Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK TERHADAP

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Oleh,
MUHAMMAD ULIL ABSOR (0103521011)
LATIFA PUTRI RIDHANINGTYAS (0103521036)
NYI MAS AYU RATNA GUMILAR (0103521053)
INTAN ANDHIKA FITRI (0105321054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan dan karunia-Nya kepada kita

semua, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Dasar

Psikolonguistik” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari

mata kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan dan sebagai sarana belajar. Kelompok kami menyadari bahwa penulisan

makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Zulaeha, M. Hum

dan Dr. Panca Dewi Purwaati, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa

SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan diterima sehingga

kedepanya kami dapat menyusun makalah–makalah lain dengan lebih baik. Kelompok kami

juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Semarang, 25 Agustus 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................................... 3
BAB II KERANGKA TEORITIS ............................................................................................. 4
2.1 Pengertian Psikolinguistik .................................................................................... 4
2.2 Sejarah Perkembangan Psikolinguistik ................................................................ 5
2.3 Ciri-ciri Psikolinguistik ...................................................................................... 10
2.4 Ruang Lingkup Psikolinguistik .......................................................................... 10
2.5 Tujuan Mempelajari Psikolinguistik .................................................................. 11
2.6 Kajian Empiris.................................................................................................... 12
2.7 Kerangka Teoritis ............................................................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 14
3.1 Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa ...................................................... 14
3.1.1 Interaksi Pembelajaran di Kelas ...................................................................... 14
3.1.2 Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang
Efektif dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas................................................ 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 18
4.1 Simpulan............................................................................................................. 18

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kemampuan berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat
dibutuhkan manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik saat berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Kemampuan berbahasa didapat berdasarkan apa yang didengar,
dibaca, dan apa yang diajarkan ketika masih berada di tahap usia balita. Apabila
kemampuan berbahasa tidak dimiliki seseorang dan tidak diajarkan sejak dini, maka
akan ada banyak permasalahan yang timbul salah satunya kesulitan berinteraksi
dengan lingkungan sosial. Ada berbagai macam pendekatan dan teori yang membahas
tentang kemampuan berbahasa salah satunya adalah pendekatan psikolinguistik.
Secara etimologis, istilah psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan
linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada nama
sebuah disiplin ilmu. Secara umum, psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon,
dan hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi.
Psikolinguistik adalah sub disiplin ilmu linguistik yang mengkaji hubungan antara
ilmu psikologi dan ilmu bahasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suhartono
(2014: 1.8) yang berpendapat bahwa psikolinguistik merupakan disiplin ilmu
kombinasi antara psikologi dan linguistik yang diorentasikan untuk mengkaji proses
psikologis yang terjadi pada orang yang berbahasa. Untuk itu teori psikolinguistik
dapat menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang di dengarnya pada waktu berkomunikasi dan
kemampuan berbahasa tersebut bisa diperoleh dari manusia. Sehubungan dengan
perkembangan bahasa pada manusia, fase ketika manusia berada dalam kategori usia
balita sangat memiliki peran penting dalam pemahaman kosa kata yang dipahami,
karena pada fase ini anak-anak masih berusaha untuk mendengarkan dan
mengucapkan bahasa yang diajarkan dari lingkungan keluarga. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Fauziyah, 2018) yang meneliti tentang bahasa ibu
memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa anak yang digunakan sebagai
alat untuk berekspresi serta berkomunikasi. Namun, perkembangan bahasa pada anak
tidak hanya berasal dari bahasa ibu ketika seorang anak berada di fase balita tetapi
juga terdapat banyak perngaruh dari luar. Seorang anak akan selalu mengalami

1
perkembangan bahasa selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Ketika
anak tersebut sudah beranjak dewasa dan berada di fase usia anak sekolah dasar ada
pengaruh kemampuan berbahasa anak yang berasal dari luar seperti pengaruh
lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sekolah. Dibanding lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah lebih memiliki peran penting dalam perkembangan
bahasa pada anak khususnya pada anak usia sekolah dasar. Sekolah menjadi sarana
bagi anak-anak untuk memahami bahasa secara lebih luas dan lebih beragam karena
itu, seorang pendidik diharapkan mampu dan bisa menguasai berbagai macam cara
untuk menyampaikan pembelajaran menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan
bermakna bagi siswa dengan berbagai pendekatan salah satunya pendekatan
psikolinguistik yang sangat berkaitan erat dengan kemampuan perkembangan bahasa
anak dari aspek psikologi.
Makalah ini akan membahas tentang konsep dasar psikolinguistik secara
umum untuk memenuhi tugas dari mata kuliah inovasi pembelajaran bahasa di SD.
Untuk memahami konsep dasar psikolinguistik ada beberapa hal yang perlu dipahami
seperti pengertian psikolinguistik, sejarah lainnya psikolinguistik, batasan
psikolinguistik dan ilmu bahasa, ciri-ciri psikolinguistik, ruang lingkup kajian
psikolungistik, kedudukan psikolinguistik dalam keilmuan linguistik dan tujuan
mempelajari psikolinguistik. Isi dalam makalah ini juga membahas terkait masalah
yang berkaitan dengan peran pendekatan psikolinguistik terhadap kemampuan
berbahasa anak di usia sekolah dasar, bagaimana fungsi pendekatan linguistik
terhadap perkembangan bahasa dalam pembelajaran bahasa SD, dan pengaruh
pendekatan psikolinguistik terhadap anak yang memiliki keterlambatan kemampuan
berbahasa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana peran pendekatan psikolinguistik terhadap perkembangan bahasa anak
di usia sekolah dasar?
2. Bagaimana fungsi pendekatan psikolinguistik terhadap perkembangan bahasa
dalam pembelajaran bahasa SD?

2
3. Bagaimana perngaruh pendekatan psikolinguistik terhadap anak yang memiliki
keterlambatan kemampuan berbahasa di SD?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dibuatnya makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan peran pendekatan psikolinguistik terhadap perkembangan bahasa
anak di usia sekolah dasar
2. Menjelaskan fungi pendekatan psikolinguistik terhadap perkembangan bahasa
dalam pembelajaran bahasa SD
3. Menjelaskan pengaruh pendekatan psikoinguistik terhadap anak yang memiliki
kemampuan berbahasa di SD

3
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Psikolinguistik


Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi
dan Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada
nama sebuah disiplin ilmu. Secara umum, Psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat
respon, dan hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Pakar
psikologi sekarang ini cenderung menganggap psikologi sebagai ilmu yang mengkaji
proses berpikir manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu.
Tujuan mengkaji proses berpikir itu ialah untuk memahami, menjelaskan, dan
meramalkan perilaku manusia.
Linguistik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa.
Bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah sistem bunyi yang arbriter,
konvensional, dan dipergunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi. Hal ini berarti
bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan bahasa dengan fenomena lain. Bahasa
dipandang sebagai bahasa yang memiliki struktur yang khas dan unik. Munculnya ilmu
yang bernama psikolinguistik tidak luput dari perkembangan kajian linguistik
Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah linguistic
psychology (psikologi linguistik) dan ada pula yang menyebutnya sebagai psychology of
language (psikologi bahasa). Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih terarah dan
sistematis, lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut sebagai psikolinguistik
(psycholinguistic).
Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses-proses psikologis yang
terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang
didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh
manusia (Simanjuntak, 1987:1). Aitchison (1984), membatasi psikolinguistik sebagai
studi tentang bahasa dan pikiran. Psikolinguistik merupakan bidang studi yang
menghubungkan psikologi dengan linguistik. Tujuan utama seorang psikolinguis ialah
menemukan struktur dan proses yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara
dan memahami bahasa. Berikut adalah pengertian psikolinguistik menurut beberapa ahli.

4
“Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik
bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa,
dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, yang tidak mudah dicapai atau didekati melalui
salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri” (Lado,
1975:220).
“Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana pemakaian suatu
bahasa membangun dan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut” (Emmon Bach,
1964:64).
“Psikolinguistik adalah telaah pemerolehan bahasa dan perilaku linguistik,
terutama mekanisme psikologis yang bertanggung jawab atas kedua aspek itu”
(Langacker, 1973:6).
“Psikolinguistik merupakan ilmu yang mengurai proses-proses psikologis yang
terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memeagami kalimat yang
didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh
manusia”(Simanjuntak, 1987:1).

2.2 Sejarah Perkembangan Psikolinguistik


Psikolinguistik adalah ilmu hibrida yakni ilmu yang merupakan gabungan antara
dua ilmu: psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada
permulaan abad ke 20 tatkala psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa
bahasa dapat dijelaskan dengan dasar-dasar prinsip psikologis (Kess, 1992). Pada waktu
itu bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke suatu
pendekatan yang “ilmiah”.
2.2.1 Psikologi dalam Linguistik
Dalam sejarah kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh
perhatian besar pada psikologi. Von Humboldt (1767-1835), telah mencoba mengkaji
hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi). Caranya,
dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang berlainan dengan tabiat-
tabiat bangsa-bangsa penutur bahasa itu. Tampaknya, Von Humboldt sangat
dipengaruhi oleh aliran rasionalisme. Dia menganggap bahasa bukanlah bahasa
bukanlah sesuatu yang sudah siap untuk dipotong-potong dan diklasifikasikan eperti
aliran empirisme. Menurut Von Humboldt bahasa itu merupakan suatu kegiatan yang
memiliki prinsip-prinsip sendiri.

5
Ferdinand de Saussure (1858-1913). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang
bahasa yaitu language (bahasa yang pada umumnya bersifat abstrak) langue (bahasa
tertentu yang bersifat abstrak) dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat
konkret). Dia menegaskan objek kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek
kajian psikologi adalah parole. Hal ini dikatakannya karena dia beranggapan segala
sesuatu yang ada dalam bahasa itu pada dasarnya bersifat psikologis.
Edward sapir (1884-1939). Menurut Sapir, psikologi dapat memberikan dasar
ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mengkaji hubunganb bahasa
(linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari kajian itu beliau berkesimpulan bahwa
bahasa, terutama stukturnya, merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran
manusia.
Leonard Bloomfield (1887-1949), dalam usahanya menganalisis bahasa telah
dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan
behaviorisme. Disini beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan
pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi
yang sangat kuat.
Otto Jespersen tlah menganalisis bahasa menurutt psikologi mentalistik yang
juga sedikit berbau behaviorisme, bahasa bukanlah uatu wujud dalam pengertian suatu
benda, melainkan uatu fungsi manusia sebagai lambang-lambang di dalam otak yang
melambangkan pemikiran atau yang membangkitkan pikiran.
2.2.2 Lingusitik dalam Psikologi
Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah pakar yang menaruh
perhatian pada linguistik. John Dewey (1859-1952), beliau telah mengkaji bahasa dan
perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak-kanak
berdasarkan prinip-prinsip psikologi. Jadi dengan pengkajian kelas kata berdasarakan
pemahaman kanak-kanak kita akan dapat menentukan kecenderungan akal (mental)
kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan linguistik.
Karl Buchler, beliau menyatakan bahasa manusia itu mempunyai tiga fungsi,
yang disebut Kungabe adalah tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk
verbal. Appel adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain. Sedangkan
Darstellung penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan. Disini bahasa
dipandang sebagai simbol atau lambang. Dalam penggunaan bahasa salah satu dari
ketiga fungsi itu mungkin lebih domina namun, dartellung merupakan fungsi yang
paling umum.
6
Wundt (1832-1920). Orang pertama yang mengembangkan secara sistematis
toeri mentalistik bahasa. Beliau menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk
melahirkan pikiran. Wundt berpendapat bahwa pada mulanya bahasa lahir dalam
bentuk gerak-gerik yang dipakai untuk melahirkan peraaan-perasaan yang sangat kuat
secara tidak sadar. Lalu terjadilah pertukaran antara komponen-komponen perasaan ini
dengan komponen-komponen akal mentalisme.
Watson (1878-1958), menempatkan perilaku atau kegiatan berbahasa sama
dengan perilaku atau kegiatan lainnya. Pada mulanya Watson hanya menghubungkan
perlikau berbahasa yang implisit, yakni terjadi didalam pikiran, dengan yang eksplisit,
yakni yang berupa tuturan.
Weiss, mengakui adanya aspek mental dalam bahasa. Namun, karena wujudnya
tidak memiliki kekuatan fisik, maka wujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukan. Weiss
juga telah mengemukakan sejumlah masalah yang harus dipecahkan oleh linguistik dan
psikologi yang dilihat dari sudut behaviorisme, yaitu sebagai berikut.
a. Bahasa merupakan suatu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas terhadap
suatu stimulus
b. Pada dasarnya perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke dalam
organisasi gerak saraf
c. Perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragam-ragamkan
kegiatan seorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan
d. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap suatu respons atau sebaliknya
e. Respons bahasa sebagai stimulus pengganti untuk benda dan keadaan yang
sebenarnya.
2.2.3 Kerja Sama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama secara langsung diantar disiplin lingusitik dan psikologi sebenarnya
sudah dimulai sejak 1860, yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang
beralih menjadi ahli lingustik, dan Moritz Lazarus eorang ahli linguitik yang beralih
menjadi ahli psikologi. Menurut Steinhal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat
hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa satu-satunya jalan untuk
masuk kedalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa dan bukan
melalui pancaindra manusia. Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar di
dalam buku yang disunting oleh Osgood dan Sebeok adalah sebagai berikut :
a. Psikolinguistik adalah suatu teori linguistik berdasarkan bahasa yang di anggap
sebagai sebuah sistem elemen yang berhubungan erat.
7
b. Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme)
berdasarkan bahasa yang di anggap sebagai satu sistem tabiat dan kemampuan
yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.
c. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai
sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.
2.2.4 Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri
Dalam teorinya, Leshley menyatakan bahwa lahirnya suatu ucapan bukanlah
merupakan pertalian serentetan respons yang datangnya dari luar, melainkan
merupakan suatu kejadian akal yang serentak dan struktur sintaksis ucapan itu hanyalah
secara tidak langsung dihubungkan dengan bentuk urutannya.
Miller mencoba memperkenalkan teori linguistik baru yang dirumuskan oleh
Chomsky yaitu teori generatif transformai kepada para pakar psikologi yang belum
menyadari adanya perkembangan yang sangat pesat dalam studi bahasa yang telah
dicapai oleh lingusitik untuk memupuk jalan kearah kerja sama selanjutnya.
Pada awal perkembangannya, psikolinguistik sangat berbau neobehaviorisme
terutama yang mencoba menerangkan bahasa menurut kerangka Stimulus-Respons
yang tidak mentalis. Inilah tujuan utama psikolinguistik dewasa ini yang bersifat
kognitif, yang mengikuti satu evaluasi dalam pengkajian bahasa.
2.2.5 Tiga Generasi dalam Psikolingusitik
2.2.5.1 Psikolinguistik Generasi Pertama
Psikolinguistik generasi pertama adalah pikolinguistik dengan para pakar
yang menulis artikel dalam kumpulan karangan. Sebeok sebagai dua tokoh linguistik
generasi pertama titik pandangnya berkaitan dengan aliran behaviorisme (aliran
perilaku) atau lebih tepat lagi dengan aliran neobehaviorisme. Namun,
psikolinguistik memang dianalisis oleh Osgood dan Sebeok tetap bergayut dengan
proses perilaku dari aliran behaviorisme.
L. Bloomfield yang menerima dan menerapkan terori-teroti perilaku dalam
analisis bahasa. Teknik analisis bahasa dan pandangannya tentang hakikat bahasa
sama dengan pandangan dan teori psikologi yang berlaku. Aliran behaviorsme
dalam psikologi merupakan suatu aliran empiris, pandangan ini juga diterapkan
dalam proses pemerolehan bahasa.
2.2.5.2 Psikolinguistik Generasi Kedua
Untuk dapat memahami lebih baik psikolinguistik generasi kedua melalui
pernyataan G.S Miller dan Noam Chomky adalah sebagai berikut :
8
a. Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-cirin fisiknya jelas dan tidak semua
ciri-ciri yang terang dalam ujaran mempunyai representai fisik.
b. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditujukannya.
Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut anathubungan
simbol-simbol atau lambang-lambang satu respons yang terpenggal-penggal
terlalu menyederhanakan kekayaan makana atau makna secara keseluruhan
c. Makna sebuah ujaran bukannalh makna dari kata-kata yang tersusun memahami
makna sebuah ujaran berarti memahami apa yang ada dalam otak sipenutur.
d. Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri dari satuan-satuan yang menentukan
interaksi antar makna-makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.
e. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang diejawantahkan dengan bahasa terbatas
jumlahnya.
f. Harus dibedakan antara penndeksripsian sebuah bahasa dan pendksripsian
pemakai bahasa.
g. Adanya komponen biologis yang bear untuk menentukan kemampuan berbahasa.
2.2.5.3 Psikolinguistik Generasi Ketiga
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka bahasa
telah melampaui batas kalimat. Namun, kenyataannya analisis mereka hanya sampai
pada anlisis hubungan antara kalimat dan pada kalimat saja, belum sampai pada
wacana. Beberapa konsep yang berhubungan dengan analisis topik-topik telah
diintroduksikan, namun tetap tidak ada kelanjutannya.
Tabel 2.1
Tataran Rancangan
Subsistem Linguistik
Psikolinguistik
Rancangan wacana
Analisis wacana
Rancangan intonasi
Sintaksis kalimat Rancangan sintaksis
Kaidah leksikal Rancangan pemilihan leksikal
Kaidah morfofonemik Rancangan morfofonemik
Kaidah fonologi Rancangan fonetik dan mototris

9
Ciri-ciri psikolinguistik generasi ketiga adalah sebagai berikut :
a. Orientasi mereka kepada psiokologi, tetapi bukan psikologi perilaku.
b. Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat” dan keterlibatan
dalam psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks.
c. Adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak ke satu
analisis psikologis mengenai komunikasi dan pemikiran.
2.3 Ciri-ciri Psikolinguistik
Psikolinguistik yang merupaka sub disiplin ilmu linguistik antara psikologi dan
linguistik yang memiliki ciri-ciri antara lain:
a. membahas hubungan bahasa dengan otak;
b. berhubungan langsung dengan proses penyandian (encoding) dan pemahaman sandi
(decoding);
c. sebagai suatu pendekatan;
d. menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa;
e. membahas proses yang terjadi pada pembicaraan dan pendengar di dalam kaitannya
dengan bahasa;
f. menitikberatkan pembahasan mengenai pemerolehan bahasa dan perilaku linguistik;
g. merupakan hubungan kebutuhan berekspresi dan berkomunikasi;
h. berhubungan dengan perkembangan bahasa anak;
i. berkaitan dengan proses psikologis dalam membangun atau memahami kalimat.
2.4 Ruang Lingkup Kajian Psikolinguistik
Objek kajian psikolinguistik adalah bahasa, gejala jiwa, dan hubungan antara
keduanya. Bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwa.
Bahasa di lihat dari aspek psikologis, yakni proses bahasa yang terjadi pada otak, baik
pada otak pembicaraan maupun otak pendengar. Adapun penjabaran ruang lingkup
kajian psikolinguistik adalah sebagai berikut.
2.6.1 Objek Kajian Psikolingistik
a. Otak dan Bahasa
Otak dan Bahasa adalah salah satu kajian dari Psikolinguistik seperti yang
telah dijelaskan diatas. Otak dan Bahasa lebih dikenal dengan Neurologi, yang
dimana adanya hubungan antara organ otak manusia dengan bahasa, baik itu dalam
penyimpanan, penggunaan dan pemerolehan bahasa itu sendiri.

10
b. Pikiran dan Bahasa
Keterkaitan antara pikiran dan bahasa menjadi salah satu yang menarik dalam
kajian Psikolinguistik. Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa adalah alat
penyambung lidah seseorang, yang dimana bahasa adalah alat komunikasi kita
dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan berbagai macam ide, ekspresi,
dan perasaan kepada orang lain. Disisi lain kita juga dituntut untuk memahamai
setiap ujaran dan ucapan yang disampaikan oleh orang lain. Dengan melihat hal
demikian, kita dapat mengkaitkan hubungan antara pikiran dan bahasa dimana
bahasa adalah media manusia dalam menyampaikan aspirasi atau ide-ide mereka.
c. Aspek Garapan Psikolinguistik
Adapun aspek-aspek yang penting dalam garapan psikolinguistik antara lain:
1. kompetensi (proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran);
2. akuisisi (pemerolehan bahasa);
3. performansi (pola tingkah laku berbahasa);
4. asosiasi verbal dan persoalan makna;
5. proses bahasa pada orang abnormal, misalnya anak tuli;
6. persepsi ujaran dan kognisi;
7. pembelajaran bahasa.
2.5 Tujuan Mempelajari Psikolinguistik
Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar, sangat penting
memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan
agama Islam,sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspek psikologis
dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan,sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Beberapa peran penting psikolinguistik dalam proses pembelajaran adalah :
a. Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik sebagai suatu
disiplin mandiri.
b. Dapat membantu Guru dalam memahami peserta didiknya yang berbeda dalam hal
kecerdasan.
c. Dapat mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu diperoleh.
d. Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur dan
bagaimana cara menyembuhkannya.
e. Dapat membantu Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya baik.
f. Dapat mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
g. Dapat mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika berbahasa.
11
h. Memahami peserta didik sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat,
kemampuan, kecerdasan,motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-
lain.
i. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran.
j. Memilih memetode – metode pembelajaran dan pengajaran.
k. Menciptaka situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
l. Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
m. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
n. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
o. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
p. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru.
q. Membimbing perkembangan peserta didik.

