Oleh,
MUHAMMAD ULIL ABSOR (0103521011)
LATIFA PUTRI RIDHANINGTYAS (0103521036)
NYI MAS AYU RATNA GUMILAR (0103521053)
INTAN ANDHIKA FITRI (0105321054)
PROGRAM PASCASARJANA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan dan karunia-Nya kepada kita
semua, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Dasar
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari
mata kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan sebagai sarana belajar. Kelompok kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Zulaeha, M. Hum
dan Dr. Panca Dewi Purwaati, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa
SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan diterima sehingga
kedepanya kami dapat menyusun makalah–makalah lain dengan lebih baik. Kelompok kami
juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perkembangan bahasa selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Ketika
anak tersebut sudah beranjak dewasa dan berada di fase usia anak sekolah dasar ada
pengaruh kemampuan berbahasa anak yang berasal dari luar seperti pengaruh
lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sekolah. Dibanding lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah lebih memiliki peran penting dalam perkembangan
bahasa pada anak khususnya pada anak usia sekolah dasar. Sekolah menjadi sarana
bagi anak-anak untuk memahami bahasa secara lebih luas dan lebih beragam karena
itu, seorang pendidik diharapkan mampu dan bisa menguasai berbagai macam cara
untuk menyampaikan pembelajaran menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan
bermakna bagi siswa dengan berbagai pendekatan salah satunya pendekatan
psikolinguistik yang sangat berkaitan erat dengan kemampuan perkembangan bahasa
anak dari aspek psikologi.
Makalah ini akan membahas tentang konsep dasar psikolinguistik secara
umum untuk memenuhi tugas dari mata kuliah inovasi pembelajaran bahasa di SD.
Untuk memahami konsep dasar psikolinguistik ada beberapa hal yang perlu dipahami
seperti pengertian psikolinguistik, sejarah lainnya psikolinguistik, batasan
psikolinguistik dan ilmu bahasa, ciri-ciri psikolinguistik, ruang lingkup kajian
psikolungistik, kedudukan psikolinguistik dalam keilmuan linguistik dan tujuan
mempelajari psikolinguistik. Isi dalam makalah ini juga membahas terkait masalah
yang berkaitan dengan peran pendekatan psikolinguistik terhadap kemampuan
berbahasa anak di usia sekolah dasar, bagaimana fungsi pendekatan linguistik
terhadap perkembangan bahasa dalam pembelajaran bahasa SD, dan pengaruh
pendekatan psikolinguistik terhadap anak yang memiliki keterlambatan kemampuan
berbahasa.
2
3. Bagaimana perngaruh pendekatan psikolinguistik terhadap anak yang memiliki
keterlambatan kemampuan berbahasa di SD?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dibuatnya makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan peran pendekatan psikolinguistik terhadap perkembangan bahasa
anak di usia sekolah dasar
2. Menjelaskan fungi pendekatan psikolinguistik terhadap perkembangan bahasa
dalam pembelajaran bahasa SD
3. Menjelaskan pengaruh pendekatan psikoinguistik terhadap anak yang memiliki
kemampuan berbahasa di SD
3
BAB II
KERANGKA TEORI
4
“Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik
bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa,
dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, yang tidak mudah dicapai atau didekati melalui
salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri” (Lado,
1975:220).
“Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana pemakaian suatu
bahasa membangun dan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut” (Emmon Bach,
1964:64).
“Psikolinguistik adalah telaah pemerolehan bahasa dan perilaku linguistik,
terutama mekanisme psikologis yang bertanggung jawab atas kedua aspek itu”
(Langacker, 1973:6).
“Psikolinguistik merupakan ilmu yang mengurai proses-proses psikologis yang
terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memeagami kalimat yang
didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh
manusia”(Simanjuntak, 1987:1).
5
Ferdinand de Saussure (1858-1913). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang
bahasa yaitu language (bahasa yang pada umumnya bersifat abstrak) langue (bahasa
tertentu yang bersifat abstrak) dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat
konkret). Dia menegaskan objek kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek
kajian psikologi adalah parole. Hal ini dikatakannya karena dia beranggapan segala
sesuatu yang ada dalam bahasa itu pada dasarnya bersifat psikologis.
Edward sapir (1884-1939). Menurut Sapir, psikologi dapat memberikan dasar
ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mengkaji hubunganb bahasa
(linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari kajian itu beliau berkesimpulan bahwa
bahasa, terutama stukturnya, merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran
manusia.
Leonard Bloomfield (1887-1949), dalam usahanya menganalisis bahasa telah
dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan
behaviorisme. Disini beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan
pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi
yang sangat kuat.
Otto Jespersen tlah menganalisis bahasa menurutt psikologi mentalistik yang
juga sedikit berbau behaviorisme, bahasa bukanlah uatu wujud dalam pengertian suatu
benda, melainkan uatu fungsi manusia sebagai lambang-lambang di dalam otak yang
melambangkan pemikiran atau yang membangkitkan pikiran.
2.2.2 Lingusitik dalam Psikologi
Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah pakar yang menaruh
perhatian pada linguistik. John Dewey (1859-1952), beliau telah mengkaji bahasa dan
perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak-kanak
berdasarkan prinip-prinsip psikologi. Jadi dengan pengkajian kelas kata berdasarakan
pemahaman kanak-kanak kita akan dapat menentukan kecenderungan akal (mental)
kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan linguistik.
Karl Buchler, beliau menyatakan bahasa manusia itu mempunyai tiga fungsi,
yang disebut Kungabe adalah tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk
verbal. Appel adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain. Sedangkan
Darstellung penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan. Disini bahasa
dipandang sebagai simbol atau lambang. Dalam penggunaan bahasa salah satu dari
ketiga fungsi itu mungkin lebih domina namun, dartellung merupakan fungsi yang
paling umum.
6
Wundt (1832-1920). Orang pertama yang mengembangkan secara sistematis
toeri mentalistik bahasa. Beliau menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk
melahirkan pikiran. Wundt berpendapat bahwa pada mulanya bahasa lahir dalam
bentuk gerak-gerik yang dipakai untuk melahirkan peraaan-perasaan yang sangat kuat
secara tidak sadar. Lalu terjadilah pertukaran antara komponen-komponen perasaan ini
dengan komponen-komponen akal mentalisme.
Watson (1878-1958), menempatkan perilaku atau kegiatan berbahasa sama
dengan perilaku atau kegiatan lainnya. Pada mulanya Watson hanya menghubungkan
perlikau berbahasa yang implisit, yakni terjadi didalam pikiran, dengan yang eksplisit,
yakni yang berupa tuturan.
Weiss, mengakui adanya aspek mental dalam bahasa. Namun, karena wujudnya
tidak memiliki kekuatan fisik, maka wujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukan. Weiss
juga telah mengemukakan sejumlah masalah yang harus dipecahkan oleh linguistik dan
psikologi yang dilihat dari sudut behaviorisme, yaitu sebagai berikut.
a. Bahasa merupakan suatu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas terhadap
suatu stimulus
b. Pada dasarnya perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke dalam
organisasi gerak saraf
c. Perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragam-ragamkan
kegiatan seorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan
d. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap suatu respons atau sebaliknya
e. Respons bahasa sebagai stimulus pengganti untuk benda dan keadaan yang
sebenarnya.
2.2.3 Kerja Sama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama secara langsung diantar disiplin lingusitik dan psikologi sebenarnya
sudah dimulai sejak 1860, yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang
beralih menjadi ahli lingustik, dan Moritz Lazarus eorang ahli linguitik yang beralih
menjadi ahli psikologi. Menurut Steinhal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat
hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa satu-satunya jalan untuk
masuk kedalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa dan bukan
melalui pancaindra manusia. Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar di
dalam buku yang disunting oleh Osgood dan Sebeok adalah sebagai berikut :
a. Psikolinguistik adalah suatu teori linguistik berdasarkan bahasa yang di anggap
sebagai sebuah sistem elemen yang berhubungan erat.
7
b. Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme)
berdasarkan bahasa yang di anggap sebagai satu sistem tabiat dan kemampuan
yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.
c. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai
sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.
2.2.4 Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri
Dalam teorinya, Leshley menyatakan bahwa lahirnya suatu ucapan bukanlah
merupakan pertalian serentetan respons yang datangnya dari luar, melainkan
merupakan suatu kejadian akal yang serentak dan struktur sintaksis ucapan itu hanyalah
secara tidak langsung dihubungkan dengan bentuk urutannya.
Miller mencoba memperkenalkan teori linguistik baru yang dirumuskan oleh
Chomsky yaitu teori generatif transformai kepada para pakar psikologi yang belum
menyadari adanya perkembangan yang sangat pesat dalam studi bahasa yang telah
dicapai oleh lingusitik untuk memupuk jalan kearah kerja sama selanjutnya.
Pada awal perkembangannya, psikolinguistik sangat berbau neobehaviorisme
terutama yang mencoba menerangkan bahasa menurut kerangka Stimulus-Respons
yang tidak mentalis. Inilah tujuan utama psikolinguistik dewasa ini yang bersifat
kognitif, yang mengikuti satu evaluasi dalam pengkajian bahasa.
2.2.5 Tiga Generasi dalam Psikolingusitik
2.2.5.1 Psikolinguistik Generasi Pertama
Psikolinguistik generasi pertama adalah pikolinguistik dengan para pakar
yang menulis artikel dalam kumpulan karangan. Sebeok sebagai dua tokoh linguistik
generasi pertama titik pandangnya berkaitan dengan aliran behaviorisme (aliran
perilaku) atau lebih tepat lagi dengan aliran neobehaviorisme. Namun,
psikolinguistik memang dianalisis oleh Osgood dan Sebeok tetap bergayut dengan
proses perilaku dari aliran behaviorisme.
L. Bloomfield yang menerima dan menerapkan terori-teroti perilaku dalam
analisis bahasa. Teknik analisis bahasa dan pandangannya tentang hakikat bahasa
sama dengan pandangan dan teori psikologi yang berlaku. Aliran behaviorsme
dalam psikologi merupakan suatu aliran empiris, pandangan ini juga diterapkan
dalam proses pemerolehan bahasa.
2.2.5.2 Psikolinguistik Generasi Kedua
Untuk dapat memahami lebih baik psikolinguistik generasi kedua melalui
pernyataan G.S Miller dan Noam Chomky adalah sebagai berikut :
8
a. Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-cirin fisiknya jelas dan tidak semua
ciri-ciri yang terang dalam ujaran mempunyai representai fisik.
b. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditujukannya.
Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut anathubungan
simbol-simbol atau lambang-lambang satu respons yang terpenggal-penggal
terlalu menyederhanakan kekayaan makana atau makna secara keseluruhan
c. Makna sebuah ujaran bukannalh makna dari kata-kata yang tersusun memahami
makna sebuah ujaran berarti memahami apa yang ada dalam otak sipenutur.
d. Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri dari satuan-satuan yang menentukan
interaksi antar makna-makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.
e. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang diejawantahkan dengan bahasa terbatas
jumlahnya.
f. Harus dibedakan antara penndeksripsian sebuah bahasa dan pendksripsian
pemakai bahasa.
g. Adanya komponen biologis yang bear untuk menentukan kemampuan berbahasa.
2.2.5.3 Psikolinguistik Generasi Ketiga
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka bahasa
telah melampaui batas kalimat. Namun, kenyataannya analisis mereka hanya sampai
pada anlisis hubungan antara kalimat dan pada kalimat saja, belum sampai pada
wacana. Beberapa konsep yang berhubungan dengan analisis topik-topik telah
diintroduksikan, namun tetap tidak ada kelanjutannya.
Tabel 2.1
Tataran Rancangan
Subsistem Linguistik
Psikolinguistik
Rancangan wacana
Analisis wacana
Rancangan intonasi
Sintaksis kalimat Rancangan sintaksis
Kaidah leksikal Rancangan pemilihan leksikal
Kaidah morfofonemik Rancangan morfofonemik
Kaidah fonologi Rancangan fonetik dan mototris
9
Ciri-ciri psikolinguistik generasi ketiga adalah sebagai berikut :
a. Orientasi mereka kepada psiokologi, tetapi bukan psikologi perilaku.
b. Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat” dan keterlibatan
dalam psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks.
c. Adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak ke satu
analisis psikologis mengenai komunikasi dan pemikiran.
