suara yang
kearah tertentu. menyuruh melakukan
Menutupi telinga. sesuatu yang berbahaya.
4. Pohon Masalah
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian tehnik mengenai respon individu dan
keluarga, masalah kesehatanatau proses kehidupan yang aktual maupun potensial
( NANDA, 2001).
Adapun diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan
halusinasi menurut ( Keliat, 2006).
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi (penglihatan/ pendengaran/
penghidu/ perabaan/ pengecapan).
3. Isolasi Sosial menarik diri.
23
G. Perencanaan Keperawatan
Dalam perencanaan perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada pemenuhan kebutuhan dasar klien
untuk mengatasi masalahnya yang disusun berdasarkan diagnosan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan terdiri
dari : tujuan umum, tujuan khusus, rencana tidakan keperawatan . perencanaan menggambarkan tindakan yang akan
dilakukan dengan merujuk pada NIC ( Nursing Intervetion Clasification). (Ade Herman, 2011)
No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Resiko Perilaku TUM: Klien dapat
Kekerasan mengontrol perilaku
kekerasan
TUK:
1. Klien dapat 1. Setelah … X pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya
membina hubungan klien menunjukan tanda- dengan :
saling percaya tanda percaya kepada a. Beri salam setiap berinteraksi.
perawat: b. Perkenalkan nama, nama
a. Wajah cerah, panggilan perawat dan tujuan
24
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2. Gangguan TUM : Klien dapat
persepsi sensori : mengontrol halusinasi
halusinasi yang dialaminya.
(penglihatan/
pendengaran/ TUK 1: 1. Setelah ....x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
penghidu/ Klien dapat membina menunjukan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi
perabaan/ hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik :
32
TUK 2 : 2. Setelah.....x interkasi klien 2.1 Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat mengenal menyebutkan : secara bertahap.
halusinasinya. a. Isi 2.2 Oberservasi tingkah laku klien terkait
b. Waktu dengan halusinasi (penglihatan/
33
c. Sedih.
d. Senang.
e. Cemas.
f. Jengkel.
TUK 3: 3.1 Setelah..........x interaksi 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat klien menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika terjadi
mengontrol yang biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya. mengendalikan halusinasinya. menyibukan diri dll)
halusinasi
e. Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi dirumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, berpergian
bersama, memantau obat-obatan
dan cara pemberian untuk
mengatasi halusinasi.
f. Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diataso di rumah.
TUK 5: Klien dapat 5.1 Setelah....x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan obat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum
dengan baik. Manfaat minum obat. obat ,nama , warna, dosis, cara, efek
Kerugian tidak minum samping penggunaan obat
obat. 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
Nama, warna, dosis, 5.2.1 Beri pujian jika klien menggunakan
efek terapi dan efek obat dengan benar.
39
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial TUM : Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
TUK 1: 1. Setelah ....x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat membina menunjukan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi
hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik :
40
rumah sakit.
TUK 7 : 7.1 Setelah .... x interaksi klien 7.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat menyebutkan : manfaat dan kerugian tidak minum
memanfaatkan obat Manfaat minum obat. obat, nama, warna, dosis, cara, efek
dengan baik. Kerugian tidak minum terapi dan efek sampin penggunaan
obat. obat.
Nama, warna, dosis, 7.2 Pantau klien saat penggunaan obat.
efek terapi dan efek 7.3 Beri pujian jika klien menggunakan
samping obat. obat dengan benar.
7.2 Setelah ....x interaksi klien 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum
mendemonstrasikan obat tanpa konsultasi dengan dokter.
penggunaan obat dengan benar. 7.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
7.3 Setelah ... x interaksikan kepada dokter/ perawat jika terjadi
klien menyebutkan akibat hal-hal yang tidak di inginkan.
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
H. Penatalkasanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan
keperawatan. Jenis tindakan pada pelaksanaan keperawan ini terdiri dari tindakan
mandiri. Saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan atau
ketergantungan. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperwatan (Ermawati, dkk , 2009).
1. Tahap komunikasi terapeutik terdiri :
Menurut Stuart G, W, 2009 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi
terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu : tahapan persiapan atau tahap
prainteraksi, tahapan perkenalan, atau orientasi, tahap kerja dan terminasi.
a. Fase prainteraksi
Prainteraski mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran
dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggung jawabkan.
Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien
dan menentukan kontak pertama.
b. Fase perkenalan atau orientasi
Fase ini di mulai dengan pertemua dengan klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling
peracaya. Penerimaan dan pengertian komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien.
c. Fase kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasikan stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan mengubungkan persepsi,
pikiran, perasaaan dan perbuatan klien. Perubahan perilaku maladaptif
menjadi adaptif merupakan focus fase ini.
46
47
d. Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik.
Tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang
tidak dapat diingkari.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.
Proses terminasi yang sehat akan memberi pengalam positif dalam membantu
klien mengembangkan koping untuk perpisahan.
3. Psikofarmakologis
Obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan
gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis, yaitu :
a. Chlorpromazine (CPZ), untuk mengatasi psikosa, dan mengurangi gelaja
emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3x25 mg, kemudian dapat
ditingkatkan supaya optimal,dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara
oral.
b. Trihexyphenidil (THP), diberkan 1 mg pada hari pertama dan hari kedua
diberikan 2 mg/ hari hingga mencapai 6-10 mg/hari untuk pengobatan
berbagai bentuk parkinson, efek samping mulut kering, penglihatan kabur,
pusing, mual, muntah, takikardi dan konstipasi.
c. Obeservasi tingkah laku klien, yang terkait dengan halusinasinya : bicara dan
tertawa tanpa stimulus, dan memandang ke kiri ke kanan depan seolah ada
yang mengajak bicara.
d. Diskusikan dengan keluarga ( pada saat keluarga berkunjung pada kunjungan
rumah) gejala halusinasi, cara yang dapat dilakukan, cara merawat keluarga
yang halusinasi.
e. Ajarkan klien program pengobatan secara optimal
f. Menyamakan persepsi jika klien bertanya nyatakan secara sederhana pada
perawat bahwa perawat tidak mengalami stimulus yang sama (tidak
mendengar).
g. Sarankan dan kuatkan penggunaan interpersonal dalam memenuhi
kebutuhan.
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang dilakukan. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi
hasil atau somatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. (Ermawati, dkk , 2009).
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah perawat lakukan untuk
pasien halusinasi sebagai berikut :
1. Klien Mampu :
a. Menyebutkan jenis halusinasi
b. Menyebutkan isi halusinasi
c. Menyebutkan waktu halusinasi.
d. Menyebutkan frekuensi halusinasi.
e. Menyebutkan situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Menjelaskan respon terhadap halusinasi.
50
2. Keluarga mampu :
a. Menyebutkan pengertian halusinasi.
b. Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien.
c. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien.
d. Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien.
e. Mengajak pasien bercakap-cakap saat tiba waktu pasien berhalusinasi.
f. Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai jadwal
g. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien.
h. Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia.
i. Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan terdekat.( Budi Ana
Keliat, 2013)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menyajikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. E
dengan perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur. Asuhan keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan secara komperhensif yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi.
Asuhan keperawatan dilakukan dari tanggal 06 Juni sampai 08 Juni 2016.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data dasar terlampir.
2. Resume
Nama klien Tn. E berusia 25 tahun, jenis kelamin laki-laki, status belum
menikah, berasal dari suku Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir SMK.,
sumber informasi Pasien, perawat ruangan dan status klien, klien masuk tanggal
01 Juni 2016,Perawat mengkaji tanggal 06 Juni 2016 pada pukul 08.00 WIB,
Nomer Register 010517, diagnosa medis gangguan skizofrenia paranoid.
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur dengan alasan : Tn.
E mengatakan “mulai dari tanggal 28 Mei 2016 klien sudah mulai gelisah,
perilaku aneh, tidak bisa tidur, bingung, emosi labil, sudah ± 5 bulan putus
obatnya, curiga, bicara kacau dan mendengar bisikan-bisikan ditelinga” Tn. E
mengatakan “ mempunyai riwayat gangguan jiwa dan sudah 8 kali dirawat
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur”. Tn. E mengatakan “ pernah
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan seperti minum-minuman
51
52
keras, dan menonton film porno yang menyebabkan melakukan onani di depan
umum, serta kehilangan ayahnya sudah hampir 7 Tahun sehingga menyebabkan
pikiran kacau dan sering menyendiri”. Tn. E tidak pernah melakukan
penganiayaan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga ,tindakan kriminal
maupun adanya penolakan dari lingkungan. Fator penyebab Tn. E masuk ke
Rumah Sakit Jiwa karena adanya faktor pekerjaan yang menumpuk dan keluarga
sering bertengkar ,serta putus obat sudah ± 8 bulan.
Terapi medis :
a. Risperidon 3 x 2mg
b. Clozapine 3 x 25mg
3. Data fokus
Data subjektif :
Klien mengatakan “takut dan khawatir akan kematian yang di dengar dari
suara-suara yang tidak nyata, jika suara itu mucul sering marah-marah dan
melakukan gerakan bela diri”
Klien mengatakan “mendengar suara-suara bisikan yang menggema, suara
laki-laki yang mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak
saya akan bunuh ”
Klien mengatakan “suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur,
bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai. ”
Klien mengatakan “suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu
waktunya. ”
Klien mengatakan “ malas untuk berteman karena rasa takut yang dialaminya
dahulu dalam berteman yang mengajaknya untuk minum-minum keras dan
menonton film porno”
Klien mengatakan “ bagian tubuh yang di sukai adalah mata dan bagian
tubuh yang tidak disukai adalah kulit karena kulit berwarna hitam yang
53
Data objektif
4. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat oleh penulis, maka didapatkan data
focus pada klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai
berikut, namun untuk lebih mempermudah dalam menganalisa penulis sengaja
membuatnya dalam tabel sebagai berikut:
Objektif :
Klien tampak melihat dengan tatapan yang
tajam.
Klien tampak curiga, berbicara dengan cepat
dan afek labil.
55
Objektif :
Klien blocking saat berinteraksi dengan perawat
untuk mendengarkan sesuatu.
Klien tampak bergerak menarik nafas dan
menundukan kepala seperti orang kerasukan
setan.
Klien tampak berbicara sendiri.
Klien tampak mondar-mandir
Klien tampak Menutupi telinga.
Objektif :
Klien tampak wajah kosong dan menundukan
pandangan
Objektif :
Klien tampak berada di RS. Jiwa Islam Klender
Pada tanggal 01 Juni 2016.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pohon masalah
2) Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
b. Resiko Perilaku Kekerasan.
c. Isolasi sosial
d. Perubahan konsep diri : Harga Diri Rendah
e. Regimen Terapi in efektif.
f. Koping keluaga tidak efektif
58
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
perencanaan perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada pemunuhan kebutuhan dasar pada TN. E dengan
perubahan persepsi sensori: halusinasi untuk mengatasi masalahnya yang disusun berdasarkan diagnose keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari : tujuan umum, tujuan khusus, rencana tidakan keperawatan . perencanaan
menggambarkan tindakan yang akan dilakukan dengan merujuk pada NIC ( Nursing Intervetion Clasification). (Ade
Herman, 2011)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUK 2 : 4. Setelah 2 x interkasi klien 2.1 Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat mengenal menyebutkan : secara bertahap.
halusinasinya. e. Isi 2.2 Oberservasi tingkah laku klien terkait
f. Waktu dengan halusinasi (penglihatan/
g. Frekuensi. pendengaran/ penghidu/ perabaan/
h. Situasi dan kondisi pengecapan), jika menemukan klien yang
60
TUK 3: 3.1 Setelah 3 x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat menyebutkan tindakan yang tindakan yang dilakukan jika terjadi
mengontrol biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya. mengendalikan halusinasinya. menyibukan diri dll)
TUK 4 : 4.3 Setelah 3x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
Klien dapat dukungan Keluarga, keluarga pertemuan (waktu, tempat dan topik.)
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk
mengontrol mengikuti pertemuan
halusinasinya. dengan perawat.
TUK 5: Klien dapat 5.1 Setelah 3x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan obat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum
dengan baik. Manfaat minum obat. obat ,nama , warna, dosis, cara, efek
66
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Dalami, 2010)
Hari dan No. DX Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
tanggal perawat
Senin, 06 1. Perubahan Sp 1 pasien : Subjektif :
Juni persepsi 1. Mendiskusikan klien mengatakan Nisa
2016 sensori : jenis halusinasi “ jenis halusinasinya adalah
Pukul halusinasi pasien. halusinasi pendengaran, ”
10.00 (pendengara 2. Mendiskusikan “isi halusinasi adalah
WIB n) isi halusinasi keluarkan jin di tubuh Tn.
pasien. E kalau tidak akan
3. Mendiskusikan dibunuh”
waktu halusinasi “saat mendengar suara itu
pasien. waktunya 3-5 menit”
4. Mendiskusikan “situasi ketika sedang tidur,
situasi yang bangun tidur, sendirian dan
menimbulkan pada saat suasana ramai ”
halusinasi. “responya adalah marah-
5. Mendiskusikan marah, emosi dan
respons pasien melakukan gerakan silat”
terhadap
halusinasi. Objektif :
Klien tampak sudah mampu
mengenal halusinasinya.
Analisa:
masalah SP 1 pasien belum
tercapai
Planning :
68
lanjutkan SP 1 :
a. Mendiskusikan frekuensi
halusinasi pasien.
b. Melatih pasien mengontrol
halusinasi menghardik
halusinasi.
c. Menganjurkan pasien
memasukan cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian
Objektif :
klien tampak bisa menutup
telinga jika mendengar suara
bisikan atau gaib serta
melakukan anjuran perawat.
Analisa :
Masalah Sp 1 pasien tercapai
Planning:
Sp 1 dihentikan lanjutkan Sp 2
pasien
Analisa:
masalah Sp 2 pasien tercapai
Planning:
Sp 2 pasien dihentikan
lanjutkan Sp 3 pasien
Analisa:
Masalah Sp 3 pasien tercapai
Planning:
Sp 3 pasien dihentikan
lanjutkan Sp 4 pasien
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang dilakukan. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi
hasil atau somatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. (Ermawati, dkk , 2009).
72
Objektif:
74
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara teori yang
ada didalam landasan teoritis dengan tinjauan kasus, faktor-faktor penghambat dan
pendukung serta alternative pemecahan masalah ( solusi ) yang ditemukan dalam
melakukan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. E dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran selama 3 hari dari tanggal 06 Juni 2016 sampai dengan 08 Juni
2016 di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, sesuai dengan konsep dasar dan tahap-tahap
dalam proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan Evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Juni 2016 dilakukan untuk mengumpulkan
data agar diketahui permasalahan yang ada pada klien, data tersebut di peroleh
melalui obeservasi, wawancara langsung terhadap klien, melihat status dan informasi
dari perawat ruangan berdasarkan kasus yang ada di lapangan, penulis menemukan
faktor yang menyebabkan adalah ketakutan dan kecemasan dimana klien mendengar
suara-suara bisikan yang menggema, suara laki-laki yang mengatakan keluarkan jin
yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh , suara itu terdengar 3-5 menit,
ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai ,suara
itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu waktunya sehingga membuat klien
ketakutan dan khawatir atau cemas.
Dalam melakukan pengkajian pada pasien gangguan jiwa meliputi faktor prediposisi,
faktor presipitasi, perilaku atau tanda gejala dan mekanisme koping.
1. Faktor prediposisi terdiri dari 7 hal yang mempengaruhi :
75
76
2. Faktor presipitasi secara teoritis pada klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi dapat berasal dari :
a. Berlebihnya pengolahan informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memperoses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu/ abnormal.
77
4. Mekanisme koping
Secara teoritis yang dapat terjadi pada perubahan persepsi sensori yaitu regresi
yaitu menjadi malas beraktivitas sehari-hari, proyeksi yaitu mencoba
menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain atau sesuatu benda, dan menarik diri yaitu Sulit mempercayai orang
lain dan asyik dengan stimulus internal, Sedangkan mekanisme koping yang
ada pada kasus Tn. E adalah proyeksi dan menarik diri dan mekanisme koping
yang tidak ada pada kasus adalah regresi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian tehnik mengenai respon individu dan
keluarga, masalah kesehatanatau proses kehidupan yang aktual maupun potensial (
NANDA, 2001).
Pada tinjauan teoritis klien membuat diagnosa keperawatan yaitu Resiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan, Gangguan persepsi sensori : halusinasi
(penglihatan/ pendengaran/ penghidu/ perabaan/ pengecapan), Isolasi Sosial:
menarik diri.
Sedangkan diagnosa pada kasus klien Tn. E di dapatkan diagnosa keperawatan :
1. Resiko perilaku kekerasan : ( diagnosa ini muncul karena klien mengatakan
“takut dan khawatir akan kematian yang di dengar dari suara-suara yang tidak
nyata, jika suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan gerakan bela diri
dan tampak curiga serta emosi labil.)
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi : (diagnosa ini muncul karena Klien
mengatakan “mendengar suara-suara bisikan yang menggema, suara laki-laki
yang mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan
bunuh , suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur,
sendirian dan pada saat suasana ramai ,suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak
menentu waktunya, jika suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan
gerakan bela diri ” dan tampak Klien blocking saat berinteraksi dengan perawat
untuk mendengarkan sesuatu, bergerak seperti orang kerasukan setan, berbicara
sendiri, mondar-mandir, Menutupi telinga.)
