Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................2

PENDAHULUAN.........................................................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................................2

B. Rumusan Masalah............................................................................................3

C. Tujuan................................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................4

A. Pengertian Filsafat Pendidikan.......................................................................4

B. Konsep Filsafat Pendidikan.............................................................................5

C. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan...................................................................6

1) Aliran Realisme..............................................................................................6

2) Aliran Idealisme..............................................................................................8

3) Aliran Esensialisme......................................................................................11

4) Aliran Parenialisme.......................................................................................11

BAB III........................................................................................................................14

PENUTUP...................................................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan seringkali dilihat sebagai sesuatu yang pragmatis,
bukan sebagai sesuatu yang hidup. Akibatnya, praktik pendidikan
khususnya di lingkungan formal seperti sekolah berjalan dengan tidak
memperhatikan potensi dan sisi kemanusiaan dari para peserta didiknya.
Contoh, tidak boleh masuk sekolah karena tidak membayar SPP, tidak
memakai seragam, dimarahi dan dihukum karena terlambat atau
membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, diskors atau bahkan
dikeluarkan dari sekolah.
Praktik pengajaran seperti ini jika dilihat dalam perspektif aliran-
aliran filsafat pendidikan sangat bertentangan dengan hak-hak sebagai
manusia. Dan secara tidak langsung telah memasung potensi dan
kreativitas seorang anak untuk berkembang.
Dalam proses pendidikan, aliran-aliran filsafat pendidikan yaitu
progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme menghendaki agar
peserta didik dapat menggunakan kemampuannya secara konstruktif dan
komprehensif untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan
ilmu dan teknologi. Aliran-aliran filsafat juga mengutamakan peran
peserta didik dalam berinisiatif dan mengembangkan potensinya.
Dalam menerapkan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan
kurikulum pendidikan, aliran-aliran filsafat memberikan keleluasaan pada
peserta didik agar aktif membangun kebermaknaan sesuai dengan
pemahaman yang telah mereka miliki, perlu rangkaian kesadaran akan
makna bahwa pengetahuan tidak bersifat obyektif atau stabil, tetapi
bersifat temporer atau selalu berkembang tergantung pada persepsi
subyektif individu, dan individu yang berpengetahuan
menginterpretasikan serta mengkonstruksi suatu realisasi berdasarkan

2
pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Pengetahuan akan
berguna jika mampu memecahkan persoalan yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Filsafat Pendidikan?
2. Bagaimana Konsep Filsafat Pendidikan?
3. Sebutkan Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan beserta tokoh-tokohnya!

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari Filsafat Pendidikan
2. Untuk mengetahui Konsep Filsafat Pendidikan
3. Untuk mengetahui Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan beserta Tokoh-
Tokohnya

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang
mempunyai makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi
sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang
kagiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji, baik secara Ontologis,
Epistemologis, maupun Aksiologis.1

Filsafat pendidikan merupakan filsafat yang digunakan dalam studi


mengenal masalah-masalah pendidikan yang belum atau tidak terjawab oleh
cabang ilmu-ilmu yang ada.2 Keberadaan filsafat dalam dunia diperlukan
untuk mencari hakikat sesuatu, berusaha mengaitkan hubungan sebab dan
akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman kehidupan
manusia.3

Filsafat bukanlah hasil dari riset atau eksperimen. Benar atau salahnya
tidak mungkin diuji dengan fakta. Filsafat adalah hasil pemikiran. Maka
pemikiran pula yang akan menerima atau menolak.4 Keteranagan ini
mengisyaratkan bahwa filsafat adalah hasil pemikiran yang tentunya dalam
proses peningkatan ilmu terdapat klasifikasi, yang pro dan kontra. Pendapat
yang mengatakan bahwa filsafat itu adalah ilmu, sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa filsafat itu tidak terkait dengan ilmu.5

1
Amka, Filsafat Pendidikan, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center) 2019, hlm. 22.
2
Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002). 51.
3
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan-Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996).
Hal. 99.
4
Sutrisno, dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam ‘BerbasisProblem Social’ (Jakarta: Ar-
Ruzz Media, cet.1, 2012), hal. 15.
5
Ibid., hal. 53.

