Anda di halaman 1dari 5

‫علم النحو‬

Pengertian Ilmu Nahwu Menurut Bahasa

Kata al-nahwu ( ُ‫ )ال َّنحْ و‬merupakan bentuk maṣdar dari naḥā (‫ )نحا‬yang memiliki beberapa makna.
Makna utamanya adalah :

 ْ yang berarti arah, maksud, dan tujuan. Contoh :


 al-qaṣd (‫)ال َقصْ ُد‬

َ ‫ َن َحا ال َّش ْخصُ إِلَى الس ُّْو ِق أَيْ َق‬/ ‫َن َحا ال َّش ْخصُ َنحْ َو الس ُّْو ِق‬
‫ص َدهُ َو َما َل إِلَ ْي ِه‬

“seseorang (sengaja/ bermaksud) mengarah/menuju ke pasar”.

 َّ
ُ ‫)الط ِري‬,
Al-ṭarīq (‫ْق‬ yang berarti jalan dan metode. Contoh:

‫الدَّعْ َو ِة‬ ‫ َنحْ ِو‬ ‫ا ْن َت َش َر اإْل ِسْ اَل ُم َعلَى‬

“Islam itu menyebar melalui metode dakwah .”

 ْ yang berarti sisi. Contoh:


Al-jihah (‫)ال ِج َه ُة‬

ِ ‫ ْال َي ِمي‬ ‫ َنحْ َو‬  ُ‫أَ ْذ َهب‬


‫ْن‬

“Aku pergi ke sisi kanan.”

 Al-miṡl (ُ‫ )الم ِْثل‬dan al-syibh (ُ‫)ال ِّش ْبه‬, yang berarti permisalan, percontohan, dan
perumpamaan. Contoh:

‫اأْل َ َس ِد‬  ُ‫ َنحْ و‬ ‫ُع َم ُر‬

“Umar itu bagaikan singa (baca: Umar itu pemberani).”

 ْ yang berarti sekitar, kira-kira, dan sekeliling. Contoh:


Al-miqdār (‫)ال ِم ْقدَا ُر‬,

ِ ‫السَّا َع ِة الس‬ ‫ َنحْ َو‬  ُ‫ض َر ْال ُم َدرِّ س‬


‫َّاب َع ِة‬ َ ‫َح‬

“Guru itu datang sekitar pukul tujuh.”


Pengertian Ilmu Nahwu Menurut Istilah

Ilmu nahwu disebut juga ilmu i’rāb. Para pakar nahwu berbeda pendapat dalam mendefinisikan
ilmu ini. Namun, secara umum, terminologi nahwu adalah:

َ ‫عِ ْل ٌم ِبأُص ُْو ٍل ُت‬


‫عرفُ ِب َها أَحْ َوا ُل أَ َواخ ِِر ْال َكل ِِم إِعْ َرابًا َو ِب َنا ًء‬

“Ilmu tentang prinsip-prinsip yang menjelaskan keadaan atau status harakat akhir kata, dari
segi i’rāb dan binā’.”

I’rāb adalah perubahan bentuk atau bunyi harakat pada akhir kata. Sedangkan binā’ adalah
kebalikan I’rāb, yaitu kondisi tetap sebuah kata. Untuk penjelasan lebih mendetail akan
dipaparkan di artikel berikutnya.

Para ahli menetapkan bahwa yang meletakkan gagasan awal dan dasar-dasar serta metodologi
ilmu nahwu adalah sahabat Ali bin Abi Thalib. Selanjutnya, pekerjaan tersebut dilanjutkan oleh
muridnya yang bernama Abul Aswad Ad du’aliy.

Tujuan utama penyusunan ilmu nahwu ialah agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga sehingga
Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari kesalahan. Di sisi lain, ilmu nahwu juga bisa dipakai
sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an (‫)إعجاز القرآن‬.

Diriwayatkan, suatu malam Abū al-Aswad al-Du’ali dan anak perempuannya berjalan bersama.
Pemandangan langit malam yang dipenuhi bintang itu pun membuat putrinya terkesima dan
memandangi langit. Lalu putrinya berujar:

‫َما أَحْ َسنُ ال َّس َما ِء‬

Abū al-Aswad yang mendengar ucapan anaknya tersebut lantas menjawab:

‫ ُنج ُْو ُم َها‬،‫َيا ُب َنيَّة‬

“Bintang-bintangnya, putriku.”

Putrinya lantas berkata: “Aku hanya bermaksud untuk ta’ajjub.”


Ta’ajjub adalah ungkapan yang digunakan untuk mengekspresikan rasa kagum (takjub)
terhadap sesuatu. Kata ‘takjub’ dalam bahasa Indonesia diserap dan dibakukan dari kata
‘ta’ajjub’.

Maka Abū al-Aswad al-Du’ali pun mengoreksi putrinya:

ِ‫قُ ْولِيْ " َما أَحْ َس َن ال َّس َما َء" َوا ْف َتحِيْ َفاك‬

“Katakanlah: ‘mā aḥsana al-samā’' dan buka mulutmu.”

Ungkapan ‘mā aḥsana al-samā’’ (dengan huruf nun berharakat fatḥah) bermakna ‘betapa


indahnya langit itu!’. Sedangkan ‘mā aḥsanu al-samā’’ (dengan huruf nun
berharakat ḍammah) bermakna ‘apa yang paling indah di langit?’.
BAB I

‫الكالم‬

AL- KALAAM

‫الكالم هو اللفظ المر ّكب المفيد بالوضع‬

Al-kalaamu huwa al-lafdhu al-murakkabu aal-mufiidu bilwadl’i

Beberapa pembahasan:

1. Al-kalam
Maksudnya adalah al-kalam menurut ahli nahwu, karena huruf al pada kata al-kalaam,
bisa jadi ganti dari mudlof ilaih atau bisa juga al ‘ahdidz-dzihni. Jika ia ganti dari mudlof
ilaih, bisa jadi mudlof ilaihnya berupa isim dlomir, takdirnya: kalaamuna atau berupa
isim dhohir, takdirnya: kalaamun-nahwiyiin. Jika ia ganti dari al-‘ahdidz-dzihni,
maksudnya bahwa ia adalah kalaam yang sudah dipahami bersama, yaitu kalaam
menurut ahli nahwu, karena yang dibahas di sini adalah tentang Ilmu Nahwu.

2. Al-lafdhu
a. Arti bahasa:
Suara yang keluar dari mulut
b. Arti istilah:
Suara yang keluar dari mulut dan tersusun dari huruf hijaiyah, yang mempunyai arti,
baik sungguh-sungguh terucap atau dikira-kira. Contoh yang terucap, semisal lafadh
“zaidun” dan yang dikira-kira, contohnya berupa isim dhomir mustatir.
c. Batasannya:
Dengan kata al-lafdhu, maka terbatasi segala sesuatu yang difahami berdasarkan
tulisan ataupun isyarat, karena informasi yang bukan dari suara dalam bahasa arab
disebut ad-dawal.

3. Al-murakkab
a. Arti bahasa:
Menempatkan sesuatu diatas sesuatu yang lain
b. Arti istilah:
Susunan 2 kalimat, yang satu menjadi Musnad dan yang lain menjadi Musnad Ilaih.
Pada Jumlah Ismiyah, Musnad berupa Khobar dan Musnad Ilaihnya berupa
Mubtada’, sedang pada Jumlah Fi’liyah, Musnad berupa Fi’il dan Musnad Ilaihnya
berupa Fa’il atau Naibul Fa’il.
c. Batasannya:
Dengan kata al- murokkab, maka terbatasi satu kata, karena satu kata saja tanpa
susunan disebut dengan kalimah.

4. Al- mufiid
a. Arti bahasa:
Bisa difahami
b. Arti istilah:
Berupa kalimat yang sempurna, minimal dua kata. Jika ada Fi’il maka ada Fa’ilnya.
Dan jika ada Mubtada’ maka ada khobarnya. Dan jika ada Syarat maka ada
Jawabnya.
c. Batasannya :
Dengan kata al- mufid, maka terbatasi semua kalimat yang tidak sempurna, tidak
bisa difahami, meskipun berupa susunan kalimat.

5. Al- Wadl’
a. Arti bahasa:
Meletakkan sesuatu pada tempatnya
b. Arti istilah:
Kalimat yang diucapkan sesuai kaidah bahasa arab dan dengan disengaja.
c. Batasannya :
Dengan kata al- wadl’, maka terbatasi semua kalimat yang tidak sesuai dengan
kaidah bahasa arab atau yang diucapkan oleh orang gila atau orang yang sedang
tidur. ( syarh al- ajurumiyah lil asmari )

Jadi Al- kalaam ( kalimat ) adalah lafadh ( kata ) yang disusun dengan sengaja dan berdasarkan
kaidah Bahasa ( Arab ) sehingga bisa difahami oleh pendengarnya. Contoh :

- Kata ( ‫ ) الكلمة‬: ‫ إلى‬, ‫ مِن‬, ‫ ذهب‬, ‫ قام‬, ‫ المدرسة‬, ‫ ماهر‬, ‫ الطالب‬, ‫مح ّمد‬

- Kalimat ( ‫ ) الكالم‬:

‫ مح ّمد ماهر‬,

‫ الطالب قام‬,

‫ذهب مح ّمد إلى المدرسة‬

Anda mungkin juga menyukai