TINJAUAN PUSTAKA
II-1
II-2
2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran dari
bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah kehilangan panas dari radiator
mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Perpindahan panas secara konveksi dapat
digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
a. Natural atau free convection, dimana pergerakan medium disebabkan oleh
adanya perbedaan densitas atau temperatur dari medium tersebut.
b. Forced convection, dimana pergerakan medium disebabkan oleh adanya
bantuan tenaga dari luar misalnya pengadukan.
Perpindahan panas secara konveksi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
q = hA (Tw −Tf ) …………………… (2)
Temperatur T1
T2
t2
t1
Length of Exchanger
Cold fluid in
(t1)
T1
Temperatur
t2
T2
t1
Length of Exchanger
Hot fluid in
(T1) Hot fluid out
(T2)
hD
NNu= ................................................. (5)
k
3. Prandtl Number (NPr)
cµ
NPr= k ........................................... (6)
Pada aliran turbulen, menurut penemuan empirik sieder dan Tate, yaitu Nusselt
number merupakan suatu fungsi dari Reynold number dan Prandtl number, sedangkan aliran
laminer dipergunakan faktor koreksi yang sama. Persamaan Sieder dan Tate untuk Nre < 2100
yaitu :
1
0 ,14
hi D DG cµ D 3 µ
=1,86
k L
........................................... (7)
k µ µw
Sedangkan untuk Nre > 2100 maka persamaan Sieder dan Tate menjadi
Karena untuk perhitungan OHTC harus dipergunakan satu harga luas perpindahan
panas yang biasanya adalah permukaan luar pipa,maka individual heat transfer coeficient
aliran dalam pipa harus diubah dengan menggunakan persamaan :
Di
hio=hi ........................................... (9)
Do
(Kern, D.Q, “Process Heat Transfer”, 103-104)
Harga OHTC bersih dapat dihitung secara teoritis dari data-data variabel proses yang
diketahui dan dari neraca panas sepanjang heat exchanger.
Apabila dianggap fluida panas dialirkan melalui pipa dan fluida dingin melalui
annulus maka akan terjadi proses perpindahan panas melewati dinding pipa. Jika proses
dianggap steady state dan adiabatis, maka berlaku persamaan berikut :
QH = QC
(mcp)h (TH1 –TH0) = (mcp)c (TC0 –TC1) ........................................... (11)
(Geankoplis, C.J, “Transport processes and unit operations”, 268)
Pada aliran pasnas yang tidak steady, Q dapat diambil dari harga rata-rata panas yang
dilepaskan air panas dan panas yang diterima air dingin.
Sehingga overall heat coefficiemt pada keadaan bersih (Uc) yaitu
1 1 1
= + ........................................... (12)
U c hio ho
Berdasarkan gambar II.1.1 dan II.1.2 , diperoleh effisiensi untuk heat exchanger :
a. Aliran Counter flow :
( T1 − T2 )
η= ( t1 − t 2 )
b. Aliran Counter Current :
Qh > Qc Qc > Qh
Qh m h Cp h ∆Th (T1 −T2 ) Qc mc Cp c ∆Tc ( t 2 − t1 )
Qc
= mc Cpc ∆t c ( t 2 − t1 ) Qh
= m h Cp h ∆t h (T1 −T2 )
c. Aliran Co-Current
Qh > Qc Qc > Qh
m h Cp h ∆Th (T1 −T2 ) Qc mc Cp c ∆Tc ( t 2 − t1 )
Qh
Qc
= mc Cpc ∆t c ( t 2 − t1 ) Qh
= m h Cp h ∆t h (T1 −T2 )
mc . C p ; c . ∆Tc ( t 2 −t1 )
η=
mh . C p ; h . ∆Th ( T1 −t 2 )
Neraca panas :
Qh = Qc
Wh Cph (T1 – T2) = Wc Cpc (t2 – t1)
Di mana :
Qh = panas yang dilepas oleh fluida panas, kJ/s
Qc = panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
Wh = laju alir fluida panas, kg/s
Wc = laju alir fluida dingin, kg/s
Cph = kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kgK
Cpc = kapasitas panas fluida dingin, kJ/kgK
Sedangkan besarnya panas di dalam double pipe exchanger dapat ditulis sebagai berikut :
Q = A UD ∆ TLMTD
Di mana :
A = luas perpindahan panas, m2
UD = overall heat transfer coefficient, kJ/sm2K
∆ TLMTD = logarithmic mean temperature difference, K
D3 . ρ 2 . β . (Tav – tav)
NGR =
µ
(Kern, “Process Heat Transfer”, hal 103-106)
Efek dari deposit dan fouling biasanya diperhatikan dalam design dengan
menambahkan resistance dari fouling pada inside dan outside tube ke dalam persamaan :
1
Ui =
1
+
1
+
( ro − ri ) Ai
+
Ai
+
Ai ………………. (6)
hi hdi kiAAlm Aoho Aohdo
Di mana : hdi = fouling factor untuk inside tube (W/m2.K)
hdo = fouling factor untuk outside tube (W/m2.K)
1
Uo =
Ao
+
( r o − r i ) Ao + 1 …………………… (7)
Aihi kAAAlm ho
Untuk aliran laminar fluida di dalam tube atau pipa horizontal, persamaan Sieder dan Tate
(S1) bisa digunakan untuk NRe < 2100 :
1 0.14
haD D 3 µb
( NNu ) a = =1.86 N Re N Pr
µw
……………. (8)
k L