Anda di halaman 1dari 53

1. A.

Pengertian Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi dalam
Ali, 2008). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan
bereproduksi dengan sendirinya.

Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini


harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang
tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi
karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah
dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk
persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan
diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada. Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan
tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative
cepat (Darkuni dalam Ali, 2008). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme
memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.

Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang
ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang
mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen
yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang
lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih
menonjol (Ali, 2008)

1. B. Klasifikasi Mikroorganisme dalam Bidang Pangan

Klasifikasi mikroorganisme dalam bidang pangan yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bakteri basil dan koki gram negatif


2. Bakteri basil gram negatif, anaerobik fakultatif
3. Bakteri basil gram negatif anaerobik
4. Bakteri basil dan kokobasil gram negatif
5. Bakteri gram positif
6. Bakteri basil gram positif, tidak berspora
7. Bakteri pembentuk spora
8. Bakteri dengan sel bercabang/bertunas (Budiyanto, 2002).

1. C. Peran Positif Bakteri dalam Bidang Pangan

Menurut Schlegel (1994) beberapa bukti mengenai peranan mikrobiologi dapat dikemukakan
sebagai proses klasik menggunakan bakteri. Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu
kacang kedelai diolah dengan menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan
sudah sejak zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk
membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang diperlukan oleh industri
makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan
Aspergillus niger.

1. Pengawetan makanan dengan mikroorganisme


1. Sayuran yang terfermentasi

Hampir semua sayuran dapat mengalami fermentasi bertipe asam laktat, yang biasanya dilakukan
oleh berbagai jenis Sterpcococcus, Lactobacillus leuconostoc, dan Pediococcus. Organisme-
organisme ini mengubah gula yang terdapat dalam sayuran terutama menjadi asam laktat yang
mengatasi pertumbuhan organisme lain dan menberi rasa unik pada sayuran yang
terfermentasi. Setelah fermentasi, sayuran semacam itu sering disebut “teracarkan” dan tidak
jarang terlihat botol-botol acar bit, acar kacang hijau, atau acar wortel.

1. Saurkraut (kubis asin)

Saurkraut ialah produk fermentasi asam laktat kubis yang diparut. Kubis segar selalu
mengandung sejumlah jenis Leuconostoc dan Lactobacillus, sehingga tidak perlu ditambahkan
bakteri untuk memulai fermentasi.

1. Acar

Organisme yang bertanggungjawab terhadap acar terfermentasi pada dasarnya adalah semua
jenis marga Lactobacillus dan produk akhirnya mempunyai sekitar keasaman yang sama dengan
saurkraut.

1. Zaitun

Zaitun hijau semula diperlakukan dengan 1 sampai 2 persen larutan alkalis selama 24 jam untuk
menghilangkan sebagian dari rasa pahit. Setelah dicuci dengan sempurna untuk mehilangkan air
alkalis, zaitun diletakkan dalam tong dan direndam dengan larutan garam 6 sampai 9
persen. Fermentasi asam laktat yang kemudian berlanjut berlangsung selama 6 hingga 10 bulan,
yang setelah itu zaitun hijau dipilah dan dikemas.

1. Daging terfermentasi

Sosis adalah satu-satunya produk daging terfermentasi. Sosis yang telah diolah kemudian
disimpan pada suhu 8oC selama 40 hari atau lebih, yang selama waktu itu terjadi fermentasi asam
laktat disertai dehidrasi daging yang cukup. Tentu saja hal ini meningkatkan kadar garam yang
bersama dengan asam laktat mencegah pertumbuhan organisme yang merusak.

1. Makanan terfermentasi dari timur


Kecap dibuat dari kedelai yang dimasak kemudian difermentasi. Enzim disekresikan oleh jamur
Aspergillus yang menghidrolisiskarbohidrat dan protein kedelai dan tak diragukan lagi
menyebabkan cita rasa kecap yang khas. Lactobacillus delbrueckii memfermentasi karbohidrat,
yang membentuk cukup asam kojat untuk mencegah perusakan. Bakteri asam laktat yang lain
maupun beberapa marga khamir memberikan sumbangan kepada citarasa akhir kecap.

1. Protein sel tunggal

Single cell protein (SCP) mengacu pada mikroorganisme yang digunakan sebagai makanan baik
untuk manusia maupun hewan. Protein ini terdiri atas khamir, ganggang atau bakteri, walaupun
kebanyakan prosesor SCP pada akhir-akhir ini menggunakan khamir. Produksi SCP
memberikan metode pengubahan sumber karbohidrat yang murah menjadi makanan yang dapat
dimakan yang mengandung sampai sebanyak 70 persen protein dan bobot kering maupun
kebanyakan vitamin B (Volk, 1990).

Proses menggunakan mikroba fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi
dan konversi menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak
ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi
dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses
baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan
senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Bakteri juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada
katalisis sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih
spesifik dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk
hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan
enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari biakan bakteri (Ali, 2008).

Bakteri yang menguntungkan kita, misalnya Enterobacter aerogenes, Erwinia herbicola,


Leuconostoc plantarum sangat berperan dalam pembuatan sauerkraut (kubis fermentasi).
Streptococcus thermophylus dan Lactobacillus bulgaricus berperan dalam pembuatan yogurt,
Pedicoccus cerevisiae dan Micrococcus sp. berperan dalam penbuatan sosis. Acetobacter
xylinum berperan dalam pembuatan nata de coco (Budiyanto, 2002).

1. D. Peran Negatif Bakteri dalam Bidang Pangan

Berbagai penyakit atau infeksi yang berbeda-beda mungkin terjadi karena memakan makanan
yang terkontaminasi dengan organisme patogen. Infeksi makanan terjadi karena memakan
makanan yang mengandung organisme hidup yang mampu sembuh atau bersporulasi dalam usus
yang menimbulkan penyakit.

Penyakit yang paling mendapat perhatian adalah penyakit-penyakit makanan yang disebabkan
oleh organisme yang biasanya dianggap ada. Penyakit-penyakit ini dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar.
1. Infeksi Makanan

Infeksi makanan terjadi karena memakan makanan yang mengandung organisme hidup yang
mampu sembuh atau bersporulasi di dalam usus yang menimbulkan penyakit. Organisme
penting yang menimbulkan infeksi makanan meliputi C. Perfringens, Vibrio parahaemolyticus,
dan sejumlah jenis Salmonela yang berlainan.

1. Salmonella

Reservoir utama bagi Salmonella ialah saluran pencernaan banyak hewan, meliputi burung,
hewan ternak, reptilia, dan manusia. Orang menjadi terinfeksi karena kemasukan makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Sudah barang tentu air menjadi tercemar karena masuknya
kotoran dari hewan apa saja yang mengekskresi Salmonella. Infeksi melalui makanan terjadi
karena masuknya daging yang terkontaminasi atau melewati tangan sebagai perantara dalam
pemindahan Salmonella dari sumber yang terinfeksi.

1. Clostridium perfringens

Organisme ini memproduksi berbagai ragam eksotoksin. Membentuk spora apabila berada di
dalam usus, dan hanya pada waktu pembentukan endospora dalam usus itulah toksin peracunan
makanan diproduksi. Sumber yang paling sering ialah daging atau produk-produk
daging. Masuknya masakan daging semacam itu mengakibatkan rasa sakit perut dan diare yang
akut sesudah masa inkubasi 8 sampai 24 jam.

1. Vibrio parahaemolyticus

Kerang-kerangan merupakan sumber infeksi saluran pencernaan jika dimasak mentah atau
sedikit dimasak. Belum diketahui dengan tepat bagaimana diare yang dihubungkan dengan
organisme ini dapat terjadi, tetapi kegawatan infeksi ini dapat dirasakan dengan memikirkan
kenyataan bahwa laju kematian karena infeksi V. Parahaemolytikus dapat mendekati 7 atau 8
persen.

1. Langkah pengendalian

Jadi, makanan sekali-kali jangan dibiarkan berada pada suhu kamar yang akanme mungkinkan
mikroorganisme yang mengontaminasi berkembangbiak.