3. Isolasi sosial : (diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan “ malas untuk
berteman karena rasa takut yang dialaminya dahulu dalam berteman yang
mengajaknya untuk minum-minum keras dan menonton film porno dan tampak
menyendiri di meja makan, serta wajah kosong.
4. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah : (diagnosa ini muncul karena Klien
mengatakan “bagian tubuh yang tidak disukai adalah kulit karena kulit berwarna
hitam, belum menikah berperan sebagai anak pertama dan membantu orang tua
80
mencari nafkah, namun setelah sakit klien tidak bekerja dan malu dengan
keadaanya serta berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi rendah.”, serta
tampak wajah kosong dan menundukan pandangan)
5. Regimen Terapi in efektif : (diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan “
sebelumnya klien pernah dirawat di RS. Jiwa Islam Klender pada tanggal 31
Desember 2015, klien mengatakan karena putus obat hampir 5 bulan dan tidak
control kembali kini klien masuk ke RS. Jiwa Islam Klender. ” )
6. Koping keluaga tidak efektif : (diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan “
keluarga sering bertengkar yang menyebabkan Tn. E menginap di rumah
Neneknya dan keluarga tidak ada yang mengingatkan untuk minum obat karena
sibuk dengan urusannya. Masing-masing” )
Faktor pendukung : yang penulis temukan adalah adanya data dasar, tanda dan
gejala yang penulis dapatkan pada analisa data.
Faktor penghambat : penulis tidak menemukan hambatan apapun dalam diagnosa.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam perencanaan perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada
pemenuhan kebutuhan dasar klien untuk mengatasi masalahnya yang disusun
berdasarkan diagnosan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari :
tujuan umum, tujuan khusus, rencana tidakan keperawatan . perencanaan
menggambarkan tindakan yang akan dilakukan dengan merujuk pada NIC ( Nursing
Intervetion Clasification). (Ade Herman, 2011)
Pada tahap perencanaan pada teori dan kasus tidak banyak perbedaan penulis
menetapkan prioritas masalah berupa perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran karena pada saat melakukan pengkajian di dapatkan data klien sering
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh mengeluarkan jin yang ada di tubuh
kalau tidak akan di bunuh yang menyebabkan klien emosi serta marah-marah dan
melakukan gerakan bela diri. Biasanya suara tersebut terdengar 3-5 menit, ketika Tn.
81
E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai, suara tersebut
terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu waktunya sehingga membuat klien
ketakutan dan khawatir atau cemas. Oleh karena itu penulis memprioritaskan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan sebagai masalah utama
yang harus ditangani dan langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan agar
perkembangan klien dapt diketahui apakah mengalami kemanjuan atau tidak
sedangkan tujuan, kriteria, evaluasi, dan intervensi disesuaikan berdasarkan tinjau
teori. Dalam perencanaan ini penulis menyesuaikan dengan teori.
Faktor pendukung : yang penulis dapat adalah mengacu kepada standar satuan
keperawatan yang ada pada sumber-sumber buku.
Faktor penghambat : penulis tidak menemukan hambatan apapun dalam
perencanaan.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tahap pelaksanaan meliputi komunikasi terapeutik, terapi
aktivitas kelompok (TAK ) dan psikofarmaka. Komunikasi terapeutik terdiri dari
fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi, Sedangkan TAK yang
digunakan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
adalah TAK stimulus persepsi dan psikofarmaka pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi yaitu Chlorpromazine (CPZ), Trihexyphenidil (THP).
Pada data tahap implementasi ini adalah asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien dengan halusinasi sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan
berdasarkan landasan teori untuk diagnosa keperawatan perubahan persepsi sensori :
halusinasi ada 4 SP dan penulis hanya melakukan 3 SP yaitu SP 1 : Klien dapat
mengenal halusinasi seperti jeni, isi, frekuensi, situasi, dan respon. Klien dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, dan memasukan ke jadwal
kegiatan harian, SP 2 adalah mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol
82
halusinasi dengan cara menghardik, Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain dan dan memasukan ke jadwal kegiatan harian,
dan SP 3 : Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain, klien dapat mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan. Sedangkan pada
keperawatan yang ada pada kasus pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Tn. E
dapat dilakukan Tindakan SP 1 point 1-3, 5 dan 6 yang di lakukan pada hari senin
tanggal 06 Juni 2016 pada pukul 10.00 WIB walaupun pada saat berinteraksi, klien
banyak menyangkal halusinasi namun dengan pendekatan yang terapeutik akhirnya
klien menyebutkan dan mengenal halusinasinya dan klien dapat mengenal
halusinasinya seperti jenis: halusinasi pendengaran, isi: suara laki-laki yang
mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh,
waktunya: waktu tidak menentu, situasi: suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E
sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai dan respon: jika
suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan gerakan bela diri halusinasinya,
dan SP 1 point 4, 7, 8 yang dilakukan pada hari senin tanggal 06 Juni 2016 pada
pukul 13.00 WIB yaitu klien dapat mengenal frekuensi : suara itu terdengar ± 5 kali/
hari serta cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi dan
mengajak klien untuk memasukan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari klien. SP 2
point 1-3 yang dilakukan pada hari selasa 07 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu
mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain dan mengajak klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. SP 3 point 1-3
dilakukan pada hari selasa 08 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu mengevaluasi
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lain, mengontrol halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dan mengajak klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian. Pemberian psikofarmaka risperidon 3 x 2 mg diberikan
83
setiap hari pada pukul 05.00 WIB, 13.00 WIB, 20.00 WIB, dan clozapine diberikan
setiap hari pada pukul 3 x 25 mg pada pukul 05.00 WIB, 13.00 WIB, 20.00 WIB,
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan setiap hari atau setiap kali penulis selesai berinteraksi dengan
klien. Pada tinjaun teori evaluasi pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi adalah SP 1 klien mampu menyebutkan dan mengenal halusinasi jenis:,
is:, frekuensi waktunya situasi, menjelaskan respon terhadap halusinasi, mampu
melaksanakan melaksanakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik,
membuat jadwal kegiatan harian sesuai jadwal, SP 2 klien mampu melaksanakan
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap jika terjadi halusinasi, Membuat
jadwal kegiatan harian sesuai jadwal, SP 3 klien mampu melaksanakan cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, dan SP 4
yaitu klien mampu menyebutkan obat-obatan yang digunakan dan menggunakan
obat secara teratur.
Sedangkan Evaluasi yang dilakukan pada Tn. E sampai akhir penulis merawat klien
atau memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi adalah sebagai berikut
Evaluasi Tindakan SP 1 point 1-3, 5 dan 6 di lakukan pada hari senin tanggal 06 Juni
2016 pada pukul 10.00 WIB yaitu klien mampu menyebutkan halusinasinya dan
klien dapat mengenal halusinasinya seperti jenis, isi , waktu, respon dan situasi
halusinasinya, dan SP 1 point 4, 7, 8 dilakukan pada hari senin tanggal 06 Juni 2016
pada pukul 13.00 WIB yaitu klien dapat mengenal frekuensi serta cara mengontrol
84
halusinasi dengan cara menghardik halusinasi dan mengajak klien untuk memasukan
ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari klien. Evaluasi SP 2 point 1-3 dilakukan pada
hari selasa 07 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu mengontrol halusinasinya
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan mengajak klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi SP 3 point 1-3 dilakukan pada hari selasa 08
Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu mengontrol halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dan mengajak klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis membandingkan dalam landasan teori dengan laporan kasus
dengan pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan secara menyeluruh. Penulis
memberikan asuhan keperawatan kepada Tn. E dengan masalah perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur mulai dari tanggal 06 Juni 2016 sampai 08 Juni
2016 secara promotif, preventif, dan kuratif melalui pendekatan Asuhan
Keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian yang dilakukan kepada Tn. E yang perlu
diperhatikan adalah faktor predisposisi, faktor presipitasi, perilaku atau tanda
dan gejala, dan mekanisme koping yang digunakan oleh pasien, dimana pada
Tn. E faktor predisposisinya terjadi karena faktor psikologis yaitu keluarga
Tn. E mengatakan Tn. E mulai terlihat aneh setelah ayahnya meninggal serta
hubungan keluarga yang tidak harmonis semenjak ayahnya meninggal.
Faktor presipitasi secara teoritis pada klien dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dapat berasal dari Berlebihnya pengolahan informasi pada
sistem syaraf yang menerima dan memperoses informasi di thalamus dan
frontal otak, Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu/ abnormal,
Adanya gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku (Stuart and Laraia, 2005). Tetapi pada kasus Tn. E terjadi masalah
kesenjangan karena adanya gejala pemicu yaitu kondisi kesehatan klien,
karena pasien pernah rutin minum obat jiwa seperti THP, risperidon dan
clozapine, tapi klien mengalami putus obat atau regemin terapi in efektif
85
86
2. Diagnosa keperawatan
Terjadinya kesengjangan antara teori dengan kasus yaitu diagnosa yang
muncul pada teori dengan masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi
terdapat 3 yaitu resiko perilaku kekerasan, perubahan persepsi sensori :
halusinasi dan isolasi sosial. Sedangkan pada kasus diagnosa yang muncul
terdapat 6 diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan, perubahan persepsi
sensori : halusinasi, isolasi sosial, perubahan konsep diri : harga diri rendah,
regimen terapi in efektif, koping keluarga tidak efektif.
3. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan dibuat sesuai rencana tindakan yang ada pada
pasien dengan masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi. Penulis
merumuskan perencanaan sesuai dengan masalah keperawatan yang prioritas
pada pasien dengan masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi. Dalam
perencanaan ini agar terlaksana dengan baik maka diperlukan adanya
kerjasama atau dukungan dari pasien, dan juga perawat ruangan.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaanya penulisa bisa melakukan implementasi pada kasus Tn.
E hanya untuk diagnosa perubahan persepsi sensori : halusinasi dari
Tindakan SP 1 point 1-3, 5 dan 6 di lakukan pada hari senin tanggal 06 Juni
2016 pada pukul 10.00 WIB mendiskusikan halusinasinya seperti jenis, isi ,
87
5. Evaluasi
Evaluasi yang ditunjukan oleh pasien berdasarkan hasil obeservasi penulis,
pasien sudah mengalami beberapa perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada
diagnosa pertama sesuai dengan tujuan khusus yang telah tercapai yaitu klien
mampu menyebutkan halusinasinya dan klien dapat mengenal halusinasinya
seperti jenis, isi , waktu, frekeunsi, respon dan situasi halusinasinya,
sedangkan pada Tn. E klien mampu menyebutkan dan mengenal
halusinasinya seperti jenis: halusinasi pendengaran, isi: suara laki-laki yang
mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh,
waktunya: waktu tidak menentu, situasi: suara itu terdengar 3-5 menit, ketika
Tn. E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai,
frekuensi : suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan respon: jika suara itu mucul
sering marah-marah, melakukan gerakan bela diri halusinasinya dan klien
88
B. Saran
Melalui karya tulis ini, penulis ingin memberikan saran agar asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien gangguan jiwa dapat lebih optimal yang antara lain :
1. Keluarga
Sebaiknya dalam teori pengobatan keluarga harus berperan dalam
berpasrtisipasi dan mendukung secara aktif pada upaya pengobatan tersebut
karena keluarga merupakan pendukung bagi pasien yang dapat mempercepat
proses penyembuhan bagi pasien itu sendiri.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan institusi dapat lebih memberikan waktu tambahan kepada
mahasiswa agar dapat membuat karya tulis ilmiah yang lebih optimal
sehingga sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pasien
Diharapkan klien dapat tetap mengontrol emosinya dengan cara
mempertahankan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik serta
bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan sehari-hari yang
biasa dilakukan yaitu membaca al qur’an dan berdzikir yang telah diajarkan
oleh perawat.
89
DAFTAR PUSTAKA
Az-zahrani, Dr. Musfir bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani
Press.
Dalami, Ermawati, S.Kep, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan klien dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Efendi, Ferry , Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
praktik dalam keperawatan. akarta : Salemba Medika.
Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep. (2015).
Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Edisi : 2 . Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida, S.Kep., Ns, dkk. (2010). Buku ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa [Teori dan Aplikasi].
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Nasir, Abdul, dkk. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Nurarif, Amin Huda, dkk. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.
Surya D, Ade Herman, S.Kep.,NERS. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha medika
Videbeck, Sheila L, PhD, RN. (2008). Buku ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Wardani. (2015). (http :// eprints.ums.ac.id/33745/5/04.%20BAB%20I.pdf)
diakses pada tanggal 15 Juni 2016 pukul 10.25 WIB
90
1. Data pribadi
Nama : Khoirun Nisa Nurhaini
Nim : 2013750025
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 16 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ujung harapan GG al ikhlas IX RT 007/015
No. 37, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi,
Bekasi utara.
2. Riwayat pendidikan
Data pendidikan formal
a. Tk. Rose, Jakarta Timur 2000-2001
b. SDN 03 pagi kelapa dua wetan, Jakarta Timur 2001-2004
c. SDN bahagia 02, Bekasi 2004-2007
d. SMPN 3 babelan, Bekasi 2007-2010
e. SMK Islam Kesehatan Zam-zam kurnia, Bekasi 2010-2013
3. Pendidikan Informal
a. Pelatihan dasar kepemimpian mahasiswa 2013
b. Course Nurse English Center 2015
c. Basic Trauma Cardiac Life Suport 2015
91
IDENTITAS KLIEN
1. Pengkajian keperawatan
Klien yang menjadi objek karya tulis ilmiah ini adalah Nama klien Tn. E berusia 25
tahun, jenis kelamin laki-laki, status belum menikah, berasal dari suku Sunda,
agama islam, pendidikan terakhir SMK., sumber informasi Pasien, perawat ruangan
dan status klien, klien masuk tanggal 01 Juni 2016,Perawat mengkaji tanggal 06 Juni
2016 pada pukul 08.00 WIB, Nomer Register 010517, diagnosa medis gangguan
skizofrenia paranoid.
Terapi medis :
a. Risperidon 3x2mg
b. Clozapine 3x25mg
92
2. Alasan masuk
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur di bawa oleh adiknya
Keluarga mengatakan “dari tanggal 28 Mei 2016 klien sudah mulai gelisah, perilaku
aneh, tidak bisa tidur, bingung, emosi labil, sudah ± 8 bulan putus obatnya, curiga,
bicara kacau dan mendengar bisikan-bisikan ditelinga”.
3. Faktor predisposisi
Tn. E mengatakan “ mempunyai riwayat gangguan jiwa dan sudah 8 kali dirawat
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur”. Klien masuk ke RSJIK pada
tanggal 01 Juni 2016, karena keluarga tidak ada yang mengingkat minum obat
karena sering bertengkar dan sibuk dengan urusanya masing-masing sehingga klien
mengalami putus obat sudah 5 bulan dan pengobatnya sebelumnya kurang berhasil.
Tn. E tidak pernah melakukan penganiayaan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga
,tindakan kriminal maupun adanya penolakan dari lingkungan.
Tn. E mengatakan “ keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa selain
Tn. E”.
Tn. E mengatakan “ pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
seperti minum-minuman keras, dan menonton film porno yang menyebabkan
melakukan onani di depan umum, serta kehilangan ayahnya sudah hampir 7 Tahun
sehingga menyebabkan pikiran kacau dan sering menyendiri”.
Masalah keperawatan : regimen terapy in efektif
4. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda vital Tn. E yaitu
Tekanan dara 130/80 mmHg, Nadi 88 kali per menit, Suhu 37° C, Respirasi 20 kali
per menit. Ukuran tinggi badan 167 cm dan berat badan 69 kg. Dari pengkajian head
to toe didapatkan data kepala tidak terdapat benjolan, rambut Tn. E pendek,
berwarna hitam, bersih dan terdapat uban beberapa helai. Fungsi penglihatan mata
masih baik, konjungtiva ananemis dan sklera anikterik. Telinga Tn. E simetris
93
kanan-kiri, tidak ada serumen. Hidung Tn. E tidak ada sekret. Dada Tn. E simetris
antara kanan-kiri, inspeksi ekspensi paru-paru mengembang dengan simetris kanan
dan kiri, palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi bunyi
nafas vesikuler. Jantung saat diperkusi pekak, auskultasi bunyi S1 dan S2 murni.
Abdomen inspeksi perut datar, auskultasi bising usus 10 kali per menit, palpasi tidak
ada nyeri tekan, perkusi tympani. Ekstremitas klien tidak mengalami gangguan,
fungsinya masih baik dan gerakannya bebas. Tn. E tidak mengalami keluhan fisik
dan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti kejang, asma, diabetes melitus,
hipertensi mapupun penyakit jantung.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Psikososial
a. Genogram
Ny. E
Tn. T
Keterangan :
: meninggal : klien
: garis keturunan
b. Konsep diri
Konsep diri dalam gambaran diri, Tn. E mengatakan tubuhnya sehat, bagian
tubuh yang di sukai adalah mata dan bagian tubuh yang tidak disukai adalah kulit
karena kulit berwarna hitam yang diinginkan kulitnya berwarna putih. Tn. E
Berumur 25 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMK. Tn. E
berasal dari daerah cirebon. Tn.E belum menikah berperan sebagai anak pertama
dan membantu orang tua mencari nafkah, dan Tn. E bekerja sebagai karyawan
swasta di bank BRI namun setelah sakit klien tidak bekerja. Tn E mengtakan
jika nanti sudah keluar dari rumah sakit ingin bekerja, membahagiakan orang tua
95
dan menikah. Pada pengkajian harga diri, Tn. E mengatakan malu dengan
keadaanya serta berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi rendah.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Hubungan sosial
hubungan sosial, Tn. E mengatakan orang terdekat adalah keluarga terutama ibu.