2.3 Ciri-ciri Psikolinguistik
Psikolinguistik yang merupaka sub disiplin ilmu linguistik antara psikologi dan
linguistik yang memiliki ciri-ciri antara lain:
a. membahas hubungan bahasa dengan otak;
b. berhubungan langsung dengan proses penyandian (encoding) dan pemahaman sandi
(decoding);
c. sebagai suatu pendekatan;
d. menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa;
e. membahas proses yang terjadi pada pembicaraan dan pendengar di dalam kaitannya
dengan bahasa;
f. menitikberatkan pembahasan mengenai pemerolehan bahasa dan perilaku linguistik;
g. merupakan hubungan kebutuhan berekspresi dan berkomunikasi;
h. berhubungan dengan perkembangan bahasa anak;
i. berkaitan dengan proses psikologis dalam membangun atau memahami kalimat.
2.4 Ruang Lingkup Kajian Psikolinguistik
Objek kajian psikolinguistik adalah bahasa, gejala jiwa, dan hubungan antara
keduanya. Bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwa.
Bahasa di lihat dari aspek psikologis, yakni proses bahasa yang terjadi pada otak, baik
pada otak pembicaraan maupun otak pendengar. Adapun penjabaran ruang lingkup
kajian psikolinguistik adalah sebagai berikut.
2.6.1 Objek Kajian Psikolingistik
a. Otak dan Bahasa
Otak dan Bahasa adalah salah satu kajian dari Psikolinguistik seperti yang
telah dijelaskan diatas. Otak dan Bahasa lebih dikenal dengan Neurologi, yang
dimana adanya hubungan antara organ otak manusia dengan bahasa, baik itu dalam
penyimpanan, penggunaan dan pemerolehan bahasa itu sendiri.
10
b. Pikiran dan Bahasa
Keterkaitan antara pikiran dan bahasa menjadi salah satu yang menarik dalam
kajian Psikolinguistik. Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa adalah alat
penyambung lidah seseorang, yang dimana bahasa adalah alat komunikasi kita
dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan berbagai macam ide, ekspresi,
dan perasaan kepada orang lain. Disisi lain kita juga dituntut untuk memahamai
setiap ujaran dan ucapan yang disampaikan oleh orang lain. Dengan melihat hal
demikian, kita dapat mengkaitkan hubungan antara pikiran dan bahasa dimana
bahasa adalah media manusia dalam menyampaikan aspirasi atau ide-ide mereka.
c. Aspek Garapan Psikolinguistik
Adapun aspek-aspek yang penting dalam garapan psikolinguistik antara lain:
1. kompetensi (proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran);
2. akuisisi (pemerolehan bahasa);
3. performansi (pola tingkah laku berbahasa);
4. asosiasi verbal dan persoalan makna;
5. proses bahasa pada orang abnormal, misalnya anak tuli;
6. persepsi ujaran dan kognisi;
7. pembelajaran bahasa.
2.5 Tujuan Mempelajari Psikolinguistik
Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar, sangat penting
memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan
agama Islam,sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspek psikologis
dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan,sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Beberapa peran penting psikolinguistik dalam proses pembelajaran adalah :
a. Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik sebagai suatu
disiplin mandiri.
b. Dapat membantu Guru dalam memahami peserta didiknya yang berbeda dalam hal
kecerdasan.
c. Dapat mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu diperoleh.
d. Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur dan
bagaimana cara menyembuhkannya.
e. Dapat membantu Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya baik.
f. Dapat mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
g. Dapat mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika berbahasa.
11
h. Memahami peserta didik sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat,
kemampuan, kecerdasan,motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-
lain.
i. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran.
j. Memilih memetode – metode pembelajaran dan pengajaran.
k. Menciptaka situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
l. Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
m. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
n. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
o. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
p. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru.
q. Membimbing perkembangan peserta didik.
12
Pada penelitian ini mendapatkan sebuah temuan bahwa perkembangan anak
yang pesat pada usia Sekolah Dasar yaitu perkembangan bahasa, emosi, dan sosial.
Perkembangan tersebut tidaklah sama antara satu anak dengan yang lainnya. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan tersebut diantaranya faktor
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
2.6.3 Artikel Penelitian oleh, Latifa (2017) dalam Academica Journal of Multidisciplinary
Studies Volume 1, No.2, Halaman 185-196 yang berjudul “Aspek Perkembangan pada
Anak Sekolah Dasar: Masalah dan Perkembangannya”
Pada penelitian ini mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan
menunjukkan bahwa tujuh aspek perkembangan berpengaruh terhadap proses belajar-
mengajar di kelas. Aspek-aspek perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor
genetic, lingkungan keluarga, serta lingkungan tempat anak bergaul. Dengan
demikian, penting bagi orang tua untuk memantau aspek-aspek perkembangan anak
agar tumbuh menjadi pribadi yang berprestasi.
2.7 Kerangka Teoritis
Gambar 2.1
13
BAB III
PEMBAHASAN
Ruang lingkup dalam mempelajari psikolinguistik ialah bahasa, bahasa menjadi salah
satu alat komunikasi yang dimiliki oleh manusia. Dalam pengajaran, bahasa menjadi aspek
psikologi yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru, karena dalam sebuah
pembelajaran tak lepas dari sebuah interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik.
(Harley dalam Dardjowidjojo, 2003:7) menyatakan bahwa psikolinguistik adalah studi
tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Studi terhadap proses mental tersebut
tentu perlu direduksi ke dalam pembelajaran di kelas. Artinya, guru berperan mampu
mengetahui kondisi mental peserta didik sebelum belajar.
Setiap pola perkembangan bahasa itu mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula,
yang mungkin saja tidak sama dengan tata bahasa orang dewasa (tata bahasa yang
sebenarnya). Di dalam konteks psikolinguistik, sebagai seorang pengajar, tentunya guru
dituntut harus dapat memahami mental, karakter, atau perilaku peserta didik, karena hal itu
akan berpengaruh pula pada perilaku berbahasa mereka ketika belajar bahasa. Memahami
mental peserta didik tentu dapat dilakukan guru, salah satunya dengan cara pendekatan
komunikatif melalui interaksi di kelas. Dengan menjalin interaksi yang baik di kelas, secara
tidak langsung dapat melatih kemampuan belajar bahasa peserta didik.
14
Untuk itu, guru harus mampu membangun pola interaksi yang efektif, karena di dalam
kelas kemampuan siswa cukup bervariatif. Ada di antara mereka yang kreatif, statis, apatis,
memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi dan lain-lain. Sejumlah siswa di dalam
kelas tidak semua dapat melakukan interaksi dengan baik. Hal itu tentu secara psikologi akan
mempengaruhi gaya belajar siswa. Siswa yang merasa tertekan jiwanya yang selalu dalam
keadaan takut, tidak percaya diri, mengalami kegoncangan emosi- emosi yang kuat, atau
tidak disukai oleh temannya tentu tidak dapat belajar secara efektif (Slameto, 2003:76).
Interaksi pembelajaran menurut Sardiman (1992:15) dapat dianggap berjalan secara efektif
jika memiliki ciri-ciri di antaranya; (a) bertujuan untuk membantu anak dalam perkembangan
tertentu dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian; (b) jalannya interaksi harus
memiliki prosedur yang jelas, sistemik dan relevan; (c) guru dan siswa harus bersama-sama
menjadi pemimpin jalannya interaksi; (d) adanya aktivitas siswa secara fisik dan mental harus
menjadi ukuran berjalannya interaksi pembelajaran.
3.1.2 Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang Efektif
dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas
Pembelajaran bahasa harus mampu ditinjau dari berbagai pendekatan, salah satunya
melalui pendekatan psikolingustik. Hal ini penting karena, sesuai dengan asumsi
psikolinguistik bahwa bahasa dapat diajarkan di antaranya perlu memperhatikan
perkembangan biologis peserta didik serta ditekankan mampu melakukan latihan secara
berulang-ulang (penubian) untuk meningkatkan kreativitas berbahasa dalam berkomunikasi
(Mukalel, 2003:7-11). Seperti kasus pengajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik di
India dalam film “Tare Zameen Par” saat menemui peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam membedakan huruf. Setelah dianalisis, sang pendidik itu mendiagnosis bahwa peserta
didik tersebut mengalami gangguan berbahasa yang oleh medis disebut sebagai disleksia.
Pendidik itu paham proses pembelajaran di kelas tak terlepas dari persoalan singular (subjek
didik). Oleh karenanya, pendidik haruslah peka terhadap kondisi apapun yang menyangkut
peserta didik termasuk kondisi kejiwaan (psikologis) peserta didik. Akhirnya, sang pendidik
tadi memberikan perlakuan khusus pada sang anak penderita disleksia. Ia yakin disleksia
bukanlah penyakit akut yang patut diratapi. Sebaliknya, penderita disleksia dapat diterapi
dengan bermodalkan kesungguhan dan keuletan.
Ilmuan mutakhir menemukan terapi bagi penderita disleksia. Terapi itu disebut
metode DORE karena sang penemu adalah Wynford Dore. Metode ini dilakukan dengan
15
latihan rutin bagi setiap individu untuk menstimulasi daerah otak d k dengan sejumlah
pembelajaran. Latihan seperti berdiri di atas papan bergoyang, melempar kantung,
mengayunkan bola, dilakukan selama sepuluh hari sekali. Berbagai ilustrasi di atas
menggambarkan betapa pentingnya implikasi psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.
Sedangkan pada proses pembelajaran bahasa, peserta didik adalah subjek dalam
pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini peserta didik dianggap sebagai organisme yang
beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan
membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Menurut
Garnham (Natsir, 2017 :2) penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya
adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan waswas (menghadapi ujian atau
pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi,
terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik.
16
mata menyampaikan materi saja tapi juga perlu memahami kondisi jiwa tiap peserta didik
yang diasuhnya. Sebab, dengan memahami psikologi anak, pembelajaran akan terarah ke
pusat cita-cita yang diinginkan yaitu terciptanya sebuah peradaban bangsa.
17
BAB IV
PENUTUP
Pada bagian penutup akan di bahas kesimpulan pada makalah ini tentang
Implementasi Pendekatan Psikolinguistik Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia
Sekolah Dasar
4.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dipaparkan tentang dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut;
4.1.1 Pendakatan psikolinguistik terhadap perkembangan anak di usia sekolah dasar
sangat berpengaruh pada kemampuan anak mengolah tata bahasa dan kemampuan
untuk berbahasa dengan bahasa lisan, tulis, dan bahasa tubuh.
4.1.2 Pendekatan psikolinguistik pada perkembangan bahasa anak dapat berfungsi sebagai
sarana atau media untuk guru mengajarkan kebendaharaan tata bahasa pada anak,
memhami kepribadian dan karakter anak melalui bahasa yang disampakan anak, dan
perolehan bahasa anak yang diketahui anak.
4.1.3 Pengaruh pendekatan psikolinguistik terhadap kemampuan berbahasa anak dapat
diketahui ketika anak berada dalam proses pembelajaran, ketika anak dapat
memahami materi dan mampu menyampaikan materi dengan baik maka pengaruh
psikolinguistik pada anak akan sangat terlihat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Rini, dan Savitri Suryandi. 2017. Psikolinguistik:Tujuan Bahasa Alay dan
Cyberbullying. Diunduh pada 25 Agustus 2021 pada link,
https://erepository.uwks.ac.id/6463/
Dewi, Neviyarni, Irdamurni. 2019. Perkembangan Bahasa, Emosi, dan Sosial Anak Usia
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah “Pendidikan Dasar” Vol. VII No. 1 Januari 2020
F.Kess, Joseph. 1992. Psycholinguistics (Psychology, Linguistics, and The Study of Natural
Language). Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Fauziyah, Azizah Nur D. 2018. Peranan Bahasa Ibu terhadap Perkembangan Bahasa Anak
Usia Dini di Raudhatul Athfal Tariem Noer. Skripsi
Kurniati, Erisa. 2017. Perkembangan Bahasa pada Anak dalam Psikologi serta Implikasinya
dalam Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3
Latifa, Umi. 2017. Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannya.
House
19
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta.
20