4
B. Konsep Filsafat Pendidikan
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu humanisme
dan akademik.6 Sisi humanisme mengembangkan keterampilan dan praktik
hidup. Sementara aspek akademik menekankan nilai kognitif dan ilmu
murni. Keduanya merupakan aspek penting yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan. Filsafat pendidikan berperan untuk terus menganalisis dan
mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang
utuh dan seimbang. Filsafat pendidikan akan terus melakukan peninjauan
terhadap proses pendidikan demi perkembangan pendidikan yang mencetak
manusia handal.

Sementara itu, realitas-realitas pendidikan yang menjadi objek kajian


filsafat pendidikan7 antara lain:

a. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi perkembangan


dan penyempurnaan.
b. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan
berpikir dan mempengaruhi tatanan hidup suatu masyarakat.
c. Tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan.
d. Relasi antara pendidik dan pesarta didik sebagai subjek.
e. Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan.
f. Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi
peserta didik.
g. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat
dan organisasi serta situasi sosial sekitar.
h. Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
i. Kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan kenaikan taraf
hidup masyarakat.

6
Hanurawan, Filsafat Ilmu Psikologi, (Malang: Fakultas P. Psikologi: Universitas Negeri
Malang, 2012). Hal. 172.
7
Fuad, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rineka Cipta) 2010, hal. 160.

5
j. Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah
pendidikan.

C. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bergerak di dunia yang
diselubungi dengan penafsiran-penafsiran dan kategori ilmu pengetahuan
dan filsafat. Penafsiran-penafsiran itu seringkali diwarnai oleh kepentingan,
situasi kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan, sehingga ia melupakan dunia
apa adanya, dunia kehidupan yang murni, tempat berpijak segala bentuk
penafsiran.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai pada zaman
Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia, akhirnya
berkembang pesat di Eropa dan Amerika Serikat.8 Oleh karenanya, baik
aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada
umumnya berasal dari kedua kawasan tersebut.
Dalam aliran filsafat pendidikan, terdapat beberapa aliran, yaitu:

1) Aliran Realisme (Aristoteles)


Suatu aliran filsafat yang memandang bahwa dunia
materi adalah sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Dunia
ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan
rohani.
Tokoh dari aliran ini ada Aristoteles, beliau merupakan
seorang pengamat yang memperhatikan perincian benda-benda
individual. Ia merasa bahwa realitas terdapat dalam benda-
benda konkrit atau dalam perkembangan benda-benda itu.
Menurut Aristoteles, realitas yang objektif tidak hanya
tertangkap dengan pengertian, tetapi juga bertepatan dengan
dasar-dasar metafisika dan logika yang tertinggi. 9
8
Redja Mudyaharjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) t.t, hal.
17.
9
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan. (Bandung: PT. Refika Aditama) 2011, hal. 23.

6
Pokok pikiran realisme terdiri dari:
a) Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya
dari apa yang ada di dalam alam nyata.
Perumpamaannya sama seperti sebuah gambar
hasil lensa kamera yang merupakan representasi
dari gambar aslinya.
b) Suatu teori dianggap benar apabila dia benar-
benar riil, dan secara substansif ada dan
memang benar, bukan hanya menyajikan sebuah
fiksi.
c) Konsep filsafat menurut realisme adalam
Metafisika-realisme, Humanolog-realisme,
Epistemologi-realisme, dan Aksiologi-realisme.
d) Hakikat realitas terdiri atas dunia fisik dan
dunia rohani.
e) Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran
sebab pendidikan mengembangkan semua
kemampuan manusia.

Disamping itu, konsep dasar filsafat menurut aliran


realisme adalah:10

a) Metafisika-realisme: kenyataan yang sebenarnya


adalah kenyataan fisik (materialisme), kenyataan
material dan immaterial (dualisme), dan
kenyataan yang terbentuk dari berbagai
kenyataan (pluralisme).
b) Humanologi-realisme: hakekat manusia terletak
pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan

10
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani. (Jakarta: Universitas Indonesia) 1986, hlm. 97.

7
sebuah organisme kompleks yang mempunyai
kemampuan berpikir.
c) Epistemologi-realisme: kenyataan hadir dengan
sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan
gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui
oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya
dengan fakta.
d) Aksiologi-realisme: tingkah laku manusia diatur
oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui
ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh
kebiasaan dan adat-istiadat yang telahteruji dalam
kehidupan.

2) Aliran Idealisme (Plato)


Suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa.
Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan,
yaitu dunia idea.11

Pokok pemikiran idealisme adalah:

a) Meyakini adanya Tuhan sebagai ide tertinggi


dari kejadian alam semesta
b) Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan
yang logis dan bersifat spiritual
c) Kenyataan sejati ialah bersifat spiritual
d) Idealisme berpendapat bahwa manusia
menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
11
Uhaya, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Suatu Pengantar), (Bandung: Yayasan Piara, 1997).
Hal. 10.

8
lebih tinggi daripada materi bagi kehidupan
manusia
e) Idealisme menganggap pengetahuan adalah
sesuatu yang muncul dan terlahir dari kejadian
di dalam jiwa manusia
f) Menurut idealisme, tujuan pendidikan untuk
menciptakan manusia yang berkepribadian
mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang
lebih tinggi dan ideal serta memiliki rasa
tanggung jawab kepada masyarakat.

Aliran idealisme ini dibawa oleh Plato. Plato


mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat
menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi
setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masing-masing
dalam masyarakat sebagai keseluruhan.

Menurut plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi


dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi
manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja
yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan
yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk
mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang
dialami sehari-hari.

Berkaitan dengan kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang


terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia
ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah
kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam
menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah
menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga

9
dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.

Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa


kenyataan yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu
kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran dari ide-ide
yang ada didalam jiwa atau spirit manusia. Idealisme
berorientasi kepada ide-ide, kepada jiwa, kepada spiritualitas,
kepada hal-hal yang ideal (serba cita), kepada norma-norma
yang mengandung kebenaran mutlak dan kesediaan berkorban
serta kepada personalitas (kepribadian) manusia. Dalam
idealisme terbagi dua realitas yaitu:

a) Yang tampak: apa yang kita alami setiap hari, yang


menghakimi perubahan dimana ada dua kutub yang
saling berlawanan. Disini terdapat ketidaksempurnaan,
ketidakteraturan, alam kesulitan.
b) Alam realitas: merupakan alam yang ideal, sejati dan
murni dan adanya keteraturan.

Dari kedua alam tersebut dapat disimpulkan bahwa alam


ideal merupakan yang berisi kemutlakan, sejati, murni, dan suci.
Tetapi, alam ini sangat berbeda dari yang tampak, dimana dalam
alam ini kesempurnaan bertahta, yang tidak perlu mengalami
perubahan. Penetapan ini menyatakan bahwa alam pikiran itu
lebih tinggi daripada alam dunia.

3) Aliran Esensialisme (Johan Frieddrich)


Merupakan aliran pendidikan yang didasarkan kepada nilai-
nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat

10
manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan
ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.

Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar


berpijak pada pendidikan yang penuh dengan fleksibilitas,
dimana serta kebuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-
nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.12

Aliran esensialisme ini dipelopori oleh Johan Frieddrich


Herbart (1776-1841). Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan
adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan
Tuhan. Yang artinya, adanya penyesuaian hukum kesusilaan.
Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart
disebut dengan pengajaran.

4) Aliran Parenialisme (Perkembangan dari aliran Realisme dan


Idealisme)
Parrenial berarti everlasting, tahan lama, atau abadi. Dalam
sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar
(great ideas) yang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun.
Aliran ini mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan
Aristoteles bahwa manusia itu rasional. Akar filsafat ini datang
dari gagasan besar Plato dan Aristoteles dan kemudian dari St.
Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada model-model
sekolah katolik.

12
Rukiyati & Purwastuti, Mengenal Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press) 2015, hlm.
44.

11
Lazimnya, ada dikenal dua aliran besar yaitu Thomas
Aquinas dan kemudian abad ke 20 aliran MORTIMER Adler
dan Robert Hutchins. Seperti halnya filsafat esensialisme, aliran
ini pun kurang fleksibel dalam mengembangkan kurikulum.

Kaum parrenialis mendasarkan teorinya pada pandangan


universal bahwa manusia memiliki sifat esensial sebagai
makhluk rasional, jadi tidaklah baik menggiring mereka ke
penguasaan keterampilan vokasional. Ini semua berpotensi
mengganggu perkembangan rasionalnya. Berbeda dari aliran
esensialis, eksperimen saintifik dianggap mengurangi
pentingnya kapasitas manusia untuk berpikir.13

Pelajaran filsafat demikian menjadi penting, agar peserta


didik mampu berpikir secara mendalam, analitik, fleksibel, dan
penuh imajinatif. Pengikut filsafat ini merekomendasikan
mahasiswa membaca buku-buku agung atau greats books yang
begitu mendalam, indah, bermakna, dan tetap menyorotkan
kebenaran sepanjang hayat. Mereka menyayangkan perubahan
universitas dari tempat mencari kebenaran dan kebijaksanaan
menjadi tempat latihan demi karir mahasiswa.

Pendidikan menurut filsafat ini mesti membangun sejumlah


mata pelajaran yang umum bukan spesialis, liberal bukan
vokasional, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah
pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni
pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia. Ada
empat prinsip dari aliran ini: (1) Kebenaran bersifat universal
dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang. (2)
Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas
13
Jalaludin & Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan, (Malang: Rajawali
Press) 2015, hlm. 100.

12
kebenaran. (3) Kebenaran dapat ditemukan dalm karya-karya
agung dan (4) Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk
mengembangkan nalar.14

14
Hammersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Modern. (Jakarta: Gramedia) 1986. Hal 35.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang
mempunyai makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi
sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum.
Dalam Konsep Filsafat Pendidikan terdapat objek kajian Filsafat
Pendidikan yang diambil melalui realitas-realitas pendidikan, antara lain:
Hakikat manusia ideal, Pendidikan dan nilai-nilainya, Tujuan Pendidikan,
Subjek Pendidikan, Kurikulum dalam Pendidikan, Metode dan strategi
pembelajaran, Hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat, Nilai
dan pengetahuan, kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan
kenaikan taraf hidup masyarakat serta Aliran-aliran Filsafat yang dapat
memberikan solusi atas masalah pendidikan.
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan diantaranya terdapat 4 macam
Aliran, yaitu Aliran Realisme yang dipelopori oleh Aristoteles, Aliran
Idealisme yang dipelopori oleh Plato. Aliran Essensialisme yang dipelopori
oleh John Frieddrich, Aliran Parenialisme yang merupakam perkembangan
dari Aliran Realisme dan Aliran Idealisme.

14
DAFTAR PUSTAKA
Amka. (2019). Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Barnadib, I. (1996). Filsafat Pendidikan-Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi


Offset.

Fuad. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Hammersma. (1986). Tokoh-Tokoh Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia.

Hanurawan. (2012). Filsafat Ilmu Psikologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hatta, M. (1986). Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Universitas Indonesia.

Jalaluddin. (2015). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan. Malang:


Rajawali Press.

Mudyaharjo, R. (t.t). Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Muhyidin, S. &. (2012). Pendidikan Islam ‘Berbasis Problem Social’ . Jakarta: Ar-
Ruzz Media.

Prasetya. (2002). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Purwastuti, R. &. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Uhaya. (1997). Aliran-Aliran Filsafat Dan Etika. Bandung: Yayasan Piara.

Widodo. (t.t). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Malang:


Rajawali Press.

15
16

Anda mungkin juga menyukai