“PERSAMAAN SCHRODINGER”
Disususun Oleh:
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat:
1. Memahami bentuk persamaan Schrodinger untuk beberapa potensial 1 dimensi.
2. Mengetahui kuantitasi energi pertikel dalam potensial kotak 1 dimensi?
BAB II
PEMBAHASAN
(1)
Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaanya menjadi
−ħ ² ∂ ² Ψ ( x)
= EΨ(x) (2)
2m ∂x ²
atau
∂ ² Ψ ( x) 2m
= EΨ(x) (3)
∂x ² ħ²
atau
∂ ² Ψ ( x) 2mE
+ Ψ(x) = 0 (4)
∂x ² ħ²
karena :
2mE ħ² k ²
k ²=¿+ atau E= (5)
ħ² 2m
Dengan demikian diperoleh :
∂ ² Ψ (x)
=−k ² Ψ (x) (6)
∂x ²
∂ ² Ψ (x) 2
+k Ψ ( x ) =0 (7)
∂x ²
Persamaan (8) adalah bentuk umum dari persamaan differensial biasa
berorde dua, dengan k² adalah positif, dimana Ψ(x) merupakan kuantitas
kompleks yang memiliki bagian real (nyata) dan bagian imajiner, maka :
∂ ² Ψ (x) 2
+k Ψ ( x ) =0 (8)
∂x ²
Maka didapatkan
Ψ(x) = A sinkx + B cos kx (9)
Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel yang
diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum, bahwa energinya
tidak terkuantitas). Sedangkan penentuan nilai A dan B mengalami beberapa
kesulitan, karena integral normalisasi tidak dapat dihitung dari -∞ hingga +∞,
bagi fungsi gelombang itu.
k=
√ 2 mEn (12)
h
sesuai dengan persamaan gelombang maka :
Ψ(x) = A sin kx + B cos kx (13)
Pemecahan ini belum lengkap, karena belum ditentukan nila A dan B, juga
belum menghitung nilai energy E yang diperkenankan. Untuk menghitungnya,
akan diterapkan persyaratan bahwa Ψ(x) harus kontinu pada setiap batas dua
bagian ruang. Dalam hal ini akan dibuat syarat bahwa pemecahan untuk x
¿ 0 dan x >0 bernilai sama di x = 0. Begitu pula pemecahan untuk x ¿ L dan x < L
haruslah bernilai sama di x = L. jika x =0, untuk x ¿ 0 jadi harus mengambil
Ψ(x) = 0 pada x = 0.
Ψ(0) = A sin 0 + B cos 0
Ψ(0) = 0 + B.1 = 0 (14)
Jadi, didapat B = 0. Karena Ψ = 0 untuk x ¿ L , maka haruslah berlaku
Ψ(L) = 0,
Ψ(L) = A sin kL + B cos kL = 0 (15)
Karena telah didapatkan bahwa B = 0, maka haruslah berlaku:
A sin kL = 0 (16)
Disini ada dua pemecahan yaitu A = 0, yang memberikan Ψ(x) = 0 dan
Ψ²(x) = 0, yang berarti bahwa dalam sumur tidak terdapat partikel (Pemecahan
tidak masuk akal) atau sin kL = 0, maka yang benar jika:
kL = π ,2 π .3 π , … . n=1,2,3 … . (17)
dengan :
k=
√ 2 mEn = nπ (18)
h L
dari persamaan (17) dan persamaan (18) diperoleh bahwa energy partikel
mempunyai harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini membentuk
tingkat energisitas yaitu:
n²π ²ħ ²
En = (19)
2mL ²
Dimana enrgi yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born dimana
pada energy Born menyatakan enrgi tingkat atomik sedangkan tingkat energy
pada persamaan Schrodinger menyatakan tingkat energi untuk elektron.
Fungsi gelombang sebuah partikel di dalam sumur yang berenergi En
ialah:
Ψn = A sin
√2 mEn x (20)
ħ
Untuk memudahkan E1 = ħ²π ²/2 mL ², yang mana tampak bahwa unit
energy ini ditentukan oleh massa partikel dan lebar sumur. Maka E = n²E1 dan
seterusnya. Karena dalam kasus ini energy yang diperoleh hanya laju tertentu
yang diperkenenkan dimiliki partikel. Ini sangat berbeda dengan kaasus klasik,
misalnya manic-manik (yang meluncur tanpa gesekan sepanjang kawat dan
menumbuk kedua dinding secara elastik) dapat diberi sembarang kecepatan
awal dan akan bergerak selamanya, bolak-balik, dengan laju tersebut.
