Email : dwirizkyfeby@gmail.com
ABSTRAK
Jeringau (Acorus calamus L) merupakan tumbuhan air banyak dijumpai
tumbuh liar di sungai, di rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air sepanjang
tahun. Masyarakat secara tradisional memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati
diare, disentri, cacingan atau digunakan pada wanita setelah bersalin bersama bahan
obat lain. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat
ekstrak etanol rimpang jeringau terhadap pertumbuhan mikroorganisme jamur
Candida albicans dan bakteri Stapylococcus aureus. menggunakan metode difusi
lubang sumuran dengan konsentrasi ekstrak rimpang jeringau yang digunakan
dalam penelitian ini adalah konsentrasi 100mg/mL,200mg/mL,dan 300mg/mL,
kontrol positif jamur yang digunakan adalah ketoconazole 50µg, kontrol positif
antibakteri adalah Klindamisin konsentrasi 50µg/mL sedangkan kontrol negatif
yang digunakan adalah aquadest. Hasil skrining fitokimia menunjukan adanya
kandungan senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak etanol rimpang jeringau
diantaranya flavonoid, alkaloid, saponin, polifenol, dan triterpenoid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jeringau memiliki aktivitas
daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dan bakteri
Staphylococcus aureus. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa setiap kelompok
perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan.
Kata Kunci : Jeringau (Acorus calamus L), Candida albicans, Stapylococcus
aureus
ABSTRACT
jengene used in this study were concentrations of 100mg / mL, 200mg / mL, and
300mg / mL, the positive control of fungi used was ketoconazole 50μg, the
antibacterial positive control was Clindamycin concentration of 50μg / mL while
control Negative used is aquadest. The results of phytochemical screening showed
the presence of secondary metabolite compounds in the ethanol extract of rhizome
jeringau including flavonoids, alkaloids, saponins, polyphenols, and triterpenoids.
The results showed that ethanol extract of rhizome jinkau has activity inhibitory to
growth of Candida albicans fungi and Staphylococcus aureus bacteria. The results
of statistical tests showed that each treatment group had a difference significant.
97
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 1(1) 96-103 Dwi Rizki Febrianti
issn cetak 2621-3184
issn online 2621-4032
METODE PENELITIAN Flavonoid, 2 ml ekstrak dimasukan ke
Survei lapangan ke Kabupaten Hulu Sungai dalam tabung reaksi Ditambah dengan 0,5
Tengah, Kalimantan Selatan untuk ml asam klorida pekat dan serbuk logam
mengambil jeringau (Acorus calamus L.) Mg. Saponin, 1 ml ekstrak kedalam tabung
Yang akan dijadikan sampel. Kemudian reaksi, Tambahkan 10 ml air panas,
untuk mendapatkan jamur Candida albicans dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat
dan S. Aureus dilakukan survei ke selama 10 detik Alkaloid, Ekstrak
Laboratorium Kesehatan Banjarmasin. ditambahkan beberapa tetes asam sulfat 2
a. Pengolahan Sampel N, Diuji dengan 2 pereaksi alkaloid yaitu
Rimpang jeringau dicuci, dirajang dengan pereaksi dragendroff dan pereaksi meyer.
ketebalan 2-5 mm, lalu dikeringkan di oven Polifenol, Ekstrak ditambahkan larutan
pada suhu 50°C dan diserbuk. fecl3 0,5 M. Triterpenoid, 0,3 gr ekstrak
dilarutkan dalam 15 ml etanol, Ditambah
b. Pembuatan ekstrak larutan 1-2 ml H2SO4 pekat melalui
Satu bagian serbuk simplisia rimpang dinding tabung reaksi.
jeringau tambahkan 4 bagian pelarut etanol e. Uji antijamur dan antibakteri.
96%, rendam 1 hari. Ekstrak cair di saring, 0,1 ml suspensi biakan Candida albicans
ampas di pisahkan, filtrat di evaporator dan dan S.aureus disebarkan ke media, Buat
di waterbath hingga mendapat ekstrak lubang, Ambil 0,1 ml ekstrak rimpang
kental. jeringau, kontrol positif, dan kontrol negatif
c. Pembuatan Media, seri konsentrasi, dimasukan masing-masing perlakuan pada
kontrol positif dan negatif. lubang sumuran, inkubasi 24 jam pada suhu
ditimbang serbuk SDA dan NA tambahkan 35-37°C.
aquadest, lalu dihomogenkan hingga larut, HASIL PENELITIAN
disterilkan dengan autoklaf. Konsentrasi a. Pengambilan sampel
ekstrak, konsentrasi ekstrak 100 mg/ml, Pada penelitian ini rimpang jeringau
200mg/ml, dan 300mg/ml. Kontrol negatif diperoleh dari daerah Kabupaten Hulu
aquadest dan kontrol positif konsentrasi Sungai Tengah yang merupakan daerah
50µg. dataran rendah dan memiliki tanah yang
d. Skrining Fitokimia lembab, sehingga tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan subur. Selain itu, rimpang
98
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 1(1) 96-103 Dwi Rizki Febrianti
issn cetak 2621-3184
issn online 2621-4032
jeringau tersebut memiliki rimpang yang teroksidasi dan rusak(5). Selain itu, metode
segar, bebas dari hama. maserasi merupakan metode yang cara
b. Penyiapan sampel pelaksanaannya mudah, sederhana dan
Rimpang jeringau yang sudah dipetik tidak memerlukan biaya yang banyak.
langsung dilakukan pencucian agar terpisah Etanol 96% dipilih sebagai pelarut
dari kotoran yang menempel kemudian karena etanol 96% merupakan pelarut yang
dilakukan perajangan menggunakan pisau bersifat semi polar sehingga dapat menarik
dengan memotong kecil-kecil dan proses senyawa yang bersifat polar maupun
selanjutnya dilakukan pengeringan dengan nonpolar yang terkandung dalam rimpang
menggunakan oven pada suhu 600C untuk jeringau. Selain itu menurut penelitian(6).
menghilangkan kadar air. Kadar air Etanol 96% lebih baik menarik senyawa
mempengaruhi kualitas simplisia yang metabolit sekunder yang terkandung dalam
dihasilkan karena untuk mencegah rimpang jeringau dibandingkan dengan
tumbuhnya bakteri dan jamur pada tahap pelarut lain.
penyimpanan(4). Ekstrak cair yang diperoleh selanjutnya
Rimpang jeringau yang telah akan diuapkan diatas waterbath untuk
dikeringkan di timbang untuk mengetahui menghilangkan kadar etanol sampai
susut pengeringan dari rimpang yang didapatkan bobot ekstrak yang konstan
diperoleh sebelumnya. Berat kering yang dengan suhu 50oc agar tetap menjaga
didapat adalah 560 gram, sedangkan serbuk kestabilan senyawa flavonoid. Ekstrak
simplisia diperoleh sebanyak 422,5 gram. kental diperoleh sebanyak 20 gram.
c. Ekstraksi Rimpang Jeringau d. Uji Aktivitas Antijamur dan
Metode ekstraksi yang digunakan antibakteri
dalam penelitian ini yaitu metode maserasi. Hasil pengukuran zona hambat
Senyawa yang diduga berkhasiat sebagai menunjukkan ekstrak rimpang jeringau
antijamur pada rimpang jeringau tersebut dengan konsentrasi 100 mg/ml, 200 mg/ml,
adalah flavonoid yang batas titik didihnya 300 mg/ml memiliki aktivitas antijamur
yaitu tidak lebih dari 60o C dan bersifat terhadap jamur Candida albicans. Besar
termolabil (tidak tahan terhadap diameter zona hambat yang terbentuk dapat
pemanasan) sehingga apabila pada suhu dilihat pada tabel 2, Berdasarkan tabel 2
yang tinggi senyawa tersebut mudah terlihat bahwa konsentasi yang memiliki
99
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 1(1) 96-103 Dwi Rizki Febrianti
issn cetak 2621-3184
issn online 2621-4032
daya hambat tertinggi adalah konsentrasi mg/mL memiliki aktivitas antibakteri
300mg/ml. Dimana pada rata-rata diameter terhadap bakteri Staphylococcus aureus
zona hambat yang terbentuk adalah 7,41 Berdasarkan tabel. 3, terlihat bahwa
mm. Sedangkan konsentrasi hambat konsentrasi yang memiliki daya hambat
minimum ekstrak etanol rimpang jeringau tertinggi adalah konsentrasi 300 mg/mL.
yang memiliki aktivitas antijamur adalah Dimana pada rata-rata diameter zona
konsentrasi 100mg/ml dengan diameter hambat yang terbentuk adalah 11,4 mm.
zona hambat sebesar 5,14 mm. Kontrol Sedangkan konsentrasi hambat minimum
negatif yang digunakan ialah aquadest, ekstrak etanol rimpang jeringau yang
tidak tampak zona hambat yang terbentuk, memiliki aktivitas antibakteri adalah
dikarenakan aquadest tidak mengandung konsentrasi 100 mg/mL, dengan diameter
senyawa aktif yang berfungsi sebagai rata-rata zona hambat sebesar 6,86 mm.
antijamur sehingga tidak dapat Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
menghambat pertumbuhan Candida rimpang jeringau, maka semakin besar pula
albicans. Tidak adanya zona hambat yang zona hambat yang terbentuk. Perbedaan
terbentuk ini digunakan sebagai indikator zona hambat pada berbagai konsentrasi ini
pertumbuhan Candida albicans secara disebabkan karena adanya perbedaan
normal pada berbagai perlakuan. jumlah kandungan senyawa aktif pada
Sedangkan pada kelompok perlakuan masing-masing konsentrasi seperti
denan ketoconazole 50µg (kontrol positif) flavonoid, alkaloid, tanin,
menunjukan rata- rata diameter zona triterpenoid/steroid dan saponin(7). Dimana
hambat terbesar terhadap pertumbuhan zat-zat tersebut berfungsi sebagai antijamur
jamur Candida albicans yaitu sebesar 38,78 dengan mekanisme yang berbeda-beda.
mm. Hasil rata-rata pengukuran zona Golongan senyawa flavonoid yang terdapat
hambat dapat diklasifikasikan berdasarkan pada ekstrak etanol rimpang jeringau
efektifitasnya. Zona bening yang terbentuk memiliki aktivitas terhadap jamur diduga
disekitar lubang sumuran diukur dengan karena kemampuannya dalam membentuk
menggunakan jangka sorong. Hasil kompleks dengan protein ekstraselular dan
pengukuran zona hambat menunjukkan dinding sel jamur. Akibat terganggunya
ekstrak rimpang jeringau dengan dinding sel, sel tidak dapat menahan
konsentrasi 100 mg/mL, 200 mg/mL, 300 tekanan osmotik internal yang dapat
100
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 1(1) 96-103 Dwi Rizki Febrianti
issn cetak 2621-3184
issn online 2621-4032
mencapai 5 sampai 20 atm. Tekanan ini pertumbuhannya terhambat atau bahkan
cukup untuk memecah sel apabila dinding mati(10).
sel dirusak(8). Golongan senyawa yang ikut Mekanisme triterpenoid sebagai
berperan dalam menghambat pertumbuhan antijamur dan antibakteri sampai saat ini
jamur adalah alkaloid. Alkaloid memiliki belum diketahui secara pasti. Menurut
mekanisme penghambatan dengan cara cowan(9). mekanisme penghambatan dari
berikatan dengan DNA(9). Hal ini diduga senyawa golongan terpen diduga terlibat
karena alkaloid memiliki gugus basa yang dalam kerusakan membran oleh gugus
mengandung nitrogen. Gugus basa ini akan lopifilknya. Golongan senyawa saponin
bereaksi dengan senyawa asam yang ada bekerja dengan mengganggu stabilitas
pada jamur seperti DNA, yang merupakan membran sel jamur sehingga menyebabkan
penyusun utama inti sel. Dengan sel jamurilisis, sehingga mengganggu
terganggunya DNA maka sintesis protein permeabilitas membran sel jamur yang
dan asam nukleat dalam sel akan terganggu, menyebabkan keluarnya berbagai
yang berakibat terganggunya metabolisme komponen penting dari dalam sel jamur
sel sehingga mikroorganisme(11) dapat yaitu protein, asam nukleat, dan
dihambat pertumbuhannya atau mengalami nukleotida(2). Dengan kandungan senyawa
kematian. Golongan senyawa tanin tersebut secara keseluruhan diduga ekstrak
mempunyai sifat sebagai pengelat yang etanol rimpang jeringau dapat
diduga dapat mengkerutkan dinding sel mempengaruhi permeabilitas membran dan
atau membran sel sehingga mengganggu dinding sel jamur sehingga menyebabkan
permebilitas dinding sel itu sendiri. Akibat keluarnya asam protein dan asam nukleat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat dari sel jamur sehingga proses metabolisme
melakukan aktivitas hidup sehingga jamur terganggu yang akhirnya
menyebabkan sel tersebut mati.
101
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 1(1) 96-103 Dwi Rizki Febrianti
issn cetak 2621-3184
issn online 2621-4032
Terebentuk buih selama tidak kurang dari 10 menit dan setinggi
4 Saponin Positif
1-10 cm
5 Triterpenoid Positif Cincin berwarna merah
102
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 1(1) 96-103 Dwi Rizki Febrianti
issn cetak 2621-3184
issn online 2621-4032
3. Hasan, M.N., 2015, Pengaruh Ekstrak
Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.)
Dalam Beberapa Pelarut Organik Terhadap
Aktivitas Antioksidan Dan Antifungi
Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
4. Katno, S., 2008, Standarisasi Ekstrak
Etanol dan Eugenia Cumini, Jurnal Sains
Tekhnologi Farmasi, 11(2): 88-93.
5. Agoes, G., 2001, Optimasi Preparasi
Samoel Untuk Analisis Deltametrin Dalam
Kubis, Jurnal Universitas Airlangga, Vol.1
ISSN 2156-2320 Cit Handayani, A., 2010,
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
Serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak
Seabagai Antibakteri, Molekul, 11(1) Mei,
2016 : 101-111
6. Kumar, V., Singh, R., Joshi, V., 2014,
Antimicrobial Activity of Rhizome Extract
of Acorus calamus Against Different
Micro-Organism, Ocya Journal of
Biosciences, 2(1):59-63.
7. Prayitno, Y.H., 2015, Uji Aktivitas
Antifungal Ekstrak Methanol Mentah
Rimpang Jeringau Merah (Acorus Calamus
L.) Terhadap Pertumbuhan Malassezia
Furfur Secara In Vitro.
8. Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S.,
Morse, S.A., Mietzner, T.A., 2012, Jawetz,
Melnick Dan Adelbeng Mikrobiologi
Kedokteran Edisi 25, Diterjemahkan Dari
Bahasa Inggris Oleh Nugroho, A.W., Dkk,
Egc, Jakarta, Indonesia.
9. Cowan, M.M., 1999, Plant Product As
Antimicrobial Agents, Clinical
Mycrobiology Review, P. 564-582.
10. Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella
Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium Gujava L., Bioscientiae, 1(1):31-
38.
11. Aditya Maulana Perdana Putra, Rustifah
Rustifah, Muhammad Arsyad, 2015, Uji
Daya Hambat Ekstrak Etanol Rimpang
Temu Giring (Curcuma Hey Neana Val.)
Terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli
Secara In Vitro, Jurnal Ilmiah Manuntung,
Vol 1 No 1
103