Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Heat exchanger adalah alat perpindahan panas yang digunakan sebagai media
perpindahan panas yang terjadi karena perbedaan temperature dari dua fluida yang mengalir
dan tidak saling bercampur.
Perpindahan panas terjadi karena perbedaan temperatur dan aliran panas dari daerah
yang tinggi ke daerah yang rendah. Perpindahan panas mungkin dapat terjadi oleh satu atau
lebih dari mekanisme dasar dari perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
 Konduksi adalah proses perpindahan panas tanpa disertai perpindahan partikel bahan.
 Konveksi adalah proses perpindahan panas akibat adanya gerakan partikel-partikel
fluida yang melewati suatu permukaan.
 Radiasi adalah perpindahan panas karena adanya gelombang elektromagnetik.
Pada proses industri perpindahan panas diantara dua fluida secara umum dikerjakan
oleh alat perpindahan panas (heat exchangers). Pemindahan panas terjadi dari fluida panas ke
dinding tabung oleh konveksi, melalui dinding tabung atau plate dengan konduksi lalu dengan
konveksi ke fluida dingin.
(Geankoplis, transport Process & Unit Operation, hal 267)
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan energi yang bergerak antar molekul yang berdekatan.
Contohnya adalah perpindahan panas melalui dinding exchangers atau alat pendingin,
pengolahan besi ,dll. Proses perpindahan panas yang mengikuti aliran ini dapat dituliskan
persamaannya sebagai berikut :
∆ T drivingforce qx dT
qx = − = atau = − k
∆x resis tan ce A dx ……………….(1)
k
dimana : qx = rate perpindahan panas dalam arah x (watt)
A = luas penampang searah aliran panas (m2)
k = thermal conductivity bahan (W/m.K)
x = jarak perpindahan panas (m)
T = suhu (oK)

II-1
II-2

Bab II Tinjauan Pustaka

2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran dari
bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah kehilangan panas dari radiator
mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Perpindahan panas secara konveksi dapat
digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
a. Natural atau free convection, dimana pergerakan medium disebabkan oleh
adanya perbedaan densitas atau temperatur dari medium tersebut.
b. Forced convection, dimana pergerakan medium disebabkan oleh adanya
bantuan tenaga dari luar misalnya pengadukan.
Perpindahan panas secara konveksi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
q = hA (Tw −Tf ) …………………… (2)

dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)


Tw = suhu dinding yang berkontak dengan fluida (oK)
T = suhu fluida / rata-rata (oK)
A = luas area / dinding (m2)
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan energi melalui suatu ruangan karena adanya gelombang
elektromagnetik. Contohnya adalah pemindahan panas ke bumi, pemanasan fluida pada
koil dari tabung furnace, dll. Adapun langkah-langkah perpindahan panas secara radiasi
adalah sebagai berikut :
a. Energi panas dari source (misal T1) diubah menjadi gelombang radiasi
elektromagnetik.
b. Gelombang elektromagnetik bergerak melalui ruangan dalam garis lurus dan
mengenai benda dingin atau receiver (misal T2).
c. Gelombang elektromagnetik diserap oleh benda kedua dan diubah kembali menjadi
energi panas.
Perpindahan panas secara radiasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Q = σεAT 4
……………..(3)
dimana : σ = konstanta Boltzman = 5,676 x 10-8 W/m2..oK4
ε = emissivity (=1 untuk benda hitam)
A = luas permukaan benda

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-3

Bab II Tinjauan Pustaka


(Geankoplis, Transport Process & Unit Operation 2 nd, hal. 205-210 ,228)
Peralatan Perpindahan Panas
Peralatan perpindahan panas sangat dibutuhkan dalam berbagai proses industri.
Exchanger memanfaatkan panas antara dua aliran proses. Heater digunakan terutama untuk
memanaskan fluida proses dan steam buasanya dipergunakan sebagai pemanas karena panas
laten pengembunannya, meski dalam pengilangan minyak dipergunakan minyak panas yang
disirkulasikan. Cooler untuk mendinginkan fluida proses dimana air digunakan sebagai
medium pendingin utama. Condenser adalah cooler yang tujuan utamanya untuk
memanfaatkan panas laten menggantikan panas sensible. Reboiler adalah penyuplai panas
yang diperlukan pada proses distilasi sebagai panas laten. Evaporator berfungsi untuk
memekatkan larutan dengan menguapkan airnya. Dan jika yang diuapkan bukan air, maka
disebut vaporizer.
Dalam menangani alat-alat perpindahan panas tersebut diatas, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dan ditetapkan batasannya, yaitu:
1. Hal yang berkaitan dengan kemampuan alat untuk mengalihkan panas dari fluida
dingin lewat diding pipa/tube.
2. Hal yang berkaitan dengan penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing fluida
ketika mengalir melalui alat tersebut.
Suatu alat perpindahan panas dinilai mampu berfungsi dengan baik untuk penggunaan
tertentu, apabila memenuhi dua ketentuan berikut:
a. Mampu memindahkan panas sesuai dengan kebutuhan proses/operasi dalam keadaan
kotor (fouled).
b. Penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing aliran berada dalam batas-batas
yang diizinkan/ditentukan, yaitu:
• Untuk aliran uap dan gas : ∆p tidak melebihi 0.5 – 2 psi
• Untuk aliran liquida : ∆p tidak melebihi 5 – 10 psi

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-4

Bab II Tinjauan Pustaka

Heat exchanger memiliki dua buah aliran yaitu :


a. Arah aliran searah (co current)

Temperatur T1

T2
t2

t1

Length of Exchanger
Cold fluid in
(t1)

Hot fluid in Hot fluid out


(T1) (T2)

Cold fluid out


(t2)
Gambar 2.1.1 Arah aliran searah

b. Arah aliran berlawanan (counter current).

T1
Temperatur

t2

T2
t1

Length of Exchanger

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-5

Cold fluid in Bab II Tinjauan Pustaka


(t1)

Hot fluid in
(T1) Hot fluid out
(T2)

Cold fluid out (t2)

Gambar 2.1.2. Arah aliran berlawanan


(Kern, D.Q, “Process Heat Transfer”, 86)

Sedangkan tipe dari exchanger yang umum digunakan adalah :


• Shell and Tube Heat Exchanger
Merupakan jenis exchanger yang paling banyak digunakan pada industri,
karena luas permukaan perpindahan panasnya cukup besar, yakni lebih dari 100 – 130
ft2 dengan jenis aliran kontinyu. Alat ini terdiri dari sebuah shell yang didalamnya
berisi banyak tabung-tabung kecil yang sumbunya sejajar dengan sumbu shell.
Turbulensi pada bagian tube dapat ditingkatkan dengan mengatur banyak lewatan (n),
sedangkan turbulensi pada bagian shell diatur dengan pemasangan sejumlah baffle
tegak.
Dari sejumlah variasi tipe shell and tube, tiga contoh penting adalah
1. Fixed Tube Exchanger
Tipe ini lebih murah karena konstruksinya sederhana tetapi kebersihan
secara mekanis dari tube bagian luar tidak dapat dilakukan dan karenanya
dipergunakan untuk fluida lewat shell yang bersih.
2. U- Tube Exchanger
Tipe ini juga sederhana dan memungkinkan terjadinya perbedaan
dalam pemuaian antara tube dan shell. U- Tube Exchanger ini tidak mahal,
tetapi karena adanya bengkokan tube fluida yang memudahkan terbentuknya
endapan maka fluida yang kotor tidak boleh mengalir di dalam tabung dan
tabungnya jarang bias diganti.
3. Floating Head Exchanger

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-6

Bab II Tinjauan Pustaka


Kebanyakan shell and tube exchanger yang fleksibel dirancang dimana
satu ujung dari ikatan tabung adalah tutup terapung yang dapat bergerak bebas
didalam shell, ini dikerjakan dengan menggunakan sliding seal diantara ikatan
tabung dan shell (tipe packed tube shell) atau mengikatkan tutup pemisah bagian
dalam terhadap tutup terapung (digunalkan claimp ring atau tutup baut). Packed
unit digunakan untuk pelayanan dimana bahan yang korosi, beracun pada suhu dan
tekanan tinggi mengalir dibagian tabung dan fluida yang tidak berbahaya (seperti
air) mengalir dibagian sheel. Tutup yang diklem/dibaut digunakan untuk
pelayanan fluida yang korosi/beracun mengalir pada bagian shell dan bagian
tabung. Keunggulannya dapat dibersihkan dan diperbaiki di bagian dalam dan luar
dengan kerusakan kecil. Tipe floating head banyak digunakan dalam industri
proses dan industri minyak (petroleum).
Heat Exchanger jenis ini memiliki dua jenis yaitu single pass exchanger
dan paralel counter flow heat exchanger.

Gambar 2.1.3 Cross flow heat exchanger


(Geankoplis, C.J, “Transport processes and unit operations”, 263-264)
• Double Pipe Heat Exchanger
Merupakan jenis exchanger yang sederhana. Double pipe exchanger pada dasarnya
terdiri dari dua buah pipa konsentrik, dimana satu fluida mengalir lewat pipa dalam
sedangkan fluida yang satu lagi mengalir lewat annulus antara pipa dalam dan pipa luar.
Fluida dapat mengalir secara searah (cocurrent) atau berlawanan (countercurrent). Panjang
efektif exchanger tipe ini biasanya 12, 15, dan 20 ft. Exchanger tipe ini mudah dibuat dari
bahan-bahan standart dan harganya relative murah.
(Geankoplis, C.J, “Transport processes and unit operations”, 263-264)
Heat Exchanger Tubes

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-7

Bab II Tinjauan Pustaka


Heat exchanger tube mengarah sebagai condenser tube. Outside diameter heat exchanger tube
secara actual outside diameter dalam inchi dengan toleransi yang sangat teliti. Heat exchanger
tube tersedia dalam berbagai logam yang meliputi baja, tembaga, alumunium, 70 – 30 copper
nikel. Ukuran tube umumnya menggunakan ¾ outside diameter dan I inchi OD.
Heat exchanger Shell
Shell dirancang dari steel pipa dengan nominal IPS diameter 12 inc (table 11 kern). Diatas 12
dan meliputi 24 inc. diameter outside actual dan nominal pipa diameter adalah sama. Standar
ketebalan dinding untuk shell dengan inside diameter dari 12 hingga 24 inc. secara sederhana
tipe exchanger shell dan tube adalah fixed atau stationary shell and tube exchanger
(Kern, D.Q, “Process Heat Transfer”, 128-129)
Individual Heat Transfer Koefisien.
Adalah koefisien perpindahan panas untuk menyatakan besarnya perpindahan panas
antara fluida yang mengalir dalam suatu permukaan dengan permukaan tersebut. Untuk
mencari besarnya individual heat transfer biasanya dipergunakan analisa dimensional dari
bilangan-bilangan tak berdimensi, antara lain :
1. Reynold Number (NRe)
GxD
NRe= µ ...................................... (4)

2. Nusselt Number ( NNu )

hD
NNu= ................................................. (5)
k
3. Prandtl Number (NPr)


NPr= k ........................................... (6)
Pada aliran turbulen, menurut penemuan empirik sieder dan Tate, yaitu Nusselt
number merupakan suatu fungsi dari Reynold number dan Prandtl number, sedangkan aliran
laminer dipergunakan faktor koreksi yang sama. Persamaan Sieder dan Tate untuk Nre < 2100
yaitu :
1
0 ,14
hi D  DG  cµ  D  3  µ 
=1,86 
  k  L  
  

........................................... (7)
k  µ     µw 

Sedangkan untuk Nre > 2100 maka persamaan Sieder dan Tate menjadi

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-8

Bab II Tinjauan Pustaka


0,8 1 0 ,14
hi D  DG   cµ  3  µ 
= 0,027 
 µ 
     
 ........................................... (8)
k    k   w µ 

Karena untuk perhitungan OHTC harus dipergunakan satu harga luas perpindahan
panas yang biasanya adalah permukaan luar pipa,maka individual heat transfer coeficient
aliran dalam pipa harus diubah dengan menggunakan persamaan :
Di
hio=hi ........................................... (9)
Do
(Kern, D.Q, “Process Heat Transfer”, 103-104)
Harga OHTC bersih dapat dihitung secara teoritis dari data-data variabel proses yang
diketahui dan dari neraca panas sepanjang heat exchanger.
Apabila dianggap fluida panas dialirkan melalui pipa dan fluida dingin melalui
annulus maka akan terjadi proses perpindahan panas melewati dinding pipa. Jika proses
dianggap steady state dan adiabatis, maka berlaku persamaan berikut :
QH = QC
(mcp)h (TH1 –TH0) = (mcp)c (TC0 –TC1) ........................................... (11)
(Geankoplis, C.J, “Transport processes and unit operations”, 268)
Pada aliran pasnas yang tidak steady, Q dapat diambil dari harga rata-rata panas yang
dilepaskan air panas dan panas yang diterima air dingin.
Sehingga overall heat coefficiemt pada keadaan bersih (Uc) yaitu
1 1 1
= + ........................................... (12)
U c hio ho

(Kern, D.Q, “Process Heat Transfer”, 106)


shell dan tube atau bundle cross flow area as
IDXCB
as =
PT X 144

di mana massa velocity :


W
GS =
as

Logarithmic Mean Temperature Difference ( LMTD )


Pada umumnya kedua fluida yang mengalir bervariasi tidak linear dengan temperatur
Pada setiap titik T-t antara kedua aliran berbeda sehingga LMTD diperlukan untuk
mempelajari T-t vs Q. Sehingga persamaan perpindahan panas menjadi
Q=UdxAxLMTD ........................................... (13)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-9

Bab II Tinjauan Pustaka


Di mana
untuk co current :
(T1 − t1 ) − (T2 − t 2 )
LMTD =
(T − t ) …………………. (14)
ln 1 1
(T2 − t 2 )
untuk counter current :
(T1 − t 2 ) − (T2 − t1 )
LMTD =
(T − t ) ………………… (15)
ln 1 2
(T2 − t1 )
(Kern, D.Q, “Process Heat Transfer”, 89)
Harga efisiensi
Menurut Dodge, efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara panas
yang diberikan dengan panas yang seharusnya dapat diberikan secara maksimum, atau dapat
didefinisikan sebagai berikut :
jumlah perpindaha n panas aktual
η=
jumlah perpindaha n panas ideal

Berdasarkan gambar II.1.1 dan II.1.2 , diperoleh effisiensi untuk heat exchanger :
a. Aliran Counter flow :
( T1 − T2 )
η= ( t1 − t 2 )
b. Aliran Counter Current :
Qh > Qc Qc > Qh
Qh m h Cp h ∆Th (T1 −T2 ) Qc mc Cp c ∆Tc ( t 2 − t1 )
Qc
= mc Cpc ∆t c ( t 2 − t1 ) Qh
= m h Cp h ∆t h (T1 −T2 )

mh . C p ; h . ∆Th ( T1 −T2 ) mc . C p ; c . ∆Tc ( t 2 −t1 )


η= η=
mc . C p ; c . ∆Tc ( T1 −t1 ) mh . C p ; h . ∆Th ( T1 −t1 )

c. Aliran Co-Current
Qh > Qc Qc > Qh
m h Cp h ∆Th (T1 −T2 ) Qc mc Cp c ∆Tc ( t 2 − t1 )
Qh
Qc
= mc Cpc ∆t c ( t 2 − t1 ) Qh
= m h Cp h ∆t h (T1 −T2 )

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-10

Bab II Tinjauan Pustaka


mh . C p ; h . ∆Th ( T1 −T2 )
η=
mc . C p ; c . ∆Tc ( T2 −t1 )

mc . C p ; c . ∆Tc ( t 2 −t1 )
η=
mh . C p ; h . ∆Th ( T1 −t 2 )

Neraca panas :
Qh = Qc
Wh Cph (T1 – T2) = Wc Cpc (t2 – t1)
Di mana :
Qh = panas yang dilepas oleh fluida panas, kJ/s
Qc = panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
Wh = laju alir fluida panas, kg/s
Wc = laju alir fluida dingin, kg/s
Cph = kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kgK
Cpc = kapasitas panas fluida dingin, kJ/kgK
Sedangkan besarnya panas di dalam double pipe exchanger dapat ditulis sebagai berikut :
Q = A UD ∆ TLMTD
Di mana :
A = luas perpindahan panas, m2
UD = overall heat transfer coefficient, kJ/sm2K
∆ TLMTD = logarithmic mean temperature difference, K

