Anda di halaman 1dari 5

Bab 3

Model Pengembangan Sistem Instruksional

A. MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL


Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
melakukan sebuah kegiatan. Pengembangan sistem instruksional adalah proses menciptakan
situasi dan kondisi tertentu yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku. Menurut Twelker,
pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi,
mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Aplikasi (Penerapan) Mode-model Pengembangan Instruksional


Aplikasi adalah suatu langkah upaya penerapan sebagai perealisasian konsep atau
perencanaan, yang bisa disebut sebuah tindakan secara real (nyata). Ada beberapa model
pengembangan instruksional, misalnya model pengembangan Briggs, model Banalthy, model
PPSI, model Kemp, model Garlach dan Ely, model IDI, dan sebagainya.
Beberapa model yang kami anggap mewakili model-model lainnya dan sesuai dengan
kebutuhan perencanaan instruksional saat ini, yaitu
sebagai berikut.
a Aplikasi model pengembangan Benalthy
Aplikasi pengembangan instruksional Benalthy dapat dibedakan dalam enam langkah berikut.
1. Merumuskan tujuan pengajaran (formulate objectivites of instructiona).
2. Mengembangkan tes instruksional (develop test of instructiona).
3. Menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task)
4. Mendesain sistem instruksional (design system instructiona). Merancang sistem
intruksional ini bisa disebut dengan functions analysis, yang artinya siapa atau apa
yang mempunyai potensi untuk mencapai fungsi-fungsi tersebut (component
analysis), yaitu sebagai berikut.
a) Menentukan pokok bahasan dan tujuan umum,
b) Mengetahui karakteristik siswa
c)Tujuan belajar (tujuan instruksional khusus). Dengan tujuan ini siswa diharapkan
mampu mencapai tiga ranah tujuan pengajaran, yaitu:
(1) tujuan kognitif
(2) tujuan afektif;
(3) tujuan psikomotorik
d)isi pokok bahasan atau materi
e) Kegiatan belajar mengajar dan media.
f) Penjajakan terhadap siswa. Dengan tujuan menguji dan mengukur kemampuan
siswa dalam mempelajari mata pelajaran.
g) Pelayanan penunjang
h) Evaluasi.
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil sistem yang didesain pada langkah
sebelumnya.
6. Mengadakan perbaikan (change to improve).

b. Aplikasi model pengembangan PPSI


PPSI adalah singkatan dari Proses Pengembangan Sistem Instruksional.
Dalam model pengembangan PPSI terdapat lima langkah pokok yaitu:
1. merumuskan tujuan instruksional khusus
2. menyusun alat evaluasi;
3. menentukan kegiatan belajar mengajar dan materi pelajaran;
4. merencanakan program kegiatan;
5. melaksanakan program kegiatan.
Langkah pertama sampai keempat adalah langkah pengembangan, sedangkan langkah kelima
merupakan langkah pelaksanaan program yang telah disusun.
Dari berbagai uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi berbagai model
pengembangan sistem instruksional merupakan bentuk sebuah penerapan dari konsep
perencanaan yang akan dilaksanakan dalam bentuk pengajaran (instruksional) sebagai upaya
merealisasikan perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya.

B. STRATEGI MERANCANG TUJUAN INSTRUKSIONAL


1. Menurut Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional adalah tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau dapat dikerjakan siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu.
2. Menurut Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu
pernyataan yang spesifik dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984), tujuan instruksional adalah suatu
pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang
diharapkan dapat dicapai sebagai.hasil belajar.

Manfaat tujuan instruksional (baik umum maupun khusus) adalah sebagai dasar dalam:
a) menyusun instrumen tes (pretest dan post test;
b) merancang strategi instruksional;
c) menyusun spesifikasi dan memilih media yang tepat
d) melaksanakan proses belajar
Taksonomi di sini diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara
berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi. Tiap-tiap isi kawasan taksonomi dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Kawasan Kognitif (Pemahaman)
Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan.kegiatan mental yang sering
berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu evaluasi. Kawasan
kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda, yaitu
sebagaiberikut.
a. Tingkat pengetahuan (knowledge).
b. Tingkat pemahaman (comprehension).
c. Tingkat penerapan (application).
d. Tingkatan analisis (analysis).
e. Tingkat sintesis (synthesis).
f. Tingkat evaluasi (evaluation).
Konsekuensi dari penerapan sistem seperti ini adalah:
a. guru harus mempersiapkan bahan pelajaran dengan saksama;
b. dalam proses belajar mengajar, sistem belajar siswa aktif perlu dilakukan sehingga
partisipasinya menentukan hasil belajar
c. memakan waktu relatif lamà dengan metode ceramah;
d. situasi belajar lebih serius dan lebih hidup;
e. sedikit lebih melelahkan dibandingkan metode lain.

2. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)


Kawasan afektif dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
a. Tingkat menerima (receiving),
b. Tingkat tanggapan (responding),
c. Tingkat menilai.
d. Tingkat organisasi (organization).
e. Tingkat karakterisasi (characterization).

Berdasarkan pada kelima tingkatan yang dirumuskan oleh Bloom dan Krathwool di atas,
Romiszowski dalam bukunya Producing Instruction System (1984) mengelompokkan aspek
afektif menjadi dua tipe perilaku yang berbeda.
 Reffeks yang terkondisi, yaitu reaksi pada stimulus khusus tertentu yang dilakukan
secara spontan tanpa direncanakan lebih dahulu tujuan reaksinya.
 Sukarela (voluntary) adalah aksi dan reaksi yang terencana untuk mengarahkan ke
tujuan tertentu dengan cara membiasakan latihan- latihan untuk mengontrol diri.

3. Kawasan Psikomotor (Psychomotor Domain)


Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi pada keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi
antara saraf dan otot.
Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
1) Gerakan seluruh badan (gross body movement),
2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements),
3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication),
4) Kebolehan dalam berbicara (speech behavior),

Tujuan Instruksional
Secara umum, tujuan instruksional dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut

 Tujuan instruksional umum atau tujuan pembelajaran umum yang sering disingkat
menjadi TIU/TPU. Tujuan instruksional umum adalah perilaku akhir yang diharapkan
dapat diperoleh dari hasil proses belajar, latihan, atau proses pendidikan lainnya, yang
dinyatakan dalam kalimat aktif yang operasional, dan mempunyai kandungan maksud
yang relatif luas dibanding tujuan instruksional khusus.
 Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran khusus yang disingkat dengan
TIKTPK. Tujuan instruksional juga dapat disebut dengan tujuan kurikulum atau
tujuan pembelajaran. Tujuan instruksional khusus adalah perilaku yang ingin dicapai
oleh siswa pada saat proses belajar mengajar.

Menurut Mager, tujuan instruksional sebaiknya mencakup tiga elemen, yaitu:


a) menyatukan semua yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar, dan
kemampuan yang sebaiknya dikuasai pada akhir atau sesudah pelatihan;
b) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan
perilaku tersebut
c) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat
diterima.
Berdasarkan uraian dan elemen tersebut, tujuan instruksional dinyatakan dalam bentuk
ABCD format, artinya:
A= audince (petatar, siswa, sasaran didik lainnya);
B= behaviour (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar);
C= condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai);
D= degree (tingkat penampilan yang dapat diterima, sebagai ukuran hasil belajar siswa).

C. STRATEGI MEMILIH METODE INSTRUKSIONAL


Metode instruksional merupakan bagian dari strategi instruksional. Beberapa pertimbangan
yang dapat dilakukan guru dalam memilih metode pengajaran secara tepat dan akurat harus
berdasarkan penetapan sebagai berikut
1. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta
kemampuan yang harus dimiliki siswa.
2. Pengetahuan Awal Siswa
Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan diajarkan.
3. Bidang Studi atau Pokok Bahasan
Metode yang akan kita pergunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalampokok bahasan.
4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
5. Jumlah Siswa
Idealnya, metode yang hendak diterapkan di dalam kelas harus mempertimbangkan jumlah
siswa yang hadir.
6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Kewibawaan yang dimiliki guru terdiri atas kewibawaan kasih sayang dan kewibawaan
jabatan. Dengan kewibawaan ini ia dapat memerintah, menganjurkan, menasihati siswa yang
berguna bagi manajemen pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai