Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MATERNITAS

“PROSEDUR TINDAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN TINDAKAN PENDIDIKAN


KESEHATAN IBU HAMIL”

DOSEN PENGAMPU:
Marsia, S.ST, M.Kes

DISUSUN OLEH :
Dini Permata 191101017
Elya Rienthy 1911010123
Nurul Wahdah 191101051
Redi Fariansyah 191101056

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Prosedur Tindakan Pada
Ibu Hamil Dengan Tindakan Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil”.  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Maternitas , makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Singkawang, 15 Maret 2021

Mahasiswa
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………I


KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...II
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….III

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan kesehatan pada ibu hamil………………………………….
1. Pendidikan kesehatan
2. Ibu Hamil
3. Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Hamil Menurut Kemenke RI
B. Konseling Asuhan Kehamilan
1. Aspek Pengetahuan
2. Aspek Keterampilan
3. Aspek Sikap
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar
terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yaitu
terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah sasaran
pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku yang
diharapkan (Setiawati, 2008).
Menurut Susilo (2011), menyatakan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dikenal
adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu:
a) Sasaran Primer Sasaran primer (utama) upaya pendidikan kesehatan sesungguhnya
adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat.
b) Sasaran Sekunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain- lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. 8
c) Sasaran Tersier Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang
berkaitan serta mereka yangdapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendidikan kesehatan pada ibu hamil?


2. Apa yang dimaksud dengan Konseling Asuhan Kehamilan?
3. Aspek apa saja yang ada di dalam konseling pada ibu hamil?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling asuhan kehamilan
3. Untuk mengetahui aspek aspek yang ada di dalam konseling asuhan kehamilan
BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Hamil

1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan perawatan pada masa kehamilan adalah suatu program
terencana berupa edukasi pada ibu hamil untuk memberikan pengetahuan tentang
perawatan kehamilan yang aman dan memuaskan. Tren terbaru dalam perawatan
kesehatan menyatakan bahwa pasien dan keluarganya harus siap memikul tanggung
jawab untuk pengelolaan perawatan diri. Fokus nya adalah hasil baik berupa keberhasilan
pasien dan keluarga dalam mempelajari pengetahuan dan ketrampilan untuk perawatan
diri ( Bastable, 2002). Pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan mandiri
keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupunmasyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya
perawat sebagai perawat pendidik (Suliha dkk, 2002).
Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan, menurut Suliha dkk (2001).
Berdasarkan perannya sebagai perawat pendidik, perawat mengalihkan pengetahuan,
ketrampilan dan pembentukan sikap selama pembelajaran yang berfokus pada pasien.
Perubahan perilaku pada pasien selama proses pembelajaran berupa perubahan pola pikir,
sikap dan ketrampilan yang spesifik .
Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan
adalah untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan
bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada,
memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan .
Maksud, Manfaat dan Sasaran Pendidikan Pasien Program pendidikan kesehatan
dan staf yang berlaku dan terus menerus meningkat merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem pemberian perawatan kesehatan pada masyarakat. Pendidikan
kesehatan pada pasien telah menunjukkan potensinya untuk meningkatkan kepuasan
pasien, memperbaiki kualitas kehidupan, memastikan kelangsungan perawatan, secara
efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit, memasyarakatkan masalah kepatuhan
terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan dan menurunkan ansietas dan
memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktifitas kehidupan seharihari (Bastable,
2002).
Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia.
a. Definisi Perilaku Perilaku menurut Skinner (1938) yang di kutip Notoatmodjo
(1997) adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ada
dua jenis respons, yaitu respondent respons dan operant respons. Respondent respon
adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsangan itu menimbulkan
respons yang bersifat relatif tetap. Misalnya makanan yang lezat beraroma akan
merangsang keluarnya air liur. Operant respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh
rangsangan tertentu. Perangsangan iu akan mengikuti atau memperkuat suatu perilaku
tertentu yang telah dilakukan oleh organisme, dalam hal ini manusia.
b. Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku menurut Suliha,
2002. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu, kelompok,
dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Hasil
pengubahan perilaku yang diharapkan melalui proses pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah perilaku sehat.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat. Perilaku sehat dapat
terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan yang berupa pengetahuan dan sikap,
pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, sarana fisik. Pengaruh atau rangasangan itu
bersifat internal dan eksternal dan diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi
perilaku sehat, yaitu faktor predisposisi ( predispossing factors ), faktor pemungkin
( enabling factors ), dan faktor pendorong ( reinforcement factors )

Tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah


1) Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian yang lebih baik tentang perawatan
selama kehamilan.
2) Agar peserta dapat mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya.
3) Agar peserta melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya
komplikasi selama kehamilan.
4) Agar peserta memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatannya selama
kehamilan.
2. Ibu Hamil
Ibu hamil adalah seorang ibu yang mengalami kehamilan atau konsepsi yang dimulai dari
awal kehamilan sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40
minggu, di hitung dari hari pertama haid terakhir dan dapat dilihat tanda pasti hamil yaitu
ada gerakan janin dalam rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian
janin), terdengar denyut jantung janin (didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler, dilihat dengan ultrasonografi, pemeriksaan
dengan alat canggih, yaitu rontgen melihat kerangka janin, ultrasonografi (Aprillia, 2010).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya
Kehamilan menurut Saifuddin, 2014 adalah sebagai berikut :
a. Umur
Adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Umur mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Dua sikap 9 tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup, salah satunya adalah Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
yang merupakan menifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Ibu yang hamil lebih dari satu kali
(multigravida) memiliki pengalaman lebih dalam deteksi dini tanda bahaya kehamilan
dibandingkan dengan ibu yang baru pertama kali hamil (primigravida), dengan hal ini
graviditas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam deteksi
dini tanda bahaya kehamilan.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian.
Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu
yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan
memerlukan banyak waktu dan memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk hanya
memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi, sehingga pengetahuan yang mereka
peroleh 10 kemungkinan juga berkurang.
d. Pendidikan Tingkat
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari
media massa. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan
tindakan pendidikan terlalu rendah akan sulit menerima pesan, pesan dan informasi yang
disampaikkan. Pendidikan dasar atau pendidikan yang paling rendah dimiliki oleh
masyarakat Indonesia yaitu bila tamat SMP (sederajat) berdasarkan ketentuan pendidikan
dasar sembilan tahun, serta pendidikan tinggi yaitu apabila seseorang menamatkan
pendidikan SMA (sederajat) ke atas.
e. Sumber Informasi
Sumber informasi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dengan kemajuan
teknologi yang cukup pesat, semua informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat,
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Faktor informasi yang
diterima secara berulang-ulang serta motivasi yang dimiliki untuk memperoleh informasi
tersebut akan meningkatkan 11 pengetahuan seseorang untuk sesuatuhal. Penyebaran
informasi melalui media, memberikan potensi kepada masyarakat untuk bertindak,
menurut Notoatmodjo, 2011, sumber informasi dapat dikelompokan menjadi;
1) Media cetak seperti: surat kabar, koran, majalah, tabloid, danbuku
2) Media elektronik, sepersti: radio, televisi, dan internet
3) Media lain, seperti: petugas kesehatan secara langsung, teman Informasi yang diperoleh
dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bila seseorang
banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

3. Pendidikan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Menurut Kemenkes RI (2014),


pendidikan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil merupakan tanggung jawab pemberi
asuhan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi ibu hamil agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal (Kusmiyanti, 2009). Menurut Kemenkes RI (2014), pendidikan kesehatan pada ibu
hamil berupa konseling (temu wicara) yang dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi :
a. Kebutuhan akan nutrisi Selama kehamilan ibu membutuhkan tambahan asupan makanan
untuk pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri. Sebagai tenaga kesehatan 12
sebaiknya melakukan upaya untuk memberikan pendidikan tentang kebutuhan nutrisi ibu
hamil tersebut.
b. Pakaian Ibu hamil sebaiknya mengenakan pakaian yang memenuhi kriteria sebagai
berikut : nyaman, longgar dan tidak tebal.
c. Kebutuhan kebersihan diri (personal hygiene) Mandi, sikat gigi, keramas, perawatan
kuku
d. Persiapan Laktasi Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ibu dapat sukses
dalam menyusui bayinya, menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah
proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninnya.
e. Pengenalan tanda-tanda bahaya secara dini Memberikan ibu pengetahuan tanda bahaya
kehamilan meliputi : perdarahan prevaginam, sakit kepala hebat, pengelihatan kabur,
bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen hebat, gerakan janin tidak terasa.

B. KONSELING ASUHAN KEHAMILAN

a. ASPEK PENGETAHUAN

Konseling berasal dari bahasa latin consillium yang artinya bersama atau bicara
bersama, berbicara bersama-sama; yaitu pembicaraan antara konselor seorang klien atau
beberapa klien (Latipun,2005). Menurut Rogers dalam Latipun (2005), konseling merupakan
hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk perubahan pada diri klien. Pietrofesa
(1978) dalam latipun (2005), mengatakan konseling adalah proses yang melibatkan seorang
profesional dalam usaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya,
membuat keputusan untuk memecahkan masalah yang dialami. Menurut Stefflre dan Grant
dalam latupun (2005) konseling adalah :
1. Sebagai proses yang artinya memerlukan cukup banyak waktu dan pembicaraan bersama
yang berulang-ulang
2. Sebagai hubungan yang spesifik, merupakan hubungan yang berbeda dengan hubungan
sosial dalam kehidupan. Hubungan antara konselor dan klien dalam proses konseling
membutuhkan keterbukaan, rasa saling percaya, dan rasa turut merasakan perasaan orang
lain.
3. Sebagai hubungan membantu. Diartikan sebagai usaha untuk memotivasi klien upaya
lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Hubungan membantu dalam proses konseling bukan artinya konselor
membantu klien dalam menyelesaikan satu jenis pekerjaan.
4. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan hidup.dilaksanakan supaya klien mampu
memahami dan menerima dirinya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Selanjutnya, klien diharapkan mampu memahami dirinya secara utuh dalam kelangsung
hidupnya , sampai mencapai aktualisasi diri.

1. Konseling Asuhan Kehamilan

Adalah satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap
muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan kehamilannya,pemahaman diri tentang permasalahan yang dihadapi,dan
penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Williamson (1961) dan Ljatipun (2005) tujuan umum pelaksanaan konseling
membantu klien mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensi yang
dimiliki. Secara lebih rinci dinyatakan menjadi 3 tujuan utama oleh Krumboltz, yaitu:
1. Mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat
2. Membimbing klien belajar membuat keputusan
3. Membimbing klien mencegah timbulnya masalah

Pelaksanaan konseling berupaya memberi tanggung jawab kepada klien dalam setiap
pemecahan masalah yang dihadapi,sesuai dengan kondisi yang dimiliki. Perbedaannya dengan
pemberian nasehat adalah dalam pemberian nasehat seseorang berupaya menyampaikan
gagasan, yang menurut pandangannya maupun pengalamannya baik atau telah berhasil
diterapkan dalam mengatasi suatu permasalahan. Pemberian nasehat hanya beriorentasi pada
kondisi orang yang memberi nasehat tanpa mempertimbangkan secara spesifik kondisi orang
yang diberi nasehat. Pemberian nasehat cenderung menghilangkan insiatif klien dalam
mencari upaya sendiri untuk memecahkan masalahnya. Pemberian nasehat yang terlalu sering
bisa membuat klien tidak bertanggung jawab dalam pemecahan maslah pribadinya. Setiap
mempunyai masalah cenderung mendatangi seseorang untuk meminta nasehat
Konseling yang berbeda dengan komunikasi informasi edukasi adalah upaya untuk
menciptakan perubahan perilaku yang dilaksanakan secara individu atau kelompok dengan
menggunakan komunikasi efektif, untuk mengutarakan permasalahan, sesuai dengan kondisi
sasaran sampai sasaran merasakan permasalahanya. Selanjutnya, mengajarkan cara-cara
tentang mengatasi permasalahan dan membimbing dalam pelaksanaannya.
Langka-langkah Pemeriksaan Asuhan Kehamilan :
a. Tahap Persiapan
 Menyiapkan ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif
 Menyiapkan alat-alat peraga sesuai dengan kebutuhan
 Menyiapkan alat tulis, catatan, kartu ibu sesuai dengan kebutuhan
b. Tahap Pelaksanaan
 Tahap pembukaan
G=Greet= Menyapa ibu beserta suami (bila didampingi suami), dengan memberi
slam sesuai dengan kondisi, kemudian mempersilahkan duduk berhadapan dengan
bidan pada tempat yang sudah disediakan. Setelah duduk berhadapan dengan ibu,
memulai percakapan dengan tujuan menciptakan suasana yang akrab dan saling
percaya
A=Ask= menanyakan secara rinci kepada ibu tentang permasalahan kehamilannya
yang sedang dihadapi. Bisa juga dengan mempersilahkan ibu menceritakan keadaan
dirinya yang berkaitan dengan permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi.
Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara supaya hubungan dengan
ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara memperhatikan kontak mata,
menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung persaan ibu, dan menjadi pendengar
yang baik
T=Tell=Memberi informasi kepada ibu tentang cara atau metode yang bisa
digunakan untuk memecahkan permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi
H=Help=Membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi
permasalahannya sesuai dengan kondisi /kemampuan ibu.
E=Explain=Menjelaskan secara rinci tehnik pelaksanaan cara-cara yang dipilih
untuk pemecahan masalah dan disepakati dengan ibu dan suami
R=Return=Membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan
berikutnya/kunjungan ulang untuk mengevaluasi keberhasilan cara - cara pemecahan
masalah yang telah dilaksanakan.
R=Refer=Bila diperlukan tindakan kolaborasi/rujukan ke tenaga yang
berkompeten sesuai dengan kebutuhan/kondisi ibu.