Peran serta dalam kegiatan masyarakat, Tn. E mengatakan tidak aktif dalam
kegiatan masyarakat. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, Tn. E
mengatakan ada hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain karena rasa
takut yang dialaminyadahulu dalam berteman yang mengajaknya untuk minum-
minum keras dan menonton film porno. Masalah keperawatan : isolasi sosial :
menarik diri.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan Tn. E mengatakan beragama islam dan menjalankan ibadah
shalat 5 waktu yakni subuh jam 05.00 WIB, dzuhur 12.00 WIB, ashar 15.00
WIB, maghrib 18.00 WIB, dan isya 19.00 WIB. Klien terlihat shalat dzuhur
12.00 WIB, ashar 15.00 WIB. dan mengerjakan puasa di bulan ramadhan.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
6. Status mental
a. Penampilan
Dari hasil observasi, cara berpakaian Tn. E berseragam RSJ dan terlihat rapi,
klien mengatakan mandi 2 kali sehari: pagi dan sore.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Saat interaksi, klien bicara cepat, keras, tidak gagap. Pasien mampu memulai
pembicaraan, klien kooperatif, dan koheren.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
96
c. Aktivitas motorik
Aktivitas motorik klien pada saat berinteraksi terlihat beresemangat dan santai
menjawab dan santai menjawab pertanyaan yang diajukan, tidak gelisah, tidak
tegang, tidak tremor.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
d. Alam perasaan
Alam perasaan klien mengatakan “perasaannya takut dan khawatir akan kematian
dari bisikan-bisikan sehingga sering marah dan emosi”
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
e. Afek
Afek klien tampak labil, klien saat berinteraksi terkadang terlihat tidak apa-apa
kemudian diam seperti ketakutan dan pergi dan beberapa lama terlihat tidak ada
apa-apa.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
f. Interaksi selama wawancara
Klien tampak kooperatif, klien saat berinteraksi selalu mencoba mempertahankan
pendapatnya dan mengenai isi pikiran serta klien tampak curiga jika ditanyakan
mengenai keluarga.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
g. Persepsi
Klien mengatakan “mendengar suara-suara bisikan yang menggema, suara laki-
laki yang mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan
bunuh, suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur,
sendirian dan pada saat suasana ramai, suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak
menentu waktunya, jika suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan
gerakan bela diri”
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
97
h. Proses pikir
Proses pikir klien baik yaitu saat berinteraksi tidak berbelit-belit dan langsung ke
topik dan tujuan, selama interaksi klien tiba-tiba berhenti tanpa ada gangguan
ekstrenal kemudian dilanjutkan kembali namun tidak ingin membahas yang
sedang dibicarakan.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi.
i. Isi pikir
Klien merasa bahwa yang mengganggu tubuhnya adalah jin yang dikirim oleh
temannya yang tidak suka kepadanya.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
j. Tingkat kesadaran
Saat interaksi kesadaran klien baik yaitu saat ditanya waktu, klien mengatakan
hari ini hari selasa tanggal 07 Juni 2016 dan saat ditanya tempat, klien
mengatakan saat ini berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, dan yang
sedang berbicara dengannya adalah perawat Nisa.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
k. Memori
Gangguan jangka panjang, jangka pendek, dan saat ini klien tidak ada masalah
yaitu, klien mampu mengingat dibawa ke RS pada tanggal 01 Juini 2016,
sedangkan jangka panjang, klien mengingat hari ulang tahunnya pada tanggal 19
September 1991, klien mampu mengingat nama perawat yaitu perawat Nisa.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung sederhana yaitu mulai dari angka 1-10 dan mampu
berhitung sulit sekalipun yaitu 99-3 = 96, 72+10= 82, 66:3 = 22, klien tampak
serius mendengarkan pembicaraan atau pertanyaan perawat, , selama interaksi
sering melakukan blocking dan mudah beralih. Pada saat melakukan pengkajian
kliem mampu mengambil keputusan sederhana, ketika diberi pilihan untuk makan
98
dulu baru mandi atau mandi dulu baru makan, menurut klien lebih baik mandi
dulu baru makan supaya bersih.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
m. Daya titik diri
Klien mengingkari penyakit yang dideritanya, klien mengatakan penyakitnya
karena di guna-guna.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi.
8. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika saya ada masalah dan saya kesal saya diam tidur dikamar dan
melampiaskannya dengan shalat dan berdzikir supaya hati tenang.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan.
SP 1 Pasien :
a. Mendiskusikan jenis halusinasi pasien.
b. Mendiskusikan isi halusinasi pasien.
102
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..!!! selamat pagi mas… perkenalkan nama saya Khoirun
Nisa bisa di panggil Nisa. Saya mahasiswa praktek dari DII keperawatan
UMJ yang akan praktek di Rumah sakit ini selama 3 hari . Hari ini saya dinas
pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 WIB siang. Saya akan merawat
Tn. E selama di rumah sakit ini. Nama Tn. E siapa? Senangnya mas di
panggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana keadaan Tn. E hari ini ? ”
c. Kontrak :
Topik : “Baiklah Tn. E , bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang suara yang mengganggu Tn. E dan cara mengontrol
suara-suara tersebut, Apakah bersedia? ”
Waktu : “Berapa lama Tn. E mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit? ”
Tempat : “Tn. E mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana
kalau di ruang tamu? Baiklah Tn. E. ”
103
2. Fase Kerja .
“Apakah Tn. E mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya Tn.
E mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu.
Apakah Tn. E mendengarnya terus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering Tn. E mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari Tn. E
mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri? Apa yang Tn. E rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana
perasaan Tn. E ketika mendengar suara tersebut? Kemudian apa yang Tn. E
lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang? Apa yang Tn. E
alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Tn. E bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah
saya akan mempraktekan dahulu baru Tn. E mempraktekkan kembali apa yang
telah saya lakukan. Begini Tn. E jika suara itu muncul katakan dengan keras “
pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua
telinga Tn. E. seperti ini ya Tn. E. coba sekarang Tn. E ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi. Bagus sekali Tn. E, coba sekali lagi Tn. E. wah bagus sekali
Tn. E.”
