Anda di halaman 1dari 13

METODE PELAKSANAAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari metode pelaksanaan ini diantarannya untuk
mempermudah waktu pelaksanaan dalam pekerjaan ini, sehingga di dalam
pekerjaannya nanti ada langkah mulai dari pembersihan lokasi, penyelesaian
hingga pembersihan setelah pekerjaan selesai itu terangkum di dalam metode
pelaksanaan ini. Dan juga dapat mempermudah item-item dari pekerjaan
tersebut. Sehingga langkah demi langkah proses pekerjaan itu akan tercapai dan
tertata dengan rapi dan sesuai dengan aturan dan bestek yang telah di tentukan.

II. METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN


Pada tahap ini harus diperhitungakan untuk urutan atau alur penyelesaian
pekerjaan dikarenakan pelaksanaannya tidak diperbolehkan menutup total
supaya arus lalu lintas dan aktivitas masyarakat masih bisa berjalan dengan cara
melaksanakan separo badan jalan terlebih dahulu.

Sehingga harus diperhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja yang akan
digunakan dalam pelaksanaan nantinya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan.
DIAGRAM ALUR PENYELESAIAN PEKERJAAN

MULAI

PERSIAPAN
1. Mobilisasi
2. Pengukuran/Uitzaet
3. Rekayasa Lapangan
4. Desain Job Mix Formula
5. Pengendalian Mutu

PEKERJAAN PERKERASAN BAHU JALAN BETON


1. Lantai Kerja
2. Pemasangan Bekisting
3. Pemasangan Besi Dowel dan Besi Tumpuan Dowel
4. Pengecoran dengan Beton Struktur Fc' 25 Mpa
5. Curing Beton

PENYIAPAN BADAN JALAN (PENYEMPROTAN


DENGAN KOMPRESSOR)

PENYEMPROTAN LAPIS RESAP PENGIKAT


(PRIME COAT) DAN LAPIS PEREKAT (TACK
COAT)

PEKERJAAN PENGHAMPARAN ASPAL


LASTON LAPIS AUS (AC-WC)
LASTON LAPIS ANTARA (AC-BC)

SELESAI
1.1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi :
1. Mobilisasi
2. Pengukuran/Uitzet
3. Rekayasa Lapangan
4. Pembuatan Rumus Campuran Rancangan (Job Mix Formula)
5. Pengendalian Mutu

1.1.1. Mobilisasi
Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja,
penyedia jasa harus melaksanakan Rapat Persiapan Pelaksanaan
(Pre Construction Meeting) untuk membahas semua hal baik yang
teknis maupun non teknis.
Agenda dalam rapat harus mencakup namun tidak terbatas pada
berikut ini:

a) Pendahuluan
b) Sinkronisasi Struktur Organisasi, Rincian Tugas dan Tanggung
Jawab
i) Pengguna Jasa
ii) Penyedia Jasa
iii) Pengawas Pekerjaan
c) Masalah - Masalah Lapangan
i) Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
ii) Sumber - Sumber Bahan
iii) Lokasi Base Camp
d) Wakil Penyedia Jasa
e) Tatacara pengajuan survei, permohonan pemeriksaan pekerjaan
dan pengukuran hasil pekerjaan
f) Proses persetujuan hasil pengukuran, hasil pengujian,
dan hasil pekerjaan
g) Dokumen Akhir Pelaksanaan Pekerjaan (Final Construction
Documents)
h) Rencana Kerja
i) Bagan jadwal pelaksanaan kontrak yang menunjukkan
waktu dan urutan kegiatan utama yang membentuk
pekerjaan, termasuk jadwal pengadaan bahan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan
ii) Rencana Mobilisasi
iii) Rencana Relokasi
iv) Rencana Keselamatan dan Kesehatan KerjaKonstruksi
(RK3K)
v) Program Mutu dalam bentuk Rencana Mutu Kontrak (RMK)
vi) Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
vii) Rencana Manajemen Rantai Pasok Sumber Daya (RMRP)
viii) Rencana Inspeksi dan Pengujian
ix) Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(RKPPL)
i) Komunikasi dan korespondensi
j) Rapat Pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
k) Pelaporan dan pemantauan

Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Persiapan Pelaksanaan,


Penyedia Jasa harus menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk
program perkuatan bangunan pelengkap antara lain jembatan dan
tembok penahan tanah bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan
kepada Pengawas Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.

Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan


mobilisasi yang disyaratkan dan harus mencakup informasi
tambahan berikut :
a. Lokasi base camp Penyedia Jasa dengan denah lokasi umum
dan denah detail di lapangan yang menunjukkan lokasi kantor
Penyedia Jasa, bengkel, gudang, mesin pemecah batu, instalasi
pencampur aspal, atau instalasi pencampur beton,
dan laboratorium bilamana fasilitas tersebut termasuk dalam
Lingkup Kontrak.
b. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari
semua peralatan yang tercantum dalam Daftar Peralatan yang
diusulkan dalam Penawaran, bersama dengan usulan cara
pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di
lapangan
c. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang
diusulkan dalam Penawaran harus memperoleh persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan.
d. Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan
perkuatan agar aman dilewati alat-alat berat, usulan metodologi
pelaksanaan dan jadwal tanggal
mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur.
e. Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok
(bar chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan
suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan
mobilisasi.

1.1.2. Pengukuran/Uitzet
Pengukuran longitudinal section/cross section dilakukan untuk tujuan
:
1. Mereview ulang struktur jalan, geometri jalan, alignement vertical
/ horizontal
2. Sebagai data untuk menghitung ulang kebutuhan kuantitas /
required quantity
3. Menentukan secara tepat letak bangunan pelengkap
4. Menentukan arah dan kelandaian sistem drainase jalan

1.1.3. Rekayasa Lapangan


Dengan data pengukuran dan inspeksi langsung dilapangan,
ditentukan kebutuhan jenis dan kuantitas pekerjaan dengan
menyesuaikan ketersediaan anggaran. Dengan persetujuan Direksi
harus dipastikan kesalahan dan perbedaan antara gambar rencana
dengan kebutuhan lapangan. Produk rekayasa lapangan dilaporkan
kepada Direksi Pekerjaan sebagai data review design yang
ditetapkan Direksi Pekerjaan. Dalam tahap ini dilakukan disain ulang
( review design ) untuk pekerjaan - pekerjaan dalam lingkup mata
pekerjaan yang ditenderkan dengan berdasarkan pada survey /
pengukuran lapangan yang terbaru diatas. Sehingga akhirnya
diterbitkan rencana pelaksanaan pekerjaan termasuk daftar
kuantitas dan harga yang terbaru dengan harga satuan pekerjaan
sesuai dengan harga satuan pada dokumen penawaran yang harus
sudah selesai / siap sebelum mata pekerjaan utama dimulai
pelaksanaannya.

1.1.4. Pembuatan Rumusan Campuran Rancangan (Job Mix Formula)


Pembuatan DMF untuk pekerjaan hotmix dimaksudkan agar semua
material dan campurannya yang akan digunakan sesuai dengan
Spesifikasi Teknis. Pengambilan sampel disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan dan Pengawas. Dalam pembuatan DMF, termasuk
meneliti semua material secara individu, agar semua material yang
akan digunakan memenuhi spesifikasi teknis sesuai dengan
dokumen kontrak. DMF akan dimintakan persetujuan Direksi
Pekerjaan untuk ditetapkan sebagai Job Mix Formula (JMF).

1.1.5. Pengendalian Mutu


Secara Keseluruhan, material yang akan dipakai sebagai bahan
konstruksi diujikan terlebih dahulu ke laboratorium guna identifikasi
kesesuaian/pemenuhan spesifikasi teknis. Contoh hasil uji lab
material :
1. Tes Density
2. Tes Ekstraksi dan
3. Tes Gradasi
4. Job mix design beton karakteristik K300 (Fc’25 MPa) dan K125
(Fc’10 MPa)
5. Uji kuat beton pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah
pengecoran lapangan
6. Uji tarik besi beton
1.2. Pekerjaan Perkerasan Bahu Jalan Beton
1.2.1. Pekerjaan Lantai Kerja Beton B0
Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Memasangan bekisting yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Menghampar beton non struktural dengan tebal dan lebar sesuai
dengan gambar kerja.
3. Meratakan permukaan hamparan beton menggunakan jidar atau mistar.

1.2.2. Pemasangan Bekisting


1. Memasang bekisting acuan di atas beton lantai kerja (Lean Concrete).
2. Setelah Bekisting terpasang dilanjutkan dengan memasangan bond
breaker berupa plastik tipis.

1.2.3. Pemasangan Besi Dowel Ø22 dan Tumpuan Dowel


1. Mempersiapkan besi tulangan Dowel ujung dirapikan, pengikatan
tulangan sambungan dengan batang pemegang harus lepas tidak
dilas.
2. Memasangan Dowel harus rapi, tepat lokasi, tidak overlap. Pada
Dowel, setengah panjang harus dicat aspal atau dibungkus plastik
agar loose (tidak lekat) dari beton sehingga slidingnya baik.
3. Pemasangan Besi Tumpuan Dowel
Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut:
1) Membersihkan tulangan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan
adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak
pelekatan dengan beton.
2) Menempatkan tulangan akurat sesuai dengan gambar dan dengan
kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan.
3) Mengikat tumpuan dengan besi pengaku menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
1.2.4. Pekerjaan Pengecoran Beton Struktur Fc’ 25 Mpa
1. Sebelum pengecoran beton dilakukan harus disiapkan terlebih dahulu
concrete vibrator, sekop, cangkul dan bak.
2. Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan safety yaitu sepatu dan
helm.
3. Pengecoran beton dilakukan dengan dipadatkan menggunakan
concrete vibrator.
4. Sebelum dilakukan pengecoran elevasi pemasangan besi tulangan
wiremesh harus sudah dilakukan pengecekan.
5. Menuangkan cor beton K-300 pada lahan yang tersedia.
6. Menghampar cor beton
7. Memadatkan beton dengan Concrete Vibrator
8. Grooving/ Brushing Tekstur Permukaan, agar permukaan jalan tidak
licin.
1.2.5. Cutting Beton
Melaksanakan Cutting Beton sebelum retak awal muncul pada
permukaan yaitu pada sekitar jam ke 4 s/d ke 24 dan disarankan pada
jam ke 18.
1.2.6. Perawatan Beton / Curing
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari
permukaan atau setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka
seluruh permukaan beton harus segera ditutup dan dipelihara,
perawatan dilakukan selama 7 hari atau waktu yang lebih pendek apabila
70 % kekuatan tekan atau lentur telah tercapai lebih awal. Permukaan
dan bidak tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan lembar
terpal/pelindung, sebelum ditutup lembar penutup harus dibuat jenuh air.
Lembar penutup harus diletakkan menempel dengan permukaan beton,
tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras untuk
mencegah pelekatan.
1.2.7. Pekerjaan Joint Sealent
Bagian atas sambungan muai dan sambungan yang digergaji harus
ditutup dengan bahan penutup yang memenuhi persyaratan spesifikasi
sebelum lalu lintas diijinkan melewati perkerasan. Membongkar
bekisting acuan 8 jam setelah penghamparan beton.
1.3. Penyiapan Badan Jalan
Sebelum dilakukan penyemprotan terlebih dahulu lahan harus bebas dari
kotoran dan debu. Penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan
dengan memakai sikat mekanis atau kompresor.

1.4. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) dan Lapis Perekat (Tack Coat)
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal
pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Lapis Perekat harus dihampar di atas
permukaan berbahan pengikat semen atau aspal (seperti Semen Tanah,
RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston
dll),
Metode Pelaksanaanya sebagai berikut :
 Sebelum melaksanakan pekerjaan, mengajukan ijin pelaksanaan
pekerjaan (Request) terlebih dahulu kepada Konsultan Supervisi dan
Direksi/Pengawas Pekerjaan penyiapan permukaan yang akan
disemprot Aspal
 Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan
dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi
keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan
yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual
dengan sikat yang kaku.
 Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang
akan disemprot dengan kombinasi sapu mekanis (power broom) dan
kompresor.
 Tonjolan yang disebabkan oleh benda - benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau
dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah
Pengawas Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci
dengan air dan disapu.
 Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah
pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang
tepat (liter per meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari
permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah.
Tabel Takaran Pemakaian Lapis Perekat

 Pelaksanaan Penyemprotan

a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan


penyemprotan harus diukur dan ditandai.
b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal
harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar
aspal yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan
distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan
(hand sprayer). Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai
grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa,
kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan
nosel hams disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan
selama pelaksanaan penyemprotan.
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal
harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian
yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisisisi lajur
yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini
harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan
berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang
bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang
telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan,
hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap
mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang
lain.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan
bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan
dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot,
dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
sepanjang bidangjalan yang akan disemprot. Distributor aspal
harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan
disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga
konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan
pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan
sampai melalui titik akhir.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang
dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang
terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan
penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup.
 Bahan :
a. Aspal Curah
b. Kerosin
 Alat - alat utama yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini
yaitu :
a. Compressor - untuk membersihkan permukaan lahan.
b. Ashalt Sprayer - untuk memanaskan dan menghampar aspal cair.
c. Dump Truck - untuk menarik Asphalt Sprayer dan Compressor.
d. Alat Bantu
1.5. Penghamparan Laston Lapis Aus (AC-WC tebal 4,00 cm) dan Laston
Lapis Antara (AC-BC tebal 6,00 cm)
1. Semua Material yang akan digunakan pada pekerjaan ini (Agregat dan
Aspal) ditest di laboratorium untuk mendapatkan kepastian bahwa
material yang akan digunakan memenuhi persyaratan spesifikasi.
2. Rancangan Campuran/Design Mix Formula, DMF dibuat untuk
mendapatkan proporsi campuran yang memenuhi persyaratan
spesifikasi (baik agregat, aspal, bahan anti pengelupasan dan filler
(semen)
3. Percobaan penggelaran/pemadatan dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui :
 Semua peralatan bekerja dengan baik
 Untuk mendapatkan sampel lapangan, bahwa campuran sudah
sesuai dengan Design Mix Formula
 Untuk mengetahui jumlah lintasan masing-,masing alat pemadat
untuk mendapatkan kepadatan yang disyaratkan spesifikasi
 Untuk mengetahui faktor padat (tebal sebelum padat - tebal padat)
agar tebal gelaran sebelum dipadatkan dapat diketahui secara
tepat, sehingga ketika setelah dipadatkan akan mendapatkan tebal
hamparan sesuai rencana/spesifikasi
4. DMF setelah melalui percobaan lapangan disebut Job Mix Formula
(JMF).
5. Setelah percobaan penggelaran dan pemadatan selesai, maka
dilakukan core dril untuk mengetahui ketebalan dan kepadatan
minimal 98,00 %.
6. Campuran sesuai Job Mix Formula dicampur di Asphalt Mixing Plant
7. Dump Truck mengangkut campuran aspal panas (Hot Mix) ke lokasi
pekerjaan.
8. Hot Mix digelar menggunakan Asphalt Finisher di atas permukaan
jalan yang sudah dilapisi lapis Perekat Aspal cair dengan takaran
sesuai JMF
9. Prosedur pemadatan Hot Mix :
 Pemadatan awal menggunakan Tandem Roller dengan jumlah
passing sesuai JMF dengan temperatur campuran aspal / Hot mix
145⁰ C
 Pemadatan intermediate menggunakan Pneumatic Tire Roller
dengan jumlah passing sesuai JMF dengan temperatur campuran
aspal / Hot mix 125⁰ C
 Pemadatan akhir menggunakan Tandem Roller dengan jumlah
passing sesuai JMF dengan temperatur campuran aspal / Hot mix
lebih dari 95⁰ C
10. Bahan :
 Agregat Kasar,
 Agregat Halus,
 Bahan pengisi/Filler dari bahan semen
 Aspal Keras
Bahan anti pengelupasan
11. Alat – alat utama yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini
yaitu :
 Asphalt Mixing Plant - untuk mencampur bahan hot mix.
 Wheel Loader - untuk memuat bahan agregat ke cold bin.
 Generator Set - untuk sumber energi listrik AMP.
 Dump Truck - untuk mengangkut bahan hot mix ke lapangan.
 Asphalt Finisher - untuk menghampar bahan hot mix.
 Tandem Roller - untuk memadatkan awal dan akhir.
 Pneumatic Tire Roller - untuk memadatkan hamparan hotmix.
12. Kendali Mutu
 Setiap 2 jam periode pencampuran, sampel diambil dari hot bin
untuk pencocokan gradasi dan kombinasi gradasi dengan Job Mix
Formula.
 Sekurang-kurangnya 2 kali sehari sampel diambil untuk percobaan
Marshal, untuk memantau Stabilitas, flow, dan kadar aspal.
 Kepadatan lapangan diuji lewat bor inti (Core Drill) dan
membandingkan dengan kepadatan laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai