ABSTRAK
Penelitian ini meneliti tentang Perlindungan Lahan Pertanian Subur dalam Kerangka
Ketahanan Pangan di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Solusi tersebut
diharapkan akan dapat memberikan arah pada kebijakan untuk mempertahankan ketahanan
pangan dan jaminan kepastian hukum yang berkeadilan dalam pengelolaan pertanian di
Kabupaten Barito Kuala, dan pada umumnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian
ini adalah: Pertama, untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mempertahankan dan
memelihara lahan pertanian subur di Kabupaten Barito Kuala. Kedua, untuk mengetahui
pengaruh pengurangan lahan pertanian subur terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Barito
Kuala.
35
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
36
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
penentuan pihak yang dikenai sanksi; (iii) RTRW kabupaten/kota seluas 3,09 juta ha
Jika terjadi konversi lahan pertanian yang dari 7,8 juta ha lahan sawah menjadi
tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku permukiman, perindustrian, dan lain-lain.
sulit ditelusuri lembaga yang paling Konversi sawah menjadi lahan non
bertanggung jawab untuk menindak karena pertanian dari tahun 1999 ± 2002 mencapai
ijin konversi adalah keputusan kolektif 563.159 ha atau rata-rata 187.719,7 ha per
berbagai instansi.5 tahun. Sebenarnya neraca pertambahan luas
Selain itu dua faktor strategis lain lahan sawah sempat naik antara tahun 1981
adalah pertama, yang sifatnya fundamental ± 1999, yaitu seluas ±1,6 juta ha. Namun
adalah petani sebagai pemilik lahan dan antara tahun 1999 ± 2002 terjadi penciutan
pemain dalam kelembagaan lokal belum luas lahan seluas 141.285 ha per tahun. Data
banyak dilibatkan secara aktif dalam dari Biro Pusat Statistik tahun 2004
berbagai upaya pengendalian alih fungsi. menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi
Kedua, belum terbangunnya komitmen, lahan pertanian dari lahan sawah ke non-
perbaikan sistem koordinasi, serta sawah sebesar 187.720 ha per tahun, dengan
pengembangan kompetensi lembaga- rincian alih fungsi ke nonpertanian sebesar
lembaga formal dalam menangani alih 110.164 ha per tahun dan alih fungsi ke
fungsi lahan pertanian. Beberapa kelemahan pertanian lainnya sebesar 77.556 ha per
dan keterbatasan tersebut di atas telah tahun. 6
menyebabkan instrumen kebijakan Kenyataan itulah yang kemudian
pengendalian alih fungsi lahan pertanian melahirkan permasalahan konversi lahan
yang selama ini telah disusun tidak dapat subur pertanian dan degradasi lahan yang
menyentuh secara langsung simpul-simpul kian massif. Sementara, keberlanjutan lahan
kritis yang terjadi di lapangan. subur yang ada tidak terjamin dan
Masalah lainnya adalah kompetisi pencetakan lahan sawah baru pun relatif
pemanfaatan ruang untuk berbagai sektor kecil. Padahal, ketersediaan lahan dalam
yang semakin ketat dan rencana alih fungsi usaha pertanian merupakan conditio sine-
lahan sawah yang sangat dasyat berdasarkan quanon (syarat mutlak) untuk mewujudkan
5
peran sektor pertanian yang berkelanjutan
Simatupang, P dan B. Irawan,
Pengendalian konversi lahan pertanian:Tinjauan (sustainable agriculture), terutama dalam
ulang kebijakan lahan pertanian abadi, Makalah
Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan
6
Pertanian, Badan Litbang Deptan, Jakarta, 2002. Ibid.
37
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
38
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
ketentuan yang diharapakan dapat mengatasi seorang atau sekelompok orang dan dapat
masalah publik. Cochran dan Malone dilaksanakan serta berpengaruh terhadap
PHQJHPXNDNDQ ³Public policy is the study sejumlah besar orang dalam rangka
of governments decision and actions mencapai suatu tujuan tertentu. Kebijakan
designed to deal with matter of Public dapat pula diartikan sebagai bentuk
Concern´ 7 ketetapan yang mengatur yang dikeluarkan
Menurut H. Hugh Heglo dalam oleh seseorang yang memiliki kekuasaan,
Abidin8 kebijakan adalah suatu tindakan jika ketetapan tersebut memiliki sasaran
yang bermaksud untuk mencapai tujuan kehidupan orang banyak atau masyarakat
tertentu. Sedangkan Anderson dalam Islamy luas maka kebijakan itu dikategorikan
mendefinisikan kebijakan sebagai sebagai kebijakan publik.
serangkaian tindakan yang mempunyai Hogwood dan Peters menganggap
tujuan tertentu yang diikuti dan ada sebuah proses linier pada sebuah
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau kebijakan yaitu : policy innovation ± policy
sekelompok pelaku guna memecahkan suatu succession ± policy maintenance ± policy
masalah tertentu. Sehingga dapat dikatakan termination. Policy innovation adalah saat di
kebijakan itu adalah prosedur mana pemerintah berusaha memasukkan
memformulasikan sesuatu berdasarkan sebuah problem baru yang diambil dari
aturan tertentu yang kemudian digunakan hiruk pikuk kepentingan yang ada di
sebagai alat untuk memecahkan masyarakat untuk kemudian dikonstruksi
permasalahan dan mencapai suatu tujuan. menjadi sebuah kebijakan yang relevan
Dalam setiap kebijakan pasti membutuhkan dengan konteks tersebut. Policy succession,
orang-orang sebagai perencana atau setelah aspirasi itu ditangkap maka
pelaksana kebijakan maupun objek dari pemerintah akan mengganti kebijakan yang
kebijakan itu sendiri. Sebagaimana ada dengan kebijakan baru yang lebih baik.
penjelasan Irfan Islamy kebijakan adalah Policy maintenance adalah sebuah
suatu program kegiatan yang dipilih oleh pengadaptasian atau penyesuaian kebijakan
baru yang dibuat tersebut untuk keep the
7
Charles L.Cochran and Eloise F. policy on track. Policy termination adalah
Malone........
8
saat dimana kebijakan yang ada tersebut dan
ulul@unitomo.ac.idhttp://www.unitomo.ac.id/artikel/
ululalbab/public_polecy_diakses pada 6 Maret 2013.
39
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
11
dianggap sudah tidak sesuai lagi maka munculnya suatu kebijakan. Ada empat
kebijakan tersebut dihentikan.9 isu pokok agar implementasi kebijakan
Dye mendefinisikan kebijakan menjadi efektif, yaitu komunikasi, sumber
publik sebagai apa yang dilakukan oleh daya, disposisi dan attitude, dan struktur
pemerintah, sebagaimana mengerjakannya, birokrasi.12
mengapa perlu dikerjakan dan perbedaan
apa yang dibuat. Dye berpandangan lebih B. Tujuan dan Manfaat Lahan Subur
luas dalam merumuskan pengertian Pertanian
kebijakan, yaitu sebagai pilihan pemerintah Lahan pertanian memiliki peran
untuk melakukan atau tidak melakukan dan fungsi strategis bagi masyarakat
sesuatu.10 Indonesia yang bercorak agraris karena
Suatu kebijakan publik yang dibuat terdapat sejumlah besar penduduk Indonesia
oleh penguasa pada dasarnya adalah untuk yang menggantungkan hidup pada sektor
diimplementasikan. Bahkan Udoji dalam pertanian. Dengan demikian, lahan tidak
Abdul Wahab dengan tegas mengatakan saja memiliki nilai ekonomis, tetapi juga
³WKH H[HFXWLRQ RI SROLFLHV LV DV LPSRUWDQW LI sosial, bahkan memiliki nilai religius. Dalam
not more important that policy-making. rangka pembangunan pertanian yang
Policies will remain dreams or blue prints berkelanjutan, lahan merupakan sumber
ILOH MDFNHWV XQOHVV WKH\ DUH LPSOHPHQWHG´ daya pokok dalam usaha pertanian, terutama
(pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang pada kondisi yang sebagian besar bidang
penting, bahkan mungkin jauh lebih penting usahanya masih bergantung pada pola
dari pembuatan kebijakan. Kebijakan- pertanian berbasis lahan. Lahan merupakan
kebijakan hanya akan berupa impian atau sumber daya alam yang bersifat langka
rencana yang bagus, yang tersimpan rapi karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi
dalam arsip kalau tidak diimplementasikan). kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat.
Oleh karenanya ditarik suatu kesimpulan Pasal 33 Undang-undang Nomor 41
bahwa implementasi merupakan unsur yang Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
sangat penting sebagai kontinuitas dari 11
Wahab,Solichin Abdul, Analisis
Kebijaksanaan: dari formulasi ke implementasi
9
kebijkasanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta,
http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20pdf/modal_ 2008, hlm. 31.
12
sosial_dan_kebijakan_sosial.pdf. Subarsono,AG, Analisis Kebijakan publik,
10
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hlm. 35.
Publik, Media Pressindo, Yogyakarta, 2002, hlm. 23.
40
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
41
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
42
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
43
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
Pengendalian alih fungsi lahan fungsi lahan pertanian subur, terutama lahan
pertanian, dan upaya perlindungan lahan sawah ke lahan industri. Bahkan,
pertanian produktif serta perlindungan Departemen Pertanian mengusulkan
terhadap petani merupakan salah satu bentuk perlunya sawah abadi sebagai pemasok
kebijakan yang strategis guna mewujudkan pangan nasional jangka panjang. Ada tiga
sistem pertanian yang berkelanjutan serta pertanyaan esensial, mengapa alih fungsi
ketahanan, kemandirian dan kedaulatan lahan pertanian subur mendapat perhatian
pangan. besar. Pertama, faktor apa yang
Dengan lengkapnya landasan yuridis menyebabkan laju alih fungsi lahan
formal tersebut sebetulnya sudah tidak ada pertanian subur demikian tinggi? Kedua,
alasan lagi Pemerintah Daerah ataupun bagaimana pengaruh alih fungsi lahan
masyarakat petani untuk mengalih fungsikan terhadap kekeringan dan ketahan pangan
lahan pertanian khususnya beririgasi teknis. nasional? Ketiga, implikasi kebijakan apa
Oleh karena itu Pemerintah sangat yang harus diambil pemerintah bersama
berkepentingan untuk memberlakukan masyarakat agar masalah kekeringan dan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 ketahanan pangan dapat dipecahkan?
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Betonisasi dan aspalisasi Alih fungsi lahan
Pangan Berkelanjutan, untuk menjadikan pertanian yang terjadi saat ini lebih tepat
pertanian sebagai bagian ketahanan disebut betonisasi atau aspalisasi.
nasional.17 Terminologi betonisasi dan aspalisasi ini
Ketahanan pangan dan masalah alih diintroduksi guna mempersempit dan
fungsi lahan pertanian subur justru mempertegas pengertian alih fungsi lahan
mendapat perhatian luar biasa. Kita tahu, yang bermakna amat luas, mulai dari alih
sudah banyak perangkat hukum, mulai dari fungsi lahan hutan ke lahan perkebunan
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 53 sampai lahan sawah yang meloloskan air
Tahun 1989, Keppres No 33/1990, hingga (permeable) menjadi permukiman dan
Surat Edaran (SE) Menteri Negara Agraria industri yang cenderung tidak meloloskan
No 410-2261 1994, yang mengatur alih air (impermeable).18
17
http://birohukum.jogjaprov.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=459:alih-
18
fungsi-tanah- Gatot Irianto, PhD. 2015. Ahli Peneliti
pertanian&catid=104:nasional&Itemid=529, diakses Muda/ Kepala Balai Penelitian
tanggal 6 Mei 2015. AgroklimatdanHidrologi,
44
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
Tingginya laju alih fungsi lahan sejuta hektar. Meski dampak alih fungsi
sawah menjadi lahan industri dan lahan begitu strategis, sampai saat ini kita
perumahan, selain karena nilai tukar produk belum memiliki besaran (magnitude) tentang
pertanian yang terus merosot, juga karena luas sawah baku nasional dan
input dan risiko usaha tani cenderung perkembangannya menurut ruang (spatial)
meningkat dan unpredictable. Hal ini hasil dan waktu (temporal), sehingga pola alih
yang diperoleh dari petani yang fungsi lahan belum dapat direpresentasikan
mengeluhkan harga pupuk dan kebutuhan lokasi dan kecenderungannya. Data yang
sehari-hari (pangan dan sandang) yang terus tersedia umumnya tabular yang sulit
meningkat. Selain itu, harga susu cenderung dipertanggungjawabkan akurasinya.
menurun akibat permainan oknum Itu sebabnya, mengapa sejak
tengkulak. Karena itu, para petani bertanya, swasembada beras kita tidak mampu
apakah rendahnya komitmen pemerintah meningkatkan produksi pangan nasional lagi
untuk melindungi petani harus diimbangi meski teknologi varietas dan budidaya sudah
petani dengan mempertahankan lahan usaha dipompa habis-habisan. Bahkan, ada
tani dan tidak menjualnya untuk kecenderungan impor pangan meningkat
kepentingan pabrik. karena laju pertumbuhan penduduk tidak
Pemicu laju alih fungsi lahan mampu diimbangi peningkatan produksinya.
pertanian subur lainnya, antara lain karena Belum tersedianya data yang akurat tentang
fasilitas, daya dukung lahan, pangsa pasar alih fungsi lahan menyebabkan pemecahan
yang lebih menjanjikan dan lemahnya masalah ini lebih bersifat sektoral, yang
penegakan hukum. Hal ini membuat investor jelas akan mahal dan tidak efektif.
memilih lahan investasi. Apalagi saat Konflik kepentingan antarsektor di
booming ekonomi Indonesia, pemerintah lapangan yang justru merugikan semua
banyak memberi insentif kepada investor pihak sering tidak dapat dihindarkan.
guna mengejar target pertumbuhan ekonomi. Padahal, jika pemerintah mau bersungguh-
Saat itu kompensasi alih fungsi lahan sawah, sungguh dengan menggunakan teknologi
dengan membuka sawah, namun banyak penginderaan jauh melalui citra, maka
yang gagal. Contohnya, pembukaan lahan deliniasi: luas sawah, luas tanam, luas
panen, dan kecenderungan (trend) konversi
http://www.kompas.com/kompascetak/0208/30/opini/
meny42.htm,diunduh tanggal 18 Juli 2015. lahan sawah dapat dipantau dan diprediksi
45
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
dengan akurat. Bahkan, dengan teknik itu itu kebutuhan air irigasi pada musim
yang diintegrasikan dengan golongan air kemarau justru meningkat. Dampaknya,
irigasi, produksi dan produktivitas tiap selain menurunnya luas daerah layanan
satuan lahan sawah dalam sistem pangkalan irigasi, juga menurunnya intensitas tanam
data (database), maka kemampuan produksi bahkan sering diikuti meningkatnya risiko
pangan nasional dalam berbagai skenario kekeringan. Kondisi demikian akan
iklim untuk tahun El Nino (kering), La Nina berdampak terhadap penurunan produksi
(basah) dan normal dapat dikomputasikan. pangan secara nasional. Bila disimak lebih
Badan Penelitian dan Pengembangan lanjut, masalah alih fungsi lahan,
Pertanian melalui Balai Penelitian kekeringan, dan ketahanan pangan dapat
Agroklimat dan Hidrologi telah memulai dibingkai dalam suatu "grand strategy tata
usaha itu dengan mengambil studi kasus ruang nasional".19
sentra produksi pangan pantura Kabupaten Melalui tata ruang nasional, maka
Karawang, tepatnya di daerah irigasi Tarum lokasi, alokasi dan sistem produksi/budidaya
Tengah. Prototipe model ini direncanakan dan pemanfaatan sumber daya tanah, air,
akan di launching akhir 2002, dan dan udara diatur sesuai kelas kemampuan
diharapkan dapat divalidasi di seluruh lahan dan fasilitas pendukungnya. Dengan
wilayah Indonesia. Ketahanan pangan demikian, zonafikasi lahan dilakukan
berdasarkan penelitian, alih fungsi lahan dengan pendekatan yang utuh. Asas
pertanian/betonisasi berdampak terhadap, efisiensi, keberlanjutan, daya saing, dan
pertama penurunan volume air hujan yang keadilan menjadi kata kunci yang perlu
dapat diserap tanah dari 15 persen sampai di disepakati. Untuk mewujudkannya,
bawah sembilan persen. Kedua, peningkatan diperlukan pewilayahan (zoning) dengan
volume aliran permukaan dari sekitar 30 parameter dan kriteria pendukungnya
persen menjadi 40-60 persen. Ketiga, sehingga secara nasional dapat
kecepatan aliran permukaan dari kurang 0,7 diimplementasikan di lapangan.
meter per detik menjadi lebih dari 1,2 meter Lokasi/sentra produksi komoditas strategis
per detik. Rendahnya penambahan air tanah (pangan), komoditas penghasil devisa
(recharge) melalui infiltrasi pada musim (kelapa sawit, kopi, karet) dan komoditas
hujan akan menyebabkan menurunnya substitusi impor (ternak, sayuran, dan buah)
pasokan air di musim kemarau, sementara
19
Ibid.
46
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
dapat ditetapkan bersama sektor lain untuk lapangan, maupun masyarakat. Melalui
waktu tertentu, misalnya 100 tahun. Tentu sosialisasi bertahap, diharapkan pemahaman
saja tidak mungkin semua persoalan tentang perlunya menjaga ketersediaan air,
diakomodir. Untuk itu, pemerintah perlu sumber daya air, dan lahan sawah baku
menyusun strategi prioritas guna disepakati dapat dilakukan sehingga ketahanan pangan
secara nasional. dapat diwujudkan. Meski alih fungsi lahan,
Zonafikasi itu perlu didukung kekeringan, dan produksi pangan begitu
kebijakan pembangunan transportasi, sarana "strategis", keberpihakan pemerintah
produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil. terhadap petani yang merupakan penyuplai
Bahkan, bila perlu dengan melindungi roda perekonomian nasional masih rendah.
produk yang dihasilkan melalui proteksi Indikatornya jelas, terlihat dari keputusan
terselubung, seperti Jepang melindungi pemerintah yang lebih berpihak pada sektor
sawahnya. Dengan argumen sawah tidak perbankan yang boros dana, sarang korupsi,
hanya berperan sebagai faktor dan manipulasi.
produksi/penghasil padi, tetapi juga
PENUTUP
berfungsi sebagai pengatur tata air
(pengendali banjir dan kekeringan) sekaligus
Adanya persoalan dalam kebijakan
merupakan media tumbuh biota serta
Perlindungan Lahan Pertanian Subur dalam
sumber keragaman hayati. Dengan
Kerangka Ketahanan Pangan di Kabupaten
demikian, sudah sewajarnya lahan sawah
Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan,
mendapatkan proteksi memadai dan alih
yang terdiri dari: Pertama, persoalan materi
fungsi lahan dengan menghentikan
isi paraturan perundang-undangan yang
betonisasi dan aspalisasi. Zonafikasi dapat
mengatur perlindungan lahan pertanian
dimulai dari level nasional, sesuai kebutuhan
subur, kedua, persoalan dalam pelaksanaan
komoditas secara nasional yang
perlindungan lahan pertanian subur antara
ditransformasikan ke tingkat provinsi dan
instasi pemerintah dan masyarakat. Selama
dirinci di tingkat kabupaten/kota. Dengan
ini perlindungan lahan pertanian subur di
demikian, pelestarian pasokan air, sumber
Provinsi Kalimantan Selatan masih hanya
daya air, dan luas sawah baku dapat
bertujuan untuk pengembalian lahan, belum
diintegrasikan. Konsepsi ini perlu dipahami
memperhatikan bagaimana cara
pengambil kebijakan, perencana, pelaksana
47
o[ oU Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN 1979-4940
http://birohukum.jogjaprov.go.id/index.php?
option=com_content&view=articl
e&id=459:alih-fungsi-tanah-
pertanian&catid=104:nasional&It
emid=529, diakses tanggal 6 Mei
2015.
http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20pd
f/modal_sosial_dan_kebijakan_so
sial.pdf.
49