2.6 Kajian Empiris


Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang masih relevan menjadi referensi
kelompok kami untuk menambah wawasan terkait topik pembahasan perkembangan
psikolinguistik pada anak usia sekolah dasar yang menajdi tema pembahasan di dalam
makalah ini. Berikut merupakan beberapa penelitian sebelumnya sebagai berikut;
2.6.1 Artikel penelitian oleh Kurniati (2017) dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batang
Jambi, Vol. No. 3, Halaman 47-56 berjudul “Perkembangan Bahasa pada Anak dalam
Psikologi Serta Implikasi dalam Pembelajaran”.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor antara biologis
dan pengalaman berperan dalam perkembangan bahasa. Kita mengetahui bahwa
budaya berperan penting dengan menentukan perangkat bahasa yang dibutuhkan
dalam kehidupan manusia. Anak-anak mengembangkan bahasa selama mereka
membangun kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang
mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan. Sementara itu,
perkembangan bahasa anak-anak selama usia 5-6 tahun (kanak-anak menengah akhir),
kebanyakan sudah menguasai dasar-dasar bahasa aslinya. Maka pada fase ini, anak-
anak semestinya menguasai pelafalan, tata bahasa, perbendaharaan kata dan arti kata,
pragmatika dan kesadaran metalinguistik.
2.6.2 Artikel Penelitian oleh Dewi, Neviyarni, dan Irdamurni (2019) dalam jurnal Ilmiah
“Pendidikan Dasar”, Vol. VII No. 1, yang berjudul “Perkembangan Bahasa, Emosi,
dan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar”

12
Pada penelitian ini mendapatkan sebuah temuan bahwa perkembangan anak
yang pesat pada usia Sekolah Dasar yaitu perkembangan bahasa, emosi, dan sosial.
Perkembangan tersebut tidaklah sama antara satu anak dengan yang lainnya. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan tersebut diantaranya faktor
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
2.6.3 Artikel Penelitian oleh, Latifa (2017) dalam Academica Journal of Multidisciplinary
Studies Volume 1, No.2, Halaman 185-196 yang berjudul “Aspek Perkembangan pada
Anak Sekolah Dasar: Masalah dan Perkembangannya”
Pada penelitian ini mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan
menunjukkan bahwa tujuh aspek perkembangan berpengaruh terhadap proses belajar-
mengajar di kelas. Aspek-aspek perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor
genetic, lingkungan keluarga, serta lingkungan tempat anak bergaul. Dengan
demikian, penting bagi orang tua untuk memantau aspek-aspek perkembangan anak
agar tumbuh menjadi pribadi yang berprestasi.
2.7 Kerangka Teoritis

Psikolinguistik 2.1 Pengertian


Psikologi dalam linguistik
2.2 Sejarah
Linguistik dalam Psikologi
Psikolinguistik

2.3 Ciri-ciri Kerjasama psikologi


Psiolinguistrik & linguistik

2.4 Ruang Psikologi sebagai


Lingkup Kajian disiplin mandiri
Psikolinguistik
Tiga generasi Generasi
psikolinguistik Satu
Generasi dua
Objek Kajian
Generasi tiga
2.5 Tujuan
Psikolinguistik

Gambar 2.1

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa

Ruang lingkup dalam mempelajari psikolinguistik ialah bahasa, bahasa menjadi salah
satu alat komunikasi yang dimiliki oleh manusia. Dalam pengajaran, bahasa menjadi aspek
psikologi yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru, karena dalam sebuah
pembelajaran tak lepas dari sebuah interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik.
(Harley dalam Dardjowidjojo, 2003:7) menyatakan bahwa psikolinguistik adalah studi
tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Studi terhadap proses mental tersebut
tentu perlu direduksi ke dalam pembelajaran di kelas. Artinya, guru berperan mampu
mengetahui kondisi mental peserta didik sebelum belajar.

Setiap pola perkembangan bahasa itu mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula,
yang mungkin saja tidak sama dengan tata bahasa orang dewasa (tata bahasa yang
sebenarnya). Di dalam konteks psikolinguistik, sebagai seorang pengajar, tentunya guru
dituntut harus dapat memahami mental, karakter, atau perilaku peserta didik, karena hal itu
akan berpengaruh pula pada perilaku berbahasa mereka ketika belajar bahasa. Memahami
mental peserta didik tentu dapat dilakukan guru, salah satunya dengan cara pendekatan
komunikatif melalui interaksi di kelas. Dengan menjalin interaksi yang baik di kelas, secara
tidak langsung dapat melatih kemampuan belajar bahasa peserta didik.

3.1.1 Interakasi Pembelajaran di Kelas


Keberhasilan sebuah proses pembelajaran dapat ditentukan melalui pola interaksi
yang efektif di kelas. Interaksi pembelajaran merupakan suatu kegiatan berkomunikasi yang
dilakukan secara timbal balik antara siswa dengan guru dalam memahami, mendisukusikan
dan mempraktikan materi pelajaran di kelas (Yamin, 2007:161). Pentingnya interkasi atau
komunikasi yang baik harus menjadi perhatian bagi guru, karena pencapaian sebuah tujuan
pembelajaran tentunya sangat bergantung pada komunikasi yang efektif. Persoalan interaksi
dan komunikasi di dalam kelas bagi seorang guru, sering menemui kendala yang disebabkan
komunikasi yang dilakukan dari atas ke bawah atau top down. Model komunikasi seperti ini
memperlihatkan pola interaksi yang didominasi oleh guru. Interaksi pembelajaran di kelas
harus bersifat khusus, yakni harus sesuai dengan koridor edukatif.

14
Untuk itu, guru harus mampu membangun pola interaksi yang efektif, karena di dalam
kelas kemampuan siswa cukup bervariatif. Ada di antara mereka yang kreatif, statis, apatis,
memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi dan lain-lain. Sejumlah siswa di dalam
kelas tidak semua dapat melakukan interaksi dengan baik. Hal itu tentu secara psikologi akan
mempengaruhi gaya belajar siswa. Siswa yang merasa tertekan jiwanya yang selalu dalam
keadaan takut, tidak percaya diri, mengalami kegoncangan emosi- emosi yang kuat, atau
tidak disukai oleh temannya tentu tidak dapat belajar secara efektif (Slameto, 2003:76).
Interaksi pembelajaran menurut Sardiman (1992:15) dapat dianggap berjalan secara efektif
jika memiliki ciri-ciri di antaranya; (a) bertujuan untuk membantu anak dalam perkembangan
tertentu dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian; (b) jalannya interaksi harus
memiliki prosedur yang jelas, sistemik dan relevan; (c) guru dan siswa harus bersama-sama
menjadi pemimpin jalannya interaksi; (d) adanya aktivitas siswa secara fisik dan mental harus
menjadi ukuran berjalannya interaksi pembelajaran.

3.1.2 Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang Efektif
dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas

Pembelajaran bahasa harus mampu ditinjau dari berbagai pendekatan, salah satunya
melalui pendekatan psikolingustik. Hal ini penting karena, sesuai dengan asumsi
psikolinguistik bahwa bahasa dapat diajarkan di antaranya perlu memperhatikan
perkembangan biologis peserta didik serta ditekankan mampu melakukan latihan secara
berulang-ulang (penubian) untuk meningkatkan kreativitas berbahasa dalam berkomunikasi
(Mukalel, 2003:7-11). Seperti kasus pengajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik di
India dalam film “Tare Zameen Par” saat menemui peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam membedakan huruf. Setelah dianalisis, sang pendidik itu mendiagnosis bahwa peserta
didik tersebut mengalami gangguan berbahasa yang oleh medis disebut sebagai disleksia.
Pendidik itu paham proses pembelajaran di kelas tak terlepas dari persoalan singular (subjek
didik). Oleh karenanya, pendidik haruslah peka terhadap kondisi apapun yang menyangkut
peserta didik termasuk kondisi kejiwaan (psikologis) peserta didik. Akhirnya, sang pendidik
tadi memberikan perlakuan khusus pada sang anak penderita disleksia. Ia yakin disleksia
bukanlah penyakit akut yang patut diratapi. Sebaliknya, penderita disleksia dapat diterapi
dengan bermodalkan kesungguhan dan keuletan.

Ilmuan mutakhir menemukan terapi bagi penderita disleksia. Terapi itu disebut
metode DORE karena sang penemu adalah Wynford Dore. Metode ini dilakukan dengan

15
latihan rutin bagi setiap individu untuk menstimulasi daerah otak d k dengan sejumlah
pembelajaran. Latihan seperti berdiri di atas papan bergoyang, melempar kantung,
mengayunkan bola, dilakukan selama sepuluh hari sekali. Berbagai ilustrasi di atas
menggambarkan betapa pentingnya implikasi psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.

Sedangkan pada proses pembelajaran bahasa, peserta didik adalah subjek dalam
pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini peserta didik dianggap sebagai organisme yang
beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan
membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Menurut
Garnham (Natsir, 2017 :2) penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya
adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan waswas (menghadapi ujian atau
pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi,
terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik.

Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan ranah


Psikologi. Penyebab kesalahan berupa perasaan waswas berkaitan dengan ranah afektif.
Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau topik berkaitan dengan ranah
kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesukaran melafalkan kata berkaitan dengan ranah
psikomotor. Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah dijelaskan tadi
menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting.
Tujuan umum pembelajaran bahasa, yaitu peserta didik mampu menggunakan bahasa yang
baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis yang diasuh oleh pendidik
yang memahami betul ilmu psikolinguistik secara konprehensip. Sehingga peserta didik dapat
berbahasa dengan baik dan benar melalui pengetahuan dan kaidah-kaidah bahasa yang
diajarkan oleh gurunya.

Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan bahasa


secara lancar dan komunikastif peserta didik tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa,
tetapi diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan
disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-
ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan memilih
kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting peranan
Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa. Seperti halnya ungkapan orang tua dahulu bahwa
Guru (pendidik) ialah orang tua di sekolah bagi peserta didik (peserta didik) yang tak semata-

16
mata menyampaikan materi saja tapi juga perlu memahami kondisi jiwa tiap peserta didik
yang diasuhnya. Sebab, dengan memahami psikologi anak, pembelajaran akan terarah ke
pusat cita-cita yang diinginkan yaitu terciptanya sebuah peradaban bangsa.

17
BAB IV
PENUTUP

Pada bagian penutup akan di bahas kesimpulan pada makalah ini tentang
Implementasi Pendekatan Psikolinguistik Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia
Sekolah Dasar
4.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dipaparkan tentang dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut;
4.1.1 Pendakatan psikolinguistik terhadap perkembangan anak di usia sekolah dasar
sangat berpengaruh pada kemampuan anak mengolah tata bahasa dan kemampuan
untuk berbahasa dengan bahasa lisan, tulis, dan bahasa tubuh.
4.1.2 Pendekatan psikolinguistik pada perkembangan bahasa anak dapat berfungsi sebagai
sarana atau media untuk guru mengajarkan kebendaharaan tata bahasa pada anak,
memhami kepribadian dan karakter anak melalui bahasa yang disampakan anak, dan
perolehan bahasa anak yang diketahui anak.
4.1.3 Pengaruh pendekatan psikolinguistik terhadap kemampuan berbahasa anak dapat
diketahui ketika anak berada dalam proses pembelajaran, ketika anak dapat
memahami materi dan mampu menyampaikan materi dengan baik maka pengaruh
psikolinguistik pada anak akan sangat terlihat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolingusitik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Damayanti, Rini, dan Savitri Suryandi. 2017. Psikolinguistik:Tujuan Bahasa Alay dan
Cyberbullying. Diunduh pada 25 Agustus 2021 pada link,
https://erepository.uwks.ac.id/6463/

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dewi, Neviyarni, Irdamurni. 2019. Perkembangan Bahasa, Emosi, dan Sosial Anak Usia
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol. VII No. 1 Januari 2020

F.Kess, Joseph. 1992. Psycholinguistics (Psychology, Linguistics, and The Study of Natural
Language). Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.

Fauziyah, Azizah Nur D. 2018. Peranan Bahasa Ibu terhadap Perkembangan Bahasa Anak
Usia Dini di Raudhatul Athfal Tariem Noer. Skripsi

Harras, Kholid A. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS. Modul


pegangan mahapeserta didik Konsep Dasar Psikolingistik.

Kurniati, Erisa. 2017. Perkembangan Bahasa pada Anak dalam Psikologi serta Implikasinya
dalam Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3

Langacker, Ronald W. 1972. Fundamental of Linguistics Analysis. New York: Harcourt


Brace

Latifa, Umi. 2017. Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannya.

Mukalel, Josep C. 2003. Psycholgy of Language Learning. London: Discovery Publishing

House

Natsir, Nurasia. 2017. Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran

Bahasa. Jurnal Retorika, vol. 10, no. 1 (2017)

Simanjuntak, Mangantar. 1987. Psikolinguistik Perkembangan: Teori teori Pemerolehan

Fonologi. Jakarta: Gaya Media Pratama.

19
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta.

Suhartono. 2014. Psikolinguistik. Jakarta: Universitas Terbuk

Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gang Persada.

20

Anda mungkin juga menyukai