Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENERAPAN TEORI BRUNER

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS III


SEKOLAH DASAR

Lia Marlina, K.Y Margiati, Tahmid Sabri


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan
Email: liamarlina_3bregb@yahoo.com

Abstract
This study aims to analyze the influence of the application of Bruner's learning theory to
students' learning outcomes in third grade of State Elementary School 35 South
Pontianak. The research method used experimental with quasi experimental design (form
quasi experimental design) with form of Nonequivalent Control Group Design. The
sample in this study is a population sample with class III B as control class and class III
A as experiment class chosen by simple random sampling. The data was collected in the
form of an essay test. The results of this study were t tested t (count) of 2.4941 and
t(table) (α = 5% and dk = 20 + 24 - 2 = 42) , 6827. Because t count (2.4941> t table
(1.6827), thus Ha is accepted and Ho is rejected. The result of calculation of effect size of
the result data of the control class students and the experimental class is 0.68 is classified
in medium category, it can be concluded that the application of Bruner's learning theory
gives a moderate impact on student learning outcomes in learning mathematics in class
III State Elementary School 35 South Pontianak.

Keywords: Bruner Theory, Learning Outcomes, Mathematics

PENDAHULUAN Kurikulum yang berlaku saat ini adalah


Pendidikan merupakan suatu aspek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
kehidupan yang sangat mendasar bagi dan Kurikulum 2013 (K13). Badan Standar
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam Nasional Pendidikan (BSNP) (2011:5)
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menjelaskan pengertian KTSP yaitu kurikulum
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa operasional yang disusun oleh dan
sebagai peserta didik, diwujudkan dengan dilaksanakan di masing-masing satuan
adanya interaksi belajar mengajar atau proses pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pembelajaran. Pendidikan dapat dikatakan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
sebagai kunci keberhasilan dari suatu negara, dan muatan kurikulum tingkat satuan
kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
kemajuan pendidikannya. Melalui pendidikan, Kurikulum KTSP pada jenjang
suatu bangsa dapat menciptakan generasi pendidikan dasar memuat beberapa mata
cerdas, berprestasi, berkarakter serta memiliki pelajaran, salah satunya adalah matematika.
keterampilan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Indonesia harus menyelenggarakan SD/MI (BSNP,2011:9) mengemukakan bahwa,
sebuah sistem pendidikan yang berkualitas, Mata pelajaran matematika perlu diberikan
efektif, sehingga dapat menghasilkan sumber kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
daya manusia yang juga berkualitas, berdaya dasar untuk membekali peserta didik dengan
saing tinggi dan sesuai dengan kebutuhan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
bangsa ini. Dibutuhkan sebuah kurikulum kritis, dan kreatif, serta kemampuan
pendidikan yang dijadikan pedoman atau peta bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
petunjuk jalan untuk mencapai tujuan tersebut. agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