Dalam kasus kuantum, hal ini tidaklah mungkin, karena hanya laju awal
tertentu yang dapat memberikan keadaan gerak tetap, keadaan gerak khusus ini
disebut keadaan stasioner (disebut keadaan “stasioner” karena ketergantungan
pada waktu yang dilibatkan untuk membuat Ψ(x,t), |Ψ ( x , t )|² tidak bergantung
waktu). Hasil pengukuran energy sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial
harus berada pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah
mungkin. Pemecahan bagi Ψ(x) belum lengkap, karena belum ditentukan
tetapan A. untuk menentukannya, ditinjau kembali persyaratan normalisasi,
+∞
yaitu ∫ |Ψ (x)|² dx=1. karena Ψ(x) = 0
−∞
Dalam gambar (2) dan (3) akan dilukiskan berbagai tingkat energi, fungsi
gelombang dan rapat probalitas |Ψ | ² yang mungkin untuk beberapa keadaan
terendah. Keadaan energy terendah, yaitu pada n=1, dikenal sebagai keadaan
dasar dan keadaan dengan energy yang lebih tinggi (n¿ 1 ¿ dikenal sebagai
keadaan aksitasi.
Gambar 2 tingkat energi dalam sumur secara konstan
A dab B adalah dua tetapan yang dapat ditentukan dari syarat normalisasi
dan kekontinuan. Sebagai contoh, tinjau potensial tangga yang di perlihatkan
pada Gambar 5
V0
X=0
V ( x )=0 x <0
¿V0 x≥0
Jika E adalah energy total dan lebih besar dari pada V0, maka kita dengan
mudah dapat menuliskan pemecahan persamaan Schrödinger dalam kedua
daerah ini sebagai berikut :
2m
ψ 0 ( x ) =A sin k 0 x + B cos k 0 x k 0=
√ ħ2
x <0(24.a)
2m
ψ 1 ( x )= A sin k 1 x + B cos k 1 x k 1 =
√ ħ2
( E−V 0 ) x >0(24.b)
batas kedua daerah, jadiψ 0 (0)=ψ 1 (0), ψ '0 (0)=ψ '1(0). Pemecahan hanya
disketsakan pada gambar 5.12. Perhatikan bahwa penerapan syarat kekontinuan
menjamin peralihan mulus dari Gelombang yang satu ke yang lain pada titik
batas.
Sekali lagi, kita dapat menggunakan persamaan e iθ =cos θ+i sin θ untuk
mentransformasikan kedua pemecahan ini dari bentuk sinus dan kosinus ke
dalam bentuk kompleks, yakni :
ψ 0 ( x ) =A ' e i k x + B ' e−i k x
0 0
x <0 (25a)
|B '|2/| A '|2 memberikan fraksi intensitas Gelombang datang. Dalam daerah x >0,
Gelombang dengan intensitas |D '|2 yang bergerak dalam arah negative x tidak
dapat hadir jika partikel – partikelnya kita tembakan dari sebelah kiri, jadi untuk
situasi percobaan istimewa ini, kita dapat mengambil D’ sama dengan nol.
Dengan demikian intensitas Gelombang transmisi ini adalah |C ' |2.
Kita dapat menganalisis semua pemecahan di atas dari sudut pandang
energy kinetic. Pada daerah dimana energy kinetic partikel adalah terbesar,
momentum linear p= √ 2 mK atau pula menjadi yang terbesar, dan panjang
Gelombang deBroglie λ=h/ p akan menjadi yang terkecil. Jadi, panjang
Gelombang deBroglie dalam daerah x >0 lebih kecil dari pada yang di dalam
daerah x <0.
Apabila E lebih kecil dari pada V0, maka kita peroleh pemecahn berbeda :
ψ ( x ) =A e kx + B e−kx (26)
Dimana
2m
k=
√ ħ2
( V 0 −E ) (27)
Jika daerah pemecaan ini meliputi dari +∞ atau -∞, kita harus menjaga
agar ψ tidak menjadi takhingga dengan menggambil A atau B sama dengan nol,
jika daerahnya hanya mencakup koordinat x yang berhingga, hal ini tidak perlu
dilakukan.
Sebagai salah satu contohnya, jika dalam soal sebelumnya, E lebih kecil
dari pada V0, maka pemecahan bagi ψ 0 akan tetap, tetapi pemecahan ψ 1
menjadi
2m
ψ 1 ( x )=C e k x + D e−k
1 1 x
k 1=
√ ħ2
( V 0−E ) (28)
1 1 ħ
Δ x= = (29)
2 k 1 2 √ 2 m(v 0 −E)
Ψ1
λ=2 L
Ψ =0 disetiap tempat dalam kotak itu, ini berarti kerapatan peluang |Ψ|2=0
yang berarti partikel tidak terdapat dalam kotak itu. Eksklusi (peniadaan) E=0 sebagai
harga yang diijinkan untuk energi partikel yang terperangkap, seperti juga
pembatasan energi E menjadi sekelompok harga yang diskrit merupakan suatu hasil
yang tidak kita dapatkan dalam mekanika klasik : di sini setiap energi termasuk nol di
izinkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berikut persamaan Schrodinger untuk beberapa potensial 1 dimensi:
a. Potensial nol (partikel bebas);
b. Partikel dalam sumur potensial;
c. Pertikel dalam sumuran (dinding pembatas);
d. Potensial tangga;
e. Potensial halang.