Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KOMPONEN, TAHAP-TAHAPAN KONSELING”

Tugas Mata Kuliah : Teknik Laboratorium Bimbingan dan Konseling


Dosen Pengampuh: ALI DAUD HASIBUAN, M,Pd

DISUSUN OLEH :
Wildan Hafiz Harahap (33153093)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Umum dan Psikologi Perkembangan................................... 2


B. Pengaplikasian Psikologi Umum dan Psikologi Perkembangan dalam
Pendidikan Islam........................................................................................................ 4
C. Psikologi Umum dan Psikologi Perkembangan Dalam Kehidupan Sehari-hari.. 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENUTUP

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian. Oleh karena itu, saling
membantu merupakan satu hal yang mutlak dalam kehidupan manusia. Proses seorang individu
membantu individu lain dalam mengenali dirinya, dunianya, dan memecahkan masalah pada
dirinya disebut sebagai proses konseling.
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat secara
langsung maupun tidak. Bimbingan dan konseling memberikan sebuah upaya untuk mereka agar
dapat memecahkan masalah yang dihadapi, melalui cara pengembangan potensi ataupun cara
lainnya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling pada dasarnya merupakan pekerjaan profesional
khususnya dalam pelaksanaan konseling individu. Dalam konseling individu konseli diharapkan
dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat
sekitarnya. Konseling individu/perorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan
oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi
Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa ragam pendekatan dan teknik antara
konselor dengan klien. Pendekatan dan teknik inilah yang dapat terlihat lebih membantu
bimbingan konseling tersebut dalam upaya memecahkan masalah-masalah kliennya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komponen dan tahap-tahapan konseling

C. Tujuan
1. Mengetahui komponen dan tahap-tahapan konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN

KOMPONEN DAN TAHAP-TAHAP KONSELING


Konseling pada dasarnya adalah kegiatan wawancara, tidak seperti wawancara biasa.
Dalam wawancara pokok pembicaraan ditentukan oleh pewawancara dalam konseling pokok
pembicaraan ditentukan oleh klien dalam konseling pusat pembicaraan adalah klien, tentara itu
dalam wawancara biasa pusat pembicaraan dapat berpindah-pindah.
Hubungan antara konselor dengan klien merupakan bagian yang menentukan
kelancaran dan kesuksesan penyelenggaraan konseling. Apabila konselor tidak mampu
menciptakan hubungan yang baik dengan kliennya akan sukar mencapai keberhasilan konseling.

A. Komponen Pokok Dalam Wawancara Awal Konseling


Temuan pertama konseling merupakan hal yang sangat penting yang dapat dipakai
sebagai acuan untuk menentukan berhasil tidaknya pertemuan konseling berikutnya jika klien
merasa yakin bahwa ia telah datang pada tempat yang benar tempat dimana disana dapat
ditunjukkan bahwa ia mendapatkan bantuan, peduli terhadap usaha-usaha jika dirinya, dan di
sana dia merasakan bahwa ia dapat mengembangkan dirinya, maka dapat dipastikan bahwa ia
akan mau melanjutkan pertemuan-pertemuan konseling berikutnya.
Sebaliknya, bila dalam pertemuan pertama tersebut klien merasa tidak senang, tidak
mendapatkan apa-apa dalam peningkatan pengembangan dirinya maka dapat dipastikan pula
bahwa ia akan mengulangi pertemuan tersebut.
Menurut shetzer dan stone, ada 15 komponen vital yang perlu diperhatikan konselor
sewaktu saat menyelenggarakan pertemuan pertama dengan klien, yaitu:

1. Membuka Wawancara
Disadari bahwa suatu hubungan konseling dibentuk pertama kali melalui komunikasi
verbal atau nonverbal. Konselor hendaknya dapat menyampaikan bahasa yang baik didengar
klien serta dapat menunjukkan sikap yang memberikan kesan bahwa ia bersedia bersedia
menerima klien.

2. Mengetahui alasan kedatangan klien

2
Ada sejumlah alasan mengapa klien mendatangi konselor. Sebagian memang ingin
betul-betul mengharapkan bantuan dan mau bekerja keras dalam hubungan tersebut. Mereka
umumnya datang ke dalam pertemuan konseling itu secara sukarela, namun sebagian lagi ada
yang datang tidak secara sukarela karena mereka dikirim oleh Lembaga atau seseorang misalnya
guru.
Dalam kaitan dengan kedatangan klien itu konselor hendaknya menjajaki alasan
keberadaan klien dalam pertemuan tersebut. Dengan mengetahui alasan kedatangan klien,
konselor dapat menentukan langkah-langkah yang tepat untuk memulai hubungan konseling,
yaitu melakukan penstrukturan konseling. Misalnya terhadap pelayan yang datang tidak dengan
sukarela konselor dapat menjelaskan terlebih dahulu hakikat sifat serta tujuan dari konseling
yang akan dijalaninya itu sehingga pada akhirnya clean itu betul-betul sukarela di dalam
pertemuan konseling.

3. Mengungkapkan pengalaman klien tentang konseling


Konselor perlu juga mengetahui bagaimana pengalaman klien tentang konseling
sebelumnya. Apakah ia pernah menjalani hubungan konseling sebelum ini? Kalau ya dengan
siapa, kapan, berapa kali dan bagaimana kesannya terhadap hubungan tersebut.

4. Mengetahui berbagai harapan klien


Bantulah juga perlu mengetahui harapan-harapan yang terkandung dalam diri klien
berkenaan dengan konseling yang akan dijalaninya. Dengan mengetahui harapan klien, konselor
dapat menyusun rencana konseling yang sesuai dengan harapan tersebut, atau kalau harapan
klien tersebut sangat berlebihan, konselor dapat meluruskan pandangan klien dengan
menjelaskan makna, sifat, dan tujuan yang akan dicapai nya dalam konseling, klien tidak akan
kecewa terhadap hasil akhir yang akan dicapai nya.

5. Menyampaikan pengertian konseling secara jelas


Erat kaitannya dengan harapan klien terhadap konseling, konselor hendaknya dapat
menyampaikan secara jelas kepada klien apa sebenarnya konseling tersebut. Kriteria yang dapat
dipakai dalam penyampaian makna konseling cara jelas itu antara lain adalah:
a. Terus terang (tidak ada yang ditutup-tutupi)
b. Mengandung harapan-harapan

3
c. Penjelasan atau proses-proses dapat dipraktekkan
d. Jelas apa yang akan dilakukan konselor dan bagaimana cara dia melakukannya
e. Jelas apa yang dikerjakan klien dan bagaimana ia melakukannya
f. Jelas tujuannya
g. Mengandung Penjelasan bahwa konseling itu adalah kerja bagi klien.
h. Dapat dicek Apakah klien memahaminya atau tidak Dan
i. Jelas Bagaimana menilai kemajuan klien

6. Menjelaskan sifat kerahasiaan


Konselor juga hendaknya dapat meyakinkan klien bahwa semua informasi yang
dikemukakannya dalam suasana konseling itu bersifat rahasia, artinya hanya konselor yang
berhak mengetahuinya.

7. Menemukan visi konseling yang bermanfaat


Konselor yang efektif akan selalu berusaha Apa yang dibahas dalam konseling betul-
betul berarti bagi kliennya. Beberapa hal yang penting dalam dunia klien adalah:
a. Pemanfaatan waktu klien
b. Orang lain yang berpengaruh bagi perkembangan dirinya
c. Masalah cinta
d. Kualitas hubungan sosialnya
e. Masalah kesehatannya
f. Karakteristik emosinya
g. Masalah pekerjaannya dan
h. Mengetahui kemampuan klien dalam bekerja

8. Memberi label terhadap perasaan


Dalam konseling konselor akan seringkali mendengar istilah istilah yang mengandung
perasaan klien. Agar klien menyadari perasaan apa yang sebenarnya yang dia rasakan konselor
perlu meminta klien untuk menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan istilah yang
diungkapkannya. Hal itu penting mengingat Adakalanya klien tidak mampu menggambarkan
secara persis kualitas dan intensitas perasaannya itu. Perlu juga dipahami bahwa sebagian besar
tujuan konseling berkaitan dengan pengenalan, pemahaman dan pengubahan perasaan klien.

4
9. Menetapkan struktur konseling
Pada setiap awal konseling, yang terampil berusaha membantu klien memahami struktur
konseling, beberapa lama ia akan memanfaatkannya dan agar pengguna waktu itu efektif, apa
saja Tujuan yang akan dicapainya, bagaimana cara pelaksanaannya, persyaratan apa saja yang
diperlukan untuk pencapaian tujuan konseling tersebut.

10. Memperkuat komitmen konseling


Konselor perlu memahami bahwa proses konseling akan berjalan dengan lancar bila
klien betul-betul melibatkan diri secara penuh dalam proses tersebut. Artinya klien harus
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap proses dan aktivitas dari konseling yang
dimaksudkan. Komitmen kalian akan diperoleh bila ia menyadari tujuan konseling itu adalah
untuk kepentingan peningkatan dirinya.

11. Bekerja dalam setting tujuan


Konselor yang efektif mengerti benar bahwa ada sejumlah Tujuan yang akan dicapai
klien dalam pertemuan konseling yang akan diikutinya. Karenanya proses konseling selalu
melibatkan perumusan tujuan, menyusun program atau langkah-langkah pencapaian tujuan,
melakukan monitoring terhadap kemajuan yang dicapai klien, memberikan penguatan,
melakukan evaluasi dan tindak lanjut.

12. Penyimpulan, telaah ulang dan evaluasi


Sebelum mengakhiri konseling, konselor yang efektif akan selalu melakukan telaah
ulang atau review terhadap berbagai langkah, teknik, prosedur, dan isi wawancaranya bersama
klien. Telaah telaah seperti itu bermanfaat bagi klien untuk memformulasikan gambaran
ringkasan isi konseling, juga dapat dipakai sebagai bahan evaluasi dan tindak lanjut oleh
konselor.

13. Memanfaatkan tugas rumah yang bersifat psikologis


Yang efektif juga dapat menciptakan kondisi yang membuat klien mau dan bersedia
melakukan tugas-tugas tertentu di luar setting konseling. Biasanya pengerjaan tugas-tugas seperti
itu disertai dengan sebuah kontrak atau perjanjian antara klien dan konselor. Misalnya klien
menyatakan bahwa dalam minggu ini ia akan mengajukan pertanyaan kepada guru tentang

5
materi materi pelajaran yang tidak dipahaminya, minimal 1 kali untuk setiap mata pelajaran yang
diikutinya.

14. Menutup wawancara


Konselor yang efektif akan selalu mengakhiri wawancara dengan klien dengan cara-cara
yang membuat klien senang, dan bersedia lagi membicarakan masalahnya di kemudian hari.

B. Tahap-tahap konseling
Dewa Ketut Sukardi mengemukakan ada 2 fase dalam konseling. Kedua fase tersebut
dibaginya menjadi 8 tahap. Pertama adalah fase pembentukan, terdiri dari 4 tahap dan fase kedua
merupakan fase memperlancar pengambilan keputusan positif yang terdiri atas empat tahap.
1. Tahap persiapan, yaitu tahap yang bertujuan untuk mempersiapkan klien memasuki
wawancara konseling
2. Tahap klarifikasi, yaitu tahap menyatakan masalah dan alasan permintaan dilakukan
wawancara konseling
3. Tahap struktur wawancara, yaitu merumuskan kontrak dan struktur wawancara
4. Tahap relasi, yaitu pembentukan hubungan baik dan siap untuk memasuki fase kedua(tahap
lima)
5. Tahap eksplorasi, yaitu tahap melakukan pengolahan masalah, merumuskan tujuan,
merencanakan strategi mengumpulkan fakta-fakta, mengekspresikan perasaan secara
mendalam dan mempelajari keterampilan baru.
6. Tahap konsolidasi, yaitu tahap pengolahan berbagai alternatif tindakan yang dapat dipilih
klien
7. Tahap perencanaan, yaitu pengembangan suatu rencana untuk melaksanakan tindakan
berdasarkan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah.
8. Tahap penutupan, yaitu tahap penilaian hasil dan penghentian konseling atas kehendak klien
yaitu tahap penilaian hasil dan penghentian konseling atas kehendak klien.

6
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa di dalam
melaksanakan proses bimbingan dan konseling seorang konselor memiliki tanggung
jawab yang besar, sepertihalnya dipaparkan di bab pembahasan di atas bahwa di dalam
untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang di alami oleh klien seorang konselor
harus memiliki teknik-teknik yang digunakan mulai sejak awal pertemuan hingga akhir
penyelesaian masalah. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa di dalam proses
penyelesaian permasalahan yang dialami klien, memiliki banyak sekali teknik-teknik
yang dapat digunakan, sehingga banyak alternatif-alternatif ketika gagal di dalam
penggunaan satu teknik, bisa diganti dengan penggunaan teknik yang lain.
Konseling pada dasarnya adalah kegiatan wawancara, tidak seperti wawancara
biasa. Dalam wawancara pokok pembicaraan ditentukan oleh pewawancara dalam
konseling pokok pembicaraan ditentukan oleh klien dalam konseling pusat pembicaraan
adalah klien, tentara itu dalam wawancara biasa pusat pembicaraan dapat berpindah-
pindah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah

 Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling,(Palembang :Grafika Telindo Prees,2010)

Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Prayitno (2004), Layanan Konseling Perorangan, Padang : UNP

Prayitno dan Erman Amti (2004), Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,

Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai