Anda di halaman 1dari 41

JUDUL PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY

PADA PEMBELAJARAN IPA TEMA


PEMANASAN GLOBAL UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI SAINS
LATAR BELAKANG Pentingnya literasi sains berhubungan dengan
bagaimana siswa mampu menggunakan
kemampuan berpikir secara ilmiah dan
menggunakan pengetahuan serta proses sains
dalam memahami suatu fenomena sehingga
mampu mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah. Pertama
pembelajaran IPA yang dilaksanakan di
sekolah tidak berangkat dari fenomena-
fenomena ilmiah yang familiar dengan
siswa. Kedua, pembelajaran IPA kurang
dibelajarkan melalui penyelidikan ilmiah
berupa kegiatan eksperimen yang
bermakna. Kegiatan eksperimen yang
dilakukan selama ini cenderung berupa
eksperimen verifikasi. Siswa tidak dilatih
dalam merancang percobaan yang akan
dilakukan dan mengidentifikasi variable
variable dalam eksperimen. Siswa
cenderung melakukan kegiatan
eksperimen yang bersifat verifikatif sesuai
dengan LKS yang diberikan guru. Ketiga,
pembelajaran IPA cenderung menekankan
aspek pemahaman berdasarkan
ingatan. Masih sangat jarang pembelajaran
IPA yang dilakukan untuk membangun
kemampuan analisis berupa kemampuan
menerjemahkan, menghubungkan,
menjelaskan, dan menerapkan informasi
berdasarkan sumber data ilmiah.
Berdasarkan hal tersebut, hampir
dipastikan tidak terjadi pembelajaran yang
bernuansa proses, yang didalamnya siswa
dilatih memformulasikan pertanyaan
ilmiah untuk penyelidikan, menggunakan
pengetahuan yang diajarkan untuk
menerangkan fenomena alam, serta
menarik kesimpulan berbasis fakta-fakta
yang diamati. Keempat, siswa kurang
terlatih dalam mengerjakan soal yang
mengedepankan kemampuan literasi sains.
Instrumen soal yang digunakan dalam
mengases kemampuan siswa kurang
dikaitkan dengan kehidupan nyata yang
dihadapi siswa sehingga tidak
memberikan kesempatan siswa dalam
menggunakan pengetahuan dan proses
sains yang telah mereka pelajari secara
optimal.
Selain itu, guru IPA juga mengeluhkan
pergantian kurikulum yang terjadi.
Pergantian kurikulum yang berlangsung
dalam waktu singkat berimbas
pada kebingungan yang dirasakan oleh
guru.
Hal ini membuat guru cenderung
berorientasi
pada materi. Materi yang akan
disampaikan
cenderung bersifat konvensional tanpa
disertai dengan kegiatan eksperimen untuk
melatih kemampuan analisis siswa.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki
siswa Indonesia harus segera diatasi agar
siswa memiliki literasi sains yang lebih
baik. Salah satu solusi yang dipandang
dapat mengatasi masalah tersebut dan
dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains
siswa adalah dengan menerapkan
pendekatan
inkuiri.
Literasi sains merupakan hasil belajar kunci
bagi semua siswa. Literasi sains dapat
dilatihkan melalui penerapan levels of inquiry
pada pembelajaran IPA.

TUJUAN maka tujuan penelitian ini adalah untuk


meningkatkan literasi sains siswa SMP
melalui penerapan levels of inquiry pada
pembelajaran IPA tema pemanasan global.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen lemah (pre experiment).
Penggunaan metode ini bertujuan untuk
membandingkan literasi sains siswa sebelum
dan sesudah diterapkan levels of inquiry
pada pembelajaran IPA tema pemanasan
global.
Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel bebas adalah pembelajaran IPA
dengan levels of inquiry, sedangkan
variabel
terikat adalah literasi sains siswa.
Desain penelitian ini menggunakan one-
group pretest-posttest design. Pada desain
ini, satu kelompok diukur atau diamati
tidak hanya setelah diberikan perlakuan,
tetapi juga sebelum diberikan perlakuan
dilandasi tujuan utama dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui peningkatan
literasi sains siswa setelah diterapkan
levels of inquiry bukan untuk
membandingkan levels of inquiry dengan
model pembelajaran yang lain.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa
soal tes literasi sains. Soal tes literasi sains
digunakan untuk menilai literasi sains siswa
sebelum dan setelah diterapkan levels of
inquiry pada pembelajaran IPA tema
pemanasan global. Data skor tes literasi
sains dianalisis dengan menggunakan
statistik non parametrik yaitu uji wilcoxon.
Hal ini dilakukan karena distribusi data
untuk skor pretes dan skor postes tidak
terdistribusi normal. Uji wilcoxon ini juga
digunakan untuk mengetahui peningkatan
literasi sains yang terjadi setelah diterapkan
levels of inquiry pada pembelajaran IPA
tema pemanasan global.

Hasil dan Pembahasan Penerapan levels of inquiry pada


pembelajaran IPA tema pemanasan global
dilakukan selama tiga kali pertemuan.
Sebelum subyek penelitian diberikan
perlakuan, terlebih dahulu diberikan pretes
yang bertujuan untuk mengetahui literasi
sains awal yang dimiliki siswa. Setelah
diberikan pretes, subyek penelitian
diberikan perlakuan berupa penerapan levels
of inquiry pada pada pembelajaran IPA tema
pemanasan global selama 3 kali pertemuan.
Levels of inquiry yang digunakan mulai dari
tahapan discovery learning, interractive
demonstration, inquiry lesson, dan inquiry
lab.
tahapan tersebut diterapkan secara
sistematis, bertahap, dan komprehensif
dalam satu pertemuan sekaligus dengan
alokasi waktu 80 menit untuk setiap
pertemuannya. Setelah diberikan perlakuan
selama tiga kali pertemuan, kemudian
subyek penelitian diberikan postes untuk
mengetahui literasi sains akhir siswa.
Untuk mendapatkan data peningkatan
literasi sains digunakan nilai hasil pretes dan
postes dari 26 soal yang dikembangkan
dalam bentuk soal pilihan ganda. Soal
tersebut diberikan sebelum dan sesudah
dilakukan penerapan levels of inquiry pada
pembelajaran IPA tema pemanasan global.
Berdasarkan nilai hasil pretes dan postes
tersebut dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji wilcoxon.
Untuk aspek pengetahuan konten
mengalami peningkatan sebesar 21,85%.
Aspek pengetahuan prosedural mengalami
peningkatan sebesar 15,43%. Aspek
pengetahuan epistemik mengalami
peningkatan sebesar 17,86%. Dari ketiga
aspek dalam domain pengetahuan tersebut,
aspek pengetahuan konten mengalami
peningkatan paling tinggi, sedangkan aspek
pengetahuan prosedural mengalami
peningkatan paling rendah dibandingkan
aspek yang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan kemampuan siswa
dalam mengenali variabel, merumuskan
pertanyaan penelitian, melakukan
pengukuran, menampilkan tabel pengamatan
belum meningkat secara optimal.

Kesimpulan dan saran Berdasarkan hasil penelitian serta


diskusi dan pembahasan dapat diperoleh
kesimpulan penelitian. Literasi sains
mengalami peningkatan setelah diterapkan
levels of inquiry pada pembelajaran IPA
tema pemanasan global. Peningkatan
literasi
sains dilihat pada domain kompetensi
dan domain pengetahuan. Pada domain
kompetensi, kompetensi menjelaskan
fenomena ilmiah merupakan kompetensi
yang meningkat paling tinggi. Sedangkan,
kompetensi mengevaluasi dan merancang
penelitian ilmiah meruapakan kompetensi
yang meningkat paling rendah. Untuk
domain pengetahuan, aspek pengetahuan
konten merupakan aspek yang mengalami
peningkatan paling tinggi. Sedangkan,
aspek
pengetahuan prosedural merupakan aspek
yang mengalami peningkatan paling
rendah.
Peneliti dapat memberikan saran terkait
penelitian yang telah dilakukan.
Peningkatan
literasi sains siswa secara keseluruhan
selama diterapkan levels of inquiry pada
tema pemanasan global diharapkan dapat
diterpkan pada pembelajaran di
sekolahsekolah.
Hal ini perlu dilakukan dalam usaha
meningkatkan literasi sains siswa di
Indonesia agar mampu bersaing dengan
siswa Negara lain dalam kancah
internasional. Peneliti juga
merekomendasikan kepada peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
hal
yang sama atau melakukan pengembangan
agar memperhatikan alokasi waktu dalam
merancang pembelajaran menggunakan
levels of inquiry. Hal ini tidak terlepas
dari
keterbatasan yang dialami selama
penelitian
yang menunjukkan bahwa pengaturan
alokasi waktu setiap tahapan levels of
inquiry sangat penting sehingga penerapan
levels of inquiry dapat terlaksana dengan
baik sesuai alokasi waktu dalam
kurikulum.

Jurnal II
Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 1 Januari 2002 : 30-32

JUDUL PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL


WARMING)
LATAR BELAKANG Emisi adalah hasil kegiatan umat manusia
yang meningkatkan konsentrasi gas-gas
greenhouse effect seperti : Carbon dioxide,
methane, chlorofluoro carbon dan nitron
oxide. Peningkatan konsentrasi gas-gas di
atas akan menaikkan greenhouse effect yang
akhirnya menambah panas suhu permukaan
bumi.
Bertambahnya panasnya suhu bumi di
atastelah menyebabkan bertambahnya air di
permukaan bumi menguap. Kegiatan-
kegiatan manusia penyebab fenomena di
atas telah terjadi sejak abad 18 ketika di
mulainya revolusi industri antara lain
dibuatnya pabrik-pabrik, pembangkit listrik,
kendaraan transportasi dan pertanian.