1
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan ide abstrak dan mulai berpikir logis, ini terjadi
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan sebagai akibat adanya kegiatan anak
yang selalu berubah, tidak pasti, dan memanipulasi benda-benda konkret”. Jadi
kompetitif. seharusnya mengajarkan aspek geometri dan
Matematika merupakan salah satu aspek pengukuran pada materi menghitung
bagian dari ilmu dasar (basic science) yang keliling dan luas bangun datar persegi dan
memiliki peran penting di era kemajuan ilmu persegi panjang menggunakan benda-benda
pengetahuan dan teknologi. Tentunya dalam konkret yang dapat dimanipulasi oleh siswa
pembelajaran matematika guru menempati sehingga siswa dapat mengembangkan konsep
posisi kunci dalam menanamkan konsep dan dengan baik dan sesuai dengan tahap
menciptakan suasana belajar yang kondusif perkembangannya.
serta menyenangkan untuk mengarahkan siswa Berdasarkan hasil wawancara peneliti di
mencapai tujuan pembelajaran matematika Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan
secara optimal dengan pengenalan masalah pada tanggal 10 Januari 2018 terhadap
yang sesuai dengan situasi (contextual pembelajaran matematika terhadap wali kelas
problem) dan menggunakan media benda- III A Ibu Rosita Saraswati S.Pd terhadap
benda konkret yang bisa dimanipulasi dan proses pembelajaran matematika, diperoleh
sesuai dengan tahap perkembangan anak. informasi bahwa dalam pelaksanaan guru
Selain itu guru tentunya harus mengajar menggunakan metode ceramah,
menguasai konsep matematika yang diajarkan tanya jawab, dan penugasan khususnya pada
dengan mengkaji materi yang akan diajarkan materi menghitung bangun datar persegi dan
serta mengevaluasi dan mendiagnosis masalah persegi panjang. Siswa hanya mendengarkan
kesulitan belajar yang dihadapi siswa yang penjelasan guru dan mengerjakan latihan-
digunakan sebagai pedoman mengajarkan latihan soal yang ada di dalam buku paket.
matematika sesuai dengan kemampuan Guru tidak menggunakan benda-benda konkret
berpikir siswa. Semuanya ini akan berdampak yang bisa dimanipulasi oleh siswa tetapi
kepada hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan gambar-gambar yang ada dibuku paket
matematika. Hasil belajar matematika yang saja. Guru pernah membaca dan mempelajari
diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai teori-teori pembelajaran matematika namun
ketuntasan belajar matematika. karena sudah terlalu lama sehingga sudah lupa
Berdasarkan pra riset yang dilaksanakan dan tidak diterapkannya. Setiap akhir
pada hari Rabu, 10 Januari 2018 pada pukul pembelajaran guru melakukan evaluasi dan
09.00 WIB di kelas IV Sekolah Dasar Negeri mendiagnosis masalah kesulitan belajar siswa.
35 Pontianak Selatan, masih terdapat banyak Akibatnya, pada saat proses
siswa yang belum menguasai materi pembelajaran berlangsung banyak siswa yang
menghitung keliling dan luas persegi dan merasa bosan sehingga menyebabkan mereka
persegi panjang. Hal tersebut dibuktikan dari seringkali berbicara pada saat guru
hasil pra riset yang diperoleh dari 28 siswa menjelaskan materi pembelajaran. Oleh
kelas IV yang dilakukan mengambil secara karena itu perlu pembelajaran yang membuat
acak 10 orang siswa. Hanya 1 orang siswa siswa lebih aktif , hal itu dapat dilakukan
yang berhasil mencapai nilai diatas Kriteria dengan mengubah paradigma berfikir siswa
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. bahwa pembelajaran matematika itu
Pada umumnya, siswa Sekolah Dasar menyenangkan, maka perlu peran guru
berada pada kisaran usia 7-12 tahun. Menurut melakukan inovasi dalam perencanaan
Jean Piaget (dalam Muchtar A. Karim, dkk., pembelajaran untuk mencapai tujuan
2009: 20) menyatakan, “Anak yang berusia 7- pembelajaran yang diharapkan. Namun
12 tahun berada pada tahap operasi konkret. kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini anak mengembangkan konsep matematika khususnya pada aspek geometri
dengan menggunakan benda-benda konkret dan aspek pengukuran pada materi menghitung
untuk menyelidiki hubungan dan model-model keliling dan luas bangun datar persegi dan

2
persegi panjang, pembelajaran masih terpusat membantu dan memudahkan siswa dalam
kepada guru tanpa menggunakan benda-benda memahami materi pelajaran sehingga dapat
konkret yang dapat dimanipulasi oleh siswa. berpengaruh pada tingginya hasil belajar
Salah satu solusi yang dapat diterapkan mereka. Salah satu penelitian terdahulu
oleh guru yaitu memperhatikan konsep dasar Azannuari Nanda Putra (Skripsi,2016)
teori belajar. Menurut Bruner (dalam Pengaruh Penerapan Teori Belajar Bruner Pada
Karso,2007:1.12) menyatakan bahwa: Proses Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil
belajar terbagi menjadi tiga tahapan yaitu 1) Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri
Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) 27 Pontianak Tenggara yang dilihat dai
yaitu tahap belajar yang berhubungan dengan perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh
benda-benda real atau mengalami peristiwa di siswa pada kelas eksperimen sebesar 79,79 dan
dunia sekitarnya, 2) Tahap Ikonik atau Tahap kelas kontrol sebesar 73,64 serta hasil
Gambar Bayangan (Iconic) yaitu tahap belajar pengujian hipotesis “Ha diterima”. Hasil
ketika anak telah mengubah, menandai, dan analisis data dapat disimpulkan bahwa dalam
menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk proses pembelajaran menerapkan teori Bruner
bayangan mental. Dengan kata lain, anak berdampak pada hasil belajar yang baik.
dapat membayangkan kembali atau Berdasarkan penelitian dengan menggunakan
memberikangambaran dalam pikirannya teori Bruner yang pernah dilakukan, teori
tentang benda atau peristiwa yang dialami, 3) Bruner digunakan untuk melihat seberapa
Tahap Simbolik (Symbolic) yaitu tahap belajar besar pengaruh hasil belajar siswa di kelas III.
ketika anak dapat mengutarakan bayangan Dengan demikian diperoleh judul Pengaruh
mental dalam bentuk simbol dan bahasa. Penerapan Teori Belajar Bruner terhadap Hasil
Apabila ia bertemu dengan suatu simbol, maka Belajar Matematika Sekolah Dasar Negeri 35
bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu Pontianak Selatan.
akan dapat dikenalinya kembali”.
Pembelajaran matematika dengan menerapkan METODE PENELITIAN
teori belajar Bruner menekankan pembelajaran Bentuk penelitian yang digunakan dalam
yang disesuaikan dengan tahap perkembangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
kognitif siswa, yaitu tahap enaktif, tahap Metode eksperimen menurut Hadari Nawawi
ikonik, dan tahap simbolik, sehingga siswa (2012) menyatakan bahwa, “Metode
dapat memahami konsep dengan baik. Teori eksperimen adalah prosedur penelitian yang
belajar Bruner dapat membangkitkan motivasi dilakukan untuk mengungkapkan hubungan
dan membuat siswa dapat lebih aktif dalam sebab akibat dua variabel atau lebih dengan
pembelajaran. Selain Cocok untuk diterapkan mengendalikan pengaruh variabel yang lain”.
pada materi menghitung keliling dan luas Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan
persegi dan persegi panjang juga dirasa sulit Quasi Experimental Design atau eksperimen
untuk dipahami siswa. semu (Sugiyono,2015).Bentuk rancangan
Untuk itu, peneliti berupaya menerapkan quasi exsperimental yang digunakan dalam
teori belajar Bruner pada pembelajaran penelitian ini adalah Nonequivalent Control
matematika dengan materi menghitung keliling Group Design dengan pola sebagai berikut:
dan luas persegi dan persegi panjang untuk

Tabel 1. Pola Nonequivalent Control Group Design


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
E O1 X O2
K O3 - O4

3
Suharsimi Arikunto (2014:173) Tahap Pelaksanaan
menyatakan bahwa,“Populasi adalah Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan
keseluruhan objek penelitian”. Populasi dalam adalah sebagai berikut : (1) Memberikan tes
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III awal pada siswa kelas ekperimen dan kelas
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan kontrol.(2) Melaksanakan kegiatan
yang terdiri dari dua kelas yaitu III A dan III pembelajaran di kelas eksperimen menerapkan
B tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 44 teori belajar Bruner dan pada kelas kontrol
orang siswa. Sugiyono (2017: 62) mengatakan dengan menerapkan metode ekspositori.(3)
bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen
karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan kelas kontrol.
tersebut”. Sampel dalam penelian ini adalah
sampel populasi, yang menjadi kelas kontrol Tahap Akhir
kelas III B yang menjadi kelas eksperimen Kegiatan pada tahap akhir yaitu (1)
kelas III A. Pada kelas kontrol siswa diajarkan Memberikan skor pada hasil tes awal dan
dengan menerapakan metode ekspositori dan memberikan skor hasil tes akhir. (2) Mengolah
pada kelas eksperimen diajarkan dengan data tes awal dan tes akhir. (3) Membuat
menerapakn teori belajar bruner. kesimpulan. (4) Menyusun laporan.
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa Tahap Persiapan (8 kegiatan)
tes tertulis (tes awal dan tes akhir) berbentuk
essai berjumlah 8 soal. Menurut Nana Sudjana
(2016: 35) menyatakan bahwa:“Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan Tahap Pelaksanaan (3 kegiatan)
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan Tahap Akhir (4 kegiatan)
pendidikan dan pengajaran”. Prosedur
penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga
tahap sebagai berikut: Bagan 1. Tahapan Penelitian

Tahap Persiapan HASIL PENELITIAN DAN


Tahap persiapan yang dilakukan antara PEMBAHASAN
lain: (1) Meminta izin kepada kepala Sekolah Hasil Penelitian
dan wali kelas sekaligus guru mata pelajaran Ahmad Susanto (2014:5) menyatakan,
matematika kelas III A dan III B Sekolah “Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan
Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan. (2) yang terjadi pada diri siswa, baik yang
Melakukan observasi ke sekolah yang menjadi menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
tempat penelitian. (3) Menyusun jadwal psikomotor sebagai hasil dari kegiatan
penelitian.(4) Menyiapkan perangkat penelitian belajar”. Sedangkan menurut Juliah (dalam
yaitu soal tes awal, tes akhir, dan Rencana Asep Jihad dan Abdul Haris, (2012:15)
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (5) manyatakan, “Hasil belajar adalah segala
Melakukan validitas instrument penelitian. (6) sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akhir
Melakukan uji coba soal tes pada siswa kelas dari kegiatan belajar yang dilakukannya”.
IV Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Rata-rata perolehan belajar peserta didik kelas
Selatan.(7) Menganalisis data hasil uji coba kontrol dan kelas eksperimen secara
soal tes (reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat keseluruhan, baik sebelum diberi perlakuan
kesukaran). (8)Menentukan kelas kontrol dan maupun setelah diberi perlakuan dapat dilihat
kelas eksperimen. pada Grafik 1.

4
100 82,63
80 69,86
56,45 51,59
60
40 Kelas Kontrol

20 Kelas Eksperimen
0
Sebelum Setelah

Grafik 1.Rata-rata Perolehan Belajar Siswa Kelas Kontrol maupun Kelas Eksperimen
Rata-rata nilai pre-test dan post-test dengan KKM = 70. Hasil pre-test dan post-test
peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat
dibandingkan peserta didik kelas kontrol, dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rataPretest dan Post-test Siswa KelasKontrol dan Kelas Eksperimen


Pre-test Post-test
Kelas Nilai Nilai
SD SD
rata-rata rata-rata
Kontrol 56,45 13,93 69,86 18,72
Eksperimen 51,59 12,87 82,63 14,8

