Anda di halaman 1dari 124

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA “ TN.

E ” DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
JAKARTA TIMUR
TANGGAL 06 JUNI -08 JUNI 2016

DI SUSUN OLEH:
KHOIRUN NISA NURHAINI
2013750025

PROGRAM DIII KEPERAWATAN RSIJ


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016

i
ii
iii
iv

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulilah, segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat
dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul “Pemenuhan kebutuhan dasar pada “Tn. E” Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur tanggal 06 Juni – 08 Juni 2016”

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu persyaratan
dalam menempuh Ujian akhir di DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Walaupun Karya Tulis Ilmiah
ini telah selesai dibuat tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak menemui hambata
dan kesulitan sehingga masih ada kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan penulis dan penulis masih dalam proses belajar. Namun berkat adanya
bimbingan, pengarahan, dan bantuan secara pengalaman dari berbagai pihak, juga
pengetahuan yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Diploma
III Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan selesainya Karya Tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak membantu dalam menyelasaikan Karya Tulis ini, terutama
kepada :

1. Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Idriani, M.Kep Sp.Mat selaku Ketua Program DIII Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Nuraenah, M.Kep terimakasih atas pengarahan, bantuannya dalam
membimbing dan memberikan motivasinya kepada saya.
v

4. Ibu Ns. Nurhayati, M.Kep selaku wali tingkat XXXI.


5. Ibu Isnaini Sp.Kep, M.KM selaku penguji II, Terima kasih atas bimbingannya
selama ujian sidang.
6. Seluruh staf dosen dan karyawan Diploma III Keperawatan Rumah Sakit Islam
Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Kedua orang tua saya terima kasih atas doa dan kasih sayangnya yang tulus dan
besar kepada saya, sehingga saya dapat terus bersemangat dan mewujudkan cita-cita.
8. Kepada teman-teman tim KTI (Shofura, Annisa, Halimatusadiyah, Didik dan
Hakim) yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah dan memberikan
dorongan kepada penulis sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
9. Kepada Mahasiswa dan Mahasiswi angkatan XXXI yang telah memberikan
dorongan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah dan
memberikan dorongan kepada penulis sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah
ini.

Dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari sangat jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik agar penulis gunakan
sebagai perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi setiap mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dibidang kesehatan.

Alhamdulillahirabil’alamin

Wassalammu’alaikum Warahmmatulahi Wabarakatuh

Jakarta, 17 Juni 2016

penulis
vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGATAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
1. Tujuan Umum .............................................................................. 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................. 5
C. Ruang lingkup .................................................................................... 5
D. Metode penulisan ............................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN TEORIRITIS

A. Kebutuhan Dasar manusia.................................................................. 8


B. Pengertian........................................................................................... 10
C. Psikodinamika .................................................................................... 11
1. Etiologi ......................................................................................... 11
2. Proses terjadinya masalah ............................................................ 12
3. Komplikasi ................................................................................... 15
D. Rentang respon .................................................................................. 16
E. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 17
1. Faktor predisposisi ................................................................. 18
2. Faktor presipitasi .................................................................... 18
3. Manifestasi klinis ................................................................... 20
4. Mekanisme koping ..................................................................20
Pohon masalah ....................................................................... 21
vii

F. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 21
G. Perencanaan ....................................................................................... 23
H. Pelaksanaan ........................................................................................ 48
1. Tahapan – Tahapan komunikasi terapeutik.................................. 48
2. Terapi Aktivitas kelompok .......................................................... 49
3. Psikofarmologis ........................................................................... 50
4. Prinsip keperawatan pada klien halusinasi .................................. 50
I. Evaluasi ............................................................................................. 51

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 53


B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 59
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 60
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................. 69
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 74

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 77


B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 81
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 82
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................. 83
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 87
B. Saran .................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan jiwa (dalam Al-Qur’an dan Sunnah) adalah kematangan emosi dan
sosial seseorang disertai dengan adanya kesesuaian dengan dirinya dan
lingkungan sekitarnya, juga kemampuan untuk memikul tanggung jawab
kehidupan, serta untuk menghadapi segala permasalahan yang menghadangnya
diiringi dengan adanya rasa dalam menerima realistas kehidupan, rasa keridhaan,
dan kebahagian atas apa yang terjadi, indikasi kesehatan jiwa yang tampak dalam
islam yaitu : Sisi Spiritualis ( Keimanan kepada Allah SWT ), Sisi Sosial: (
Cinta kepada orang tua, teman atau pasangan serta berani mengatakan
kebenaran, menjauhi segala keburukan), Sisi Biologis: (Menjaga kesehatan tubuh
dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan
kemampuannya) (Dr. Musfir bin Said Az- Zahrani, 2005). Seseorang dikatakan
sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di
lingkungan sekitar dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya
tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang
mengarah pada kesehatan emosional (Abdul Nasir dan Abdul Muhith, 2011).

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1996, Kesehatan Jiwa adalah suatu


kondisi fisik yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan keadaan orang lain ( Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009 ). Di masa lalu
gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan, hukuman karena pelanggaran
social atau agama. Kurang minat atau semangat dan pelanggaran norma social.

1
2

Penderita gangguan jiwa dianiya, dihukum, dijauhi, diejek dan dikucilkan dari
masyarakat nomal. Sampai abad ke-19 penderita gangguan jiwa dinyatakan tidak
dapat disembuhkan dan dibelenggu dalam penjara tanpa di beri makan, tempat
berteduh, atau pakaian yang cukup. Adapun salah satu bentuk gangguan jiwa
adalah schizoprenia. Schizoprenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi
otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku
yang aneh dan terganggu. Gejala schizoprenia dibagi dalam dua kategori utama:
gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi dan perilaku
yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek datar, tidak
memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman.
Salah satu tanda gejala positif schizoprenia adalah Halusinasi (Videbeck, 2008)

Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan


rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. (Farida Kusumawati, 2010). Halusinasi merupakan salah
satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sesori persepsi:
merasakan sensori palsu berupa suara, pengecapan, perabaan atau penghidung.
(Ade Herman, 2011)

Tanda dan Gejala Halusinasi (Menurut Stuart dan Sudeen, 1998) dalam buku
NANDA 2015 seseorang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-
gejala yang khas, yaitu : Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menarik
diri, menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, bertindak seolah-olah
dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan, respon verbal yang lambat, diam,
peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan, dan tekanan darah, kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain, perilaku menyerang teror seperti panik, sangat potensial
melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
3

Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental tersebut tidak
mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, 2012).

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup


banyak diperkirakan prevelansi gangguan jiwa berat psikosis atau skizofrenia di
indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang. Adapun proposi rumah tangga
yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat sebesar 1.655 rumah tangga
dari 14, 3% terbanyak tinggal dipedesaan, sedangkan yang tinggal diperkotaan
sebanyak 10.7%. Selain itu prevelansi gangguan mental emosional pada
penduduk umur lebih dari 15 tahun di indonesia secara nasional adalah 6.0% (37.
728 orang dari subjek yang di analisis). Provinsi dengan prevelansi gangguan
mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11, 6%), Sedangkan yang
terendah dilampung (1,2 %). (Riset Kesehatan Dasar, 2013)

Adapun berdasarkan data dari hasil pengkajian yang di dapat dari jumlah pasien
jiwa yang masuk rumah sakit, khususnya Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
No. Masalah 2014 2015 2016
(januari-april)
Gangguan Persepsi 418 jiwa 510 jiwa 151 jiwa
1.
Sensori: Halusinasi
Perilaku kekerasan 286 jiwa 245 jiwa 82 jiwa
2.
Menarik diri : Isolasi 39 jiwa 21 jiwa 7 jiwa
3.
sosial.
Gangguan konsep diri : 13 jiwa 6 jiwa 5 jiwa
4.
Harga Diri Rendah.
4

Table 1.1

Dengan melihat data statistic diatas masalah keperawatan Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi menempati urutan Pertama pada rentang 2014-2016. Bila
hal ini tidak diatasi akan bisa menyebabkan mencedrai diri sendiri atau orang
lain, atau resiko bunuh diri.
Oleh karena itu, perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita
gangguan jiwa melalui promosi kesehatan tentang pendidikan kesehatan jiwa
dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum mulai dari
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, samapai komplikasi ketika tidak
ditangani untuk meningkatan kesehatan jiwa, preventif tentang bagaimana cara
mencegah terjadinya gangguan jiwa, seperti dengan mengajarkan sikap asertif,
kuratif tentang peran perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien
gangguan jiwa dengan gangguan persepsi halusinasi secara mandiri serta
memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan dokter dan
rehabilitatif meliputi dukungan keluarga serta lingkungan pada klien dengan
gangguan jiwa agar kembali berinterkasi dengan orang lain.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk membuat makalah ilmiah
dengan masalah “Pemenuhan kebutuhan dasar pada “Tn. E” Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur tanggal 06 Juni – 08 Juni 2016”

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Pemenuhan kebutuhan dasar dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
5

Pendengaran dan memperoleh informasi dan gambaran pelaksanaan Asuhan


Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Klender.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
c. Mahasiswa mampu merencanakan Tindakan Keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Keperawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik
pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghamabat dan
mencari alternatif pemecahan masalah pemenuhan kebutuhan dasar pada
pasien Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran.
6

h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan


pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien Tn. E dengan Perubahan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis membahas ruang lingkup masalah
pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. E dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran.di Rumah Sakit Jiwa Klender.

D. Metode Penulisan
Metode Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan,
dimana metode deskriptif yaitu mengumpulkan data, mengolah data, mengambil
kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber untuk memperoleh
bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
Adapun tehnik yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Tehnik ini dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pasien dan perawat.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati segala aktivitas klien secara
langsung untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan perubahan fisik.
3. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan konsep
halusinasi serta hal-hal yang menyangkut halusinasi dan keperawatannya.
4. Studi Dokumentasi
Merupakan tahapan pengumpulan data-data dari status klien yang ada
diruangan, mempelajari dan mecatat kejadian yanag ada hubungannya
dengan kasus yang tercatat dan catatan medik.
7

E. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan
Tujuan khusus, metode penulisan, ruang lingkup dan sistematika
penulis.
BAB II: Tinjauan teori meliputi: pengertian, psikodinamika, rentang
respon serta asuhan keperawatan terdiri dari: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III: Tinjauan kasus yang terdiri dari: pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB IV: Pembahasan yang merupakan: uraian perbandingan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus, di mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB V: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis akan menyajikan tinjuan teoritis mengenai pemenuhan kebutuhan
dasar pada Tn. E dengan gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Adapun pemenuhan kebutuhan dasar dengan
gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran adalah kebutuhan rasa aman dan
nyaman.

A. Kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia


dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki, kebutuhan menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997 dalam
buku A. Aziz alimul, 2006).

1. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia


Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada
dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka
kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia
menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi
kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk
berusaha mendapatkannya.
2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
a. Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi
organ tubuh memerlukan pemenuhan besar dari biasanya.

8
9

b. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
dasar karena adanya saling percaya merasakan kesenangan hidup tidak ada
rasa curiga
c. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Konsep diri yang positif akan memberikan makna dan keutuhan bagi
seseorang. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah,
mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat,
sehingga mudah memenuhi kebutuhannya.
d. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya umur, manusia mengalami perkembangan dan
pada setiap tahap perkembangan tersebut memilikikebutuhan yang berbeda,
baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
(A. Aziz alimul, 2006).

Adapun pemenuhan kebutuhan dasar dengan gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi Pendengaran adalah kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Kebutuhan Rasa Aman dan nyaman :


Menurut kolcaba (1992, dalan Potter & Perry, 2005 ) mengungkapkan
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri). Kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
a. Fisik : berhubungan dengan sensasi tubuh.
10

b. Sosial: berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.


c. Psikospiritual: berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan
rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari ancaman keselamatan
dan psikologi pada pengalaman yang baru atau tidak dikenal. Pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi mengalami perubahan rasa aman dan
nyaman seperti perubahan sosial pada kasus halusinasi biasanya akan melakukan
mekanisme koping menarik diri dari lingkungan sekitar, dan adanya perubahan
pada aspek psikospiritual pada kasus halusinasi biasanya adanya ketakutan pada
diri klien karena halusinasi yang dirasakannya.

B. Pengertian
Halusinasi merupakan pengalaman pancaindera tanpa ada rangsangan atau stimulus
misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan ditelinga pada hal
tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu (Hawari, 2006).
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. (Farida Kusumawati, 2010)
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, pengecapan,
perabaan atau penghidung. (Ade Herman, 2011)
11

Jadi kesimpulannya Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana
hilangnya kemampuan membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar ) sehingga mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan
sensori palsu berupa suara bisikan pada telinga, pengecapan, perabaan atau
penghidung.
C. Psikodinamika (Etiologi, Proses, dan Komplikasi)
1. Etiologi
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis klien yang
mengalami psikotik, khususnya skizofrenia halusinasi dapat dipengaruhi oleh
faktor dibawah ini
a. Faktor predisposisi, adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
1) Faktor genetik : Telah diketahui bahwa secara genetik scizhoprenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,
kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
2) Faktor Perkembangan : jika tugas perkembangan mengalami hambatan
dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami
stress dan kecemasan.
3) Faktor Neuorobiology, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex
limbic pada klien dengan scizhoprenia tidak berkembang penuh.
4) Study Neurotransmiter, ditemukan ketidakseimbangan Neurotransmiter
serta dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
5) Faktor biokimia, dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami
seseorang, maka tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan Dimetytraferase (DMP)
6) Psikologis, Karakteristik keluarga atau individu, Ibu dengan kecemasan,
overprotektif, dingin, Konflik keluarga dan perkawinan, Kegagalan
dalam memenuhi tugas sebelumnya.
12

7) Faktor sosiokultural, berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan


seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
(Abdul Muhith, 2015)
b. Faktor Presipitasi, Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. :
1) Berlebihnya pengolahan informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memperoses informasi di thalamus dan frontal otak
2) Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu/ abnormal
3) Adanya gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku seperti yang tercantum berikut ini :
Gejala-gejala pencetus respon neurobiologi
a) Kesehatan :
Nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi, obat- obatan pada
sistem syaraf, hambatan untuk menjangkau fasiitas kesehatan.
b) Lingkungan :
Lingkungan yang memusuhi, krisis, masalah rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktifitas sehari-hari, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial,
tekanan kerja, ketidakmampuan dalam mendapatkan kerja.
c) Sikap/ perilaku :
Merasa tidak mampu (Harga Diri Rendah), putus asa (tidak percaya
diri), merasa gagal (kehilangan motivasi dalam menggunakan
keterampilan diri), kehilangan kendali diri, rendahnya kemampuan
sosialisasi, perilaku agresif. (Stuart and Laraia, 2005)
13

2. Proses terjadinya masalah


Menurut (Stuart and Laraia, 2005) bahwa halusinasi dapat berkembang dalam
empat Fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan
mengendalikan dirinya :
Fase Halusinasi Karateristik Perilaku Klien
Fase I : klien mengalami perasaan 1. Tersenyum atau
Comforting mendalam seperti ansietas, tertawa yang tidak
(ansietas sedang), kesepian, rasa bersalah, sesuai.
halusinasi takut dan mencoba untuk 2. Menggerakan bibir
menyenangkan. berfokus pada pikiran tanpa suara.
yang menyenangkan untuk 3. Pergerakan mata
meredakan ansietas. cepat.
Individu mengenali bahwa 4. Respon verbal
pikiran-pikiran dan lambat jika sedang
pengalaman sensori berada asyik.
dalam kendali kesadaran 5. Diam dan asyik
jika ansietas dapat di sendiri
tangani
Fase II: 1. Pengalaman sensori 1. Meningkatkan tanda-
Condemming menjijikan dan tanda sistem syaraf
(ansietas berat), menakutkan. otonom akibat
halusinasi 2. Klien mulai lepas ansietas seperti
menjadi kendali dan mungkin peningkatan denyut
menjijikan mencoba untuk jantung, pernapasan,
mengambil jarak dan tekanan darah.
dirinya dengan sumber 2. Rentang perhatian
yang dipersepsikan. menyempit.
3. Klien mungkin 3. Asyik dengan
mengalami pengalaman sensorik
14

dipermalukan oleh dan kehilangan


pengalama sensori dan kemampuan
menarik diri dari orang membedakan
lain, psikotik ringan. halusinasi.
4. Mulai merasa 4. Menyalahkan
kehilangan kontrol. 5. Menarik diri dari
5. Tingkat kecemasan orang lain.
berat, secara umum 6. Konsetrasi terhadap
halusinasi pengalaman sensori
menyebabkan perasaan kerja.
antipati.

Fase III: 1. Klien berhenti 1. Kemauan yang


Controling melakukan perlawanan dikendalikan
(ansietas berat), terhadap halusinasi dan halusinasi akan lebih
pengalaman mengarah pada diikuti.
sensori menjadi halusinasi tersebut. 2. Kerusakan
berkuasa 2. Isi halusinasi menjadi berhubungan dengan
menarik. orang lain.
3. Kesepian jika sensori 3. Rentang perhatian
halusinasinya berhenti. hanya beberapa detik
Klien mengalami atau menit.
psikotik. 4. Adanya tanda-tanda
ansietas berat :
berkeringat, tremor,
tidak mampu
mematuhi perintah.
5. Isi halusinasi
menjadi atraktif.
15

6. Perintah halusinasi.
7. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat, tremor
dan berkeringat.
Fase IV : 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku tremor
Conquering menjadi mengancam akibat panik.
(panik), umunya jika klien mengikuti 2. Potensi kuat.
menjadi lebur perintah halusinasinya. 3. Aktifitas fisik
dalam 2. Halusinasi berakhir merefleksikan isi
halusinasinya dari beberapa jam atau halusinasi seperti:
hari jika tidak ada perilaku kekerasan,
intervensi terapeutik. agitasi, menarik diri
atau katatonik.
4. Tidak mampu
merespon perintah
yang kompleks.
5. Tidak mampu
merespon lebih satu
orang.

3. Komplikasi
Dampak dari gangguan sensori persepsi : Halusinasi ( Stuart and Laraia,
2005 )
a. Risiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasinya cenderung untuk marah-
marah dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
16

b. Isolasi sosial
Hal ini terjadi karena prilaku klien yang sering marah-marah dan risiko
prilaku kekerasan maka lingkungan akan menjauh dan mengisolasi.
c. Harga diri rendah
Hal ini terjadi karena klien menjauhi dan mengisolasi dari lingkungan
klien beranggapan dirinya merasa tidak berguna dan tidak mampu.
d. Defisit perawatan diri :
Kebersihan diri Hal ini terjadi karena klien mersa tidak berguna dan tidak
mampu sehingga klien mengalami penurunan motivasi dalam hal
kebersihan dirinya.

D. Rentang Respon
Perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon neurobiologis dari yang
adaptif ke maladaptif (Stuart, 2007) sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Gangguan proses


 Persepsi akurat Proses pikir pikir, waham
 Emosi konsisten kadang terganggu  Halusinasi
dengan (ilusi)  Perubahan
pengalaman  Emosi proses emosi
 Perilaku sesuai berlebihan/kurang  Perilaku tidak
 Hubungan sosial  Perilaku tidak terorganisir
harmonis sesuai/tidak  Isolasi sosial
biasanya
 Menarik diri

Gambar 2.1 : Rentang Respon Halusinasi (Stuart, 2007)


17

Keterangan gambar :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma budaya
yang berlaku dan jika menghadapi masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d. Perilaku sesuai adalah sikap tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.

2. Respon psikososial meliputi


a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata ) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
3. Respon Mal Adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma- norma sosial budaya dan lingkungan .
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
18

c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.

E. Pengkajian keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistemastis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
Halusinasi meliputi: Pengkajian, Manifestasi Klinis dan Mekanisme Koping dan
Pohon masalah.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan halusinasi di fokuskan pada :
Faktor Faktor 1) Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan
predisposisi perkembangan makanan, minum dan rasa aman.
terhambat 2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan
otonomi.
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang
tidak terselesaikan.
Faktor psikologis Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan
tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri
rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,
gambaran diri negatif, dan koping destruktif.
Faktor sosial Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat sakit kronis,
budaya. tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
Faktor biologis Adanya kejadian terhadap fisik, berupa atrofi
otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar
dan bentuk sel korteks dan limbic.
19

Faktor genetik Adanya pengaruh keturunan berupa anggota


terdahulu yang mengalami schizofrenia.

Faktor Presipitasi

Perilaku Perilaku yang Bibir komat-kamit, tertawa sendiri, bicara


sering tampak sendiri, kepala menganguk-angguk, sperti
pada klien dengan mendengar sesuatu, tiba-tiba marah dan
halusinasi antara menyerang orang, duduk terpaku memandang
lain satu arah, manari diri.
Fisik ADL Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi
memrintahkan untuk tidak makan, tidur
terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan
diri atau tidak mandi, tidak mampu
berpastisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik
yang berlebihan, agitasi gerakan atau kegiatan
ganjil.
Kebiasaan Minum keras, penggunaan obat-obatan, zat
halusinogen, tingkah laku merusak diri.
Riwayat Schizofrenia dalam berhubungan dengan
kesehatan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.
Fungsi 1) Perubahan berat badan, hipertermia
sistem tubuh 2) Neurologikal perubahan mood disorientasi.
3) Ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan
temperatur.
Status emosi Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu,
sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat
atau panik, suka berkelahi.
Status Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran,
intelektual penciuman dan kecap isi pikiran tidak realistis,
20

tidak logis, sukar diikuti atau kaku, kurang


motivasi
Status sosial Putus asa, menurunnya kualitas hidup,
ketidakmampuan mengatasi stress dan
kecemasan. (Stuart and Laraia, 2005)

Pada proses pengkajian terdapat juga hal yang perlu diketahui mengenai
halusinasi :

a. Jenis dan isi halusinasi


b. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Hal
ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi,
sehingga pasien tidak terlarut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
c. Respon terhadap halusinasi. Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien
ketika halusinasi itu mucul.

2. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart and
Laraia, 2005)
a. Regresi : Menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi : Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
21

3. Manifestasi Klinis
Menurut (Ade Herman, 2011 dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa)
Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
Halusinasi  Bicara atau Tertawa  Mendengar suara atau
pendengaran sendiri. kegaduhan.
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
sebab. mengajak bercakap-cakap.
 Mengarahkan telinga  Mendengar suara yang
kearah tertentu. menyuruh melakukan
 Menutupi telinga. sesuatu yang berbahaya.

Halusinasi  Menunjuk-nunjuk  Melihat bayangan, sinar


penglihatan kearah tertentu. bentuk geometris, bentuk
 Ketakutan kepada kartun, melihat hantu atau
sesuatu yang tidak monster.
jelas.

Halusinasi  Menghidu seperti  Membaui bau-bauan


penghidu sedang membaui seperti : bau darah, urine,
bau-bauan tertentu. fases kadang-kadang bau
 Menutup hidung. itu menyenagkan.

Halusinasi  Sering meludah  Merasakan rasa seperti


pengecapan  Muntah darah, urine, fases.

Halusinasi  Menggaruk-garuk  Menyatakan ada serangga


perabaan permukaan kulit. di permukaan kulit
merasakan tersengat listrik.
22

4. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan …… akibat

Gangguan persepsi sensori : halusinasi (penglihatan/


pendengaran/ penghidu/ perabaan/ pengecapan ……
masalah utama

Isolasi Sosial menarik diri …………….etiologi

Gambar pohon masalah menurut ( Keliat, 2006)

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian tehnik mengenai respon individu dan
keluarga, masalah kesehatanatau proses kehidupan yang aktual maupun potensial
( NANDA, 2001).
Adapun diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan
halusinasi menurut ( Keliat, 2006).
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi (penglihatan/ pendengaran/
penghidu/ perabaan/ pengecapan).
3. Isolasi Sosial menarik diri.
23

G. Perencanaan Keperawatan
Dalam perencanaan perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada pemenuhan kebutuhan dasar klien
untuk mengatasi masalahnya yang disusun berdasarkan diagnosan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan terdiri
dari : tujuan umum, tujuan khusus, rencana tidakan keperawatan . perencanaan menggambarkan tindakan yang akan
dilakukan dengan merujuk pada NIC ( Nursing Intervetion Clasification). (Ade Herman, 2011)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Resiko Perilaku TUM: Klien dapat
Kekerasan mengontrol perilaku
kekerasan

TUK:
1. Klien dapat 1. Setelah … X pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya
membina hubungan klien menunjukan tanda- dengan :
saling percaya tanda percaya kepada a. Beri salam setiap berinteraksi.
perawat: b. Perkenalkan nama, nama
a. Wajah cerah, panggilan perawat dan tujuan
24

tersenyum perawat berinteraksi.


b. Mau berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama
c. Ada kontak mata kesukaan klien.
d. Bersedia d. Tunjukan sikap empati: jujur
menceritakan dan menepati janji setiap
perasaan berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas.
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan perasaan
klien.
2. Klien 2. Setelah … X pertemuan 2. Baru klien mengungkapkan
mengidentifikasi klien menceritakan perasaan marahnya:
penyebab perilaku penyebab perilaku a. Motivasi klien untuk
kekerasan yang kekerasan yang menceritakan penyebab rasa
dilakukannya dilakukannya : kesal atau jengkelnya.
a. Menceritakan b. Dengarkan tanpa menyela atau
penyebab perasaan memberi penilaian setiap
25

jengkel atau kesal ungkapan perasaan klien.


baik dari diri sendiri
maupun
lingkungannya

3. Klien dapat 3. Setelah … X pertemuan 3. Bantu klien mengungkapkan


mengidentifikasi klien menceritakan tanda- tanda perilaku kekerasan
tanda-tanda tanda-tanda saat terjadi yang dialaminya:
perilaku kekerasan perilaku kekerasan a. Motivasi klien menceritakan
a. Tanda fisik: mata kondisi fisik (tanda-tanda
merah, tangan fisik) saat perilaku kekerasan
mengepal, ekspresi terjadi.
tegang, dan lain-lain b. Motivasi klien menceritakan
b. Tanda emosional: kondisi emosinya (tanda-tanda
perasaan marah, emosional) saat terjadinya
jengkel, bicara kasar perilaku kekerasan
c. Tanda sosial : c. Motivasi klien menceritakan
bermusuhan yang kondisi hubungan dengan
dialamai saat terjadi orang lain (tanda-tanda sosial)
perilaku kekerasan saat terjadi perilaku kekerasan.
26

4. Klien dapat 4. Setelah … X pertemuan 4. Diskusikan dengan klien perilaku


mengidentifikassi klien menjelaskan: kekerasan yang dilakukannya
jenis perilaku a. Jenis-jenis ekspresi selama ini:
kekerasan yang kemarahan yang a. Motivasi klien menceritakan
pernah selama ini telah jenis-jenis tindak kekerasan
dilakukannya dilakukannya yanag selama ini pernah
b. Perasaan saat dilakukannya.
melakukan b. Motivasi klien menceritakan
kekerasan perasaan klien setelah tindak
c. Efektivitas cara kekerasan tersebut terjadi.
yang dipakai dalam c. Diskusikan apakah dengan
menyelesaikan tindak kekerasan yanag
masalah dilakukannya masalah yang
dialami teratasi.
27

5. Klien dapat 5. Setelah … X pertemuan 5. Diskusikan dengan klien akibat


mengidentifikasi klien menjelaskan negative (kerugian) cara yang
perilaku kekerasan akibat tindak kekerasan dilakukan pada:
yang dilakukannya a. Diri sendiri
a. Diri sendiri: luka, b. Orang lain/keluarga
dijauhi teman, dll. c. Lingkungan
b. Orang lain/keluarga:
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
c. Lingkungan: barang
atau benda rusak,
dll.
6. Klien dapat 6. Setelah … X pertemuan 6. Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi klien: a. Apakah klien mau mempelajari
cara konstruktif Menjelaskan cara- cara mengungkapkan marah
dalam cara sehat yang sehat
mengungkapkan mengungkapkan b. Jelaskan berbagai alternative
kemarahan marah pilihan untuk mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang diketahui klien
28

c. Jelaskan cara-cara sehat untuk


mengungkapkan marah:
1) Cara fisik: nafas dalam,
pukul bantal atau kasur, dan
olahraga.
2) Verbal: mengungkapkan
bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain.
3) Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
4) Spiritual: sembahyang/doa,
zikir, meditasi,dsb. Sesuai
dengan keyakinan
agamanya masing-masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X pertemuan 7.1.Diskusikan cara yang mungkin
mendemonstrasikan klien memperagakan dipilih dan anjurkan klien
cara mengontrol cara mengontrol memilih cara yang mungkin
perilaku kekerasan perilaku kekerasan: untuk mengungkapkan
a. Fisik: tarik nafas kemarahan.
dalam,memukul 7.2.Latih klien memperagakan cara
29

bantal/kasur. yang dipilih :


b. Verbal: a. Peragakan cara
mengungkapkan melaksanakan cara dipilih
perasaan b. Jelaskan cara manfaat
kesal/jengkel pada tersebut
orang lain tanpa c. Anjurkan klien menirukan
menyakiti. peragaan yang sudah
c. Spiritual: zikir/doa, dilakukan
meditasi sesuai d. Beri penguaraan pada klien,
agamanya. perbaiki cara yang masih
belum sempurna
7.3.Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Setelah … X pertemuan 8.1.Diskusikan pentingnya peran
dukungan keluarga keluarga : serta keluarga sebagai
untuk mengontrol a. Menjelaskan cara pendukung klien untuk
perilaku kekerasan merawat klien mengatasi perilaku kekerasan.
dengan perilaku 8.2.Diskusikan potensi keluarga
kekerasan. untuk membantu klien
30

b. Mengungkapkan mengatasi perilaku kekerasan.


rasa puas dalam 8.3.Jelaskan, pengertian, penyebab,
merawat klien. akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluiarga.
8.4.Peragakan cara merawat klien
(menangani perilaku kekerasan)
8.5.Beri kesempatan untuk keluarga
memperagakan ulang.
8.6.Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan.
8.7.Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan.

9. Klien 9. Setelah … X pertemuan 9.1.Jelaskan manfaat menggunakan


menggunakan obat klien menjelaskan : obat secara teratur dan kerugian
sesuai program a. Manfaat minum jika tidak menggunakan obat.
yang telah obat. 9.2.Jelaskan kepada klien:
31

ditetapkan b. Kerugian tidak a. Jelaskan obat (nama, warna


minum obat. dan bentuk obat).
c. Nama obat. b. Dosis yang tepat untuk
d. Bentuk dan warna klien.
obat. c. Waktu pemakaian.
e. Dosis yang d. Cara pemakaian.
diberikan e. Efek yang dirasakan klien.
kepadanya.
f. Waktu pemakaian.

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2. Gangguan TUM : Klien dapat
persepsi sensori : mengontrol halusinasi
halusinasi yang dialaminya.
(penglihatan/
pendengaran/ TUK 1: 1. Setelah ....x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
penghidu/ Klien dapat membina menunjukan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi
perabaan/ hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik :
32

pengecapan) percaya. a. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan ramah baik


bersahabat. verbal maupun non verbal.
b. Menunjukan rasa b. Perkenalkan nama, nama panggilan,
senang. dan tujuan perawat berkenalan.
c. Ada kontak mata. c. Tanyakan nama lengkap dan nama
d. Ingin berjabat tangan. yang disukai klien.
e. Ingin menyebutkan d. Buat kontak yang jelas.
nama. e. Tunjukan sikap jujur dan menepati
f. Ingin menjawab salam. janji setiap kali interaksi.
g. Ingin duduk f. Beri perhatian kepada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan dasar klien.
perawat. g. Tanyakan perasaan klien dan
h. Bersedia masalah yang dihadapi klien.
mengungkapkan h. Dengarkan dengan penuh perhatian
masalah yang di hadapi. ekspresi perasaan klien.

TUK 2 : 2. Setelah.....x interkasi klien 2.1 Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat mengenal menyebutkan : secara bertahap.
halusinasinya. a. Isi 2.2 Oberservasi tingkah laku klien terkait
b. Waktu dengan halusinasi (penglihatan/
33

c. Frekuensi. pendengaran/ penghidu/ perabaan/


d. Situasi dan kondisi pengecapan), jika menemukan klien yang
yang menimbulkan sedang berhalusinasi :
halusinasi. a. Tanyakan apakah klien mengalami
sesuatu halusinasi (penglihatan/
pendengaran/ penghidu/ perabaan/
pengecapan)
b. Jika klien menjawab ya, tanyakan
apa yang sedang di alaminya.
c. Katakan bahwa perawat percaya
klien mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
d. Katakan bahwa ada klien yang
mengalami hal yang sama.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
2.3 Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalam
34

halusinasi, diskusikan dengan klien :


a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang-kadang)
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.

2.1.1 Diskusikan dengan klien apa yang


dirasakan jika terjadi halusinasi dan
beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanya.
2.1.2 Diskusikan dengan klien apa yang
2.1. Setelah..........x interaksi dilakukan untuk mengatasi
klien menyatukan perasaan tersebut.
perasaan dan responnya 2.1.3 Diskusikan tentang dampak yang
saat mengalami akan di alaminya bila klien
halusinasi : menikmati halusinasinya.
a. Marah.
b. Takut.
35

c. Sedih.
d. Senang.
e. Cemas.
f. Jengkel.
TUK 3: 3.1 Setelah..........x interaksi 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat klien menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika terjadi
mengontrol yang biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya. mengendalikan halusinasinya. menyibukan diri dll)

3.2 Setelah..........x interaksi


klien menyebutkan cara 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien
baru mengontrol halusinasi a. Jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian.
b. Jika cara yang digunakan
maladptif diskusikan kerugian
3.3 Setelah..........x interaksi cara tersebut.
klien dapat memilih dan 3.3 Diskusikan cara baru untuk
memperagakan cara memutuskan/mengontrol timbulnya
mengatasi halusinasi :
halusinasi(penglihatan/ a. Katakan : “saya tidak mau dengan
36

pendengaran/ penghidu/ kamu” (pada saat halusinasi


perabaan/ pengecapan). terjadi)
b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota keluarga)
untuk bercakap-cakap atau
mengatakan halusinasi yang
didengar.
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
d. Meminta keluarga/teman/perawat,
menyapa jika tampak bicara
sendiri.
3.4 Setelah..........x interaksi 3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara
klien melaksanakan cara memutuskan halusinasi secara
yang telah dipilih untuk bertahap.
mengendalikan
halusinasinya.
3.5 Setelah..........x pertemuan 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan
klien mengikuti terapi cara yang telah dilatih evaluasi
37

aktifitas kelompok. hasilnya dan beri pujian jika berhasil.


3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.
3.7 Anjurkan klien untuk memberitahu
keluarga juka mengalami halusinasi.
TUK 4 : 4.1 Setelah..........x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
Klien dapat dukungan Keluarga, keluarga pertemuan (waktu, tempat dan topik.)
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk
mengontrol mengikuti pertemuan
halusinasinya. dengan perawat.
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada
4.2 Setelah....x interaksi saat keluarga berkunjung/pada saat
Keluarga menyebutkan kunjungan rumah) :
pengertian, tanda dan a. Pengertian halusinasi
gejala, proses terjadinya b. Tanda dan Gejala halusinasi yang
halusinasi dan tindakan dialami klien
untuk mengendalikan c. Proses terjadinya halusinasi
halusinasi. d. Cara yang dapat dilakukan klien
dan keluarga untuk memutus
38

halusinasi
e. Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi dirumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, berpergian
bersama, memantau obat-obatan
dan cara pemberian untuk
mengatasi halusinasi.
f. Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diataso di rumah.

TUK 5: Klien dapat 5.1 Setelah....x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan obat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum
dengan baik.  Manfaat minum obat. obat ,nama , warna, dosis, cara, efek
 Kerugian tidak minum samping penggunaan obat
obat. 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
 Nama, warna, dosis, 5.2.1 Beri pujian jika klien menggunakan
efek terapi dan efek obat dengan benar.
39

samping obat. 5.3 Diskusikan Akibat berhenti minum


5.2 Setelah....x interaksi klien obat tanpa konsultasi dengan dokter.
mendemontrasikan 5.3.1 Anjurkan klien untuk konsultasi
penggunaan obat dengan kepada dokter/ perawat jiak terjadi
benar. hal-hal yang tidak di inginkan.
5.3Setelah....x interaksi Klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial TUM : Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.

TUK 1: 1. Setelah ....x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat membina menunjukan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi
hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik :
40

percaya. a. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan ramah baik


bersahabat. verbal maupun non verbal.
b. Menunjukan rasa b. Perkenalkan nama, nama
senang. panggilan, dan tujuan perawat
c. Ada kontak mata. berkenalan.
d. Ingin berjabat tangan. c. Tanyakan nama lengkap dan
e. Ingin menyebutkan nama yang disukai klien.
nama. d. Buat kontak yang jelas.
f. Ingin menjawab salam. e. Tunjukan sikap jujur dan
g. Ingin duduk menepati janji setiap kali
berdampingan dengan interaksi.
perawat. f. Beri perhatian kepada klien dan
h. Bersedia perhatikan kebutuhan dasar klien.
mengungkapkan g. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang di masalah yang dihadapi klien.
hadapi. h. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah.....x interkasi klien 2.1 Tanyakan kepada klien tentang :
Klien mampu menyebutkan penyebab a. Orang yang tinggal serumah/ teman
menyebutkan menarik diri : sekamar klien.
41

penyebab menarik a. Diri sendiri b. Orang yang paling dekat dengan


diri. b. Orang lain klien rumah / ruang perawatan.
c. Lingkungan c. Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut.
d. Orang yang tidak dekat dengan
klien rumah / ruang perawatan.
e. Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut.
f. Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain.
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain
2.3 Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaanya.
42

TUK 3: 3. Setelah..........x interaksi 3.1 Tanyakan kepada klien tentang:


Klien dapat klien menyebutkan a. Manfaat hubungan sosial.
Menyebutkan keuntungan b. Kerugian menarik diri.
keuntungan berhubungan sosial, 3.2 Diskusikan bersama klien tentang
berhubungan sosial misalnya : manfaat berhubungan sosial dan
dan kerugian menarik a. Banyak teman. kerugian menarik diri.
diri. b. Tidak kesepian. 3.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien
c. Bisa diskusi. mengungkapkan perasaanya.
d. Saling menolong.
Dan kerugian menarik
dir :
a. Sendiri.
b. Kesepian.
c. Tidak bisa diskusi.
TUK 4 : 4. Setelah..........x interaksi 4.1 Obeservasi perilaku klien saat
Klien dapat klien dapat berhubungan sosial .
melaksanakan melaksanakan 4.2 Beri motivasi dan bantu klien untuk
hubungan sosial hubungan sosial secara berkenalan/ berkomunikasi dengan :
secara bertahap. bertahap dengan : a. Perawat.
a. Perawat. b. Perawat lain.
43

b. Perawat lain. c. Klien lain.


c. Klien lain. d. Kelompok.
d. Kelompok. 4.3 Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
4.5 Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
4.6 Beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
TUK 5: 5. Setelah....x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien mampu klien dapat menjelaskan perasaanya setelah berhubungan
menjelaskan perasaanya setelah dengan :
perasaanya setelah berhubungan sosial a. Orang lain.
berhubungan sosial. dengan orang lain : b. Kelompok.
a. Orang lain 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan klien
b. Kelompok mengungkapkan perasaanya.
44

TUK 6 : 6.1 Setelah......x pertemuan 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta


Klien mendapat keluarga dapat menjelaskan keluarga sebagai pendukung untuk
dukungan keluarga tentang : mengatasi perilaku menarik diri .
dalam memperluas a. Pengertian menarik 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
hubungan sosial. diri membantu klien mengatasi perilaku
b. Tanda dan gejala menarik diri.
menarik diri. 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang :
c. Penyebab dan akibat a. Pengertian menarik diri.
menarik diri. b. Tanda dan gejala menarik diri.
d. Cara merawat klien c. Penyebab dan akibat menarik diri.
menarik diri. d. Cara merawat klien menarik diri.
6.4 Latih keluarga cara merawat klien
6.2 Setelah .... x pertemuan menarik diri.
keluarga dapat mempraktekan 6.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah
cara merawat klien menarik mencoba cara yang dilatihkan.
diri. 6.6 Beri motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
6.7 Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
45

rumah sakit.

TUK 7 : 7.1 Setelah .... x interaksi klien 7.1 Diskusikan dengan klien tentang
Klien dapat menyebutkan : manfaat dan kerugian tidak minum
memanfaatkan obat  Manfaat minum obat. obat, nama, warna, dosis, cara, efek
dengan baik.  Kerugian tidak minum terapi dan efek sampin penggunaan
obat. obat.
 Nama, warna, dosis, 7.2 Pantau klien saat penggunaan obat.
efek terapi dan efek 7.3 Beri pujian jika klien menggunakan
samping obat. obat dengan benar.
7.2 Setelah ....x interaksi klien 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum
mendemonstrasikan obat tanpa konsultasi dengan dokter.
penggunaan obat dengan benar. 7.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
7.3 Setelah ... x interaksikan kepada dokter/ perawat jika terjadi
klien menyebutkan akibat hal-hal yang tidak di inginkan.
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
H. Penatalkasanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan
keperawatan. Jenis tindakan pada pelaksanaan keperawan ini terdiri dari tindakan
mandiri. Saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan atau
ketergantungan. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperwatan (Ermawati, dkk , 2009).
1. Tahap komunikasi terapeutik terdiri :
Menurut Stuart G, W, 2009 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi
terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu : tahapan persiapan atau tahap
prainteraksi, tahapan perkenalan, atau orientasi, tahap kerja dan terminasi.
a. Fase prainteraksi
Prainteraski mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran
dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggung jawabkan.
Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien
dan menentukan kontak pertama.
b. Fase perkenalan atau orientasi
Fase ini di mulai dengan pertemua dengan klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling
peracaya. Penerimaan dan pengertian komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien.
c. Fase kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasikan stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan mengubungkan persepsi,
pikiran, perasaaan dan perbuatan klien. Perubahan perilaku maladaptif
menjadi adaptif merupakan focus fase ini.

46
47

d. Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik.
Tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang
tidak dapat diingkari.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.
Proses terminasi yang sehat akan memberi pengalam positif dalam membantu
klien mengembangkan koping untuk perpisahan.

2. TAK stimulasi persepsi


Terapi Aktifitas Kelompok stimulasi persepsi terapi yang menggunakan aktifitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
a. Tujuan
1) Tujuan umum :
Klien memiliki kemampuan untuk menyelasikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
2) Tujuan Khusus :
a) Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya
secara tepat.
b) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami.
b. Aktivitas dan indikasi
Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata
sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan,
stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta
stimulus nyata yang menyebabkan harga diri rendah.
1) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari.
48

Indikasi : klien yang mengalami gangguan persepsi sensori dan klien


yang mengalami isolasi sosial yang telah mengikuti TAKS.
2) Aktivitas stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan.
Indikasi : klien yang memiliki perilaku kekerasaan yang telah kooperatif.
3) Aktivitas stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam
kehidupan.
Indikasi : klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: Halusinasi.
4) Aktivitas stimulus nyata yang menyebabkan harga diri rendah.
Indikasi : klien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri
rendah.( Budi Anna keliat, 2015)

3. Psikofarmakologis
Obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan
gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis, yaitu :
a. Chlorpromazine (CPZ), untuk mengatasi psikosa, dan mengurangi gelaja
emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3x25 mg, kemudian dapat
ditingkatkan supaya optimal,dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara
oral.
b. Trihexyphenidil (THP), diberkan 1 mg pada hari pertama dan hari kedua
diberikan 2 mg/ hari hingga mencapai 6-10 mg/hari untuk pengobatan
berbagai bentuk parkinson, efek samping mulut kering, penglihatan kabur,
pusing, mual, muntah, takikardi dan konstipasi.

4. Prinsip keperawatan pada klien halusinasi


a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
49

c. Obeservasi tingkah laku klien, yang terkait dengan halusinasinya : bicara dan
tertawa tanpa stimulus, dan memandang ke kiri ke kanan depan seolah ada
yang mengajak bicara.
d. Diskusikan dengan keluarga ( pada saat keluarga berkunjung pada kunjungan
rumah) gejala halusinasi, cara yang dapat dilakukan, cara merawat keluarga
yang halusinasi.
e. Ajarkan klien program pengobatan secara optimal
f. Menyamakan persepsi jika klien bertanya nyatakan secara sederhana pada
perawat bahwa perawat tidak mengalami stimulus yang sama (tidak
mendengar).
g. Sarankan dan kuatkan penggunaan interpersonal dalam memenuhi
kebutuhan.

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang dilakukan. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi
hasil atau somatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. (Ermawati, dkk , 2009).
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah perawat lakukan untuk
pasien halusinasi sebagai berikut :
1. Klien Mampu :
a. Menyebutkan jenis halusinasi
b. Menyebutkan isi halusinasi
c. Menyebutkan waktu halusinasi.
d. Menyebutkan frekuensi halusinasi.
e. Menyebutkan situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Menjelaskan respon terhadap halusinasi.
50

g. Mampu melaksanakan menghardik halusinasi.


h. Mampu melaksanakan bercakap-cakap jika terjadi halusinasi.
i. Membuat jadwal kegiatan harian sesuai jadwal.
j. Menggunakan obat secara teratur.

2. Keluarga mampu :
a. Menyebutkan pengertian halusinasi.
b. Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien.
c. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien.
d. Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien.
e. Mengajak pasien bercakap-cakap saat tiba waktu pasien berhalusinasi.
f. Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai jadwal
g. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien.
h. Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia.
i. Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan terdekat.( Budi Ana
Keliat, 2013)
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menyajikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. E
dengan perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur. Asuhan keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan secara komperhensif yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi.
Asuhan keperawatan dilakukan dari tanggal 06 Juni sampai 08 Juni 2016.

Untuk mendapatkan data-data ini penulis melakukan wawancara dengan klien,


keluarga, perawat ruangan yang bertugas serta mempelajari catatan keperawatan dan
catatan medis.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data dasar terlampir.
2. Resume
Nama klien Tn. E berusia 25 tahun, jenis kelamin laki-laki, status belum
menikah, berasal dari suku Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir SMK.,
sumber informasi Pasien, perawat ruangan dan status klien, klien masuk tanggal
01 Juni 2016,Perawat mengkaji tanggal 06 Juni 2016 pada pukul 08.00 WIB,
Nomer Register 010517, diagnosa medis gangguan skizofrenia paranoid.
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur dengan alasan : Tn.
E mengatakan “mulai dari tanggal 28 Mei 2016 klien sudah mulai gelisah,
perilaku aneh, tidak bisa tidur, bingung, emosi labil, sudah ± 5 bulan putus
obatnya, curiga, bicara kacau dan mendengar bisikan-bisikan ditelinga” Tn. E
mengatakan “ mempunyai riwayat gangguan jiwa dan sudah 8 kali dirawat
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur”. Tn. E mengatakan “ pernah
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan seperti minum-minuman

51
52

keras, dan menonton film porno yang menyebabkan melakukan onani di depan
umum, serta kehilangan ayahnya sudah hampir 7 Tahun sehingga menyebabkan
pikiran kacau dan sering menyendiri”. Tn. E tidak pernah melakukan
penganiayaan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga ,tindakan kriminal
maupun adanya penolakan dari lingkungan. Fator penyebab Tn. E masuk ke
Rumah Sakit Jiwa karena adanya faktor pekerjaan yang menumpuk dan keluarga
sering bertengkar ,serta putus obat sudah ± 8 bulan.

Terapi medis :
a. Risperidon 3 x 2mg
b. Clozapine 3 x 25mg

3. Data fokus
Data subjektif :
 Klien mengatakan “takut dan khawatir akan kematian yang di dengar dari
suara-suara yang tidak nyata, jika suara itu mucul sering marah-marah dan
melakukan gerakan bela diri”
 Klien mengatakan “mendengar suara-suara bisikan yang menggema, suara
laki-laki yang mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak
saya akan bunuh ”
 Klien mengatakan “suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur,
bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai. ”
 Klien mengatakan “suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu
waktunya. ”
 Klien mengatakan “ malas untuk berteman karena rasa takut yang dialaminya
dahulu dalam berteman yang mengajaknya untuk minum-minum keras dan
menonton film porno”
 Klien mengatakan “ bagian tubuh yang di sukai adalah mata dan bagian
tubuh yang tidak disukai adalah kulit karena kulit berwarna hitam yang
53

diinginkan kulitnya berwarna putih, belum menikah berperan sebagai anak


pertama dan membantu orang tua mencari nafkah, bekerja sebagai karyawan
swasta di bank BRI namun setelah sakit klien tidak bekerja. ”
 Klien mengatakan “ jika nanti sudah keluar dari rumah sakit ingin bekerja,
membahagiakan orang tua dan menikah. ”
 Klien mengatakan “ mengatakan malu dengan keadaanya serta berasal dari
keluarga dengan keadaan ekonomi rendah. ”
 Klien mengatakan “ sebelumnya klien pernah dirawat di RS. Jiwa Islam
Klender pada tanggal 31 Desember 2015, klien mengatakan karena putus
obat hampir 5 bulan dan tidak control kembali kini klien masuk ke RS. Jiwa
Islam Klender. ”
 Klien mengatakan “ keluarga sering bertengkar yang menyebabkan Tn. E
menginap di rumah Neneknya dan keluarga tidak ada yang mengingatkan
untuk minum obat karena sibuk dengan urusannya. Masing-masing”

Data objektif

 Klien tampak melihat dengan tatapan yang tajam.


 Klien tampak curiga, berbicara dengan cepat dan afek labil.
 Klien blocking saat berinteraksi dengan perawat untuk mendengarkan
sesuatu.
 Klien tampak bergerak seperti orang kerasukan setan.
 Klien tampak berbicara sendiri.
 Klien tampak mondar-mandir
 Klien tampak menyendiri di meja makan.
 Klien tampak wajah kosong.
 Klien tampak wajah kosong dan menundukan pandangan
 Klien tampak berada di RS. Jiwa Islam Klender Pada tanggal 01 Juni
2016.
54

4. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat oleh penulis, maka didapatkan data
focus pada klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai
berikut, namun untuk lebih mempermudah dalam menganalisa penulis sengaja
membuatnya dalam tabel sebagai berikut:

Intial klien : Tn. E No. RM : 010517


Ruangan : RSJIK Usia : 25 Tahun

No. Data fokus Masalah Keperawatan


1. Subjektif : Klien mengatakan Resiko Perilaku
 “takut dan khawatir akan kematian yang di Kekerasan.
dengar dari suara-suara yang tidak nyata, jika
suara itu mucul sering marah-marah dan
melakukan gerakan bela diri”

Objektif :
 Klien tampak melihat dengan tatapan yang
tajam.
 Klien tampak curiga, berbicara dengan cepat
dan afek labil.
55

2. Subjektif : Klien mengatakan Perubahan Persepsi


 “mendengar suara-suara bisikan yang Sensori : Halusinasi
menggema, suara laki-laki yang mengatakan
keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak
saya akan bunuh ”
 “suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E
sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada
saat suasana ramai. ”
 “suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak
menentu waktunya. ”
 “jika suara itu mucul sering marah-marah dan
melakukan gerakan bela diri”

Objektif :
 Klien blocking saat berinteraksi dengan perawat
untuk mendengarkan sesuatu.
 Klien tampak bergerak menarik nafas dan
menundukan kepala seperti orang kerasukan
setan.
 Klien tampak berbicara sendiri.
 Klien tampak mondar-mandir
 Klien tampak Menutupi telinga.

3. Subjektif :Klien mengatakan Isolasi sosial


 “ malas untuk berteman karena rasa takut yang
dialaminya dahulu dalam berteman yang
mengajaknya untuk minum-minum keras dan
menonton film porno”
Objektif :
 Klien tampak menyendiri di meja makan.
 Klien tampak wajah kosong.
56

4. Subjektif :Klien mengatakan Perubahan konsep diri


 “bagian tubuh yang tidak disukai adalah kulit : Harga Diri Rendah
karena kulit berwarna hitam, belum menikah
berperan sebagai anak pertama dan membantu
orang tua mencari nafkah, namun setelah sakit
klien tidak bekerja. ”
 “malu dengan keadaanya serta berasal dari
keluarga dengan keadaan ekonomi rendah. ”

Objektif :
Klien tampak wajah kosong dan menundukan
pandangan

5. Subjektif : Klien mengatakan Regimen Terapi in


 “ sebelumnya klien pernah dirawat di RS. Jiwa efektif.
Islam Klender pada tanggal 31 Desember 2015,
klien mengatakan karena putus obat hampir 5
bulan dan tidak control kembali kini klien
masuk ke RS. Jiwa Islam Klender. ”

Objektif :
Klien tampak berada di RS. Jiwa Islam Klender
Pada tanggal 01 Juni 2016.

6. Subjektif : Koping keluaga tidak


Klien mengatakan “ keluarga sering bertengkar efektif
yang menyebabkan Tn. E menginap di rumah
Neneknya dan keluarga tidak ada yang
mengingatkan untuk minum obat karena sibuk
dengan urusannya. Masing-masing”
57

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan


lingkungan. (akibat)

Perubahan persepsi sensori : Masalah utama


Regimen Terapi in
halusinasi (pendengaran) …… atau core
efektif.
problem

Koping keluaga tidak


efektif
Isolasi Sosial menarik diri (etiologi )

Perubahan konsep diri : Harga Diri Rendah(etiologi )

2) Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
b. Resiko Perilaku Kekerasan.
c. Isolasi sosial
d. Perubahan konsep diri : Harga Diri Rendah
e. Regimen Terapi in efektif.
f. Koping keluaga tidak efektif
58

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
perencanaan perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada pemunuhan kebutuhan dasar pada TN. E dengan
perubahan persepsi sensori: halusinasi untuk mengatasi masalahnya yang disusun berdasarkan diagnose keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari : tujuan umum, tujuan khusus, rencana tidakan keperawatan . perencanaan
menggambarkan tindakan yang akan dilakukan dengan merujuk pada NIC ( Nursing Intervetion Clasification). (Ade
Herman, 2011)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

( Rumah Sakit Islam Jiwa Klender )


No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Perubahan TUM : Klien dapat
persepsi sensori : mengontrol halusinasi
halusinasi yang dialaminya.
(pendengaran)
TUK 1: 2. Setelah 1 x interaksi klien 3. Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat membina menunjukan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi
hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik :
percaya. i. Ekspresi wajah i. Sapa klien dengan ramah baik
bersahabat. verbal maupun non verbal.
59

j. Menunjukan rasa j. Perkenalkan nama, nama panggilan,


senang. dan tujuan perawat berkenalan.
k. Ada kontak mata. k. Tanyakan nama lengkap dan nama
l. Ingin berjabat tangan. yang disukai klien.
m. Ingin menyebutkan l. Buat kontak yang jelas.
nama. m. Tunjukan sikap jujur dan menepati
n. Ingin menjawab salam. janji setiap kali interaksi.
o. Ingin duduk n. Beri perhatian kepada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan dasar klien.
perawat. o. Tanyakan perasaan klien dan
p. Bersedia masalah yang dihadapi klien.
mengungkapkan p. Dengarkan dengan penuh perhatian
masalah yang di hadapi. ekspresi perasaan klien

TUK 2 : 4. Setelah 2 x interkasi klien 2.1 Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat mengenal menyebutkan : secara bertahap.
halusinasinya. e. Isi 2.2 Oberservasi tingkah laku klien terkait
f. Waktu dengan halusinasi (penglihatan/
g. Frekuensi. pendengaran/ penghidu/ perabaan/
h. Situasi dan kondisi pengecapan), jika menemukan klien yang
60

yang menimbulkan sedang berhalusinasi :


halusinasi. f. Tanyakan apakah klien mengalami
sesuatu halusinasi (penglihatan/
pendengaran/ penghidu/ perabaan/
pengecapan)
g. Jika klien menjawab ya, tanyakan
apa yang sedang di alaminya.
h. Katakan bahwa perawat percaya
klien mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
i. Katakan bahwa ada klien yang
mengalami hal yang sama.
j. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
2.3 Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalam
halusinasi, diskusikan dengan klien :
c. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
61

halusinasi ( pagi, siang, sore, malam


atau sering dan kadang-kadang)
d. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.
2.2. Setelah 2 x interaksi klien 2.1.1 Diskusikan dengan klien apa yang
menyatukan perasaan dan dirasakan jika terjadi halusinasi dan
responnya saat beri kesempatan untuk
mengalami halusinasi : mengungkapkan perasaanya.
g. Marah. 2.1.2 Diskusikan dengan klien apa yang
h. Takut. dilakukan untuk mengatasi
i. Sedih. perasaan tersebut.
j. Senang. 2.1.3 Diskusikan tentang dampak yang
k. Cemas. akan di alaminya bila klien
l. Jengkel. menikmati halusinasinya.
62

TUK 3: 3.1 Setelah 3 x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat menyebutkan tindakan yang tindakan yang dilakukan jika terjadi
mengontrol biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya. mengendalikan halusinasinya. menyibukan diri dll)

3.2 Setelah 3 x interaksi klien


menyebutkan cara baru 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien
mengontrol halusinasi c. Jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian.
d. Jika cara yang digunakan
maladptif diskusikan kerugian
cara tersebut.
3.3 Setelah 3 x interaksi klien 3.3 Diskusikan cara baru untuk
dapat memilih dan memutuskan/mengontrol timbulnya
memperagakan cara halusinasi :
mengatasi e. Katakan : “saya tidak mau dengan
halusinasi(penglihatan/ kamu” (pada saat halusinasi
pendengaran/ penghidu/ terjadi)
perabaan/ pengecapan). f. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota keluarga)
63

untuk bercakap-cakap atau


mengatakan halusinasi yang
didengar.
g. Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
h. Meminta keluarga/teman/perawat,
menyapa jika tampak bicara
sendiri.
3.4 Setelah 3 x interaksi klien 3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara
melaksanakan cara yang memutuskan halusinasi secara
telah dipilih untuk bertahap.
mengendalikan
halusinasinya.
3.5 Setelah 3x pertemuan klien 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan
mengikuti terapi aktifitas cara yang telah dilatih evaluasi
kelompok. hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.
64

3.7 Anjurkan klien untuk memberitahu


keluarga jika mengalami halusinasi.

TUK 4 : 4.3 Setelah 3x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
Klien dapat dukungan Keluarga, keluarga pertemuan (waktu, tempat dan topik.)
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk
mengontrol mengikuti pertemuan
halusinasinya. dengan perawat.

4.4 Setelah 3x interaksi 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada


Keluarga menyebutkan saat keluarga berkunjung/pada saat
pengertian, tanda dan kunjungan rumah) :
gejala, proses terjadinya g. Pengertian halusinasi
halusinasi dan tindakan h. Tanda dan Gejala halusinasi yang
65

untuk mengendalikan dialami klien


halusinasi. i. Proses terjadinya halusinasi
j. Cara yang dapat dilakukan klien
dan keluarga untuk memutus
halusinasi
k. Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi dirumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, berpergian
bersama, memantau obat-obatan
dan cara pemberian untuk
mengatasi halusinasi.
l. Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diataso di rumah.

TUK 5: Klien dapat 5.1 Setelah 3x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan obat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum
dengan baik.  Manfaat minum obat. obat ,nama , warna, dosis, cara, efek
66

 Kerugian tidak minum samping penggunaan obat


obat. 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
 Nama, warna, dosis, 5.2.1 Beri pujian jika klien menggunakan
efek terapi dan efek obat dengan benar.
samping obat. 5.3 Diskusikan Akibat berhenti minum
5.2 Setelah 3x interaksi klien obat tanpa konsultasi dengan dokter.
mendemontrasikan 5.3.1 Anjurkan klien untuk konsultasi
penggunaan obat dengan kepada dokter/ perawat jiak terjadi
benar. hal-hal yang tidak di inginkan.
5.3Setelah 3x interaksi Klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
67

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari perencanaan
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Dalami, 2010)
Hari dan No. DX Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
tanggal perawat
Senin, 06 1. Perubahan Sp 1 pasien : Subjektif :
Juni persepsi 1. Mendiskusikan klien mengatakan Nisa
2016 sensori : jenis halusinasi  “ jenis halusinasinya adalah
Pukul halusinasi pasien. halusinasi pendengaran, ”
10.00 (pendengara 2. Mendiskusikan  “isi halusinasi adalah
WIB n) isi halusinasi keluarkan jin di tubuh Tn.
pasien. E kalau tidak akan
3. Mendiskusikan dibunuh”
waktu halusinasi  “saat mendengar suara itu
pasien. waktunya 3-5 menit”
4. Mendiskusikan  “situasi ketika sedang tidur,
situasi yang bangun tidur, sendirian dan
menimbulkan pada saat suasana ramai ”
halusinasi.  “responya adalah marah-
5. Mendiskusikan marah, emosi dan
respons pasien melakukan gerakan silat”
terhadap
halusinasi. Objektif :
Klien tampak sudah mampu
mengenal halusinasinya.

Analisa:
masalah SP 1 pasien belum
tercapai

Planning :
68

lanjutkan SP 1 :
a. Mendiskusikan frekuensi
halusinasi pasien.
b. Melatih pasien mengontrol
halusinasi menghardik
halusinasi.
c. Menganjurkan pasien
memasukan cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian

Senin, 06 2. Perubahan Sp 1 pasien : Subjektif : Nisa


Juni persepsi sensori 1. Mendiskusikan klien mengatakan
2016 : halusinasi frekuensi  “ Frekuensi halusinasi
Pukul (pendengaran) halusinasi pasien. tidak menentu ”
13.00 2. Melatih pasien  “ pada saat suara itu
WIB mengontrol muncul saya dapat
halusinasi mengusir suara itu dengan
menghardik cara menghardik yaitu
halusinasi. menutup telinga dan
3. Menganjurkan berkata suara itu tidak
pasien nyata dan saya menyakini
memasukan cara didalam hati bahwa suara
menghardik itu tidak nyata ”
halusinasi dalam  “ latihan menghardik dapat
jadwal kegiatan dimasukan kedalam jadwal
harian pada pukul 08.00 dan 20.30
WIB, ”
69

Objektif :
klien tampak bisa menutup
telinga jika mendengar suara
bisikan atau gaib serta
melakukan anjuran perawat.

Analisa :
Masalah Sp 1 pasien tercapai

Planning:
Sp 1 dihentikan lanjutkan Sp 2
pasien

Selasa, Perubahan SP 2 Pasien : Subjektif : Nisa


07 Juni persepsi sensori 1. Mengevaluasi klien mengatakan
2016 : halusinasi kemampuan  “melakukan latihan cara
Pukul (pendengaran) pasien dalam menghardik dengan cara
09.00 mengontrol pada saat suara itu muncul
WIB halusinasi saya dapat mengusir suara
dengan cara itu dengan cara menghardik
menghardik. yaitu menutup telinga dan
2. Melatih pasien berkata suara itu tidak
mengendalikan nyata dan saya menyakini
halusinasi didalam hati bahwa suara
dengan cara itu tidak nyata ”
bercakap-cakap  “sudah mengerti cara
dengan orang mengendalikan halusinasi
lain. dengan cara bercakap-
3. Menganjurkan cakap yaitu teman, saudara,
kepada klien ibu atau adik saya
agar mendengar suara-suara
memasukan tolong ajak saya berbicara
70

kegiatan ke agar saya tidak mendengar


jadwal kegiatan suara palsu itu”
harian klien.
Objektif:
Klien tampak mengikuti
anjuran perawat untuk
mempraktikan cara mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap –cakap.

Analisa:
masalah Sp 2 pasien tercapai

Planning:
Sp 2 pasien dihentikan
lanjutkan Sp 3 pasien

Rabu, 08 Perubahan SP 3 Pasien : Subjektif : Nisa


Juni persepsi sensori 1. Mengevaluasi klien mengatakan
2016 : halusinasi kemampuan  “melakukan latihan untuk
Pukul (pendengaran) pasien dalam mengendalikan halusinasi
09.00 mengontrol dengan cara bercakap-
WIB halusinasi cakap yaitu teman, saudara,
dengan cara ibu atau adik saya
menghardik dan mendengar suara-suara
bercakap-cakap tolong ajak saya berbicara
dengan orang agar saya tidak mendengar
lain.. suara palsu itu”
2. Melatih pasien  “kegiatan yang biasa saya
mengendalikan lakukan dan dapat
halusinasi
71

dengan menenangkan hati adalah


melakukan membaca al’quran dan
kegiatan yang berdzikir jadi saya akan
biasa dilakukan melakukan hal tersebut
. supaya halusinasi saya
3. Menganjurkan tidak muncul kembali”
kepada klien
agar Objektif:
memasukan Klien tampak mengikuti
kegiatan ke anjuran perawat untuk
jadwal kegiatan mempraktikan cara mengontrol
harian klien. halusinasi dengan melakukan
kegiatan membaca al’ quran
dan berdzikir.

Analisa:
Masalah Sp 3 pasien tercapai

Planning:
Sp 3 pasien dihentikan
lanjutkan Sp 4 pasien

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang dilakukan. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi
hasil atau somatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. (Ermawati, dkk , 2009).
72

Hari dan No. Catatan perkembangan Paraf


tanggal Dx perawat
Senin, 06 1. Subjektif : Nisa
Juni 2016 klien mengatakan
Pukul 11.00  “ jenis halusinasinya adalah halusinasi pendengaran, ”
WIB  “isi halusinasi adalah keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau
tidak akan dibunuh”
 “saat mendengar suara itu waktunya 3-5 menit”
 “situasi ketika sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan
pada saat suasana ramai ”
 “responya adalah marah-marah, emosi dan melakukan
gerakan silat”
Objektif :
Klien tampak sudah mampu mengenal halusinasinya.
Analisa:
Masalah SP 1 pasien belum tercapai
Planning :
Lanjutkan SP 1 :
a. Mendiskusikan frekuensi halusinasi pasien.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi menghardik
halusinasi.
c. Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
73

Senin, 06 1. Subjektif : Nisa


Juni 2016 klien mengatakan
Pukul 14.00  “ Frekuensi halusinasi tidak menentu ”
WIB  “ pada saat suara itu muncul saya dapat mengusir suara
itu dengan cara menghardik yaitu menutup telinga dan
berkata suara itu tidak nyata dan saya menyakini didalam
hati bahwa suara itu tidak nyata ”
 “ latihan menghardik dapat dimasukan kedalam jadwal
pada pukul 08.00 dan 20.30 WIB, ”
Objektif :
klien tampak bisa menutup telinga jika mendengar suara
bisikan atau gaib serta melakukan anjuran perawat.
Analisa :
Masalah Sp 1 pasien tercapai
Planning:
Sp 1 dihentikan lanjutkan Sp 2 pasien

Selasa, 07 1. Subjektif : Nisa


Juni 2016 klien mengatakan
Pukul 10.00  “melakukan latihan cara menghardik dengan cara pada
WIB saat suara itu muncul saya dapat mengusir suara itu
dengan cara menghardik yaitu menutup telinga dan
berkata suara itu tidak nyata dan saya menyakini didalam
hati bahwa suara itu tidak nyata ”
 “sudah mengerti cara mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap yaitu teman, saudara, ibu atau adik
saya mendengar suara-suara tolong ajak saya berbicara
agar saya tidak mendengar suara palsu itu”

Objektif:
74

Klien tampak mengikuti anjuran perawat untuk


mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap –cakap.
Analisa:
masalah Sp 2 pasien tercapai
Planning:
Sp 2 pasien dihentikan lanjutkan Sp 3 pasien

Rabu, 08 1. Subjektif : Nisa


Juni 2016 klien mengatakan
Pukul 10.00  “melakukan latihan untuk mengendalikan halusinasi
WIB dengan cara bercakap-cakap yaitu teman, saudara, ibu
atau adik saya mendengar suara-suara tolong ajak saya
berbicara agar saya tidak mendengar suara palsu itu”
 “kegiatan yang biasa saya lakukan dan dapat
menenangkan hati adalah membaca al’quran dan
berdzikir jadi saya akan melakukan hal tersebut supaya
halusinasi saya tidak muncul kembali”
Objektif:
Klien tampak mengikuti anjuran perawat untuk
mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan membaca al’ quran dan berdzikir.
Analisa:
Masalah Sp 3 pasien tercapai
Planning:
Sp 3 pasien dihentikan lanjutkan Sp 4 pasien
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara teori yang
ada didalam landasan teoritis dengan tinjauan kasus, faktor-faktor penghambat dan
pendukung serta alternative pemecahan masalah ( solusi ) yang ditemukan dalam
melakukan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn. E dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran selama 3 hari dari tanggal 06 Juni 2016 sampai dengan 08 Juni
2016 di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, sesuai dengan konsep dasar dan tahap-tahap
dalam proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan Evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Juni 2016 dilakukan untuk mengumpulkan
data agar diketahui permasalahan yang ada pada klien, data tersebut di peroleh
melalui obeservasi, wawancara langsung terhadap klien, melihat status dan informasi
dari perawat ruangan berdasarkan kasus yang ada di lapangan, penulis menemukan
faktor yang menyebabkan adalah ketakutan dan kecemasan dimana klien mendengar
suara-suara bisikan yang menggema, suara laki-laki yang mengatakan keluarkan jin
yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh , suara itu terdengar 3-5 menit,
ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai ,suara
itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu waktunya sehingga membuat klien
ketakutan dan khawatir atau cemas.

Dalam melakukan pengkajian pada pasien gangguan jiwa meliputi faktor prediposisi,
faktor presipitasi, perilaku atau tanda gejala dan mekanisme koping.
1. Faktor prediposisi terdiri dari 7 hal yang mempengaruhi :

75
76

a. Genetik yaitu secara genetik scizhoprenia diturunkan melalui kromosom-


kromosom tertentu.
b. Perkembangan yaitu jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
c. Neuorobiology yaitu ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic
pada klien dengan scizhoprenia tidak berkembang penuh.
d. Neurotransmiter yaitu ketidakseimbangan Neurotransmiter serta dopamine
berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin
e. Biokimia yaitu adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka
tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia.
f. Psikologis yaitu karakteristik keluarga atau individu, Ibu dengan kecemasan,
overprotektif, dingin, Konflik keluarga dan perkawinan, Kegagalan dalam
memenuhi tugas sebelumnya.
g. Sosiokultural yaitu di masyarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
Sedangkan saat dilakukan pengkajian untuk predisposisi pada kasus Tn. E di
dapatkan pada factor psikologis karena keluarga Tn. E mengatakan Tn. E mulai
terlihat aneh setelah ayahnya meninggal serta hubungan keluarga yang tidak
harmonis semenjak ayahnya meninggal, sedangkan tidak ada kesenjangan yang
lain pada ke 6 faktor genitik, perkembangan, Neuorobiology, Neurotransmiter,
biokimia, dan sosiokultural.

2. Faktor presipitasi secara teoritis pada klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi dapat berasal dari :
a. Berlebihnya pengolahan informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memperoses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu/ abnormal.
77

c. Adanya gejala pemicu seperti kondisi


1) Kesehatan yaitu Nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi, obat-
obatan pada sistem syaraf, hambatan untuk menjangkau fasiitas
kesehatan.
2) Lingkungan yaitu Lingkungan yang memusuhi, krisis, masalah rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktifitas sehari-hari, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan
kerja, ketidakmampuan dalam mendapatkan kerja.
3) Sikap dan perilaku yaitu Merasa tidak mampu (Harga Diri Rendah), putus
asa (tidak percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi dalam
menggunakan keterampilan diri), kehilangan kendali diri, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif.
Sedangkan pada kasus Tn. E terjadi masalah kesenjangan karena adanya gejala
pemicu yaitu kondisi kesehatan klien, karena pasien pernah rutin minum obat
jiwa seperti THP, risperidon dan clozapine, tapi klien mengalami putus obat atau
regemin terapi in efektif sehingga mengakibatkan, klien kembali dirawat di
RSJIK, serta gejala pemicu yang lain yaitu lingkungan yang tidak mendukung
karena klien mengatakan adanya tekanan pekerjaan atau pekerjaan yang
menumpuk dan terakhir gejala pemicu yang lain adalah sikap/perilaku, karena
klien merasa tidak peracaya diri.

3. Tanda dan gejala atau perilaku


Menurut tinjauan secara teoritis pada klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran berupa data objektif antara lain : Bicara atau Tertawa
sendiri, Marah-marah tanpa sebab, Mengarahkan telinga kearah tertentu,
Menutupi telinga dan data subjektif antara lain : Mendengar suara atau
kegaduhan, Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap, Mendengar suara
yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Pada kasus Tn. E di
dapatkan data objektif : Klien blocking saat berinteraksi dengan perawat untuk
78

mendengarkan sesuatu, Klien tampak bergerak seperti orang kerasukan setan,


Klien tampak berbicara sendiri, Klien tampak mondar-mandir, Klien tampak
menutupi telinga, serta data subjektif : Klien mengatakan “mendengar suara-
suara bisikan yang menggema, suara laki-laki yang mengatakan keluarkan jin
yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh biasanya suara tersebut
terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada
saat suasana ramai, suara tersebut terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu
waktunya sehingga membuat klien ketakutan dan khawatir atau cemas.

4. Mekanisme koping
Secara teoritis yang dapat terjadi pada perubahan persepsi sensori yaitu regresi
yaitu menjadi malas beraktivitas sehari-hari, proyeksi yaitu mencoba
menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain atau sesuatu benda, dan menarik diri yaitu Sulit mempercayai orang
lain dan asyik dengan stimulus internal, Sedangkan mekanisme koping yang
ada pada kasus Tn. E adalah proyeksi dan menarik diri dan mekanisme koping
yang tidak ada pada kasus adalah regresi.

Faktor pendukung dalam pengkajian klien dengan halusinasi yaitu saat


berinteraksi klien mau di ajak berinteraksi dan penulis dapat data sudah tampak
jelas dengan alasan klien masuk.
Faktor penghambat yaitu adapun beberapa hambatan dalam melakukan
pengkajian penulis mengalami kesulitan saat melakkan pengkajian antara lain
waktu yang terbatas, klien tidak kooperatif karena selalu merasa dirinya di
masuki oleh jin. Solusinya : melakukan bina trust pada klien, melakukan kontak
sering namun singkat.
79

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian tehnik mengenai respon individu dan
keluarga, masalah kesehatanatau proses kehidupan yang aktual maupun potensial (
NANDA, 2001).
Pada tinjauan teoritis klien membuat diagnosa keperawatan yaitu Resiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan, Gangguan persepsi sensori : halusinasi
(penglihatan/ pendengaran/ penghidu/ perabaan/ pengecapan), Isolasi Sosial:
menarik diri.
Sedangkan diagnosa pada kasus klien Tn. E di dapatkan diagnosa keperawatan :
1. Resiko perilaku kekerasan : ( diagnosa ini muncul karena klien mengatakan
“takut dan khawatir akan kematian yang di dengar dari suara-suara yang tidak
nyata, jika suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan gerakan bela diri
dan tampak curiga serta emosi labil.)
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi : (diagnosa ini muncul karena Klien
mengatakan “mendengar suara-suara bisikan yang menggema, suara laki-laki
yang mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan
bunuh , suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur,
sendirian dan pada saat suasana ramai ,suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak
menentu waktunya, jika suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan
gerakan bela diri ” dan tampak Klien blocking saat berinteraksi dengan perawat
untuk mendengarkan sesuatu, bergerak seperti orang kerasukan setan, berbicara
sendiri, mondar-mandir, Menutupi telinga.)
3. Isolasi sosial : (diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan “ malas untuk
berteman karena rasa takut yang dialaminya dahulu dalam berteman yang
mengajaknya untuk minum-minum keras dan menonton film porno dan tampak
menyendiri di meja makan, serta wajah kosong.
4. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah : (diagnosa ini muncul karena Klien
mengatakan “bagian tubuh yang tidak disukai adalah kulit karena kulit berwarna
hitam, belum menikah berperan sebagai anak pertama dan membantu orang tua
80

mencari nafkah, namun setelah sakit klien tidak bekerja dan malu dengan
keadaanya serta berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi rendah.”, serta
tampak wajah kosong dan menundukan pandangan)
5. Regimen Terapi in efektif : (diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan “
sebelumnya klien pernah dirawat di RS. Jiwa Islam Klender pada tanggal 31
Desember 2015, klien mengatakan karena putus obat hampir 5 bulan dan tidak
control kembali kini klien masuk ke RS. Jiwa Islam Klender. ” )
6. Koping keluaga tidak efektif : (diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan “
keluarga sering bertengkar yang menyebabkan Tn. E menginap di rumah
Neneknya dan keluarga tidak ada yang mengingatkan untuk minum obat karena
sibuk dengan urusannya. Masing-masing” )

Faktor pendukung : yang penulis temukan adalah adanya data dasar, tanda dan
gejala yang penulis dapatkan pada analisa data.
Faktor penghambat : penulis tidak menemukan hambatan apapun dalam diagnosa.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam perencanaan perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada
pemenuhan kebutuhan dasar klien untuk mengatasi masalahnya yang disusun
berdasarkan diagnosan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari :
tujuan umum, tujuan khusus, rencana tidakan keperawatan . perencanaan
menggambarkan tindakan yang akan dilakukan dengan merujuk pada NIC ( Nursing
Intervetion Clasification). (Ade Herman, 2011)
Pada tahap perencanaan pada teori dan kasus tidak banyak perbedaan penulis
menetapkan prioritas masalah berupa perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran karena pada saat melakukan pengkajian di dapatkan data klien sering
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh mengeluarkan jin yang ada di tubuh
kalau tidak akan di bunuh yang menyebabkan klien emosi serta marah-marah dan
melakukan gerakan bela diri. Biasanya suara tersebut terdengar 3-5 menit, ketika Tn.
81

E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai, suara tersebut
terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak menentu waktunya sehingga membuat klien
ketakutan dan khawatir atau cemas. Oleh karena itu penulis memprioritaskan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan sebagai masalah utama
yang harus ditangani dan langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan agar
perkembangan klien dapt diketahui apakah mengalami kemanjuan atau tidak
sedangkan tujuan, kriteria, evaluasi, dan intervensi disesuaikan berdasarkan tinjau
teori. Dalam perencanaan ini penulis menyesuaikan dengan teori.

Faktor pendukung : yang penulis dapat adalah mengacu kepada standar satuan
keperawatan yang ada pada sumber-sumber buku.
Faktor penghambat : penulis tidak menemukan hambatan apapun dalam
perencanaan.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tahap pelaksanaan meliputi komunikasi terapeutik, terapi
aktivitas kelompok (TAK ) dan psikofarmaka. Komunikasi terapeutik terdiri dari
fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi, Sedangkan TAK yang
digunakan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
adalah TAK stimulus persepsi dan psikofarmaka pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi yaitu Chlorpromazine (CPZ), Trihexyphenidil (THP).
Pada data tahap implementasi ini adalah asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien dengan halusinasi sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan
berdasarkan landasan teori untuk diagnosa keperawatan perubahan persepsi sensori :
halusinasi ada 4 SP dan penulis hanya melakukan 3 SP yaitu SP 1 : Klien dapat
mengenal halusinasi seperti jeni, isi, frekuensi, situasi, dan respon. Klien dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, dan memasukan ke jadwal
kegiatan harian, SP 2 adalah mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol
82

halusinasi dengan cara menghardik, Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain dan dan memasukan ke jadwal kegiatan harian,
dan SP 3 : Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain, klien dapat mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan. Sedangkan pada
keperawatan yang ada pada kasus pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Tn. E
dapat dilakukan Tindakan SP 1 point 1-3, 5 dan 6 yang di lakukan pada hari senin
tanggal 06 Juni 2016 pada pukul 10.00 WIB walaupun pada saat berinteraksi, klien
banyak menyangkal halusinasi namun dengan pendekatan yang terapeutik akhirnya
klien menyebutkan dan mengenal halusinasinya dan klien dapat mengenal
halusinasinya seperti jenis: halusinasi pendengaran, isi: suara laki-laki yang
mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh,
waktunya: waktu tidak menentu, situasi: suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E
sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai dan respon: jika
suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan gerakan bela diri halusinasinya,
dan SP 1 point 4, 7, 8 yang dilakukan pada hari senin tanggal 06 Juni 2016 pada
pukul 13.00 WIB yaitu klien dapat mengenal frekuensi : suara itu terdengar ± 5 kali/
hari serta cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi dan
mengajak klien untuk memasukan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari klien. SP 2
point 1-3 yang dilakukan pada hari selasa 07 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu
mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain dan mengajak klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. SP 3 point 1-3
dilakukan pada hari selasa 08 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu mengevaluasi
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lain, mengontrol halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dan mengajak klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian. Pemberian psikofarmaka risperidon 3 x 2 mg diberikan
83

setiap hari pada pukul 05.00 WIB, 13.00 WIB, 20.00 WIB, dan clozapine diberikan
setiap hari pada pukul 3 x 25 mg pada pukul 05.00 WIB, 13.00 WIB, 20.00 WIB,

Faktor pendukung : yang penulis temukan adalah mendapatkan bantuan dari


perawat ruangan dalam melakukan Asuhan keperawatan, klien sudah kooperatif.
Faktor penghambat : penulis tidak dapat melaksanakan SP 4 karena keterbatasan
waktu dan solusinya : melakukan kerja sama bersama perawat ruangan untuk
melakukan rencana selanjutnya.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan setiap hari atau setiap kali penulis selesai berinteraksi dengan
klien. Pada tinjaun teori evaluasi pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi adalah SP 1 klien mampu menyebutkan dan mengenal halusinasi jenis:,
is:, frekuensi waktunya situasi, menjelaskan respon terhadap halusinasi, mampu
melaksanakan melaksanakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik,
membuat jadwal kegiatan harian sesuai jadwal, SP 2 klien mampu melaksanakan
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap jika terjadi halusinasi, Membuat
jadwal kegiatan harian sesuai jadwal, SP 3 klien mampu melaksanakan cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, dan SP 4
yaitu klien mampu menyebutkan obat-obatan yang digunakan dan menggunakan
obat secara teratur.
Sedangkan Evaluasi yang dilakukan pada Tn. E sampai akhir penulis merawat klien
atau memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi adalah sebagai berikut
Evaluasi Tindakan SP 1 point 1-3, 5 dan 6 di lakukan pada hari senin tanggal 06 Juni
2016 pada pukul 10.00 WIB yaitu klien mampu menyebutkan halusinasinya dan
klien dapat mengenal halusinasinya seperti jenis, isi , waktu, respon dan situasi
halusinasinya, dan SP 1 point 4, 7, 8 dilakukan pada hari senin tanggal 06 Juni 2016
pada pukul 13.00 WIB yaitu klien dapat mengenal frekuensi serta cara mengontrol
84

halusinasi dengan cara menghardik halusinasi dan mengajak klien untuk memasukan
ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari klien. Evaluasi SP 2 point 1-3 dilakukan pada
hari selasa 07 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu mengontrol halusinasinya
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan mengajak klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian. Evaluasi SP 3 point 1-3 dilakukan pada hari selasa 08
Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu mengontrol halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dan mengajak klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.

Faktor pendukung : yang penulis temukan adalah sudah melakukan implementasi


dan sudah mengevaluasi tindakan yang klien lakukan.
Faktor penghambat : pada diagnosa perubahan persepsi sensori : halusinasi penulis
hanya dapat melakukan sampai SP 3 karena waktu yang singkat dan kadang klien
menyangkal halusinasinya, SP 4 dan TAK tidak dapat dilakuak karena waktu praktek
yang terbatas, solusinya : melakukan hubungan bina trust dengan klien walaupun
singkat tapi sering dan bekerja sama dengan perawat ruangan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis membandingkan dalam landasan teori dengan laporan kasus
dengan pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan secara menyeluruh. Penulis
memberikan asuhan keperawatan kepada Tn. E dengan masalah perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender Jakarta Timur mulai dari tanggal 06 Juni 2016 sampai 08 Juni
2016 secara promotif, preventif, dan kuratif melalui pendekatan Asuhan
Keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian yang dilakukan kepada Tn. E yang perlu
diperhatikan adalah faktor predisposisi, faktor presipitasi, perilaku atau tanda
dan gejala, dan mekanisme koping yang digunakan oleh pasien, dimana pada
Tn. E faktor predisposisinya terjadi karena faktor psikologis yaitu keluarga
Tn. E mengatakan Tn. E mulai terlihat aneh setelah ayahnya meninggal serta
hubungan keluarga yang tidak harmonis semenjak ayahnya meninggal.
Faktor presipitasi secara teoritis pada klien dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dapat berasal dari Berlebihnya pengolahan informasi pada
sistem syaraf yang menerima dan memperoses informasi di thalamus dan
frontal otak, Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu/ abnormal,
Adanya gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku (Stuart and Laraia, 2005). Tetapi pada kasus Tn. E terjadi masalah
kesenjangan karena adanya gejala pemicu yaitu kondisi kesehatan klien,
karena pasien pernah rutin minum obat jiwa seperti THP, risperidon dan
clozapine, tapi klien mengalami putus obat atau regemin terapi in efektif

85
86

sehingga mengakibatkan, klien kembali dirawat di RSJIK, serta gejala


pemicu yang lain yaitu lingkungan yang tidak mendukung karena klien
mengatakan adanya tekanan pekerjaan atau pekerjaan yang menumpuk dan
terakhir gejala pemicu yang lain adalah sikap/perilaku, karena klien merasa
tidak peracaya diri.
Mekanisme koping yang ada pada kasus Tn. E adalah proyeksi dan menarik
diri dan mekanisme koping yang tidak ada pada kasus adalah regresi.

2. Diagnosa keperawatan
Terjadinya kesengjangan antara teori dengan kasus yaitu diagnosa yang
muncul pada teori dengan masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi
terdapat 3 yaitu resiko perilaku kekerasan, perubahan persepsi sensori :
halusinasi dan isolasi sosial. Sedangkan pada kasus diagnosa yang muncul
terdapat 6 diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan, perubahan persepsi
sensori : halusinasi, isolasi sosial, perubahan konsep diri : harga diri rendah,
regimen terapi in efektif, koping keluarga tidak efektif.

3. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan dibuat sesuai rencana tindakan yang ada pada
pasien dengan masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi. Penulis
merumuskan perencanaan sesuai dengan masalah keperawatan yang prioritas
pada pasien dengan masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi. Dalam
perencanaan ini agar terlaksana dengan baik maka diperlukan adanya
kerjasama atau dukungan dari pasien, dan juga perawat ruangan.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaanya penulisa bisa melakukan implementasi pada kasus Tn.
E hanya untuk diagnosa perubahan persepsi sensori : halusinasi dari
Tindakan SP 1 point 1-3, 5 dan 6 di lakukan pada hari senin tanggal 06 Juni
2016 pada pukul 10.00 WIB mendiskusikan halusinasinya seperti jenis, isi ,
87

waktu, respon dan situasi halusinasinya, dan SP 1 point 4, 7, 8 dilakukan


pada hari senin tanggal 06 Juni 2016 pada pukul 13.00 WIB yaitu
mendiskusikan frekuensi serta melatih cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik halusinasi dan mengajak klien untuk memasukan ke dalam
jadwal kegiatan sehari-hari klien. SP 2 point 1-3 dilakukan pada hari selasa
07 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu Mengevaluasi kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, melatih mengontrol
halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan mengajak
klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. SP 3 point 1-3 dilakukan
pada hari selasa 08 Juni 2016 pada Pukul 09.00 WIB yaitu Mengevaluasi
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
dan bercakap-cakap dengan orang lain, melatih mengontrol halusinasinya
dengan cara melakukan kegiatan yang biasa dilakukan yaitu membaca al
qur’an dan berzikir dan mengajak klien memasukan dalam jadwal kegiatan
harian.

5. Evaluasi
Evaluasi yang ditunjukan oleh pasien berdasarkan hasil obeservasi penulis,
pasien sudah mengalami beberapa perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada
diagnosa pertama sesuai dengan tujuan khusus yang telah tercapai yaitu klien
mampu menyebutkan halusinasinya dan klien dapat mengenal halusinasinya
seperti jenis, isi , waktu, frekeunsi, respon dan situasi halusinasinya,
sedangkan pada Tn. E klien mampu menyebutkan dan mengenal
halusinasinya seperti jenis: halusinasi pendengaran, isi: suara laki-laki yang
mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan bunuh,
waktunya: waktu tidak menentu, situasi: suara itu terdengar 3-5 menit, ketika
Tn. E sedang tidur, bangun tidur, sendirian dan pada saat suasana ramai,
frekuensi : suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan respon: jika suara itu mucul
sering marah-marah, melakukan gerakan bela diri halusinasinya dan klien
88

dapat mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik serta bercakap-


cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa
dilakukan yaitu membaca al qur’an dan berdzikir

B. Saran
Melalui karya tulis ini, penulis ingin memberikan saran agar asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien gangguan jiwa dapat lebih optimal yang antara lain :
1. Keluarga
Sebaiknya dalam teori pengobatan keluarga harus berperan dalam
berpasrtisipasi dan mendukung secara aktif pada upaya pengobatan tersebut
karena keluarga merupakan pendukung bagi pasien yang dapat mempercepat
proses penyembuhan bagi pasien itu sendiri.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan institusi dapat lebih memberikan waktu tambahan kepada
mahasiswa agar dapat membuat karya tulis ilmiah yang lebih optimal
sehingga sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pasien
Diharapkan klien dapat tetap mengontrol emosinya dengan cara
mempertahankan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik serta
bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan sehari-hari yang
biasa dilakukan yaitu membaca al qur’an dan berdzikir yang telah diajarkan
oleh perawat.
89

DAFTAR PUSTAKA

Az-zahrani, Dr. Musfir bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani
Press.
Dalami, Ermawati, S.Kep, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan klien dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Efendi, Ferry , Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
praktik dalam keperawatan. akarta : Salemba Medika.
Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep. (2015).
Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Edisi : 2 . Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida, S.Kep., Ns, dkk. (2010). Buku ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa [Teori dan Aplikasi].
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Nasir, Abdul, dkk. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Nurarif, Amin Huda, dkk. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.
Surya D, Ade Herman, S.Kep.,NERS. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha medika
Videbeck, Sheila L, PhD, RN. (2008). Buku ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Wardani. (2015). (http :// eprints.ums.ac.id/33745/5/04.%20BAB%20I.pdf)
diakses pada tanggal 15 Juni 2016 pukul 10.25 WIB
90

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data pribadi
Nama : Khoirun Nisa Nurhaini
Nim : 2013750025
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 16 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ujung harapan GG al ikhlas IX RT 007/015
No. 37, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi,
Bekasi utara.

2. Riwayat pendidikan
Data pendidikan formal
a. Tk. Rose, Jakarta Timur 2000-2001
b. SDN 03 pagi kelapa dua wetan, Jakarta Timur 2001-2004
c. SDN bahagia 02, Bekasi 2004-2007
d. SMPN 3 babelan, Bekasi 2007-2010
e. SMK Islam Kesehatan Zam-zam kurnia, Bekasi 2010-2013

3. Pendidikan Informal
a. Pelatihan dasar kepemimpian mahasiswa 2013
b. Course Nurse English Center 2015
c. Basic Trauma Cardiac Life Suport 2015
91

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur

Tanggal Rawat : 01 Juni 2016

IDENTITAS KLIEN

Inisial klien : Tn. E


Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Tidak Bekerja
RM No. : 01-05-17
Diagnosis Medis : Skizofrenia Paranoid
Sumber Informasi : Pasien, Perawat dan status klien

1. Pengkajian keperawatan
Klien yang menjadi objek karya tulis ilmiah ini adalah Nama klien Tn. E berusia 25
tahun, jenis kelamin laki-laki, status belum menikah, berasal dari suku Sunda,
agama islam, pendidikan terakhir SMK., sumber informasi Pasien, perawat ruangan
dan status klien, klien masuk tanggal 01 Juni 2016,Perawat mengkaji tanggal 06 Juni
2016 pada pukul 08.00 WIB, Nomer Register 010517, diagnosa medis gangguan
skizofrenia paranoid.
Terapi medis :
a. Risperidon 3x2mg
b. Clozapine 3x25mg
92

2. Alasan masuk
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur di bawa oleh adiknya
Keluarga mengatakan “dari tanggal 28 Mei 2016 klien sudah mulai gelisah, perilaku
aneh, tidak bisa tidur, bingung, emosi labil, sudah ± 8 bulan putus obatnya, curiga,
bicara kacau dan mendengar bisikan-bisikan ditelinga”.

3. Faktor predisposisi
Tn. E mengatakan “ mempunyai riwayat gangguan jiwa dan sudah 8 kali dirawat
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur”. Klien masuk ke RSJIK pada
tanggal 01 Juni 2016, karena keluarga tidak ada yang mengingkat minum obat
karena sering bertengkar dan sibuk dengan urusanya masing-masing sehingga klien
mengalami putus obat sudah 5 bulan dan pengobatnya sebelumnya kurang berhasil.
Tn. E tidak pernah melakukan penganiayaan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga
,tindakan kriminal maupun adanya penolakan dari lingkungan.
Tn. E mengatakan “ keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa selain
Tn. E”.
Tn. E mengatakan “ pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
seperti minum-minuman keras, dan menonton film porno yang menyebabkan
melakukan onani di depan umum, serta kehilangan ayahnya sudah hampir 7 Tahun
sehingga menyebabkan pikiran kacau dan sering menyendiri”.
Masalah keperawatan : regimen terapy in efektif

4. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda vital Tn. E yaitu
Tekanan dara 130/80 mmHg, Nadi 88 kali per menit, Suhu 37° C, Respirasi 20 kali
per menit. Ukuran tinggi badan 167 cm dan berat badan 69 kg. Dari pengkajian head
to toe didapatkan data kepala tidak terdapat benjolan, rambut Tn. E pendek,
berwarna hitam, bersih dan terdapat uban beberapa helai. Fungsi penglihatan mata
masih baik, konjungtiva ananemis dan sklera anikterik. Telinga Tn. E simetris
93

kanan-kiri, tidak ada serumen. Hidung Tn. E tidak ada sekret. Dada Tn. E simetris
antara kanan-kiri, inspeksi ekspensi paru-paru mengembang dengan simetris kanan
dan kiri, palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi bunyi
nafas vesikuler. Jantung saat diperkusi pekak, auskultasi bunyi S1 dan S2 murni.
Abdomen inspeksi perut datar, auskultasi bising usus 10 kali per menit, palpasi tidak
ada nyeri tekan, perkusi tympani. Ekstremitas klien tidak mengalami gangguan,
fungsinya masih baik dan gerakannya bebas. Tn. E tidak mengalami keluhan fisik
dan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti kejang, asma, diabetes melitus,
hipertensi mapupun penyakit jantung.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

5. Psikososial
a. Genogram

Ny. E
Tn. T

Tn. E Tn. B Nn. D

25Tahun 23 Tahun 16 Tahun


94

Keterangan :

: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : tinggal satu rumah

: meninggal : klien

: garis keturunan

Berdasarkan pengkajian psikososial khususnya genogram, Tn. E merupakan anak


pertama dari tiga bersaudara dan tinggal bersama ibu dan kedua adiknya,
ayahnya sudah 8 tahun meninggal karena stroke . keluarga tidak ada yang
mengingkat minum obat karena sering bertengkar dan sibuk dengan urusanya
masing-masing sehingga klien mengalami putus obat sudah 5 bulan dan
pengobatnya sebelumnya kurang berhasil.
Masalah keperawatan : koping keluarga tidak efektif, dan regimen terapi in
efektif.

b. Konsep diri
Konsep diri dalam gambaran diri, Tn. E mengatakan tubuhnya sehat, bagian
tubuh yang di sukai adalah mata dan bagian tubuh yang tidak disukai adalah kulit
karena kulit berwarna hitam yang diinginkan kulitnya berwarna putih. Tn. E
Berumur 25 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMK. Tn. E
berasal dari daerah cirebon. Tn.E belum menikah berperan sebagai anak pertama
dan membantu orang tua mencari nafkah, dan Tn. E bekerja sebagai karyawan
swasta di bank BRI namun setelah sakit klien tidak bekerja. Tn E mengtakan
jika nanti sudah keluar dari rumah sakit ingin bekerja, membahagiakan orang tua
95

dan menikah. Pada pengkajian harga diri, Tn. E mengatakan malu dengan
keadaanya serta berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi rendah.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Hubungan sosial
hubungan sosial, Tn. E mengatakan orang terdekat adalah keluarga terutama ibu.
Peran serta dalam kegiatan masyarakat, Tn. E mengatakan tidak aktif dalam
kegiatan masyarakat. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, Tn. E
mengatakan ada hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain karena rasa
takut yang dialaminyadahulu dalam berteman yang mengajaknya untuk minum-
minum keras dan menonton film porno. Masalah keperawatan : isolasi sosial :
menarik diri.

d. Spiritual
Nilai dan keyakinan Tn. E mengatakan beragama islam dan menjalankan ibadah
shalat 5 waktu yakni subuh jam 05.00 WIB, dzuhur 12.00 WIB, ashar 15.00
WIB, maghrib 18.00 WIB, dan isya 19.00 WIB. Klien terlihat shalat dzuhur
12.00 WIB, ashar 15.00 WIB. dan mengerjakan puasa di bulan ramadhan.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

6. Status mental
a. Penampilan
Dari hasil observasi, cara berpakaian Tn. E berseragam RSJ dan terlihat rapi,
klien mengatakan mandi 2 kali sehari: pagi dan sore.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Saat interaksi, klien bicara cepat, keras, tidak gagap. Pasien mampu memulai
pembicaraan, klien kooperatif, dan koheren.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
96

c. Aktivitas motorik
Aktivitas motorik klien pada saat berinteraksi terlihat beresemangat dan santai
menjawab dan santai menjawab pertanyaan yang diajukan, tidak gelisah, tidak
tegang, tidak tremor.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
d. Alam perasaan
Alam perasaan klien mengatakan “perasaannya takut dan khawatir akan kematian
dari bisikan-bisikan sehingga sering marah dan emosi”
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
e. Afek
Afek klien tampak labil, klien saat berinteraksi terkadang terlihat tidak apa-apa
kemudian diam seperti ketakutan dan pergi dan beberapa lama terlihat tidak ada
apa-apa.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
f. Interaksi selama wawancara
Klien tampak kooperatif, klien saat berinteraksi selalu mencoba mempertahankan
pendapatnya dan mengenai isi pikiran serta klien tampak curiga jika ditanyakan
mengenai keluarga.
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.
g. Persepsi
Klien mengatakan “mendengar suara-suara bisikan yang menggema, suara laki-
laki yang mengatakan keluarkan jin yang ada di tubuh Tn.E jika tidak saya akan
bunuh, suara itu terdengar 3-5 menit, ketika Tn. E sedang tidur, bangun tidur,
sendirian dan pada saat suasana ramai, suara itu terdengar ± 5 kali/ hari dan tidak
menentu waktunya, jika suara itu mucul sering marah-marah dan melakukan
gerakan bela diri”
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
97

h. Proses pikir
Proses pikir klien baik yaitu saat berinteraksi tidak berbelit-belit dan langsung ke
topik dan tujuan, selama interaksi klien tiba-tiba berhenti tanpa ada gangguan
ekstrenal kemudian dilanjutkan kembali namun tidak ingin membahas yang
sedang dibicarakan.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi.
i. Isi pikir
Klien merasa bahwa yang mengganggu tubuhnya adalah jin yang dikirim oleh
temannya yang tidak suka kepadanya.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
j. Tingkat kesadaran
Saat interaksi kesadaran klien baik yaitu saat ditanya waktu, klien mengatakan
hari ini hari selasa tanggal 07 Juni 2016 dan saat ditanya tempat, klien
mengatakan saat ini berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, dan yang
sedang berbicara dengannya adalah perawat Nisa.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
k. Memori
Gangguan jangka panjang, jangka pendek, dan saat ini klien tidak ada masalah
yaitu, klien mampu mengingat dibawa ke RS pada tanggal 01 Juini 2016,
sedangkan jangka panjang, klien mengingat hari ulang tahunnya pada tanggal 19
September 1991, klien mampu mengingat nama perawat yaitu perawat Nisa.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung sederhana yaitu mulai dari angka 1-10 dan mampu
berhitung sulit sekalipun yaitu 99-3 = 96, 72+10= 82, 66:3 = 22, klien tampak
serius mendengarkan pembicaraan atau pertanyaan perawat, , selama interaksi
sering melakukan blocking dan mudah beralih. Pada saat melakukan pengkajian
kliem mampu mengambil keputusan sederhana, ketika diberi pilihan untuk makan
98

dulu baru mandi atau mandi dulu baru makan, menurut klien lebih baik mandi
dulu baru makan supaya bersih.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.
m. Daya titik diri
Klien mengingkari penyakit yang dideritanya, klien mengatakan penyakitnya
karena di guna-guna.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi.

7. Kebutuhan persiapan pulang


Klien mengatakan di rumah makan 3 x sehari dengan banyaknya 1 porsi. Klien
mengatakan alat-alat yang digunakan piring, gelas, sendok. Klien mengatakan
melakukannya secara mandiri. Pada saat di Rumah Sakit klien mengatakan makan 3 x
sehari dan menghabiskan makan sendiri tanpa dibantu perawat. Klien mengatakan
pada saat ingin BAB/BAK pergi ke kamar mandi. Dalam memenuhi kebutuhan
BAB/BAK klien melakukannya tanpa bantuan dari orang lain. Di Rumah Sakit klien
mengatakan BAB/BAK klien melakukannya tanpa bantuan perawat, klien
mengatakan di rumah mandi 2-3 x sehari dengan menggunakan sabun, sampo, dan
gosok gigi secara mandiri. Klien mengatakan selesai mandi memakai baju yang
bersih, menyisir rambut. Dan di Rumah Sakit klien mengatakan mandi 2 x sehari
memakai sabun, sampo, dan gosok gigi setelah itu menggunakan baju bersih,
menyisir rambut tanpa bantuan dari perawat. Klien mengatakan dirumah tidur
malamnya 7-8 jam, tidur siang 1-2 jam. Klien mengatakan kegiatan sebelum tidur
menonton TV. Dan di Rumah Sakit klien mengatakan lamanya tidur malam 7-8 jam,
tidur siang 1-1,5 jam, klien mengatakan tidak ada kegiatan yang dilakukan sebelum
tidur. Klien mengatakan minum obat 3 x sehari dan klien dapat minum obat secara
mandiri dengan obat yang disediakan oleh perawat. Dan di rumah klien mengatakan
minum obat tidak teratur karena keluarga tidak ada yang mengingatkan. Klien
mengatakan bila keluarga ada yang sakit pergi ke puskesamas. Klien mengatakan
99

setiap hari mempersiapkan, makanan, membersihkan rumah dan mencuci pakaian.


Klien mengatakan tidak ada kegiatan yang dilakukan di luar rumah.
Masalah keperawatan : koping keluarga tidak efektif, dan regimen terapi in
efektif.

8. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika saya ada masalah dan saya kesal saya diam tidur dikamar dan
melampiaskannya dengan shalat dan berdzikir supaya hati tenang.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan.

9. Masalah psikososial dan lingkungan


Klien mengatakan jika ada masalah ketika dirumah meminta pendapat kepada ibunya,
tetapi klien jarang mengikuti kegiatan kelompok dalam masyarakat, klien lebih
senang sendiri karena takut dan khawatir jika bermain, klien lulusan SMK tidak ada
hambatan atau masalah dalam pendidikan, terdapat masalah dalam pekerjaannya : ada
teman yang tidak menyukainya, pekerjaan juga banyak yang tertumpuk. Klien tinggal
di daerah padat penduduk, tidak ada masalah dalam tempat tinggal atau perumahan.
Klien sudah tidak bekerja semenjak sakit, keadaan ekonomi keluarga sederhana.
Klien merasa dirawat dan diperhatikan jika di RS, tidak ada masalah dalam pelayanan
kesehatan.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri.

10. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang dialami dan obat-obatan.


Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami, dan klien
mengatakan kurang mengetahui tentang obat yang harus diminum serta fungsinya.
100

11. Aspek medis


Diagnosa medis : schizoprenia paranoid
Terapi medik yang diberikan kepada klien yaitu risperidon 3 x 2mg, dan clozapine 3
x 25 mg.

Jakarta, 9 Juni 2016


Mahasiswi

Khoirun Nisa Nurhaini


101

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI

Hari : Senin, 06 Juni 2016


Pertemuan / Sp : 1 / Sp 1 pasien
Nama Klien : Tn. E
Ruangan : RS. Jiwa Islam Klender

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
 Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
 Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
 Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
 Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan.
SP 1 Pasien :
a. Mendiskusikan jenis halusinasi pasien.
b. Mendiskusikan isi halusinasi pasien.
102

c. Mendiskusikan waktu halusinasi pasien.


d. Mendiskusikan frekuensi halusinasi pasien.
e. Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Mendiskusikan respons pasien terhadap halusinasi.
g. Melatih pasien mengontrol halusinasi menghardik halusinasi.
h. Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..!!! selamat pagi mas… perkenalkan nama saya Khoirun
Nisa bisa di panggil Nisa. Saya mahasiswa praktek dari DII keperawatan
UMJ yang akan praktek di Rumah sakit ini selama 3 hari . Hari ini saya dinas
pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 WIB siang. Saya akan merawat
Tn. E selama di rumah sakit ini. Nama Tn. E siapa? Senangnya mas di
panggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana keadaan Tn. E hari ini ? ”
c. Kontrak :
 Topik : “Baiklah Tn. E , bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang suara yang mengganggu Tn. E dan cara mengontrol
suara-suara tersebut, Apakah bersedia? ”
 Waktu : “Berapa lama Tn. E mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit? ”
 Tempat : “Tn. E mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana
kalau di ruang tamu? Baiklah Tn. E. ”
103

2. Fase Kerja .
“Apakah Tn. E mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya Tn.
E mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu.
Apakah Tn. E mendengarnya terus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering Tn. E mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari Tn. E
mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri? Apa yang Tn. E rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana
perasaan Tn. E ketika mendengar suara tersebut? Kemudian apa yang Tn. E
lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang? Apa yang Tn. E
alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Tn. E bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah
saya akan mempraktekan dahulu baru Tn. E mempraktekkan kembali apa yang
telah saya lakukan. Begini Tn. E jika suara itu muncul katakan dengan keras “
pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua
telinga Tn. E. seperti ini ya Tn. E. coba sekarang Tn. E ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi. Bagus sekali Tn. E, coba sekali lagi Tn. E. wah bagus sekali
Tn. E.”

3. Terminasi.
a. Evaluasi
 Subjektif :
“Bagaimana perasaan Tn. E setelah kita kita bercakap-cakap?”
 Objektif :“Baiklah, sepertinya tadi sudah mengerti mengenal jenis
halusinasi , isi halusinasi, waktu, situasi serta respon jika halusinasi itu
terjadi, Baiklah, bagaimana kalau Tn. E sebutkan kembali jenis halusinasi
yang ada dan Tn. E termaksud kedalam halusinasi yang mana? Wah..
104

hebat ya.. sepertinya Tn. E sudah mengenal jenis halusinasi yang di alami
oleh Tn. E. ”

b. Rencana Tindak Lanjut :


“Baiklah suster harapkan,! Tn. E mampu memahami bahwa penyakit yang
dialami oleh Tn. E adalah Halusinasi dan bukan dari gangguan jin yang
seperti Tn. E rasakan . baiklah, bagaimana kalau nanti siang jam 1 kita
latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik?sekaligus memasukan
jadwal latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik kedalam
kegiatan sehari-hari Tn. E ”

c. Kontrak yang akan datang :


 Topik :
“Baik lah Tn. E bagaimana kalau nanti siang jam 1 kita latihan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik?sekaligus memasukan
jadwal latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik kedalam
kegiatan sehari-hari Tn. E, apakah Tn. E bersedia? ”
 Waktu :
“Tn. E mau jam berapa? Baiklah kalau jam 13:00 WIB. ”
 Tempat : “
Tn. E maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah Tn. E Nanti siang saya akan kesini jam 13:00 WIB
sampai jumpa nanti siang Tn. E. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

105

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI

Hari : Senin, 06 Juni 2016


Pertemuan / Sp : 2 / Sp 1 pasien
Nama Klien : Tn. E
Ruangan : RS. Jiwa Islam Klender

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
 Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
 Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
 Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
 Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan.
SP 1 Pasien :
a. Mendiskusikan frekuensi halusinasi pasien.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi menghardik halusinasi.
106

c. Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam


jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..!!! selamat Siang Tn. E masih ingat dengan saya?
Alhamdulilah masih ingat,”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana keadaan Tn. E siang ini ? ”
c. Kontrak :
 Topik : “Baiklah Tn. E , bagaimana kalau kita berbincang-
bincang kembali tentang suara yang mengganggu Tn. E dan cara
mengontrol suara-suara tersebut, Apakah bersedia? ”
 Waktu : “Berapa lama Tn. E mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit? ”
 Tempat : “Tn. E mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana
kalau di ruang tamu? Baiklah Tn. E. ”

2. Fase Kerja .
“Baiklah kita mulai kembali ya. Apakah Tn. E mendengarnya terus
menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Tn. E mendengar suara
itu? Berapa kali dalam sehari Tn. E mendengarnya? Apa yang Tn. E alami itu
namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Tn. E bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah
saya akan mempraktekan dahulu baru Tn. E mempraktekkan kembali apa yang
telah saya lakukan. Begini Tn. E jika suara itu muncul katakan dengan keras “
pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua
107

telinga Tn. E. seperti ini ya Tn. E. coba sekarang Tn. E ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi. Bagus sekali Tn. E, coba sekali lagi Tn. E. wah bagus sekali
Tn. E.”
4. Terminasi.
a. Evaluasi
 Subjektif : “Bagaimana perasaan Tn. E setelah kita kita bercakap-
cakap?”
 Objektif :“Baiklah, Baiklah, sepertinya tadi sudah mulai bisa
melakukan cara menghardik kalau begitu, bagaimana kalau kita coba
mengulangi 1x lagi cara menghardik? Baiklah, sepertinya sudah bagus /
baik dalam melakukannya.”
b. Rencana Tindak Lanjut :
“Baiklah suster harapkan, selama saya tidak ada kalau suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara menghardik! Tn. E lakukan itu sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Bagimana kalau kita buat jadwal latihan dan kegiatan sehari-
hari? Mau berapa kali dan jam berapa latihannya ? Baiklah melakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 09:00, 14:00 dan jam 18:30 cara mengisi buku
kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita
buat tadi ya Tn. E? . Jika Tn. E melakukanya secara mandiri makan Tn. E
menuliskan M, jika Tn. E melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka Tn. E buat B, Jika W tidak melakukanya maka Tn.
E tulis T. apakah Tn. E mengerti? Coba Tn. E ulangi? Naah bagus Tn. E. ”

c. Kontrak yang akan datang :


 Topik :“Baik lah Tn. E bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan bercakap –cakap dengan
orang lain, apakah Tn. E bersedia? ”
 Waktu : “Tn. E mau jam berapa? Baiklah kalau jam 08:00 WIB. ”
108

 Tempat :“Tn. E maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana


kalau di ruang tamu? Baiklah Tn. E besok saya akan kesini jam 08:00
sampai jumpa besok Tn. E. saya permisi Assalamualaikum WR,WB. ”
109

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI

Hari : Selasa, 07 Juni 2016


Pertemuan / Sp : 3 / Sp 2 pasien
Nama Klien : Tn. E
Ruangan : RS. Jiwa Islam Klender

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
 Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
 Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
 Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
 Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
5. Tindakan Keperawatan.
SP 2 Pasien :
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
110

c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan


harian klien.

B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi Tn. E… masih ingat
dengan saya? Alhamdulilah masih ingat, Hari ini saya dinas pagi dari jam
07:00 pagi sampai jam 14:00 WIB siang.
b. Evaluasi/validasi :
Bagaimana keadaan Tn. E hari ini ? Apakah Halusinasinya masih muncul?
Apakah Tn. E telah melakukan cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?Coba saya lihat jadwal
kegiatan harian Tn. E? bagus sekali Tn. E.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan cara menghardik suara-
suara yang Tn. E dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara
menghardik yang telah kita pelajari.
Bagus sekali Tn. E.
c. Kontrak :
 Topik : Baiklah Tn. E sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
belajar cara kedua dari empat cara mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?
 Waktu : Berapa lama Tn. E mau berbincang-bincang?
 Tempat : Tn. E mau berbincang-bincang dimana?

2. Fase Kerja .
Cara kedua untuk mencegah/ mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi jika Tn. E mulai mendengar suara-suara,
langsung saja Tn. E cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman Tn. E untuk
berbicara dengan Tn. E. contohnya begini W : tolong berbicara dengan saya..
111

saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Tn. E
minta pada ibu perawat untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara
dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara:. Coba Tn. E praktekkan,
bagus sekali Tn. E! Nah latih terus ya...
3. Terminasi.
a. Evaluasi
 Subjektif : Bagaimana perasaan Tn. E setelah kita kita bercakap-cakap?
 Objektif : Baiklah, sepertinya tadi sudah mulai bisa melakukan cara
bercakap- cakap dengan orang lain kalau begitu, bagaimana kalau kita
coba mengulangi 1x lagi cara bercakap-cakap? Baiklah, sepertinya sudah
bagus / baik dalam melakukannya.
b. Rencana Tindak Lanjut :
Baiklah suster harapkan, selama saya tidak ada kalau suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara bercakap-cakap dengan orang lain! Tn. E lakukan itu
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Bagimana kalau kita buat jadwal
latihan? Mau berapa kali dan jam berapa latihannya ? Baiklah Tn. E jam
08:00 dan 20:30 WIB. Jangan lupa Tn. E lakukan cara yang ketiga agar
suara-suara yang Tn. E dengarkan tidak mengganggu Tn. E lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah Tn. E bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
mengontrol halusinasi dengan cara ke 3 yaitu dengan melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan ?
 Waktu :
W mau jam berapa? Baiklah kalau jam 11:00 WIB
 Tempat :
Tn. E maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah Tn. E besok saya akan kesini jam 09:00 WIB
sampai jumpa besok Tn. E. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.
112
113

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI

Hari : Selasa, 07 Juni 2016


Pertemuan / Sp : 4 / Sp 3 pasien
Nama Klien : Tn. E
Ruangan : RS. Jiwa Islam Klender

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
 Data subjektif :
Klien mengatakan“mendengar suara bisikin gaib yang menggema yang
mengatakan keluarkan jin di tubuh Tn. E kalau tidak akan dibunuh ”
 Data objektif :
Klien tampak berbicara sendiri
Klien tampak menutup telinga dan menguluarkan jurus-jurus silat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
 Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
 Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan.
SP 3 Pasien :
a. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain..
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan .
114

c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan


harian klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi Tn. E… masih ingat
dengan saya? Alhamdulilah masih ingat, Hari ini saya dinas pagi dari jam
07:00 pagi sampai jam 14:00 WIB siang.
b. Evaluasi/validasi :
Bagaimana keadaan Tn. E hari ini ? Apakah Halusinasinya masih muncul?
Apakah Tn. E telah melakukan cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal
kegiatan harian Tn. E? bagus sekali Tn. E.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lain suara-suara yang Tn. E dengarkan
berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain yang telah kita pelajari ? Bagus sekali Tn. E.
c. Kontrak :
 Topik : Baiklah Tn. E sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
belajar cara ketiga dari empat cara mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan . , Apakah
bersedia?
 Waktu : Berapa lama Tn. E mau berbincang-bincang?
 Tempat : Tn. E mau berbincang-bincang dimana?

2. Fase Kerja .
Apa saja yang biasa Tn. E dilakukan ? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatan sampai malam ). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut ).
Bagus sekali Tn. E bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah
115

suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.

3. Terminasi.
a. Evaluasi
 Subjektif : Bagaimana perasaan W setelah kita kita bercakap-cakap?
 Objektif : Baiklah, sepertinya tadi sudah mulai bisa melakukan cara
latihan dengan kegiatan yaitu membaca al’quran dan berdzikir

b. Rencana Tindak Lanjut :


Baiklah suster harapkan, selama saya tidak ada kalau suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara melakukan kegiatan yang biasa dilakukan!. Bagimana
kalau kita buat jadwal latihan? Mau berapa kali dan jam berapa latihannya ?
Baiklah Tn. E jam 08:00 dan 18:30 WIB . Jangan lupa Tn. E lakukan cara
yang ketiga agar suara-suara yang Tn. E dengarkan tidak mengganggu Tn. E
lagi.

c. Kontrak yang akan datang :


 Topik :
Baik lah Tn. E bagaimana kalau besok kita berdiskusi cara minum obat
yang baik serta manfaat obat?
 Waktu :
W mau jam berapa? Baiklah kalau jam 12 sebelum makan siang.
 Tempat :
Tn. E maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah Tn. E besok saya akan kesini jam 12:00 WIB
sampai jumpa besok Tn. E. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.
116

JADWAL KEGIATAN HARIAN TN. E

Waktu kegiatan Tanggal keterangan


06 07 08
03.45 - 04.30 Sahur √ √ √

04.35 – 05.00 Persiapan shalat subuh dan shalat √ √ √


subuh

05.00 – 06.00 Mandi dan olahraga lari-lari pagi √ - -

06.00 – 08.00 Istirahat dan bercakap-cakap dengan √ √ √


perawat

08.00 – 10.00 Latihan menghardik, bercakap-cakap, √ - √


membaca al-qur’an dan berdzikir

10.00 – 12.00 Istirahat dan persiapan shalat √ √ √

12.00 – 12.30 Shalat dzuhur √ √ √

12.30 – 15.00 Tidur siang √ √ -

15.00 – 15.30 Shalat ashar √ √ √

15.30 – 17.00 Latihan menghardik, bercakap-cakap, - √ √


membaca al-qur’an dan berdzikir

17.00 -18.00 Mandi, persiapan shalat dan berbuka √ √ √


puasa.

18.00 – 18.30 Shalat magrib dan makan malam √ √ √

18.35 – 19.00 Membaca al-qur’an dan berdzikir √ √ √

19.00 – 20.45 Shalat isya dan trawih berjamaah √ √ √

20.45 - 20.50 Istirahat dan persiapan menjelang √


√ √
tidur.
√ √ √
21.00 Tidur malam.

Anda mungkin juga menyukai