TUJUAN Dapat mengetahui dampak pemanasan


global
Metodologi Penelitian
Isi dan Pembahasan Manusia memanfaatkan berbagai
sumberdaya yang ada di lingkungannya
untuk hidup. Kita mengambil makanan dari
apa yang tumbuh dan hidup di darat dan di
air. Kita menghirup oksigen dari udara. Kita
mengguna-kan batubara, minyak dan bahan
alam lainnya untuk menghasilkan energi
ataupun menjalan-kan pabrik-pabrik.
Pabrik-pabrik itu menghasil-kan barang-
barang yang berguna untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan manusia.
Kepada lingkungan, manusia mengem-
balikan limbah sisa-sisa pemakaiannya. Sisa
makanannya di buang sebagai kotoran
manusia. Sisa kegiatan sehari-hari dibuang
sebagai sampah. Setelah mengambil oksigen
dari udara, manusia mengembalikan karbon
dioksida (CO2 ) ke udara. Demikian pula
manusia mengeluarkan karbon dioksida
(CO2 ) dalam jumlah besar sebagai hasil
dari pembakaran bahan bakar di pabrik-
pabrik dan kendaraan bermotor.
Semua limbah itu diterima oleh lingkungan
dan diolah oleh alam menjadi zat-zat
berguna. Kotoran manusia dan hewan ternak
didekomposisi dan menjadi pupuk yang
menyuburkan tanah untuk memproduksi
makanan lagi bagi manusia. Karbon
dioksida (CO2 ) diserap oleh tumbuh-
tumbuhan yang dengan bantuan klorofil dan
sinar matahari diubah menjadi karbohidrat
yang berupa gula, pati, serat dan keju.
Benda-benda yang dihasilkan itu digunakan
untuk makanan, pakaian, perumahan dan
bahan bakar bagi manusia.
Di daerah pedalaman yang berpenduduk
tidak padat, kegiatan industribelum banyak
dan pohon-pohon hijau masih menutupi
sebagian besar permukaan bumi, sehingga
masih didapati keseimbangan antara
pembuangan limbah dan kemampuan alam
mengolahnya kembali.
Kesimpulan dan Saran KYOTO PROTOCOL yang menjadi
konsensus bersama antara negara maju dan
berkembang pada seri 3 Conference of the
Parties (COP3) di Kyoto pada bulan
Desember 1993 mengenai Global Warming
segera diratifikasi terutama oleh negera-
negara maju. Perlu diketahui bahwa Emisi
CO2 dari 30 negara maju saja yang
berpenduduk 20 persen dari penduduk dunia
menyumbang 2/3 emisi salah satu gas rumah
kaca. Negara maju cukup membantu
sebanyak–banyaknya negara berkembang
mengurangi emisinya dengan dana
kompensasi carbon. Perusahan Bayer
(Jerman) saja telah menyiapkan dana
sebesar US$ 56 milyar untuk program
kompensasi carbon, tinggal kita (Indonesia)
membuat proposalnya. Seluruh umat
manusia diminta untuk memperhatikan
masalah pemanasan global ini demi untuk
kelanjutan hidup mereka serta anak cucunya
atau jika tidak akan mempercepat terjadinya
“DOOMSDAY

JURNAL III

JUDUL PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK


STRIP SAINS
“PEMANASAN GLOBAL” UNTUK
MENINGKATKAN
MOTIVASI MEMBACA SISWA KELAS
VII SMPN 2 SUMENEP
LATAR BELAKANG Media pembelajaran merupakan alat yang
penyampai pesan atau informasi
pembelajaran. Media visual mampu
menumbuhkan minat siswa dan
menghubungkan isi materi pelajaran dengan
dunia nyata. Komik sebagai media visual
berfungsi untuk menyampaikan pesan dan
menghibur.
Materi kelas VII yang disajikan padamedia
komik yang dikembangkan adalah pemanasan
global Kesukaan siswa membaca komik
dibandingkan dengan buku IPA yang lain
berhubungan dengan motivasi membaca
siswa. Motivasi membaca siswa rendah untuk
membaca media cetak IPA, karena buku dan
LKS di sana berkualitas kurang baik dilihat
dari kertas yang digunakan dan gambar yang
disajikan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Arsyad (2007:7) bahwa media
cetak, seperti buku dapat membosankan dan
membunuh minat siswa untuk membacanya,
terutama jika jilid dan kertas yang digunakan
jelek. Tampilan buku atau LKS IPA yang
kurang menarik mempengaruhi motivasi
membaca siswa. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan sebuah media berbentuk komik
yang merupakan salah satu karya fiksi yang
digemari oleh siswa.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui kelayakan media komik
strip sains untuk digunakan oleh siswa kelas
VII SMPN 2 Sumenep.
2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi
membaca siswa pada materi IPA kelas VII
SMPN 2 Sumenep setelah menggunakan
media komik strip sains.

ISI DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produk berupa


media komik strip sains dengan materi
pemanasan global. Produk yang dibuat
memiliki empat komponen penyusun.
Empat komponen penyusun tersebut antara
lain sampul (cover) komik, pengenalam
tokoh komik, isi (materi) komik, dan daftar
pustaka.
Komponen pertama adalah sampul, yang
digunakan sebagai identitas awal media
komik sains. Sampul memuat jenis media
(media komik strip sains), materi komik
(pemanasan global), kelas, semester, dan
nama pengembang komik. Komponen kedua
adalah pengenalan tokoh yang berfungsi
untuk mengenalkan tokoh sebelum
membaca komik. Pengenalan tokoh
diperlukan untuk mempermudah pembaca
memahami alur cerita komik. Komponen
media komik yang ketiga adalah materi
pembelajaran yang disajikan dalam bentuk
komik strip. Komik yang terakhir adalah
daftar pustaka yang memuat sumber materi
yang dapat diakses oleh siswa atau guru.
Validasi Produk
Produk divalidasi sebelum diujikan. Validasi
produk meliputi validasi materi IPA dan
validasi desain. Masing-masing validasi
dilakukan oleh tiga orang validator.
Hasil validasi materi menunjukkan bahwa
produk layak digunakan tanpa revisi. Produk
mendapat persentase dari 3 orang ahli materi
sebesar 97,44% dengan kategori layak tanpa
revisi. Produk yang telah lolos validasi
materi selanjutnya masuk validasi desain
(tampilan). Validasi desain mula-mula
mendapat persentase 72,2% dengan kategori
layak dengan revisi. Hal ini menyebabkan
produk harus direvisi terlebih dahulu
sebelum kemudian divalidasi kembali.
Produk yang sudah direvisi, divalidasi
kembali pada ahli desain. Produk yang
sudah direvisi mendapatkan persentase dari
ahli desain sebesar 93,5% berkategori layak
tanpa revisi. Hal ini menunjukkan bahwa
media komik strip sains yang dikembangkan
sudah dapat diujikan, karena telah lolos
tahap validasi materi dan desain.
Revisi Produk
Produk yang telah divalidasi selanjutnya
masuk tahap revisi. Kekurangan-kekurangan
produk diperbaiki pada tahap ini.
Sebagian besar respon siswa yang dilakukan
pada tiga tahap menunjukkan hasil sangat
baik. Hal ini karena media pembelajaran
yang dikembangkan membuat siswa tertarik
untuk membacanya. Beberapa siswa yang
lain merespon dengan kriteria baik yang
disebabkan oleh warna sampul maupun isi
media pembelajaran yang kurang jelas,
disebabkan oleh pewarnaan tinta yang
kurang baik saat media komik dicetak.
Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi keterlaksanaan pembelajaran
dilakukan untuk membandingkan antara
rencana pembelajaran yang telah disusun
dengan kegiatan yang dilakukan di kelas.
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
menunjukkan persentase sebesar 93,3%
dengan kategori sangat baik. Hasil ini
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
telah tercapai.
Hasil Motivasi Membaca Siswa
Angket motivasi membaca diberikan pada
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
Angket motivasi membaca digunakan untuk
mengetahui peningkatan motivasi membaca
siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil
motivasi membaca siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran dianalisis
menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan
aplikasi statistik SPSS.

METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah


metode Research and Development yang
dikembangkanoleh Sugiyono (2016).
Metode penelitian yang diadaptasi oleh
Sugiyono (2016) ini terdiri dari beberapa
tahap, mulai dari tahap potensi dan masalah,
studi literatur, pengumpulan data, validasi
desain, revisi desain, pembuatan produk,
simulasi produk,revisi produk, uji coba
pemakaian prdouk, revisi produk, uji coba
lapangan, revisi produk, dan tahap
implementasi.
Instrumen penelitian divalidasi terlebih
dahulu sebelum digunakan. Instrument
penelitian terdiri dari angket validasi
produk, angket respon siswa, angket
motivasi membaca, dan lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran.
Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji Homoganitas dan uji
Wilcoxon Matched Pairs. Uji homogenitas
dilakukan terlebih dahulu sebelum
melakukan uji coba respon dan motivasi
membaca siswa. Motivasi membaca siswa
dianalisis menggunakan uji Wilcoxon
Matched Pairs, sedangkan validasi produk
dan respon siswa dianalisis secara deskriptif
berupa persentase.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Hasil validasi ahli materi menunjukkan
persentase 97,4% berkategori layak
digunakan tanpa revisi dan ahli desain
sebesar 93,5% dengan kategori layak
digunakan tanpa revisi. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa media komik strip
sains yang dikembangkan layak untuk
digunakan oleh siswa kelas VII SMPN 2
Sumenep.
2. Hasil uji Wilcoxon Matched Pairs
menunjukkan niilai signifikansi 0,00 dengan
nilai positive ranks motivasi membaca lebih
besar dari pada negative ranks. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa media komik
strip sains yang dikembangkan dapat
meningkatkan motivasi membaca siswa
kelas VII SMPN 2 Sumenep.

JURNAL IV

JUDUL PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK


UNTUK EFEKTIFITAS DAN
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF MATERI PERUBAHAN
LINGKUNGAN FISIK
LATAR BELAKANG Hasil observasi awal di SD Negeri 1
Ngagrong, Ampel yaitu wawancara dengan
guru kelas IV pada 13 Januari 2017 materi
Perubahan Lingkungan Fisik. Dalam
mengajar guru menggunakan media gambar
yang disajikan dalam power point dan
menggunakan model pembelajaran direct
learning. Pada awal pembelajaran semua
siswa memperhatikan penjelasan guru,
tetapi lama-lama siswa mulai melakukan
aktifitas yang bukan aktifitas belajar.Siswa
cenderung mulai bosan dan melakukan
aktifitas lain seperti bermain sendiri,
berbicara dengan temannya, izin keluar ke
kamar mandi dengan bergerombol.Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) IPA adalah 67.
Hasil yang diperoleh anak untuk soal
evaluasi yaitu 60% tuntas, dan 40% belum
tuntas. Upaya yang dilakukan guru jika
siswa belum mencapai nilai KKM yaitu
dengan mengadakan remidi.Namun cara ini
belum sepenuhnya efektif, karena dilihat
dari waktunya tidak efisien. Anak-anak yang
sudah lulus dari nilai KKM tadi seharusnya
sudah menuju pada materi baru akan bosan
karena guru menyampaikan materi kembali,
karena mengingat siswa yang begitu banyak
dan berbeda-beda karakter guru kelas ini
belum merasa hal ini berhasil dijadikan
solusi. Dari hasil wawancara guru dan
observasi kelas IV tersebut proses
pembelajaran yang dilakukan guru belum
efektif dan hasil belajar kognitif yang
didapat siswa 40% belum mencapai nilai
KKM. Untuk itu agar pembelajaran lebih
efektif dan hasil belajar kognitif yang
diperoleh siswa dapat mencapai nilai KKM,
diperlukan media pendukung lain dan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakter
siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Penggunaan media akan mempermudah
siswa memahami pembelajaran IPA, karena
pembelajaran menggunakan media dapat
didesain menjadi sebuah pembelajaran yang
menarik, menyenangkan sehingga siswa
tidak cepat bosan dan dapat memotivasi
serta merangsang siswa untuk semangat
dalam belajar. Media pembelajaran diartikan
sebagai suatu alat atau bahan yang
mengandung informasi atau pesan
pembelajaran.Pemilihanmedia pembelajaran
yang tepat mampu meningkatkan kualitas
belajar mengajar menjadi lebih efektif dan
menciptakan suasana menyenangkan untuk
peserta didik. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran IPA diperlukan media
pendukung yang bisa digunakan siswa
secara mandiri dan mempunyai tampilan
yang menarik bagi siswa. Salah satunya
adalah media komik pembelajaran.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan penulis
adalah penelitian pengembangan dengan
model ADDIE yang terdiri dari tahap
Analysis, Design, Development,
Implementation, dan Evaluation. Penelitian
dilaksanakan pada 27-29 April 2017 di kelas
4 SD Negeri 1 Ngagrong dan subjek
penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD
Negeri 1 Ngagrong dengan jumlah 37 siswa
ISI DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produkberupa
media komik “Menemukan Perubahan
Lingkungan Disekitarku”untuk siswa kelas
4 SD pada materi perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan. Pengembangan ini
dilakukan dengan model ADDIE sebagai
berikut.
Analisis (Analysis)
1. Analisis Masalah
Analisis masalah di dapat dari hasil
wawancara dengan guru kelas IV SDN 1
Ngagrong, adapun hasilnya dapat dijelaskan
pada tabel 1 berikut.
a. Materi Perubahan Lingkungan Fisik
disampaikan dengan menggunakan
beberapa contoh gambar-gambar
dalam bentuk powerpoint dengan
narasi seperlunya.
b. Model yang biasa digunakan dalam
mengajar yaitu model direct learning
(DL).
c. Kondisi terdapat pada proses
pembelajaran yaitu pada awal
pembelajaran semua siswa
memperhatikan penjelasan guru,
tetapi lama-lama beberapa siswa
mulai menampilkan aktifitas yang
bukanaktifitas belajar seperti main
sendiri, berbicara dengan temannya,
dan keluar masuk kelas untuk ijin ke
kamar mandi.
d. Setelah menjelaskan materi,
diadakan tanya jawab singkat secara
klasikal untuk memantapkan
penguasaan materi. Selain itu juga
diberikan soal evaluasi.
e. KKM mata pelajaran IPA adalah 67.
Analisis Kebutuhan
Tahap ini dilakukan analisis
kebutuhan terhadap hasil wawancara
dengan guru.Perlu adanya
pengembangan media pembelajaran,
khusunya untuk mata pelajaran IPA.
Media yang dikembangkan
merupakan komikyang berisi
muatan materi pembelajaran tentang
faktor perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan.
Tahap
Pengembangan(Development)
Pada tahap pengembangan
dilakukan produksi berupa media
komik “Menemukan Perubahan
Lingkungan Disekitarku”
Komponen-komponen media komik
akan diuraikan sebagai berikut.
1. Tampilan Cover
2. Tampilan Tim Penyusun
3. Tampilan Kata Pengantar
4. Tampilan Mata Pelajaran
5. Tampilan Petunjuk Tombol
6. Penokohan Karakter
7. Tampilan sub bab hujan
8. Tampilan sub bab angina
9. Tampilan sub bab cahaya
matahari
10. Tampilan kesimpulan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan


pembahasan yang telah diuraikan melalui
bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan
produk media komik “Menemukan
Perubahan Lingkungan Disekitarku” sebagai
berikut.
1. Media komik “Menemukan Perubahan
Lingkungan Disekitarku” dapat
dikembangkan dengan model discovery
learning.
2. Efektifitas media komik “Menemukan
Perubahan Lingkungan Disekitarku” dapat
dilihat dari hasil berikut.
a. Hasil validasi media 88% dengan kategori
sangat baik. Hasil validasi materi 76%
dengan kategori sangat baik.
b. Hasil angket respon siswa 90% dengan
kategori sangat baik. Hasil angket respon
guru 82% dengan kategori sangat baik.
3. Hasil belajar kognitif dapat dilihat dari
pretest dengan rata-rata 60 dan posttest 81.
Berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan, maka diberikan saran sebagai
berikut:
Pengembangan media komik dapat
digunakan untuk materi lainnya.
Pengembangan media komik “Menemukan
Perubahan Lingkungan Diskitarku” masih
sangat luas, kembangkanlah media komik
pembelajran yang lainnya dengan lebih
menarik lagi untuk pembelajaran siswa.

JURNAL V

JUDUL APLIKASI KOMIK SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN
LATAR BELAKANG Dari observasi di lapangan ditemukan
bahwa pembelajaran sains dalam bentuk
komik pembelajaran belum pernah
dimanfaatkan, sehingga kehadiran media
pembelajaran dalam bentuk komik
diharapkan dapat membantu guru dalam
proses pembelajaran di kelas agar berjalan
secara lebih efektif dan efisien.
Peserta didik pada saat ini masih banyak
yang mengalami kesulitan belajar. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan kesulitan
belajar mereka. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari pihak siswa itu sendiri,
dikarenakan banyak potensi yang mereka
miliki belum digali, baik dalam bakat,
kecepatan belajar dan perhatian. Dalam
berbagai hal, komik dapat diterapkan untuk
menyampaikan pesan dalam berbagai ilmu
pengetahuan, dan karena penampilannya
yang menarik, format dalam komik ini
seringkali diberikan pada penjelasan yang
sungguh-sungguh dari pada sifat yang hanya
hiburan saja Melalui media komik yang
digunakan dalam kegiatan diskusi
kelompok, diharapkan dapat menunjang
peningkatan prestasi belajar dalam berpikir
kritis siswa terutama siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah riset dalam
rangka R & D (research and development).
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
atau mengembangkan suatu produk.
Penelitian pengembangan adalah suatu
proses untuk mengembangkan suatu produk
baru atau menyempurnakan produk yang
sudah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Produk baru
tersebut ialah media pembelajaran komik
sains.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data Validasi Ahli Materi
1. Deskripsi Data Uji Coba Satu-Satu (One
to One Evaluation)
Uji coba satu-satu dilaksanakan pada
tanggal 4 April 2011 di SMPN 6 Ponorogo,
dengan tujuan untuk mendapatkan bukti-
bukti empiris tentang kelayakan produk
secara terbatas, mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan, dan mendapatkan komentar atau
saran revisi terhadap produk.
Deskripsi Data Uji Coba Kelompok Kecil
(Small Group Evaluation)
Subyek uji coba kelompok kecil disini yaitu
berjumlah 10 orang siswa kelas 1 SMPN 6
Ponorogo yang dipilih melalui teknik
random sampling juga, dan yang telah
dijelaskan sebelumnya pada bab III. Uji
coba ini dilakukan di dalam kelas dengan
posisi duduk 10 orang dengan komik
pembelajaran yang masing-masing
dibagikan satu-satu setiap orang.
Deskripsi Data Uji Coba Lapangan (Field
Trial)
Subyek uji coba lapangan di sini sebanyak
30 siswa SMPN Ponorogo kelas 1 yang
dipilih melalui teknik random sampling atau
sampling acak.

