Anda di halaman 1dari 8

TEORI PENGAJARAN MATEMATIKA

PENDAHULUAN
Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, memerlukan
simbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan
untuk membentuk konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap
konsep sebelumnya. Matematika akan mempunyai arti jika terdapat hubungan, pola, bentuk,
dan struktur. Misalnya arti sepotong garis. Potongan garis itu baru berarti jika ada garis lain
yang diletakkan di dekatnya, seperti untuk melihat perbandingan panjang dan sebagainya.
Faktor pendukung berhasil atau tidaknya pengajaran matematika guru hendaknya
menguasai teori belajar mengajar dan orang tuapun hendaknya ikut terlibat dalam
membimbing siswa sehari – hari. Karena sesungguhnya tidak sedikit pengalaman
matematika yang senantiasa dialami anak berkebutuhan khusus dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui masalah yang tidak hanya
menyangkut pembahasan tentang bilangan cacah. Misalkan kita hadapkan pada
permasalahan sederhana seperti membagi 1 donat dan untuk dua anak pada permasalahan ini
kita membutuhkan bilangan yang bukan bilangan cacah tetapi kita membutuhkan bilangan
lain untuk menggambarkan situasi tersebut. Modul ini adalah yang harus diketahui dan
pahami, karena modul ini berisi materi-materi dasar yang berkaitan dengan pengajaran
matematika bagi anak berkebutuhan khusus.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat :
1. Menguasai teori pengajaran matematika bagi anak berkebutuhan khusus
2. Menguasai pembelajaran bangun-bangun datar dan bangun ruang
3. Menguasai pengertian pecahan
4. Menguasai pecahan yang ekuivalen
5. Menguasaii pecahan yang senama
6. Menguasai pecahan campuran
7. Menguasai penjumlahan pecahan
8. Menguasai pengurangan pecahan
9. Menguasai perkalian pecahan
10. Menguasai pembagian pecahan
II. Kegiatan Belajar
A. Pengajaran Matematika
Mengajar adalah suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pengajaran matematika sangat bergantung pada pertanggung
jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau
pekerjaan yang unik, tetapi sederhana. Unik karena berkenaan dengan manusia yang
belajar, yaitu siswa dan yang mengajar yaitu guru sekaligus bertalian erat dengna
manusia dalam masyarakat yang kesemuanya menunjukan ekunikan. Sederhana karena
mengjar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, serta mudah
dihayati oleh siapa saja. Jadi mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kegiatan belajar mengajar, bisa juga dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung
makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar
siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, terutama yang ada di kelas, yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, karena guru adalah orang tua yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas sekolah. Di sekolah, guru dipandang oleh anak sbagai
orang yang sera tahu dan serba mampu. Guru adalah tokoh yang paling utama dalam
membimbing anak di sekolah. Khusus untuk guru yang mengajar matematika, sebaiknya
ia berusaha tampil dengan penampilan dan sikap yang baik, agar matematika yang
diajarkan dapat menarik mmat siswa Dalam hat ini sebaiknya diusahakan tidak terlalu
formal dan disiplin, agar anak tidak takut dengan pelajaran matematika tersebut.
Bertitik tolak dan pentingnya seorang guru di sekolah dalam mengajar
matematika, karena pusat pengajaran matematika adalah pemecahan masalah, dan salah
satu faktor pendukung berhasil atau tidaknya pengajaran matematika adatah dengan
menguasai teori belajar-mengajar, berikut mi diuraikan beberapa teori belajar
matematika.

B. Teori Bruner
Belajar matematika menurut Bruner :
1. Belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di
dalam materi pelajaran.
2. Mencari hubungan-hubungan tentang konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika.
Brunner melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan
mental.
1. Enactive, yakni anak-anak di dalam belajamya menggunakari/memanipulasi objek-
objek secara langsung,
2. Iconic, yakni kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek. Pada tahap ini anak tidak memanipulasi langsung objek-
objek, seperti dalam tahap enactive, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan
menggunakan gambaran dan objek.
3. Simbolik, yakni tahap rnemanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada
lagi kaitannya dengan objek-objek

Sedangkan mengenal teori beiajar, menurut Bruner ada empat:


a. Teorina Konstruksi
Dalam teori ini cara berpikir terbaik bagi seorang anak untuk belajar konsep
dan prinsip adalah dengan mengkonstuksikan konsep dan prinsip itu. UntuK
mengingat suatu gagasan, anak akan menggunakan benda-benda konkret dalam
merumuskan dan mengkonstruksikan gagasan-gagasan, kemudian
mengaplikasikannya ke dalam situasi yang tepat.
b. Teorentu Notasi
Konstruksi permulaan belajar dibuat lebih sederhana secara kognitif dan
dapat dimengerti lebih baik oleh anak. Dengan notasi anak diharapkan dapat
mengembangkan gagasan Yang bempa prinsip-pnnsip, bahkan kreasi dan prinsip-
prinsip baru.
c. Teoreina Perbedaan dan Vanasi
Prosedur belajar gagasan-gagasan matematika yang berjalan dari konkret
menuju ke abstrak harus disertakan perbedaan dan variasinya. Suetu konsep
matematika biasanya akan bermakna bagi anak jika konsep itu dibandingkan dengan
konsep iain Misalnya, bilangan prima adalah bilangan, namun bilangan ini bukan 1
dan bukan bilangan komposit.
d. Teoreina Konektivitas
Setiap konsep, struktur. dan keterampilan dalam matematika dihubungkan
dengan konsep. struktur, dan ketrampilan yang lain. Misalnya anak mempelajari
Teorema Pythagoras, maka perlu dikaitkan dengan bilangan kuadral. akar, dan cara
menyederhanakannya Hubungan ini penting bagi pengembangan matematika dan
kesadaran terhadap adanya hubungan dalarn belajar matematika, karena materi
matematika pada umumnya saling berkaitan.
C. Teori Dienes
Teori Dienes dikembangkan berdasarkan teori perkernbangan intelektual dari PiageL
Dienes memandang matematika sebagai slruktur, pengklasifikasian struktur,
rnemisahkan hubungan-hubungan yang terdapat di dalam struktur-struktur dan
mengkategorisasikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Dienes
berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematiKa dapat dimengerti secara
sempuma, hanya jika disajikan pada anak dalam bentuk-bentuk konkret Jadi abstrakai
didasarkan pada intufsr dan pengalaman pengalaman konkrit. Konsep-konsep
matematika dipelajari menurut tahapan- tahapan berlingkat dalarn belajar
matematika,
a. Permainan Bebas
Permainan bebas adalah lahap belajar konsep yang terdiri dari aktvitas yang tidak
terstruktur dan tidaK diarahkan. Hal ini memungkinkan anaK bereksperimen dan
memaniputasi benda-benda konkret dan abstrak dafi unsur-unsur konsep yang
dtpelajari Tahap ini adalah tahap yang penting, karena pengalaman pertama, anak
berhadapan dengan konsep baru metalui interaksi dengan lingkungannya yang
mengandung representasi konkret dari konsep itu, sehingga pada tahap ini anak
membentuk struktur mental dan sikap.
b. Permainan yang Menggunakan aturan
Tahap ini merupakan tahap belajar konsep, anak mulai meneliti pola-pola dan
keteraturan yang terdapat dalam suatu konsep, karena pola-pola dan keteraturan itu
adakalanya hanya berlaku untuk suatu konsep, namun tidak untuk konsep lain
Contohnya anak yang bermain balok logika dapat mengklasifikasikan dengan
memilih balok-balok logika untuk dua variabel yang berbeda.
c. Permainan Mencari Persamaan Sifat
Tahap ini adalah tahap pada saat anak menemukan struktur yang menunjukan
kesamaan yang terdapat dalam permainan-permainan yang dimainkan. Contohnya
anak yang bermain balok logika akan dapat memasangkan balok-balok tersebut pada
sisi balok yang bersesuaian.
d. Permainan dengan Representasi
Pada tahap ini anak mencari gambaran konsep kesamaan sifat, dan situasi yang
serupa. Gambaran konsep yang dimaksud adalah gambaran abstrak dan situasi yang
disajikan.
e. Permainan dengan Simbolisasi
Tahap ini merupakan tahap belajar konsep pada saat anak periu merumuskan
representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika atau
dengan perumusan verbal yang sesuai. Misalnya, perkalian dua bilangan negatif
menghasilkan bilangan positif.
f. Formalisasi
Anak mempelajari suatu konsep dan struktur matematika yang sating berhubungan
Dalam hal ini anak harus mengurut sifat-sifat itu untuk dapat merumuskan sifat-sifat
baru, Misalnya, sifat-sifat dasar di dalam matematika. adalah aksioma, kemudian
dari aksiorma dirumuskan suatu dalil atau teorema. Perjalanan dari buatu aksioma
ke dalil/teorema disebut pembuktian Diterimanya hasil kali dua bilangan negatif
adalah bilangan asli positif merupakan suatu kesepakatan yang dtsebut aksioma.

D. Teori Bermakna Ausubel


DP Ausubel mengemukakan bahwa, belajar dapat dikatakan menjadi bermakna
jika inforrnasi yang akan dipelajari oleh anak disusun sesuai dengan struktur kognitif
yang dimiliki anak, sehingga anak dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Ausubel menggunakan istilah "pengatur lanjut yang terdiri
dan bahan verbal di satu pinak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui
anak di pihak lain Pengorganisasian itu lebih umum dan inklusif dan pada informasi
khusus yang dipelajari. Ausubel mengutamakan bahan yang disajikan telah disusun
secara final Jadi anak belajar dengan menerima bahan yang telah disusun secara final dan
pengajar menyampaikan dengan metode ceramah. Bahan pelajaran yang disajikan itu
harus bemakna, sehingga mudah diserap oleh anak. Menurut Ausubel, belajar dikatakan
bermakna jika informasi yang akan dipetajari anak telah disusun sesuai dengan struktur
Kognitif anak, sehingga anak dapat mengaitkan pengetahuan barunya dengan struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Dengan belajar bermakna, ingatan anak menjadi kuat
dan transfer belajar mudah dipahami. Berikut empat kemungkinan tipe belajar menurut
Ausubei :
a. Belajar dengan penemuan bermakna.
b. Belajar dengan ceramah bermakna.
c. Belajar penemuan yang tidak bermakna belajar dengan ceramah yang tidak
bermakna.

E. Teori Thordike
Belajar harus dengan pengaitan. Artinya pengaitan antara pelajaran yang
sebelumnya dan yang akan dipelajari anak. Karena semakin besar kaitannya, semakin
baik anak belajar Thomdike menekankan pada cara stimulus respons berupa hadiah
dengan nilai baik

F. Teori Dewey
Dewey mengutamakan pada pengertian dan belajar bermakna Artinya anak didik
yang belum siap jangan dipaksa belajar. Guru dan orangtua sebaiknya menunggu sarnpai
anak didik siap belajar, atau guru dapat mengubah dan mengatur suasana belajar
sehingga anak siap untuk belajar.

G. Teori J. Piaget
Teori J. Piagetdisebut juga teori kognrtrf, teori intelektual, atau teon belajar.
Disebut teori belajar karena berkenaan dengan kesiapan anak untuk mampu belajar dan
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak. Karena menurut Piaget belajar juga
hams merupakan sesuatu yang keluar dari dalam diri anak, bukan tergantung pada guru.
Dengan demikian untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih
tinggi, dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman
konkret, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman-pengalaman
aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Di samping rtu perkembangan
bahasa anak merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan kognitifnya. Hal ini
menurut Lisnawaty Simanjuntak yang dipertegas olen Sjpartinari Pakasi, perkemibangan
anak, yaitu perkembangan kognismya, harus sejalan dengan perkembangan bahasa.
Sebab perkembangan bahasa dan perkembangan berpikir saling mempengaruhi dengan
menguasai teori belajar, anak pasti akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan
guru pun dapat memotivasi anak didik sehingga anak didik berminat belajar matematika.
Teori belajar mengajar matematika yang dikuasai para pendidik akan dapat diterapkan
pada peserta didik jika para pndidik dapat memilih strategi belajar mengajar yang tepat,
mengetahui tujuan pendidikan, pengajaran, atau pendekatan yang dtharapkan, serta dapat
melihat apakah anak/peserta didik sudah mempunyai kesiapan atau kemampuan belajar
atau belum. Dengan mengetahui kesiapan anak/pesefta didik dalam belajar matematika,
maka pengajaran yang akan disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan, anak
atau peserta didik.

H. Metode Mengajar Matematika


Metode mengajar adalah salah satu kunci pokok di dalam keberhasilan suatu
pengajaran, karena dengan menggunakan rnetode mengajar yang sesuai, Oleh karena itu
tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau dapat terlaksana dengan baik, Sebab fungsi
metode mengajar sebagaj alat untuk mencapai tujuan. MetCKie mengajar yang
diterapkan akan efektif jika menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan efisien
jika penerapannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan relatif menggunakan tenaga,
usaha, biaya, dan waktu yang keciL
Guru harus dapat memanfaatkan pengalaman-penglalaman anak dalam menerapkan
metode mengajar malematika agar konsep-konsep matematika, seperti bilangan,
pengukuran, dan lain-lain, dapat dikembangkan dan dipelihara oleh anak Cara mengajar
yang lebih baik akan menyebabkan hasil belajar anak lebih baik. Guru perlu menguasai
dan menggunakan metode mengajar matematika yang paling tepat untuk setiap, topik
yang akan diajarkan. Di samping itu guru juga haois memiliki pengetahuan yang luas
dalam bidangnya.
Berikut ini prinsip matematik dan psikologis yang pertu diperhatikan
oleh seorang guru menurul E.T. Ruseffendi:
a. Guru harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang matematika
rnodem.
b. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental anak {sesuai dengan
umur anak-anak).
c. Belajar matematika bagi seorang anak merupakan proses yang kontinyu, sehingga
diperlukan pengetahuan dan pengertian dasar malematika yang baik pada
permulaan belajar untuk belajar selanjutnya.
d. Program matematika supaya diberikan secara bertahap, agar si anak secara.
bertahap dapat mengkonsolidasikan konsep-konsep rnelalui kegiatan praktis dan
leorilis.
e. Sesuai dengan masih sederhananya bahasa yaog dimiliki anak, maka bahasa
yang pertama kali digunakan sebaiknya sesederhana mungkin.
f. Dalam hal mengambll contoh-conloh agar diambil contoh-contoh yang setiap hari
telah dikenal anak-anak
g. Memberikan pelajaran secara bertahap menurut tingkat kesukarannya,
supaya diperhatikan betul-betul sesuai dengan kemampuan dan tingkat berpikir
anak, yaitu yang berpikir mulai dari yang konkret, semi konkret, semi abstrak. dan
abstrak.
h. Belajar akan lebih efektif jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi,
dirangsang untuk meyelesaikan problem-problem.
i. Mereka harus diberi kesempatan bekerja dalam grup untuk bekerja sama
menyelesaikan problem-problem (soal-soal)
j. Anak-anak di dalam proses belajar mengajar supaya digolongkan menurut
kecakapannya.
k. Dalam mengevaluasi hasi! belajar mereka harus dimulai dari awal sampai aktiir
Tidak saja evaluasi itu diadakan pada akhir tahun, semester, atau catur wulan,
melainkan setiap saat dinilai agar evaluasi yang dilakukan oleh guru lebin mendekati
kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai