Makalah Evaluasi Sediaan Liquid
Makalah Evaluasi Sediaan Liquid
Disusun oleh :
1. Rama Ilmiawan B.S 182210101025
2. Maqinun Amin 182210101028
3. Dewi Sekar Arum 182210101030
4. Khoirun Nisak 182210101102
5. Lintang Nurani A.S 182210101145
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam bidang farmasi
juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet,
kapsul. Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk
sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut
diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh
sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat
adalah sediaan cair (liquid).
Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak
digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkanpun sangat beragam mulai
dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga
merk yang digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan
liquid.
Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan anak-anak
dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-
sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan.
Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal
kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain
itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi
dengan penggunaan sendok takar.
Dari penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan sediaan liquid
terdapat kelebihan dan kekurangan. Diharapkan agar dapat mempertahankan kelebihannya,
dan mengatasi kekurangan tersebut dengan membuatnya lebih baik lagi, agar dapat diterapkan
dalam dunia kerja dan bisa didapatkan efek terapi yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan perbedaan sediaan sirup, suspensi, dan suspensi antasida ?
1.2.2 Apa saja informasi yang terdapat dalam produk referen pada sediaan sirup, suspensi, dan
suspensi antasida ?
1.2.3 Apa saja evaluasi yang dapat dilakukan pada sediaan sirup, suspensi, dan suspensi
antasida ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang sediaan sirup, suspensi, dan
suspensi antasida
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami informasi pada berbagai produk referen
dari sediaan sirup, suspensi, dan suspensi antasida
1.3.3 Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan sirup, suspensi, dan suspensi
antasida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
BM : 151,16
pKa : 9,0-9,5
pH : 5-6
Titik leleh : 170℃
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit
Kelarutan :Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut
dalam etanol.
Kemurnian : Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0%, dihitung terhadap zat anhidrat.
Efek terapeutik : analgesik, antipiretik
Pada larutan oral parasetamol mengandung parasetamol, C 8H9NO2 , tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kelarutan paracetamol menurut FI III halaman 37 adalah larut dalam 70 bagian air,
dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 40 bagian gliserol P, dan 9 bagian propilen
glikol. Sedangkan kelarutan menurut FI V Jilid II halaman 98 adalah larut dalam air
mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol dan memiliki rentang pH
antara 3,8-6,1.
Dalam larutan, parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam keadaan
kering parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45℃. Parasetamol dapat
terdegradasi dengan oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap
oksidasi (The Pharmaceutical Codex). Parasetamol merupakan obat golongan
analgesik dan antipiretik yang mempunyai indikasi untuk mengobati nyeri ringan
sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
2.1.3 Alasan Pemilihan Bahan Aktif
Alasan pemilihan parasetamol sebagai bahan aktif adalah karena parasetamol
merupakan first line therapy yang direkomendasikan sebagai analgesik dan
antipiretik. Parasetamol mudah diabsobsi oleh sistem pencernaan dengan puncak
konsentrasi plasma terjadi pada menit ke 10-60 setelah pemberian dosis oral.
Paracetamol juga tidak memiliki efek samping pada saluran pencernaan,
hipersensitivitas termasuk asma atau penghambatan platelet seperti aspirin dan obat
golongan NSAID sehingga parasetamol relatif aman untuk digunakan pada
anakanak. Selain itu jika dilihat dari sifat fisika dan kimia, parasetamol lebih mudah
dibuat dalam bentuk larutan dibanding dengan bahan aktif lain dengan efek
farmakologis yang sama. Sediaan dibuat dalam bentuk sirup karena lebih mudah
dikonsumsi anak-anak dan rasa parasetamol yang pahit dapat ditutupi dengan perasa.
2.2 Suspensi
2.2.1 Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan ini ada yang bisa digunakan secara langsung, ada
juga yang berupa campuran padat yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
larutan pembawa yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi ini mengandung partikel
yang dapat mengendap di dasar wadah apabila didiamkan, sehingga mempermudah
terjadinya pengerasan dan pemadatan dan sulit untuk terdispersi kembali meskipun
dilakukan pengocokan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan suatu zat
yang sesuai untuk meningkatkan viskositas dan bentuk gel suspensi seperti surfaktan,
poliol, tanah liat, polimer atau gula. Sebelum sediaan ini akan digunakan, harus
dilakukan pengocokan terlebih dahulu agar distribusi bahan padat tersebar merata
dalam suatu pembawa sehingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Suspensi ini harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Beberapa jenis sediaan
suspensi diantaranya yaitu:
a. Suspensi Oral
Merupakan suatu sediaan cair yang berisi partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang mengandung bahan pengaroma yang sesuai dan
digunakan secara per oral.
Suspensi Topikal
Merupakan suatu sediaan cair yang berisi partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang digunakan secara topikal atau pada kulit.
Suspensi Tetes Telinga
Merupakan sediaan cair yang berisi partikel halus yang penggunaannya
dilakukan dengan cara diteteskan di telinga bagian luar.
Suspensi Optalmik (Suspensi Obat Mata)
Merupakan suatu sediaan yang termasuk dalam Opthalmic Preparation
yang mana merupakan sediaan cair yang steril dan berisi partikel-partikel yang
terdispersi dalam pembawa cair yang digunakan pada mata (Farmakope
Indonesia Edisi V halaman 54 2014).
Faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas dari sediaan suspensi diantaranya:
a. Ukuran partikel
b. Banyak-sedikitnya partikel bergerak
c. Adanya muatan listrik partikel
d. Konsentrasi suspensoid
Pada pembuatan sediaan suspensi dikenal 2 macam sistem yaitu sistem flokulasi
dan deflokulasi. Sistem flokulasi merupakan peristiwa memisahnya fase terdispersi
dan fase pendispersi yang terjadi dalam waktu lebih cepat. Sistem deflokulasi
merupakan peristiwa memisahnya fase terdispersi dan fase pendispersi yang terjadi
dalam waktu lebih lambat. Akan tetapi, endapan yang dihasilkan dari proses flokulasi
masih bisa didispersikan kembali berbeda dengan endapan deflokulasi yang tidak
dapat terdispersi kembali karena telah membentuk caking. Hal ini dapat terjadi
karena ukuran partikel dari suspensi terdeflokulasi sangat kecil hingga terbentuk
ikatan antar partikel yang sangat erat dan padat.
2.2.2 Ibuprofen
Nama Bahan : Ibuprofen
Nama Kimia : (±)-2-(p-Isobutilfenil)asam propionate
Rumus Molekul : C13H1802
Struktur Kimia :
BM : 206,28
pH suspensi ibuprofen : 3,6-4,6
Titik leleh : 75-77,5℃ (Martindle,ed. 28)
Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas
lemah
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalarn
aseton dan dalarn kioroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam
air.
Kemurnian ibuprofen : Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak
lebih dari 103,0% C13H1802, dihitung terhadap zat anhidrat.
Kemurnian suspensi ibuprofen : Suspensi Oral Ibuprofen mengandung Ibuprofen,
C13H1802, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Efek terapeutik : analgesik, antipiretik
2.2.3 Alasan Pemilihan Bahan Aktif
Alasan mengapa memilih bahan aktif Ibuprofen sebagai sediaan suspensi yaitu
karena bahan aktif ibuprofen memiliki sifat yang tidak larut air namun stabil dalam
air. Alasan mengapa memilih Ibuprofen sebagai bahan aktif yatu karena memiliki
efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin,
indometasin, atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit,
sakit kepala trombosipenia, ambliopia toksik yang reversible. Dan absorbsi
ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai
setelah 1-2 jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat dalam protein plasma.
Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira Sembilan puluh persen dari
dosis yang diabsorbsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau
konjugatnya.
BM : 78,00
Titik Leleh : 300℃ (572℉)
Pemerian : Padatan berbentuk serbuk kristal, granul berwarna putih,
tidak berbau
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam
mineral encer dan larutan alkali hidroksida
Magnesium Hidroksida
Rumus Molekul : Mg(OH)2
Struktur Kimia :
BM : 58,32
Pemerian : Serbuk putih, ringan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam
asam encer
Kemurnian : Magnesium Hidroksida mengandung tidak kurang dan
95,0% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH)2 yang telah dikeringkan pada suhu
1050 selama 2 jam
Evaluasi sediaan suspensi mengacu pada jurnal “Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ibuprofen Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk GOM Arab dan Natrium
Karboksimetilselulosa”
1. Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi ini dilakukan dengan menilai perubahan rasa, bau dan
warna.
2. Penetapan Bobot Jenis ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Penetapan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer.
Cara kerja :
a. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang pada suhu kamar.
b. Piknometer diisi dengan air sampai penuh lalu rendam dengan air es suhu 2 ﮿C di
bawah suhu percobaan (20﮿C).
c. Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai suhu
percobaan. Lalu piknometer ditutup, biarkan suhu air dalam piknometer mencapai
suhu kamar, setelah itu ditimbang kembali.
d. Air dalam piknometer dibuang dan dibersihkan, lalu diisi dengan sediaan. Dan
ditimbang pikno + sediaan.
e. Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan :
Bobot Jenis = ( bobot sediaan + pikno) – bobot pikno kosong x BJ air pada
suhu ruang
(bobot air + pikno) – bobot pikno kosong
3. Pengukuran pH ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Pengukuran pH disini dilakukan dengan alat pH meter.
Cara kerja :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar.
b. elektroda pH meter dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan sekitar 30 detik.
c. Lalu catat pH yang ditampilkan.
4. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan Alat Viskometer.
Cara kerja :
a. Dimasukkan sampel sebanyak 50 ml kedalam cup.
b. Diletakkan rotor pada pusat cup, pastikan bahwa sudah vertikal.
c. Skala diatur sedemikian rupa, sehingga menunjukkan angka nol.
d. Dinyalakan power switch pada posisi on
e. Catatlah waktu yang diperlukan untuk berputar 100 kali putaran
f. Hitung kecepatan geser sebagai berikut :
100
RPM = x 60
t
RPM : Rotasi per menit
t : waktu yang dibutuhkan untuk berputar 100 kali (s)