1. Pengaruh Penerapan Teori Belajar 5% dan dk = banyaknya kelas – 3 = 6 – 3 = 3 )


Bruner Terhadap Hasil Belajar Siswa sebesar 7,815. Diketahui 2hitung (skor tes awal
Penelitian ini bertujuan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen) < 2tabel,
menganalisis ada tidaknya pengaruh penerapan maka dapat disimpulkan bahwa data hasil tes
teori belajar Bruner terhadap hasil belajar awal (kelas kontrol dan eksperimen)
matematika siswa kelas III Pontianak Selatan . berdistribusi normal, sedangkan hasil uji
Jumlah peserta didik kelas III Sekolah Dasar normalitas skor tes akhir kelas kontrol
Negeri 35 Pontianak Selatan sebanyak 44 diperoleh 2hitung sebesar 6,6580 sedangkan uji
siswa yang terdiri dari 2 kelas yaitu III A dan normalitas skor tes akhir kelas eksperimen
III B.Peserta didik III A berjumlah 22 orang diperoleh 2hitung 6,8538 sedangkan 2tabel (α =
sebagai kelas kontrol dan B 22 orang sebagai 5% dengan dk = banyaknya kelas – 3 = 6 – 3
kelas kontrol. Kedua kelas tersebut dijadikan = 3 ) diperoleh 2 tabel sebesar 7,815. Dengan
sebagai data dan sumber data untuk proses demikian 2hitung (skor tes akhir kelas kontrol
penelitan ini. Pelaksanaan pembelajaran di
dan kelas eksperimen) < 2tabel, maka dapat
kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan
disimpulkan data hasil tes akhir (kelas kontrol
menggunakan metode ekspositori.
dan eksperimen) berdistribusi normal.
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
Dari uji homogenitas data nilai tes awal
pengolahan nilai tes awal dan tes akhir siswa
untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
diperoleh nilai rata-rata tes awal siswa kelas
diperoleh Fhitung sebesar 1,172 dan Ftabel (α =
kontrol adalah 56,45 dan nilai rata-rata tes
5%, dk pembilang = 21, dk penyebut = 21)
akhir siswa kelas kontrol adalah 69,86,
maka diperoleh Ftabel sebesar 2,046 kriteria
sedangkan nilai rata-rata tes awal siswa kelas
pengujian homogenitas diperoleh Fhitung
eksperimen adalah 51,59 dan nilai rata-rata tes
(1,172) < Ftabel (2,046), maka data dinyatakan
akhir siswa kelas eksperimen adalah 82,63.
homogen (tidak berbeda secara signifikan),
Hasil uji normalitas skor tes awal kelas kontrol
sedangkan uji homogenitas data nilai tes akhir
diperoleh 2hitung sebesar 1,4962 sedangkan uji untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
normalitas skor tes awal kelas eksperimen diperoleh Fhitung sebesar 1,706 dan Ftabel dengan
diperoleh 2hitung 1,8689 dengan 2 tabel (α = α = 5% dimana dk pembilang = 21, dk

5
penyebut = 21 diperoleh Ftabel sebesar 2,046. Pembahasan
Ini berarti Fhitung (1,706) < Ftabel (2,046), Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
dengan demikian data dinyatakan homogen 21 Maret 2018 hingga 09 Mei 2018 pada kelas
(tidak berbeda secara signifikan). III B (kelas kontrol) dan kelas III A (kelas
Berdasarkan perhitungan uji-t eksperimen) di Sekolah Dasar Negeri 35
menggunakan polled varians diperoleh thitung Pontianak Selatan. Kelas III B diberikan
sebesar 1,17 dan ttabel untuk uji dua pihak pada perlakuan berupa penerapan metode
taraf signfikasi α = 5% dan dk = n1 + n2 – 2 = ekspositori pada materi menghitung keliling
22 + 22 – 2 = 42, dengan setelah dilakukan dan luas bangun datar persegi dan persegi
interpolasi diperoleh ttabel sebesar 1,6827. panjang, sedangkan kelas III A diberikan
Dengan demikian, thitung (1,17) < ttabel (1,6827), perlakuan berupa penerapan teori belajar
maka dengan demikian Ho diterima. Jadi, Bruner pada materi menghitung keliling dan
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat luas bangun datar persegi dan persegi panjang.
perbedaan yang signifikan hasil tes awal siswa Berdasarkan nilai hasil belajar tes akhir
di kelas kontrol dan di kelas eksperimen. yang diperoleh setelah diberikan perlakuan
Dengan kata lain, antara siswa kelas kontrol yaitu, hasil belajar rata-rata siswa kelas kontrol
dan kelas eksperimen mempunyai pengetahuan tes akhir sebesar 69,86. Sedangkan hasil
yang relatif sama, sedangkan perhitungan uji-t belajar rata-rata siswa kelas eksperimen tes
menggunakan polled varians diperoleh thitung akhir sebesar 82,63. Sehingga terjadi
sebesar 2,4941 dan ttabel untuk uji satu pihak perbedaan yang signifikan sebesar 12,77.
pada taraf signifikasi α = 5% dimana dk = n1 + Perbedaan ini disebabkan karena penerapan
n2 – 2 = 22 + 22 – 2 = 42 dengan setelah teori belajar Bruner pada pembelajaran materi
dilakukan interpolasi diperoleh ttabel sebesar menghitung keliling dan luas persegi dan
1,6827. Dapat diketahui thitung (2,4941) > ttabel persegi panjang terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
(1,6827), maka dengan demikian Ha diterima. (1) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat (Enactive) yaitu tahap belajar yang
perbedaan yang signifikan pengaruh penerapan berhubungan dengan benda-benda real atau
teori belajar bruner pada pembelajaran mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. (2)
matematika terhadap hasil belajar tes akhir Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan
siswa di kelas kontrol terhadap siswa di kelas (Iconic) yaitu tahap belajar ketika anak telah
eksperimen. mengubah, menandai, dan menyimpan
Untuk mengetahui besarnya pengaruh peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan
pembelajaran dengan menerapkan teori belajar mental. Dengan kata lain, anak dapat
Bruner pada pembelajaran menghitung keliling membayangkan kembali atau memberikan
dan luas bangun datar persegi dan persegi gambaran dalam pikirannya tentang benda atau
panjang terhadap hasil belajar siswa di kelas peristiwa yang dialami.(3) Tahap Simbolik
III Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan, (Symbolic) yaitu tahap belajar ketika anak
maka digunakan rumus Effect size. Dari hasil dapat mengutarakan bayangan mental dalam
perhitungan effect size diperoleh ES sebesar bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia bertemu
0,68 yang termasuk dalam kriteria sedang. dengan suatu simbol, maka bayangan mental
Berdasarkan perhitungan effect size tersebut yang ditandai oleh simbol itu akan dapat
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan dikenalinya kembali.
menerapkan teori belajar Bruner pada Secara keseluruhan tahapan teori belajar
pembelajaran menghitung keliling dan luas Bruner berpengaruh dalam perbedaan hasil
bangun datar persegi dan persegi panjang belajar siswa kelas eksperimen yang lebih
memberikan pengaruh (efek) yang sedang tinggi daripada kelas kontrol. Namun tahapan
terhadap hasil belajar siswa di kelas III yang paling berkontribusi dalam perbedaan
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan. hasil belajar tersebut yaitu tahap enaktif. Pada
tahapan enaktif guru membawa benda-benda
yang konkret atau real sehingga dapat

6
dimanipulasi oleh siswa yang menyebabkan Negeri 35 Pontianak Selatan (Kelas Kontrol)
proses pembelajaran menjadi menarik dan pada materi menghitung keliling dan luas
disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan bangun datar persegi dan persegi panjang
pendapat Jean Piaget (dalam Muchtar A. dengan menggunakan metode ekspositori
Karim, dkk., 2009: 20) menyatakan, “Anak sebesar 69,86 dari skor total sebesar 1537
yang berusia 7-12 tahun berada pada tahap dengan standar deviasi sebesar 18,724. (2)
operasi konkret. Pada tahap ini anak Rata-rata hasil belajar siswa kelas III A
mengembangkan konsep dengan menggunakan Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan
benda-benda konkret untuk menyelidiki (Kelas Eksperimen) pada materi menghitung
hubungan dan model-model ide abstrak dan keliling dan luas bangun datar persegi dan
mulai berpikir logis, ini terjadi sebagai akibat persegi panjang dengan menerapkan Teri
adanya kegiatan anak memanipulasi benda- Belajar Bruner sebesar 82,63 dari skor total
benda konkret”. sebesar 1818 dengan standar deviasi sebesar
Pada kelas kontrol diterapkan metode 14,33. (3) Dari hasil belajar siswa (post-test) di
ekspositori pada materi menghitung keliling kelas kontrol dan kelas eksperimen, terdapat
dan luas bangun datar persegi dan persegi perbedaan skor rata-rata tesakhir siswa sebesar
panjang. Wina Sanjaya(2006:179) menyatakan 12,27 dan berdasarkan pengujian hipotesis (uji-
bahwa, “Metode Ekpositori merupakan bentuk t) menggunakan t-test polled varians diperoleh
dari pembelajaran yang berorientasi kepada thitung data tes akhir sebesar 2,4941 dengan ttabel
guru menyampaikan materi pembelajaran untuk uji satu pihak pada taraf signifikasi α =
materi secara terstuktur dengan harapan materi 5% dan dk = 42 setelah dilakukan interpolasi
pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai diperoleh ttabel sebesar 1,6827, karena thitung
siswa dengan baik”. Sedangkan menurut Abdul (2,4941) > ttabel (1,6827) maka Ha diterima. (4)
majid (2014:216) menyatakan bahwa, “Metode Pembelajaran dengan menerapkan Teori
pembelajaran ekspositori adalah strategi Belajar Bruner memberikan pengaruh yang
pembelajaran yang menekankan pada proses sedang ( dengan effec size sebesar 0,68) pada
penyampaian materi secara verbal dari seorang materi menghitung keliling dan luas bangun
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud datar persegi dan persegi panjangterhadap hasil
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran belajr matematika kelas III Sekolah Dasar
secara optimal”. Sebelum menjelaskan dan Negeri 35 Pontianak Selatan.
menyampaikan pesan atau konsep, guru
menuliskan topik, menginformasikan tujuan Saran
pembelajaran, menyampaikan dan mengulas Ada beberapa yang dapat peneliti
materi prasyarat, serta memotivasi siswa. Guru sampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu
menjelaskan dan menyajikan pesan atau sebagai berikut. (1) Memberikan pemahaman
konsep kepada para siswa dengan cara lisan mengenai penjumlahan dan perkalian secara
atau tertulis. Guru meminta siswa baik secara berulang-ulang atau memberikan latihan-
perorangan maupun kelompok untuk latihan sehingga siswa lancar dalam
menggunakan konsep yang telah dipelajari menghitung penjumlahan dan perkalian . (2)
dengan cara mengerjakan soal yang telah Pada pembelajaran matematika dengan
disediakan. Ini merupakan metode yang masih menerapkan teori belajar Bruner pada saat
bersifat umum, sehingga anak tidak ada penyampain materi pembelajaran yang diajar
kesempatan aktif dalam proses pembelajaran dengan 3 tahapan pembelajaran yaitu tahap
dalam menemukan konsepnya sendiri. enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Tentunya materi yang diajar lebih banyak
SIMPULAN DAN SARAN diserap oleh siswa, karena siswa melalui 3
Simpulan tahapan yang sesuai dengan usia dan
Berdasarkan hasil analisis data yang perkembangan pengetahuannya. Maka
diperoleh dari hasil tes peserta didik, maka disarankan kepada guru matematika untuk
dapat disimpulkan bahwa: (1) Nilai rata-rata menerapkan teori belajar Bruner pada
hasil belajar siswa kelas III B Sekolah Dasar

7
pembelajaran matematika. (3) Bagi peneliti Ibtidaiyah. Jakarta: Kementrian
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut Pendidikan Nasional.
dengan dengan tahapan penyampaian dari teori Hadari Nawawi. 2015. Metode Penelitian
belajar Bruner untuk mendapatkan rata-rata Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
hasil belajar siswa yang lebih baik, disarankan University Press
untuk merancang tahap enaktif, tahap ikonik, Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika I.
dan tahap simbolik menyesuaikan dengan Jakarta: Depdikbud.
waktu kegiatan pembelajaran dan materi yang Muchtar Abdul Karim,dkk. 2009. Pendidikan
disampaikan, agar proses pembelajaran Matematika II. Jakarta: Universitas
menjadi efektif dan efisien. Terbuka
Nana Sudjana. (2016). Penilaian Hasil Proses
DAFTAR RUJUKAN Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Abdul Majid. 2014. Strategi Pembelajaran. Rosdakarya
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Ahmad Susanto.2014. Teori Belajar dan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung : Alfabeta
Jakarta: Kencana Sugiyono. 2017. Statistika Untuk Penelitian.
Asep Jihad dan Abdul Haris.2012. Evaluasi Bandung : Alfabeta
Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Press Suharsimi Arikunto. 2014. Prosedur
Azzan Azannuari Nanda Putra (skripsi) 2016. Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek..
Pengaruh Penerapan Teori Belajar Jakarta : Rineka Cipta
Bruner Pada Pembelajaran Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran
Matematika Terhadap Hasil Belajar Berorientasi Standar Proses
Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada
27 Pontianak Tenggara. Pontianak: Media Grup
Universitas Tanjungpura
BSNP. 2011 . Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar/Madrasah

Anda mungkin juga menyukai