∆ TLMTD untuk counter current :


(T1 − t2) − (T2 − t1)
LMTD =
(T1 − t2)
ln
(T2 − t1)

∆ TLMTD untuk co current :


(T1 − t1) − (T2 − t2)
LMTD =
(T1 − t1)
ln
(T2 − t2)
(Kern, “Process Heat Transfer”, hal 85-89).
Fouling Factors.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


II-11

Bab II Tinjauan Pustaka


Koefisien overall dari perpindahan panas diperlukan untuk memperoleh kondisi proses
dapat diperoleh dari persamaan Fourier bila luas permukaan A diketahui dan Q dan ∆ t
dihitung dari proses. Lalu U = Q/A ∆ t. Abaikan resistennsi dinding pipa :
1 1 1
= Rio + Ro = +
U hio ho
hio ho
U =
hio + ho
Timbulnya kerak atau kotoran yang menempel pada pipa sehingga perpindahan panas tidak
lagi efektif adalah sebagai masalah dalam pengoperasian dalam double pipe heat exchanger.
Makin tebal kerak tersebut maka tahanan terhadap proses perpindahan panas makin besar
sehingga koefisien perpindahan panas menjadi kecil. Untuk menyatakan hal tersebut maka
secara matematis dapat ditulis :
1 1 1
= + Pipa dalam
Uc hio ho
hio . ho
Uc =
hio + ho Rdo hi
Rdi Pipa luar
hio
ho

Gambar II.3 Lokasi fouling factor dan koefisien perpindahan panas


1 1
= + Rd
Ud Uc
Rd = Rdi + Rdo
Di mana :
Uc = overall heat transfer coefficient dalam keadaan bersih, kJ/sm2K
Ud = overall heat transfer coefficient dalam keadaan kotor, kJ/sm2K
Rd = factor kekotoran gabungan, sm2K/kJ
Faktor Koreksi
Dalam aliran laminer pada kecepatan rendah di dalam suatu pipa, konveksi alamiah
dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga persamaan di atas perlu dimodifikasi. Karena
Eagle dan Fergusson menurunkan persamaan di atas untuk alliran turbulen, maka untuk aliran
laminer perlu diberi suatu faktor koreksi, antara lain :
2.25 x (1+0.01NGR 1/3)
φ=
log NRE
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
II-12

Bab II Tinjauan Pustaka

D3 . ρ 2 . β . (Tav – tav)
NGR =
µ
(Kern, “Process Heat Transfer”, hal 103-106)
Efek dari deposit dan fouling biasanya diperhatikan dalam design dengan
menambahkan resistance dari fouling pada inside dan outside tube ke dalam persamaan :
1
Ui =
1
+
1
+
( ro − ri ) Ai
+
Ai
+
Ai ………………. (6)
hi hdi kiAAlm Aoho Aohdo
Di mana : hdi = fouling factor untuk inside tube (W/m2.K)
hdo = fouling factor untuk outside tube (W/m2.K)
1
Uo =
Ao
+
( r o − r i ) Ao + 1 …………………… (7)
Aihi kAAAlm ho
Untuk aliran laminar fluida di dalam tube atau pipa horizontal, persamaan Sieder dan Tate
(S1) bisa digunakan untuk NRe < 2100 :
1 0.14
haD   D  3  µb 
( NNu ) a = =1.86  N Re N Pr   
 µw 
 ……………. (8)
k   L   

Di mana : D = diameter pipa (m)


L = panjang pipa sebelum terjadi mixing dalam pipa (m),
µ b = viscosity fluida pada bulk average temperatur (pa.s)
µ w = viscosity pada wall temperatur
cp = heat capacity (W/m2)
k = thermal conductivity (W/m.K)
ha = average heat transfer coefficient (W/m2.K)
NNu = dimensionless Nusselt Number
(Geankoplis, transport Process & Unit Operation 2nd, hal 2270-275)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

Anda mungkin juga menyukai