KESIMPULAN 1. Media Pembelajaran Komik Sains (IPA)


Biologi pada materi ekosistem untuk kelas
VII SMP yang dikembangkan ini layak
digunakan berdasarkan validasi ahli media
pembelajaran, ahli materi pembelajaran,
hasil uji coba perseorangan, uji coba
kelompok kecil, uji coba lapangan dan uji
coba produk di kelas.
2. Media pembelajaran komik sains yang
dikembangkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.

JURNAL VI

JUDUL PENGARUH PENGGUNAAN KOMIK


BERORIENTASI KEARIFAN
LOKAL BALI TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR DAN PEMAHAMAN
KONSEP FISIKA
LATAR BELAKANG Belajar adalah pengembangan pengetahuan
baru, keterampilan, atau sikap sebagai
individu dalam berinteraksi dengan
informasi dan lingkungan (Heinich et al.,
2002).
Alternatif cara yang bisa dilakukan oleh
guru dalam rangka meningkatkan motivasi
belajar dan pemahaman konsep siswa adalah
dengan mengintegrasikan media.
Alternatif media yang dapat digunakan
dalam mengemas pembelajaran fisika
menjadi lebih menarik adalah komik.
Komik akan menjadi lebih kontekstual
apabila diintegrasikan dengan kearifan lokal
daerah setempat khususnya kearifan lokal
Bali. Hal ini dikarenakan: (1) kearifan lokal
yang ditampilkan baik berupa sajian
fenomena kontekstual maupun ilustrasi yang
berkaitan dengan konsep sains lebih dekat
dengan dunia siswa dibandingkan jika sajian
konsep dijelaskan dengan ilustrasi sains
modern Barat
(2) Belajar sains
berorientasi kearifan lokal akan membuat
terjadinya proses inkulturasi di mana sains
asli yang memiliki nilai-nilai luhur yang
telah hidup dan berkembang di masyarakat
tidak akan tercabut dari akar budayanya
setelah mempelajari sains modern Barat
(3) Meningkatkan relevansi
pendidikan yang bersimfoni dengan sumber
daya lokal dan mengkolaborasinya dalam
pengajaran dan penelitian.
(4) Komik berorientasi
kearifan lokal Bali juga dapat berperan
dalam mengajegan atau melestarikan budaya
Bali, mengingat penyajian fenomena dan
tokoh komik bernuansa kearifan lokal Bali.
Kearifan lokal sudah relatif banyak
digunakan sebagai suatu inovasi dalam
menjelaskan konsep sains khususnya fisika,
di mana terdapat 11 Kompetensi Dasar (KD)
yang dapat dikembangkan di kelas VII dan
VIII
Komik berorientasi kearifan lokal
Bali dibuat dengan menggunakan program
aplikasi Manga Studio. Manga Studio
merupakan program aplikasi untuk
membuat Komik atau Manga (istilah Komik
dalam bahasa Jepang) professional.
Hasil penelitian Pramadi (2011) secara lebih
lanjut memaparkan bahwa komik
berorientasi kearifan lokal Bali memilki
kelayakan pakai dalam pembelajaran dan
efektif dikembangkan sebagai fasilitas
belajar siswa. Respon siswa terhadap proses
pembelajaran sains menggunakan komik
berorientasi kearifan lokal Bali tergolong
positif. Selain itu, penelitian Artani (2008)
memaparkan bahwa penggunaan komik
mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar
siswa

METODOLOGI PENELITIAN eksperimen yang menggunakan


nonequivalent postest only control group
design (Tuckman, 1999). Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Singaraja yang terdistribusi
menjadi 11 kelas. Berdasarkan teknik
random sampling terpilih kelas VIIIJ yang
dikenai perlakuan pembelajaran yang
menggunakan Komik Berorientasi Kearifan
Lokal Bali (KBKLB) sedangkan kelas
VIIIK yang dikenai perlakuan Pembelajaran
tanpa menggunakan komik berorientasi
kearifan lokal Bali (TKBKLB)..
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data
ditemukan hasil sebagai berikut. Pertama,
terdapat pengaruh yang signifikan media
pembelajaran terhadap motivasi belajar dan
pemahaman konsep secara bersama-sama
(F=44,20; p<0,05). Artinya, motivasi belajar
dan pemahaman konsep secara bersama
sama
menunjukkan perbedaan signifikan.
Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan
variabel motivasi belajar antara kelompok
KBKLB dan TKBKLB (F=37,47; p<0,05).
Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan
variabel pemahaman konsep antara
kelompok KBKLB dan TKBKLB (F=54,62;
p<0,05).
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan motivasi belajar dan
pemahaman konsep yang signifikan antara
kelompok siswa yang belajar dengan
menggunakan komik berorientasi kearifan
lokal Bali dan siswa yang belajar tanpa
menggunakan komik berorientasi kearifan
lokal Bali (F = 44,20 p<0,05).
dijadikan dasar justifikasi bahwa kelompok
KBKLB lebih baik dalam pencapaian
motivasi belajar dan pemahaman konsep
dibandingkan dengan kelompok TKBKLB
adalah sebagai berikut.
Pertama, ditinjau dari landasan teoritis,
pembelajaran yang menggunakan komik
berorientasi kearifan lokal Bali lebih
menekankan pada penggunaan media
pembelajaran yang fleksibel terhadap waktu
dan tempat. Komik merupakan media visual
menggunakan komik berorientasi kearifan
lokal Bali, yaitu: (1) penyajian fenomena
berorientasi kearifan lokal Bali, (2)
penyajian konsep berbentuk komik, (3)
pemberian latihan soal. Pada tahap ini
diberikan latihan soal tes interaktif, (4)
kesimpulan.
Kedua, dilihat dari sudut pandang
operasional empiris dalam penyajian
pembelajaran, dapat dipaparkan bahwa
pada tahap penyajian fenomena
berorientasi kearifan lokal Bali, Guru
menyajikan fenomena berorientasi kearifan
lokal Bali terkait konsep yang akan dibahas
dalam proses pembelajaran sambil
mengajukan pertanyaan untuk menggali
pengetahuan awal siswa tentang topik yang
akan dibahas.
Selanjutnya pada tahap penyajian konsep
berbentuk komik, disajikan konsep
berbentuk komik dengan kalimat lugas dan
sederhana sehingga mudah dipahami siswa.
Penyajian konsep sengaja dikemas dalam
bentuk komik semenarik mungkin dengan
dua tokoh pewayangan, Sangut
dan Delem. Tujuannya agar menarik minat
siswa sehingga motivasi belajar siswa
meningkat. Siswa kemudian difasilitasi
dalam menggali pengetahuan yang
kemudian dielaborasi oleh siswa melalui
konsep yang tersaji berbentuk komik yang
disertai dengan simulasi interaktif. Di sini,
akan terjadi proses diskusi terkait konsep.
Selanjutnya Pemberian latihan soal. Pada
tahap ini diberikan latihan soal berbentuk
tes interaktif. Pada tahap terakhir, yaitu
kesimpulan, siswa mengemukaakan
kesimpulan yang diperoleh selama
mengikuti pembelajaran.
Ketiga, pemahaman konsep
memiliki makna krusial karena pemahaman
menjadi fondasi kemampuan-kemampuan
yang lebih tinggi, seperti keterampilan
pemecahan masalah dan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
Keempat, sekolah dapat
berimprovisasi dengan menggunakan
media pembelajaran ini dalam
pembelajaran lainnya yang relevan.
Kelima, Komik berorientasi kearifan
lokal Bali menambah kazanah keilmuan
dan pengembangan pendidikan yang
inovatif di Indonesia.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan


pembahasan, maka dapat ditarik enam buah
simpulan yang merupakan jawaban terhadap
enam masalah yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
(1) Terdapat perbedaan motivasi belajar
dan pemahaman konsep antara kelompok
siswa yang belajar dengan menggunakan
komik berorientasi kearifan lokal Bali dan
siswa yang belajar tanpa menggunakan
komik berorientasi kearifan lokal Bali
(F=44,20; p<0,05). (2) Terdapat perbedaan
motivasi belajar antara kelompok siswa
yang belajar dengan menggunakan komik
berorientasi kearifan lokal Bali dan tanpa
menggunakan komik berorientasi kearifan
lokal Bali (F=37,47; p<0,05). (3) Terdapat
perbedaan pemahaman konsep antara
kelompok siswa yang belajar dengan
menggunakan komik berorientasi kearifan
lokal Bali dan tanpa menggunakan komik
berorientasi kearifan lokal Bali (F=54,62;
p<0,05).

JURNAL VII

JUDUL PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI


MEDIA PEMBELAJARAN IPA PADA
MATERI PEMANASAN GLOBAL
LATAR BELAKANG Sesuai fakta di SMP Negeri 3 Jati Agung
yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan dengan penyebaran angket
kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti,
menyatakan bahwa buku yang tebal dan
dipenuhi dengan tulisan-tulisan seperti buku
teks pada umumnya itu membingungkan,
sehingga menjadi salah satu alasan mereka
untuk tidak membaca buku, khususnya buku
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Untuk itu dalam meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada materi, maka
dilakukannya kegiatan praktikum, akan
tetapi tidak semua materi pembelajaran
dapat di-praktikumkan karena tidak ada
peralatan di laboratorium, khususnya pada
materi pemanasan global. Materi ini sangat
penting sehingga diperlukan media alternatif
yang dapat menarik minat siswa untuk
mempelajari materi Pemanasan Global.
Salah satunya adalah dengan cara
mengembangkan komik sebagai media
pembelajaran.
Penelitian pendahuluan yang dilaksanakan
di SMPN 3 Jati Agung dengan
menggunakan metode pe-nyebaran angket
yang dibagikan kepada guru IPA dan siswa
kelas VIII yang berupa pernyataan Ya atau
Tidak. Hasil analisis kebutuhan keseluruhan
siswa diketahui bahwa 58% siswa
menyatakan perlu dikembangkan komik
pembelajaran IPA pada materi Pemanasan
Global di SMPN 3 Jati Agung, sedangkan
hasil analisis guru diketahui bahwa 87%
guru juga menyatakan perlu dikembangkan
komik tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan komik IPA
dapat dijadikan sebagai inovasi dalam
proses pembelajaran di sekolah, maka
penelitian ini penting dilakukan. Komik IPA
diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih
memahami dan memberikan motivasi belajar
agar prestasi belajar siswa meningkat.
TUJUAN Tujuan penelitian pengembangan ini adalah
untuk mendeskripsikan; (1) karakteristik
komik pembelajaran IPA pada materi
Pemanasan Global; (2) Kemenarikan,
kemudahan, dan kemanfaatan komik
pembelajaran IPA pada materi Pemanasan
Global; (3) keefektifan komik pembelajaran
IPA pada materi Pemanasan Global

METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian


pengembangan ini adalah Research and
Development (R&D), yang merupakan
model penelitian yang banyak digunakan
dalam penelitian pengembangan pendidikan.
ISI DAN PEMBAHASAN Hasil utama dari penelitian pengembangan ini
adalah komik sebagai media pembelajaran
IPA dengan perangkat pembelajaran lain
seperti RPP dan Silabus.
Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk
mengumpulkan informasi, apakah
diperlukan media pembelajaran berupa
komik ini. Informasi dapat dikumpulkan
dengan cara observasi menggunakan angket
analisis ke-butuhan guru berdasarkan kisi-
kisi instrumen angket guru dan angket
analisis kebutuhan siswa berdasarkan kisi-
kisi instrumen angket siswa.
Hasil analisis kebutuhan dari responden
guru ditunjukkan bahwa 87% dari 3 guru di
SMPN 3 Jati Agung menyatakan bahwa
perlu ada-nya media komik pembelajaran
IPA sebagai media baru untuk menambah
motivasi siswa dalam belajar. Sedangkan
berdasarkan hasil rekapitulasi angket
analisis ke-butuhan siswa ditunjukkan
bahwa 58% dari 34 siswa di kelas VIII me-
nyatakan bahwa perlu dikembangkan komik
sebagai media pembelajaran IPA agar dapat
menunjang proses pembelajaran dan mampu
menarik siswa dalam belajar IPA.
Tujuan
Tujuan didasarkan pada kompetensi akhir
yang ingin dicapai dari suatu proses
pembelajaran. Berawal dari Kompetensi Inti
(KI), kemudian lebih khusus lagi disebutkan
dalam Kompetensi Dasar (KD), dan
selanjutnya dikembangkan menjadi
indikator pembelajaran sebagai kompetensi
akhir yang harus dicapai Pokok Materi
Berdasarkan standar isi, kompetensi inti,
kompetensi dasar, Indikator, dan tujuan
pembelajaran maka dirumuskan butir-butir
materi yang menjadi topik materi. Pokok
materi dalam pengembangan komik ini
adalah materi pemanasan global yang
didasarkan pada Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum
2013 (K13) Materi pemanasan global yang
disajikan, meliputi pemanasan global,
penyebab dan mekanisme terjadinya
pemanasan global, efek gas rumah kaca,
dampak pemanasan global, dan menang-
gulangi dampak terjadinya pemanasan
global.
Sinopsis
Sinopsis yang dihasilkan berbentuk cerita
yaitu ketika Aldo dan Nizam sedang
berjalan sepulang sekolah dan merasakan
teriknya matahari yang sudah berubah dari-
pada waktu mereka kecil dulu.
Naskah Awal
Naskah berupa rancangan langkah-langkah
dari komik. Tujuan dibuatnya naskah awal
ini untuk mempermudah dalam pembuatan
komik. Pembuatan naskah awal dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) membuat sinopsis; (2)
menentukan karakter tokoh; (3)
membagikan adegannya dalam panel-panel
Produksi Prototipe
Kegiatan produksi prototipe memiliki
tahapan-tahapan yaitu; (1) Tahap pertama
membuat lay out atau panel; (2) membentuk
sketsa atau gambaran dasar di dalam layout;
(3) pewarnaan gambar sketsa; (4) pemberian
balon-balon teks.
Evaluasi
Selanjutnya produk diuji kevalidan melalui
uji internal, seperti uji ahli isi/materi
dilakukan oleh salah satu guru IPA di
SMPN 3 Jati Agung.
Revisi
Setelah dilakukannya uji lapangan yang
terdiri dari uji ahli materi, uji ahli desain, uji
satu lawan satu, dan uji kelompok kecil pada
komik pembelajaran yang di-kembangkan,
kemudian dilakukan revisi perbaikan sesuai
dengan rekomendasi yang diperoleh dari
para ahli dan pengguna untuk pe-
nyempurnaan produk tahap akhir.
Naskah Akhir
Setelah melalui tahap evaluasi dan revisi
prototipe, kemudian di-peroleh naskah
akhir. Naskah akhir yang dibuat berupa
media pem-belajaran komik untuk SMP
yang memuat materi pemanasan global
dengan gambar yang disertai dialog antar
tokoh dan kalimat yang mudah dimengerti
serta fakta yang ter-up to date dan sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga komik menjadi menarik ketika di-
hadirkan dalam proses pembelajaran di
kelas.
Uji Coba
Komik diuji cobakan kepada 36 siswa di
kelas VII SMPN 3 Jati Agung. Pada saat
proses pem belajaran berlangsung masing-
masing siswa diberikan komik sebagai
media pembelajaran di kelas.
Komik Final
Pada tahap ini diperoleh produk akhir
kemudian dilakukan pencetakan komik
sebagai media pembelajaran IPA pada
materi Pemanasan Global SMP kelas VII.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa: 1. Dihasilkan produk berupa komik
sebagai media pembelajaran yang memuat
materi pemanasan global. dengan gambar
yang disertai dialog antar tokoh dan kalimat
yang mudah dimengerti serta fakta yang
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga menarik untuk dihadirkan dalam
proses pembelajaran. 2. Komik sebagai
media pem-belajaran IPA pada materi
pemanasan global menurut siswa menarik,
mudah digunakan, dan sangat bermanfaat.
3. Komik pembelajaran IPA pada materi
pemanasan global yang dikembangkan
efektif digunakan sebagai media
pembelajaran IPA di sekolah, hal ini dapat
dibuktikan dengan hasil uji keefektifan
produk kelas VII SMP Negeri 3 Jati Agung
mencapai 86,11%.

Anda mungkin juga menyukai