3. Terminasi.
a. Evaluasi
Subjektif :
“Bagaimana perasaan Tn. E setelah kita kita bercakap-cakap?”
Objektif :“Baiklah, sepertinya tadi sudah mengerti mengenal jenis
halusinasi , isi halusinasi, waktu, situasi serta respon jika halusinasi itu
terjadi, Baiklah, bagaimana kalau Tn. E sebutkan kembali jenis halusinasi
yang ada dan Tn. E termaksud kedalam halusinasi yang mana? Wah..
104
hebat ya.. sepertinya Tn. E sudah mengenal jenis halusinasi yang di alami
oleh Tn. E. ”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan.
SP 1 Pasien :
a. Mendiskusikan frekuensi halusinasi pasien.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi menghardik halusinasi.
106
2. Fase Kerja .
“Baiklah kita mulai kembali ya. Apakah Tn. E mendengarnya terus
menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Tn. E mendengar suara
itu? Berapa kali dalam sehari Tn. E mendengarnya? Apa yang Tn. E alami itu
namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Tn. E bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah
saya akan mempraktekan dahulu baru Tn. E mempraktekkan kembali apa yang
telah saya lakukan. Begini Tn. E jika suara itu muncul katakan dengan keras “
pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua
107
telinga Tn. E. seperti ini ya Tn. E. coba sekarang Tn. E ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi. Bagus sekali Tn. E, coba sekali lagi Tn. E. wah bagus sekali
Tn. E.”
4. Terminasi.
a. Evaluasi
Subjektif : “Bagaimana perasaan Tn. E setelah kita kita bercakap-
cakap?”
Objektif :“Baiklah, Baiklah, sepertinya tadi sudah mulai bisa
melakukan cara menghardik kalau begitu, bagaimana kalau kita coba
mengulangi 1x lagi cara menghardik? Baiklah, sepertinya sudah bagus /
baik dalam melakukannya.”
b. Rencana Tindak Lanjut :
“Baiklah suster harapkan, selama saya tidak ada kalau suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara menghardik! Tn. E lakukan itu sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Bagimana kalau kita buat jadwal latihan dan kegiatan sehari-
hari? Mau berapa kali dan jam berapa latihannya ? Baiklah melakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 09:00, 14:00 dan jam 18:30 cara mengisi buku
kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita
buat tadi ya Tn. E? . Jika Tn. E melakukanya secara mandiri makan Tn. E
menuliskan M, jika Tn. E melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka Tn. E buat B, Jika W tidak melakukanya maka Tn.
E tulis T. apakah Tn. E mengerti? Coba Tn. E ulangi? Naah bagus Tn. E. ”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
5. Tindakan Keperawatan.
SP 2 Pasien :
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
110
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi Tn. E… masih ingat
dengan saya? Alhamdulilah masih ingat, Hari ini saya dinas pagi dari jam
07:00 pagi sampai jam 14:00 WIB siang.
b. Evaluasi/validasi :
Bagaimana keadaan Tn. E hari ini ? Apakah Halusinasinya masih muncul?
Apakah Tn. E telah melakukan cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?Coba saya lihat jadwal
kegiatan harian Tn. E? bagus sekali Tn. E.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan cara menghardik suara-
suara yang Tn. E dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara
menghardik yang telah kita pelajari.
Bagus sekali Tn. E.
c. Kontrak :
Topik : Baiklah Tn. E sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
belajar cara kedua dari empat cara mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?
Waktu : Berapa lama Tn. E mau berbincang-bincang?
Tempat : Tn. E mau berbincang-bincang dimana?
2. Fase Kerja .
Cara kedua untuk mencegah/ mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi jika Tn. E mulai mendengar suara-suara,
langsung saja Tn. E cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman Tn. E untuk
berbicara dengan Tn. E. contohnya begini W : tolong berbicara dengan saya..
111
saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Tn. E
minta pada ibu perawat untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara
dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara:. Coba Tn. E praktekkan,
bagus sekali Tn. E! Nah latih terus ya...
3. Terminasi.
a. Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Tn. E setelah kita kita bercakap-cakap?
Objektif : Baiklah, sepertinya tadi sudah mulai bisa melakukan cara
bercakap- cakap dengan orang lain kalau begitu, bagaimana kalau kita
coba mengulangi 1x lagi cara bercakap-cakap? Baiklah, sepertinya sudah
bagus / baik dalam melakukannya.
b. Rencana Tindak Lanjut :
Baiklah suster harapkan, selama saya tidak ada kalau suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara bercakap-cakap dengan orang lain! Tn. E lakukan itu
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Bagimana kalau kita buat jadwal
latihan? Mau berapa kali dan jam berapa latihannya ? Baiklah Tn. E jam
08:00 dan 20:30 WIB. Jangan lupa Tn. E lakukan cara yang ketiga agar
suara-suara yang Tn. E dengarkan tidak mengganggu Tn. E lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah Tn. E bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
mengontrol halusinasi dengan cara ke 3 yaitu dengan melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan ?
Waktu :
W mau jam berapa? Baiklah kalau jam 11:00 WIB
Tempat :
Tn. E maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah Tn. E besok saya akan kesini jam 09:00 WIB
sampai jumpa besok Tn. E. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.
112
113
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan.
SP 3 Pasien :
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain..
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan .
114
2. Fase Kerja .
Apa saja yang biasa Tn. E dilakukan ? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatan sampai malam ). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut ).
Bagus sekali Tn. E bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah
115
suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.
3. Terminasi.
a. Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan W setelah kita kita bercakap-cakap?
Objektif : Baiklah, sepertinya tadi sudah mulai bisa melakukan cara
latihan dengan kegiatan yaitu membaca al’quran dan berdzikir