2. Pendekatan pada Pelaksanaan Konseling


1) Pendekatan Direktif. Tokoh yang mengemukakan adalah Williamson. Sifat
pendekatannya berpusat pada konselor. Tujuan konseling adalah membantu klien
untuk mengganti tingkah lakunya yang tidak sesuai rasional dengan tingkah laku
yang sesuai. Proses pelaksanaan:Konselor mengumpulkan informasi /data tentang
masalah klien, kemudian menganalisis dan menginterpretasi. Hasil analisis dipelajari
oleh konselor bersama-sama klien, dan merumuskan rencana pemecahannya.
Selanjutnya, klien melaksanakan rencana yang telah disepakati, dan konselor
mengevaluasi

2) Pendekatan non-direktif. Tokoh yang mengemukakan adalah Rogers. Sifat


pendekatannya berpusat pada klien. Tujuan konseling adalah memberi kesempatan
kepada klien secara bebas mengekspresikan dirinya dan merencanakan pemecahan
masalah yang dihadapi. Proses pelaksanaan konseling: Konselor mendengarkan
dengan seksama, kemudian mengadakan analisis permasalahan dan rencana
pemecahan yang disusun oleh klien. Setelah dipahami konselor mengadakan
kesepakatan dengan klien tentang rencana pemecahan masalah yang akan
dilaksanakan. Setelah klien melaksanakan pemecahan masalah yang disepakati,
masalah tersebut dievaluasi bersama-sama konselor.

3) Pendekatan Eklektik. Tokoh yang mengemukakan adalah F.P.Robinson. Sifat


Pendekatannya memilih unsur-unsur yang baik dari pendekatan direktif dan non-
direktif sesuai dengan kondisi klien yang diberi layanan konseling. Konselor
menyesuaikan jenis pendekatan yang cocok bagi klien, dengan menggabungkan
prinsip pendekatan direktif dan prinsip pendekatan non-direktif. Tujuan konseling
membantu klien memahami permasalahan yang dihadapi, menyusun rencana
tindakan pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Proses pelaksanaan : Konselor menggali akar permasalahan klien dengan
bertanya atau mempersilahkan klien menceritakan secara rinci. Konselor bersama
klien memahami permasalahan dan menyusun rencana tindakan untuk pemecahan
masalah. Klien melaksanakan tindakan pemecahan masalah kemudian mengevaluasi
bersama-sama konselor.
3. Masalah yang Memerlukan Konseling Ibu Hamil

Beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling meliputi:

 Penerimaan/tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya


 Ketidakmampuan ibu berdaptasi terhadap perubahan Fisik akibat kehamilannya.
 Kemampuan yang kurang memadai dalam mengantisipasi tanda bahaya penyakit yang
menyertai kehamilan karena masalah sosial ekonomi/pengetahuan
 Dukungan keluarga yang tidak optimal
 Pemilihan tempat/penolong persalinan
 Persalinan Tindakan

Contoh :
1. Seorang ibu hamil berdasarkan hasil pemeriksaan USG hamil kembar, tetapi ibu tidak
menerima bahwa dirinya hamil kembar.
2. Seorang ibu hamil yang tidak bisa mengambil keputusan apakah harus bersalin ditolong
oleh bidan atau dukun, karena mertuanya menyarankan bersalin supaya ditolong oleh
dukun
3. Seorang ibu hamil yang mengalami anemia berat/pre-eklampsia, ibu memandang hal itu
sebagai “bawaan bayi” dan tidak membahayakan kehamilannya, sehingga tidak perlu
penanganan yang khusus.
4. Ibu hamil menolak kehamilannya karena hamil akibat kegagalan penggunaan alat
kontrasepsi
5. Ibu hamil ingin menggugurkan kehamilannya karena suaminya belum siap dengan
penghasilan untuk membiayai perawatan kehamilan dan persalinannya
6. Ibu hamil di luar nikah yang tidak direstui

b. ASPEK KETERAMPILAN
Dalam proses pelaksanaan konseling aspek keterampilan yang dipaparkan di atas tertuang
dalam langkah-langkah kerja sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat :
 Kursi 3 buah
 Meja 1 buah
 Alat peraga (Disesuaikan dengan materi konseling)
 Alat tulis
 Status ibu yang sudah berisi dokumentasi data, rumusan diagnosis dan masalah
asuhan, sesuai dengan kondisi ibu yang sedang diberi

2. Menyiapkan lingkungan:

 Ruangan khusus dengan kondisi tenang, nyaman, dan kondusif


 Mengatur kursi untuk tempat duduk ibu dan suami ( jika ibu didampingi suami)
sedemikian rupa sehingga ibu dan suami bisa duduk saling berhadapan dengan bidan
 Menempatkan status ibu, alat tulis, dan alat peraga diatas meja, kemudian mengatur
posisi meja, supaya alat-alat mudah dijangkau oleh bidan bila diperlukan.

3. Melaksanakan konseling:
Menyampaikan salam pembukaan kepada ibu dan suami ( bila ibu didampingi suami)
dengan sopan dan ramah menggunakan kata-kata yang sesuai dengan kondisi

 Mempersilahkan ibu dan suami duduk dengan posisi berhadapan dengan bidan dikursi
yang telah dipersiapkan
 Bidan duduk dengan posisi bidan agak membungkuk, serta mem-pertahankan kontak
mata dengan ibu dan suaminya.
- Menciptakan suasana pribadi yang akrab dengan pembicaraan yang serius dan santai
 Menanyakan dengan pertanyaan terbuka / mempersilahkan ibu men-jelaskan segala
sesuatu yang dirasakan / dialami, yang berkaitan dengan permasalahan kehamilan
yang sedang dialami.
 Mendengarkan dengan saksama sambil memberikan respons positif sesuai dengan
kebutuhan baik secara verbal maupun non-verbal terhadap semua pernyataan ibu.
 Menganalisis, menyimpulkan, dan meyatu bahasakan, menjaga kerahasiaan dari
pernyataan yang disampaikan oleh ibu, sampai ibu betul-betul menghayati dan
merasakan permasalahan yang dihadapi.
 Menggali potensi yang dimiliki oleh ibu yang bisa dijadikan alternative jalan keluar
untuk pemecahan masalah.
 Menanggapi respons ibu dan memberi penjelasan berkaitan dengan potensinya dalam
mengatasi permasalahan
 Mengevaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu terhadap penjelasan yang
diberikan.
 Memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan / tanggapan yang berkaitan
dengan penjelasan yang diberikan
 Mendiskusikan, kemudian menyepakati alternatif tindakan yang dipilih untuk
pemecahan masalah
 Menyimpulkan hasil konseling yang telah dilaksanakan.
 Membuat kesepakatan waktu kunjungan ulang untuk mengevaluasi tindakan
pemecahan masalah yang telah digunakan
 Mengakhiri pembicaraan dengan mengucapkan salam

c. ASPEK SIKAP
Sikap yang harus dikembangkan oleh bidan dalam melaksanakan konseling:
1. Ramah, sopan, dan wajar.
2. Mudah menyesuaikan diri dan menerima orang lain
3. Bisa memahami dan merasakan perasan orang lain (empati)
4. Hangat, semangat, selalu ceria dan bergairah.
5. Sabar dan rendah hati
6. Serius, ikhlas, dan selalu berniat untuk membantu
7. Jujur, lembut, peka, dan bijaksana.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan kesehatan perawatan pada masa kehamilan adalah suatu program terencana
berupa edukasi pada ibu hamil untuk memberikan pengetahuan tentang perawatan
kehamilan yang aman dan memuaskan.
Konseling asuhan kehamilan adalah Satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil,
yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya,pemahaman diri
tentang permasalahan yang dihadapi,dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

Daftar Pustaka

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik, Prinsip-prinsip Pengajaran &


Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Suliha, U, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wardiman, I.I. 2004. “Kesiapan Psikis”. Ayahbunda. Hal 74-81.2004. “Angka Kematian
Ibu dan Anak Dapat Ditekan”. http.www.kompas.com 15 Mei 2004

Kemenkes RI (2014),

Anda mungkin juga menyukai