Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

“Evaluasi Sediaan Liquid”

Disusun oleh :
1. Rama Ilmiawan B.S 182210101025
2. Maqinun Amin 182210101028
3. Dewi Sekar Arum 182210101030
4. Khoirun Nisak 182210101102
5. Lintang Nurani A.S 182210101145

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk sediaan dalam bidang farmasi
juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet,
kapsul. Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk
sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut
diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh
sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat
adalah sediaan cair (liquid).
Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak
digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkanpun sangat beragam mulai
dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga
merk yang digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan
liquid.
Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan anak-anak
dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-
sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan.
Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal
kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain
itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi
dengan penggunaan sendok takar.
Dari penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan sediaan liquid
terdapat kelebihan dan kekurangan. Diharapkan agar dapat mempertahankan kelebihannya,
dan mengatasi kekurangan tersebut dengan membuatnya lebih baik lagi, agar dapat diterapkan
dalam dunia kerja dan bisa didapatkan efek terapi yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan perbedaan sediaan sirup, suspensi, dan suspensi antasida ?
1.2.2 Apa saja informasi yang terdapat dalam produk referen pada sediaan sirup, suspensi, dan
suspensi antasida ?
1.2.3 Apa saja evaluasi yang dapat dilakukan pada sediaan sirup, suspensi, dan suspensi
antasida ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang sediaan sirup, suspensi, dan
suspensi antasida
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami informasi pada berbagai produk referen
dari sediaan sirup, suspensi, dan suspensi antasida
1.3.3 Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan sirup, suspensi, dan suspensi
antasida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

2.1.1 Pengertian Larutan


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi
secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang
larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk
diberikn langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk yang lebih pekat yang
harus diencerkan terlebih dahulusebelum diberikan. Penting untuk diketahui bahwa
pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol, dapat
dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Jika terdapat kosolven, pengenceran
larutan pekat perlu berhati hati. Sediaan zat padat atau campuran zat padat yang
harus dlarutkan dalam pelarut sebelum diberikan secara oral.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar
tinggi. Larutan sukrosa yang hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau sirup
simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain
yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral (Farmakope
Indonesia V Jilid I, 2014)
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan mengandung sakrosa, kecuali
dinyatakan lain, kadar sakrosa, C12H22O11 tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66,0% (Farmakope Indonesia III, 1979).
2.1.2 Parasetamol
Nama Bahan : Parasetamol atau asetaminofen
Nama Kimia : 4 '-Hidroksiasetanilida
Rumus Molekul : C8H9NO2
Struktur Kimia :

BM : 151,16
pKa : 9,0-9,5
pH : 5-6
Titik leleh : 170℃
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit
Kelarutan :Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut
dalam etanol.
Kemurnian : Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0%, dihitung terhadap zat anhidrat.
Efek terapeutik : analgesik, antipiretik
Pada larutan oral parasetamol mengandung parasetamol, C 8H9NO2 , tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kelarutan paracetamol menurut FI III halaman 37 adalah larut dalam 70 bagian air,
dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 40 bagian gliserol P, dan 9 bagian propilen
glikol. Sedangkan kelarutan menurut FI V Jilid II halaman 98 adalah larut dalam air
mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol dan memiliki rentang pH
antara 3,8-6,1.
Dalam larutan, parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam keadaan
kering parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45℃. Parasetamol dapat
terdegradasi dengan oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap
oksidasi (The Pharmaceutical Codex). Parasetamol merupakan obat golongan
analgesik dan antipiretik yang mempunyai indikasi untuk mengobati nyeri ringan
sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
2.1.3 Alasan Pemilihan Bahan Aktif
Alasan pemilihan parasetamol sebagai bahan aktif adalah karena parasetamol
merupakan first line therapy yang direkomendasikan sebagai analgesik dan
antipiretik. Parasetamol mudah diabsobsi oleh sistem pencernaan dengan puncak
konsentrasi plasma terjadi pada menit ke 10-60 setelah pemberian dosis oral.
Paracetamol juga tidak memiliki efek samping pada saluran pencernaan,
hipersensitivitas termasuk asma atau penghambatan platelet seperti aspirin dan obat
golongan NSAID sehingga parasetamol relatif aman untuk digunakan pada
anakanak. Selain itu jika dilihat dari sifat fisika dan kimia, parasetamol lebih mudah
dibuat dalam bentuk larutan dibanding dengan bahan aktif lain dengan efek
farmakologis yang sama. Sediaan dibuat dalam bentuk sirup karena lebih mudah
dikonsumsi anak-anak dan rasa parasetamol yang pahit dapat ditutupi dengan perasa.

2.2 Suspensi
2.2.1 Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan ini ada yang bisa digunakan secara langsung, ada
juga yang berupa campuran padat yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
larutan pembawa yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi ini mengandung partikel
yang dapat mengendap di dasar wadah apabila didiamkan, sehingga mempermudah
terjadinya pengerasan dan pemadatan dan sulit untuk terdispersi kembali meskipun
dilakukan pengocokan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan suatu zat
yang sesuai untuk meningkatkan viskositas dan bentuk gel suspensi seperti surfaktan,
poliol, tanah liat, polimer atau gula. Sebelum sediaan ini akan digunakan, harus
dilakukan pengocokan terlebih dahulu agar distribusi bahan padat tersebar merata
dalam suatu pembawa sehingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Suspensi ini harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Beberapa jenis sediaan
suspensi diantaranya yaitu:
a. Suspensi Oral
Merupakan suatu sediaan cair yang berisi partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang mengandung bahan pengaroma yang sesuai dan
digunakan secara per oral.
 Suspensi Topikal
Merupakan suatu sediaan cair yang berisi partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang digunakan secara topikal atau pada kulit.
 Suspensi Tetes Telinga
Merupakan sediaan cair yang berisi partikel halus yang penggunaannya
dilakukan dengan cara diteteskan di telinga bagian luar.
 Suspensi Optalmik (Suspensi Obat Mata)
Merupakan suatu sediaan yang termasuk dalam Opthalmic Preparation
yang mana merupakan sediaan cair yang steril dan berisi partikel-partikel yang
terdispersi dalam pembawa cair yang digunakan pada mata (Farmakope
Indonesia Edisi V halaman 54 2014).
Faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas dari sediaan suspensi diantaranya:
a. Ukuran partikel
b. Banyak-sedikitnya partikel bergerak
c. Adanya muatan listrik partikel
d. Konsentrasi suspensoid
Pada pembuatan sediaan suspensi dikenal 2 macam sistem yaitu sistem flokulasi
dan deflokulasi. Sistem flokulasi merupakan peristiwa memisahnya fase terdispersi
dan fase pendispersi yang terjadi dalam waktu lebih cepat. Sistem deflokulasi
merupakan peristiwa memisahnya fase terdispersi dan fase pendispersi yang terjadi
dalam waktu lebih lambat. Akan tetapi, endapan yang dihasilkan dari proses flokulasi
masih bisa didispersikan kembali berbeda dengan endapan deflokulasi yang tidak
dapat terdispersi kembali karena telah membentuk caking. Hal ini dapat terjadi
karena ukuran partikel dari suspensi terdeflokulasi sangat kecil hingga terbentuk
ikatan antar partikel yang sangat erat dan padat.
2.2.2 Ibuprofen
Nama Bahan : Ibuprofen
Nama Kimia : (±)-2-(p-Isobutilfenil)asam propionate
Rumus Molekul : C13H1802
Struktur Kimia :

BM : 206,28
pH suspensi ibuprofen : 3,6-4,6
Titik leleh : 75-77,5℃ (Martindle,ed. 28)
Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas
lemah
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalarn
aseton dan dalarn kioroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam
air.
Kemurnian ibuprofen : Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak
lebih dari 103,0% C13H1802, dihitung terhadap zat anhidrat.
Kemurnian suspensi ibuprofen : Suspensi Oral Ibuprofen mengandung Ibuprofen,
C13H1802, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Efek terapeutik : analgesik, antipiretik
2.2.3 Alasan Pemilihan Bahan Aktif
Alasan mengapa memilih bahan aktif Ibuprofen sebagai sediaan suspensi yaitu
karena bahan aktif ibuprofen memiliki sifat yang tidak larut air namun stabil dalam
air. Alasan mengapa memilih Ibuprofen sebagai bahan aktif yatu karena memiliki
efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin,
indometasin, atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit,
sakit kepala trombosipenia, ambliopia toksik yang reversible. Dan absorbsi
ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai
setelah 1-2 jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat dalam protein plasma.
Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira Sembilan puluh persen dari
dosis yang diabsorbsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau
konjugatnya.

2.3 Suspensi Antasida


2.3.1 Antasida
Suspensi Antasida dimaksudkan untuk menetralkan efek dari kelebihan asam
lambung dan hal seperti ini digunakan oleh seseorang, seperti pasien tukak lambung,
yang harus mengurangi derajat keasaman dalam lambung. Kebanyakan preparat
antasida disusun dari bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang bekerja di dalam
membatasi saluran cerna dengan menetralkan asam dan atau meredakan iritasi atau
peradangan pada batas dinding saluran cerna. Antasida yang biasa digunakan adalah
garam aluminium dan magnesium seperti aluminium hridroksida (biasanya suatu
campuran Al(OH)3 dan aluminium oksidahidrat) atau magnesium hidroksida
(Mg(OH)2), baik tunggal atau kombinasi.
 Aluminium Hidroksida
Rumus Molekul : Al(OH)3
Struktur Kimia :

BM : 78,00
Titik Leleh : 300℃ (572℉)
Pemerian : Padatan berbentuk serbuk kristal, granul berwarna putih,
tidak berbau
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam
mineral encer dan larutan alkali hidroksida
 Magnesium Hidroksida
Rumus Molekul : Mg(OH)2
Struktur Kimia :
BM : 58,32
Pemerian : Serbuk putih, ringan
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam
asam encer
Kemurnian : Magnesium Hidroksida mengandung tidak kurang dan
95,0% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH)2 yang telah dikeringkan pada suhu
1050 selama 2 jam

2.3.2 Alasan Pemilihan Bahan Aktif


Bahan aktif obat yang digunakan tidak larut air. Obat yang dibuat diinginkan
dalam saluran cerna, sehingga harus dalam bentuk partikel halus. Antasida lebih
efektif bila diberikan dalam bentuk suspensi, karena tidak mengalami pengeringan
selama pembuatan, sehingga mengurangi daya netralisasinya seperti pada sediaan
tablet. Bentuk suspensi mulai kerjanya lebih cepat dibandingkan bentuk tablet.
BAB III
EVALUASI SEDIAAN
3.1 Evaluasi Sediaan Larutan
1. Uji Organoleptis
Evaluasi uji organoleptis dilakukan dengan penglihatan langsung dengan mengamati
warna, bau dan rasa sediaan.
2. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan bantuan alat pH meter.
Cara kerja :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar.
b. Sediaan diambil beberapa ml, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass.
c. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sediaan.
d. Kemudian diamati pH yang muncul pada alat.
e. Bandingkan dengan pH seharusnya.

Persyaratan pH Parasetamol yaitu 3,8-6,1 ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)


3. Uji Bobot jenis
Evaluasi uji bobot jenis dilakukan dengan menggunakan alat piknometer.
Cara kerja :
a. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang pada suhu kamar.
b. Piknometer diisi dengan air sampai penuh lalu rendam dengan air es suhu 2 ‫﮿‬C di
bawah suhu percobaan (20‫﮿‬C).
c. Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai suhu
percobaan. Lalu piknometer ditutup, biarkan suhu air dalam piknometer mencapai
suhu kamar, setelah itu ditimbang kembali.
d. Air dalam piknometer dibuang dan dibersihkan, lalu diisi dengan sediaan. Dan
ditimbang pikno + sediaan.
e. Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan :
Bobot Jenis = ( bobot sediaan + pikno) – bobot pikno kosong x BJ air pada
suhu ruang
(bobot air + pikno) – bobot pikno kosong
4. Uji Viskositas
Evaluasi uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer, karena sediaan
bersifat cair maka digunakanlah viskometer oswald.
Cara kerja :
a. Bersihkan viskometer dengan pelarut yang akan digunakan.
b. Lalu masukkan sediaan melalui pipet ke viskometer, lalu hisap cairan dalam
viskometer dengan pushball sampai melewati dua batas.
c. Amatilah waktu dengan turunnya cairan hingga batas.

3.2 Evaluasi Sediaan Suspensi

Evaluasi sediaan suspensi mengacu pada jurnal “Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ibuprofen Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk GOM Arab dan Natrium
Karboksimetilselulosa”
1. Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi ini dilakukan dengan menilai perubahan rasa, bau dan
warna.
2. Penetapan Bobot Jenis ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Penetapan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer.
Cara kerja :
a. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang pada suhu kamar.
b. Piknometer diisi dengan air sampai penuh lalu rendam dengan air es suhu 2 ‫﮿‬C di
bawah suhu percobaan (20‫﮿‬C).
c. Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai suhu
percobaan. Lalu piknometer ditutup, biarkan suhu air dalam piknometer mencapai
suhu kamar, setelah itu ditimbang kembali.
d. Air dalam piknometer dibuang dan dibersihkan, lalu diisi dengan sediaan. Dan
ditimbang pikno + sediaan.
e. Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan :
Bobot Jenis = ( bobot sediaan + pikno) – bobot pikno kosong x BJ air pada
suhu ruang
(bobot air + pikno) – bobot pikno kosong
3. Pengukuran pH ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Pengukuran pH disini dilakukan dengan alat pH meter.
Cara kerja :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar.
b. elektroda pH meter dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan sekitar 30 detik.
c. Lalu catat pH yang ditampilkan.
4. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan Alat Viskometer.
Cara kerja :
a. Dimasukkan sampel sebanyak 50 ml kedalam cup.
b. Diletakkan rotor pada pusat cup, pastikan bahwa sudah vertikal.
c. Skala diatur sedemikian rupa, sehingga menunjukkan angka nol.
d. Dinyalakan power switch pada posisi on
e. Catatlah waktu yang diperlukan untuk berputar 100 kali putaran
f. Hitung kecepatan geser sebagai berikut :
100
RPM = x 60
t
RPM : Rotasi per menit
t : waktu yang dibutuhkan untuk berputar 100 kali (s)

g. Hitung viskositas sediaan sebagai berikut :


M
Ƞ= x Kv
RPM
Ƞ : Viskositas (cp)
M : beban (g)
Kv : Konstanta alat (cp/g s)
5. Volume Sedimentasi
Pengujian volume sedimentasi ini menggunakan bantuan beberapa gelas ukur.
Cara kerja :
a. Suspensi sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur.
b. Disimpan tanpa ada gangguan ( catat sebagai volume awal/Vo), lalu disimpan
selama 4 minggu
c. Setelah 4 minggu, catatlah volume akhir endapannya (Vu)
Vu
d. Hitunglah volume sedimentasi (F) dengan rumus : F =
Vo
6. Distribusi Ukuran Partikel
Distribusi partikel ini dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop cahaya ,
dengan menggunakan lensa okuler 100x pembesaran (10x10) dengan dilakukan
pengelompokan partikel.
3.3 Evaluasi Sediaan Suspensi Antasida
1. Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi ini dilakukan dengan menilai perubahan rasa, bau dan
warna.
2. Penetapan Bobot Jenis ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Penetapan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer.
Cara kerja :
a. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang pada suhu kamar.
b. Piknometer diisi dengan air sampai penuh lalu rendam dengan air es suhu 2 ‫﮿‬C di
bawah suhu percobaan (20‫﮿‬C).
c. Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai suhu
percobaan. Lalu piknometer ditutup, biarkan suhu air dalam piknometer mencapai
suhu kamar, setelah itu ditimbang kembali.
d. Air dalam piknometer dibuang dan dibersihkan, lalu diisi dengan sediaan. Dan
ditimbang pikno + sediaan.
e. Bobot jenis sediaan dihitung dengan persamaan :
Bobot Jenis = (bobot sediaan + pikno) – bobot pikno kosong x BJ air pada suhu
ruang
(bobot air + pikno) – bobot pikno kosong

3. Pengukuran pH ( Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)


Pengukuran pH disini dilakukan dengan alat pH meter.
Cara kerja :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar.
b. elektroda pH meter dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan sekitar 30 detik.
c. Lalu catat pH yang ditampilkan.
4. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan Alat Viskometer.
Cara kerja :
a. Dimasukkan sampel sebanyak 50 ml kedalam cup.
b. Diletakkan rotor pada pusat cup, pastikan bahwa sudah vertikal.
c. Skala diatur sedemikian rupa, sehingga menunjukkan angka nol.
d. Dinyalakan power switch pada posisi on
e. Catatlah waktu yang diperlukan untuk berputar 100 kali putaran
f. Hitung kecepatan geser sebagai berikut :
100
RPM = x 60
t
RPM : Rotasi per menit
t : waktu yang dibutuhkan untuk berputar 100 kali (s)

g. Hitung viskositas sediaan sebagai berikut :


M
Ƞ= x Kv
RPM
Ƞ : Viskositas (cp)
M : beban (g)
Kv : Konstanta alat (cp/g s)
5. Volume sedimentasi
Pengujian volume sedimentasi ini menggunakan bantuan beberapa gelas ukur.
Cara kerja :
a. Suspensi sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur.
b. Disimpan tanpa ada gangguan ( catat sebagai volume awal/Vo), lalu disimpan
selama 4 minggu
c. Setelah 4 minggu, catatlah volume akhir endapannya (Vu)
Vu
d. Hitunglah volume sedimentasi (F) dengan rumus : F =
Vo

6. Distribusi ukuran partikel


Distribusi partikel ini dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop cahaya ,
dengan menggunakan lensa okuler 100x pembesaran (10x10) dengan dilakukan
pengelompokan partikel.
BAB IV
CONTOH SEDIAAN DI PASARAN
4.1. Larutan
4.1.1. Omegrip Paracetamol Sirup
Kandungan Obat : Paracetamol 120 mg/5 ml.
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi,
dan menurunkan demam.
Kontrandikasi : - Penderita gangguan fungsi hati yang berat.
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat.
Aturan Pakai : Sehari 3-4 kali
0-1 tahun (bayi) : ½ sendok takar (2,5 ml)
1-2 tahun : 1 sendok takar (5 ml)
2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml)
6-9 tahun : 2-3 sendok takar (10-15 ml)
9-12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml)
Dewasa : 4 sendok takar (20 ml)
Atau sesuai petunjuk dokter.
Instruksi Khusus :-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar
matahari langsung.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C.
4.1.2. Erlamol Paracetamol Sirup
Kandungan Obat : Paracetamol 120 mg/5 ml.
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi
dan menurunkan demam.
Kontraindikasi : - Penderita gangguan fungsi hati yang berat.
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
Aturan Pakai : Sehari 3-4 kali
0-1 tahun : ½ sendok takar (2,5 ml)
1-2 tahun : 1 sendok takar (5 ml)
2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml)
6-9 tahun : 2-3 sendok takar (10-15 ml)
9-12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml)
Atau sesuai petunjuk dokter.
Instruksi Khusus :-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari sinar
cahaya matahari.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C.
4.1.3 Termorex Paracetamol Sirup
Kandungan Obat : Paracetamol 160 mg/5 ml.
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi
dan menurunkan demam.
Kontraindikasi : - Penderita gangguan fungsi hati yang berat.
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
Aturan Pakai : 0-1 tahun : ½ sendok takar
1-2 tahun : 1 sendok takar
2-6 tahun : 1 – 1 ½ sendok takar
6-9 tahun : 2 sendok takar
9-12 tahun : 3 sendok takar
Sehari 3-4 kali atau sesuai petunjuk dokter.
Instruksi Khusus :-
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari sinar
cahaya matahari, dan hindarkan dari jangkauan anak-anak.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C.
4.2. Suspensi
4.2.1. Iprox Suspensi Ibuprofen
Kandungan Obat : Ibuprofen 100 mg/5 ml.
Indikasi : Menurunkan demam pada anak-anak.
Meringankan nyeri ringan sampai sedang, antara lain nyeri pada
penyakit gigi atau pencabutan gigi, sakit kepala, nyeri setelah
operasi, gejala nyeri ringan sampai sedang pada penyakit
reumatik pada tulang atau sendi dan terkilir.
Kontraindikasi : - Pasien alergi terhadap ibuprofen atau obat anti inflamasi non
steroid (OAINS).
- Pasien tukak peptik berat dan aktif.
- Pasien dengan riwayat asma.
- Pasien peradangan pada rongga mukosa hidung (rinitis).
- Biduran (urtikaria) yang disebabkan oleh aspirin atau obat anti
inflamasi non steroid (OAINS).
Aturan Pakai : Harus diminum setelah makan
1-2 tahun : ½ sendok takar
3-7 tahun : 1 sendok takar
8-12 tahun : 2 sendok takar
Dewasa : 2 sendok takar
Sehari 3-4 kali
Instruksi Khusus : Kocok dahulu sebelum diminum.
Penyimpanan : Simpan pada tempat sejuk dan hindarkan dari cahaya
matahari. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan (15-25°C).
4.2.2. Bufect Forte Suspensi
Kandungan Obat : Ibuprofen 200 mg/5 ml
Indikasi : Menurunkan demam pada anak-anak.
Meringankan nyeri ringan sampai sedang pada penyakit gigi atau
sesudah pencabutan gigi, nyeri kepala, nyeri setelah operasi, nyeri
pada penyakit reumatik, serta nyeri karena terkilir.
Kontraindikasi : - Hipersensitif terhadap obat golongan OAINS.
- Pasien dengan riwayat gangguan pendarahan pada saluran
pencernaan
- Pasien penderita luka pada saluran pencernaan.
- Pasien penderita gagal jantung atau pasien yang telah
menjalani operasi bypass.
- Pasien penderita gagal ginjal atau hati.
- Wanita hamil pada trisemester ketiga.
Aturan Pakai : Diminum setelah makan.
Anak-anak (20 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi)
3-7 tahun : ½ sendok takar
8-12 tahun : 1 sendok takar
Dewasa : 1 sendok takar
Sehari 3-4 kali.
Instruksi Khusus : Kocok dahulu sebelum diminum.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat kering dan
terlindung dari cahaya matahari.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 25°C.
4.2.3. Proris Forte Ibuprofen
Kandungan Obat : Ibuprofen 200 mg/5 ml.
Indikasi : Menurunkan demam.
Meringankan nyeri ringan sampai sedang, antara lain: nyeri pada
dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau
pencabutan gigi, sakit kepala.
Kontraindikasi : - Penderita tukang lambung (ulkus peptikum).
- Hipersensitif terhadap ibuprofen.
- Wanita hamil.
- Penderita yang bila menggunakan OAINS akan timbul gejala
Asma,
- Peradangan atau iritasi di lapisan dalam hidung (rhinitis), atau
urtikaria.
Aturan Pakai : Harus diminum setelah makan.
Anak-anak (20 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi), tidak
direkomendasikan untuk anak < 1 tahun.
3-7 tahun : ½ sendok takar
8-12 tahun : 1 sendok takar
Dewasa : 1 sendok takar
Sehari 3-4 kali.
Instruksi Khusus : Kocok dahulu sebelum diminum.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat kering,
terlindung dari cahaya matahari dan jauhkan dari jangkauan
anak-anak.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C dan masa
simpan produk setelah kemasan dibuka adalah 14 hari.
4.3. Suspensi Antasida
4.3.1 Ultilox Suspensi 150 ml
Kandungan Obat : Tiap 5 ml mengandung simethicone 125 mg, aluminium
hidroksida 250 mg, magnesium hidroksida 250 mg.
Indikasi : Menghilangkan gangguan lambung karena kadar asam
lambung berlebihan, refluks esofagitis, gastritis, perut kembung,
nyeri ulu hati yang disebabkan oleh gas yang terperangkap.
Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal,
karena dapat menimbulkan hipermagnesia.
Aturan Pakai : Diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan
sebelum tidur malam.
6-12 tahun : ½-1 sendok takar
> 12 tahun : 1-2 sendok takar
Dewasa : 1-2 sendok takar
Sehari 3-4 kali.
Instruksi Khusus : Kocok dahulu sebelum diminum.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat kering,
terlindung dari cahaya matahari dan jauhkan dari jangkauan
anak-anak
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C.
4.3.2 Polysilane Suspensi 100 ml
Kandungan Obat : Tiap 5 ml mengandung simethicone 80 mg, aluminium
hidroksida 200 mg, magnesium hidroksida 200 mg.
Indikasi : Mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan
asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari,
dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati,
kembung dan perasaan penuh pada lambung
Kontraindikasi : Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang
berat, karena dapat menimbulkan hipermagnesia (kadar
magnesium dalam darah meningkat).
Aturan Pakai : Diminum 1-2 jam sebelum atau setelah makan dan menjelang
tidur malam.
6-12 tahun : ½-1 sendok takar
> 12 tahun : 1-2 sendok takar
Dewasa : 1-2 sendok takar
Sehari 3-4 kali.
Instruksi Khusus : Kocok dahulu sebelum diminum, tutup botol dengan rapat.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat kering dan
terlindung dari cahaya matahari.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C.
4.3.3 Lagesil Suspensi 170 ml
Kandungan Obat : Tiap 5 ml mengandung simethicone 50 mg, aluminium
hidroksida 250 mg, magnesium hidroksida 250 mg.
Indikasi : Mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan
asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari,
dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati,
kembung dan perasaan penuh pada lambung
Kontraindikasi : Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang
berat, karena dapat menimbulkan hipermagnesia (kadar
magnesium dalam darah meningkat).
Aturan Pakai : Diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.
6-12 tahun : ½-1 sendok takar
Dewasa : 1-2 sendok takar
Sehari 3-4 kali.
Intruksi Khusus : Kocok dahulu sebelum diminum.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat kering dan
terlindung dari cahaya matahari.
Stabilitas : Stabil pada suhu penyimpanan dibawah 30°C.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan :
1. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,
misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur.
2. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar tinggi.
3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Ada beberapa jenis suspense, yaitu suspensi oral, topical, tetes telinga,
dan optalmik.
4. Suspensi Antasida dimaksudkan untuk menetralkan efek dari kelebihan asam lambung
dan hal seperti ini digunakan oleh seseorang, seperti pasien tukak lambung, yang harus
mengurangi derajat keasaman dalam lambung.
5. Evaluasi umum sediaan larutan parasetamol adalah uji organoleptis, uji pH, uji bobot
jenis, uji visikositas.
6. Evaluasi umum sediaan suspensi ibuprofen adalah uji organoleptis, penetapan bobot
jenis, pengukuran pH, uji visikositas, volume sedimentasi, distribusi ukuran partikel, uji
homogenitas.
7. Evaluasi umum sediaan suspensi antasida adalah uji organoleptis, penetapan bobot jenis,
pengukuran pH, uji visikositas, volume sedimentasi, distribusi ukuran partikel, dan uji
homogenitas.
8. Pada informasi produk referen baik sediaan larutan, suspensi, dan suspense antasida
meliputi kandungan obat, indikasi, kontradiksi, aturan pakai, instruksi khusus,
penyimpanan dan stabilitas.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Ambari, Yani. 2018. Uji Stabilitas Fisik Formulasi Elixir Paracetamol dengan Kombinasi
Cosolvent Propilenglikol dan Etanol. Journal of Pharmaceutical Care Anwar medika Vol. 1 No
1.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Wahyuni, Rina. Syofyan dkk. Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen
Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk GOM Arab dan Natrium Karboksimetilselulosa.
Padang : STIFARM Padang.

Anda mungkin juga menyukai