1. Peracunan Makanan

Peracunan makanan tidak disebabkan oleh menelan organisme hidup melainkan dengan
kemasukan toksin atau substansi beracun yang beracun yang disekresikan ke dalam makanan.
Dalam hali yang terakhir, organisme ini mungkin mati setelah pembentukan toksin dalam
makanan, tetapi apabila toksin itu sendiri dimusnahkan, peracunan makanan yang hebat dapat
terjadi dari memakanan makanan itu. Organisme yang menyebabkan peracunan makanan
mencakup S. aureus, C. botulium, dan B. cereus.
1. a. Staphylococcus

Peracunan ini disebabkan oleh kokus gram positif kecil, stafilokokus yang sama bertanggung
jawab atas banyak masalah infeksi di rumah sakit. Organisme itu mudah tumbuh pada media
hara biasa dan walaupun banyak galur memerlukan beberapa asam amino dan satu vitamin B
atau lebih, galur-galur ini tidak dapat dipandang sebagai bakteri yang sukar dipelihara. Ciri
peracunan makanan stafilokokus yang sangat menonjol adalah diare yang hebat, muntah-muntah
dan sakit perut, sedangkan bantuan yang menonjol adalah masa inkubasinya yang pendek sekitar
2 sampai 4 jam.

1. Bacillus cereus

Organisme ini adalah batang besar gram positif yang membentuk spora dan merupakan salah
satu anggota suku Bacillaceae saprofit yang paling sering terdapat dimana-mana. Apabila
makanan yang di dalamnya terdapat organisme ini, selama 24 jam terjadi rasa sakit perut yang
hebat dan diare beberapa jam setelah termakan. Ditemukan di dalam tanah dan pada makanan
mentah dan kering, mencakup beras yang belum dimasak.

1. Clostridium botulinum

C. botulinum, batang gram positif yang besar dalam suku Bacillaceae, adalah jasad etiologi
peracunan makanan yang sangat fatal dan biasanya terjadi setelah menelan eksotoksin yang
terbentuk sebelumnya yang dihasilkan oleh organisme ini sewaktu tumbuh dalam makanan.

1. Epidemiologi botulisme

Tersebar dalam tanah, pada dasar danau dan pada vegetasi yang membusuk, begitu banyak
makanan, sayuran dan daging, terkontaminasi dengan organisme ini. Banyak hewan mati setiap
tahun setelah menelan butiran-butiran yang terfermentasi.

1. Patogenis botulisme

Gejala pada manusia biasanya mulai setelah masa inkubasi 18 sampai 36 jam dan mencakup
mual dan muntah-muntah di samping penglihatan ganda, kesulitan menelan dan beberapa
kelumpuhan otot.

1. Diagnosis botulisme

Setelah orang memperlihatkan gejala botulisme, mungkin dalam darahnya masih beredar toksin
bebas. Mencit sangat peka terhadap toksin ini.

1. Pencegahan dan pengendalian botulisme


Tidak seperti endospora organisme ini, toksin botulisme sangat labil terhadap suhu. Jadi sayuran
kalengan rumahan harus dimasak selama 15 menit sebelum dihidangkan. Perlakuan semacam itu
akan menginaktivasi toksin yang mungkin ada.

Peracunan makanan disebabkan oleh elaborasi eksotoksin oleh bakteri selama pertumbuhannya
dalam makanan yang terkontaminasi. Tipe paracunan makanan yang agak berbeda, kadang-
kadang disebut infeksi makanan, disebabkan oleh efek racun sel bakteri yang ditelan (Volk,
1990).

Banyak bakteri saprofitik yang hidup pada bahan makanan dan dapat merusak serta meracuni
bahan makanan tersebut. Akibat aktivitas tersebut, tidak sedikit kerugian yang ditimbulkannya.
Berikut ini beberapa contoh bakteri perusak bahan makanan, yaitu: Pseudomonas cocovenenans
penghasil asam bongkrek pada tempe bongkrek. Clostridium botulinum penghasil toksin pada
makanan dan minuman kaleng. Erwinia, Bacillus dan Clostridium bersifat pektolitik yang
menyebabkan busuk air atau busuk lunak (soft rot) pada sayuran dan buah- buahan dan juga
dapat menyebabkan hilangnya kemampuan membentuk gel pada sari buah. Alcaligens viscolactis
dan Enterobacter aerogenes menyebabkan pelendiran pada susu. Lactobacillus plantarum
menyebabkan pelendiran pada produk buah- buahan, sayuran, cider, sauerkraut, dan bir
(Budiyanto, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Moch Agus Kresno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang. Penerbit : Universitas
Muhammadiyah Malang.

Volk, Wesley A dan Wheeler, Margaret F. 1990. Basic Microbilogy fifth edition. Jakarta.
Penrbit Erlangga. (diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. 1990. Mikrobiologi Dasar edisi
kelima jilid 2).

http://iqbalali.com/2008/02/18/peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan/ (diakses pada tanggal 7


April 2012)

http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/makalah-mikrobiologi-mikroorganisme-
dalam-makanan/

Makalah Mikroorganisme
Posted on 05/01/2013 by Kamaruddin Bilatula

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Makalah tentang Keanekaragaman Mikroorganisme. Walaupun
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,namun kami berharap agar makalah ini
dapat dipergunakan dan di manfaatkan baik di dalam kampus atau diluar kampus. Dalam
melaksanakan makalah ini banyak pihak yang terlibat dan membantu sehingga dapat menjadi
satu makalah yang dapat di baca dan dimanfaatkan . Akhirnya kritik yang membangun dan saran
sangat kami harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi para pembaca umumnya . Sekian dari kami mengucapkan banyak terima kasih .

Gorontalo, September 2012

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Judul Sampul……………………………………………………………………………..…..i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..ii

Daftar isi………………………………………………………………………..……………..iii

BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………..1

a. Latar Belakang………………………..……….

b. Tujuan Penulisan………………..…………

c. Rumusan Masalah…………….………...

d. Manfaat Penulisan……………………………………………………..……….2

BAB II Pembahasan…………………………………………………………….….……..3

a. Pengertian Mikroorganisme……………………………….………………

b. Manfaat Mikroorganisme………………………………………….….…….

c. Ciri-Ciri utama Mikroorganisme…………………………………………

d. Masalah Konservasi Mikroorganisme………………………….……..

e. Upaya Penyelamatan Mikroorganisme……………………………….

f. Faktor-Faktor Flora pada Tubuh Manusia…………………………..


g. Flora Normal pada Tubuh Manusia…………………………………….6

BAB III Penutup…………………………………………………………………………….13

a. Kesimpulan……………………………………………………………….……..13b.
Saran…………………………………………………………………………..……13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..14

iii

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara terkaya akan plasma nutfah, termasuk mikroorganisme
yang hidup dan berkembang biak di tanah nusantara nan subur. Negara yang kaya ini memiliki
sekurangnya 10 ribu jenis mikroorganisme yang diperkirakan hidup secara alami dalam
ekosistem yang “ramah” untuk berkembangbiak. Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme
yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme
atau mikroorganisme yang menyaebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan patogen
untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenitas.

Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadiny kehidupan,


disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan
atmosfer (udara) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk
secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam
kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

Untuk itulah makalah ini disusun guna membahas mikroorganisme alami penghuni tubuh
manusia, sehingga kita dapat mengetahui hubungan antara manusia dan flora normal tubuh
manusia.

b. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Mikroorganisme

Untuk mengetahui Manfaat Mikroorganisme

Untuk mengetahui Ciri-Ciri Utama dari Mikroorganisme


Untuk mengetahui Masalah Konservasi Mikroorganisme

Untuk mengetahui Upaya Penyelamatan Mikroorganisme

Untuk mengetahui Flora yang terdapat dalam tubuh Manusia

Untuk dapat mengetahui Flora Normal pada tubuh Manusia

c. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Mikroorganisme?

Apa Manfaat dari Mikroorganisme?

Apa ciri-ciri utama dari suatu Mikroorganisme?

Bagaimana mengatasi Masalah Konservasi Mikroorganisme?

Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk menyelamatkan Mikroorganisme?

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kehadiran Flora pada tubuh ManusiaApa Flora Normal yang
terdapat dalam tubuh Manusia?

d. Manfaat Penulisan

Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Mikroorganisme

Kita dapat mengetahui Manfaat dari Mikroorganisme

Kita dapat mengetahui cirri-ciri utama dari Mikroorganisme

Kita dapat mengetahui cara mengatasi Masalah Konservasi Mikroorganisme

Kita dapat mengetahui Upaya-upaya Penyelamatan Mikroorganisme

Kita dapat mengetahui Faktor-Faktor Flora dalam Tubuh Manusia

Kita dapat mengetahui Flora Normal dalam tubuh Manusia

BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Mikroorganisme

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran
mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme juga
merupakan mahluk hidup yang mudah beranak pinak dan berpotensi untuk menghasilkan
berbagai produk bernilai ekonomis tinggi bagi manusia, misalnya antibiotic, vaksin dan enzim.
Potensi ini dapat termanfaatkan manakala manusia dapat membujuk mikroorganisme ini guna
menghasilkan apa yang diharapkan.

b. Manfaat Mikroorganisme

Mikroorganisme dapat juga dijadikan suatu kegiatan untuk dapat menyelamatkan


mikroorganisme local yang sudah barang tentu merupakan upaya pelestarian keanekaragaman
hayati Indonesia. Kelestarian keanekaragaman mikroorganisme ini tentunya akan menjamin
keberlangsungan kehidupan mikroorganisme yang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada saat ini
namun dapat menjamin kelestariannya untuk dimanfaatkan pada masa yang akan datang.

c. Ciri-Ciri Utama Mikroorganisme

Ciri-ciri utama dari suatu Mikroorganisme dikelompokkan sebagai berikut:

Morfologi

Mikroba pada umumnya sangat kecil, ukurannya dinyatakan dalam micrometer. Oleh karena
ukurannya yang kecil diperlukan mikroskop untuk melihat mikroba. Mikroskop yang digunakan
tergantung pada kecermatan yang diinginkan oleh peneliti.

Kimiawi

Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba di beri perlauan kimiawi, maka sel ini
memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik.

Biakan

Zat hara yang diperlukan oleh setiap mikroorganisme berbeda, ada mikroorganisme yang hanya
dapat hidup dan tubuh bila diberikan zat hara yang kompleks (serum, darah). Sebaliknya ada
pula yang hanya memerlukan bahan inorganic saja atau bahan organic (asam amino, karbohidrat,
purin, pirimidin, vitamin, koenzim).

Metabolism

Proses kehidupan dalam sel merupakan suatu rentetan reaksi kimiawi yang disebut metabolism.
Berbagai macam reaksi yang terjadi dalam metabolism dapat digunakan untuk mencirikan
mikroorganisme.
Antigenic

Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentuk antibody yang mengikat antigen.
Antigen merupakan bahan kimia tertentu dan sel mikroba.

Genetic

Mikroorganisme memiliki bagian yang konstan dan spesifik bagi mikroorganisme tersebut
sehingga dapat digunakan untuk mencirikan mikroorganisme.

Patogenitas

Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan penyakit merupakan


cirri khas mikroorganisme tersebut selain itu dapat pula bekteri yang memakan bakteri lainnya
(Bdellovibrio) dan virus (bakteriofag) yang mengifesi dan menghancurkan bakteri.

Ekologi

Habitat merupakan sifat yang mencirikan mikroorganisme. Mikrorganisme yang hidup di lautan
berbeda dengan air tawar. Mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan
saluran pencernaan.

d. Masalah Konservasi Mikroorganisme

Masalah Konservasi Mikroorganisme telah menjadi isu yang hangat berbagai belahan dunia.
Kiranya perlu upaya penyelamatan mikroorganisme khususnya strain local agar dapat
dimanfaatkan saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan sifatnya yang menarik, unik dan
potensial, mikroorganisme yang pernah digunakan pada suatu penelitian adakalanya ingin
dimanfaatkan lebih lanjut untuk penelitian pengembangan berikutnya.

e. Upaya Penyelamatan Mikroorganisme

Upaya penyelamatan mikroorganisme memerlukan peran serta berbagai pihak. Kekayaan


mikroorganisme yang melimpah disamping harus dapat dimanfaatkan dalam penelitian-
penelitian guna menghasilkan suatu produk yang nantinya dapat memberikan kemaslahatan
terbesar bagi manusia, namun kelestariannya harus dapat dijaga dan terpelihara. Apapun caranya,
keberadaan mikroorganisme ini senantiasa dapat terjamin, baik itu dengan memanfaatkan koleksi
kultur di laboratorium-laboratorium di berbagai Perguruan Tinggi maupun di lembaga-lembaga
penelitian pemerintah lainnya. Penyelamatan mikroorganisme ini dapat juga dilakukan dengan
memantau kehadiran turis-turis asing yang mengadakan penelitian “illegal” di berbagai tempat di
Negara kita ini.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia

1.nutrisi2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)


3.kondisi hidup

4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan

Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :

1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu


yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia
tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika
ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat pada tubuh
merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal
ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan
tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini
umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya.Contohnya :
Streptococcus viridans, S. faecalis,Pityrosporum ovale,Candida albicans.

2. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial


patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari,
atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan
oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara
biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan
melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.

g. Flora Normal pada tubuh Manusia

Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan
lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata, dan telinga . Organ-
organ dan jaringan biasanya steril.

1. Kulit

Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar
epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah
spesiesStaphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak
dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnespenyebab jerawat.
Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcusepidermidis yang bersifat
nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat
tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering
ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus
aureus. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal.

2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)


Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus. Dalam hulu
kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram
negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif).

Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth:
bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.

3. Mulut

Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-
partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri.
Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi
masing-masing individu.

Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat,
dan lembab yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino,
protein, lipid, rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces,da n Lactobacillus.

4. Orofaring (oropharinx)

Orofaring (bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan
S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni
asli orofaring ialah streptokokus hemolitik, yang juga dinamakanStreptokokus viridans. Biakan
yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan adanyaBranchamella catarrhalis,
spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia).

5. Perut

Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi
lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali
dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun.

6. Usus Kecil

Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri. Di antara yang
ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kos
ong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung)
kadang kala dijumpai spesies-spesies Enterokokus, Laktobasilus, danDifteroid. Khamir Candida
albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh
(ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan
enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar.

7. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe yang terbanyak.
Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah kurang lebih
1012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides
(B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh
spesies-spesies Clostridium(serta spesies-spesies Lactobacillus.

Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu dan asam
empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen.

8. Saluran Kemih

Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih
bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra (saluran dari
kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya
berkurang di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh
selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah
menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran
terhadap asam. Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di
dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri
anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit yang
menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada laki-laki. Saluran
urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal. Saluran uretra mengandung
mikroorganisme seperti Streptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium, Neisseria dan enterik.

9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga

Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.epidermidis


dan Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies
Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal
dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim.

Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpaiStreptococcus
pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,Staphylococcus aureusdan
kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril.

10. Bakteri di Darah dan jaringan

Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadangkadang karena manipulasi
sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat
masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut segera
dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring,
saluran cerna dan saluran kemih. Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal,
atau protesa lain, bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi.

http://mahasiswa.ung.ac.id/613412100/home/2013/1/5/makalah_mikroorganisme.html
Peranan Bakteri yang Menguntungkan dalam Bidang Industri
Bakteri digunakan dalam skala industri untuk menghasilkan berbagai macam untuk zat kimia,
enzim, asam amino, vitamin, dan substansi lain (Tiniew, 2012).
Peranan bakteri yang menguntungkan dalam bidang industri dapat dilihat pada tabel berikut
(Intan, 2012):

No Bakteri Produk Kegunaan

1. Clostridium asetobutylicum Aseton-Butanol Pelarut : Pembuatan bahan


kimia

2. Bacillus polymyxa Buthanedhiol Pelembab intermediat


Enterobacter aerogenes kimia

3. Gluconobacter suboxydans Dihidroksiaseton Bahan Kimia halus

4. Pseudomonas sp Asam-2 Intermediet untuk asam D-


Ketoglekunat araboaskorbat

5. Gluconobacter suboxydans Asam 5- Intermediet asam tartat


ketoglukonat

6. Lactobacillus delbrueckii Asam Laktat Produk pangan, tekstil, dan


pe\mbuatan bahan kimia,
menghilangkan kapur dari
kulit binatang
7. Bacillus subtillis Amilase bakteri Memodifikasi pati,
merekatkan kertas,
melepaskan perekat pada
tekstil
8. Bacillus subtilis Protase bakteri Memperhalus struktur dan
urat kulit binatang,
melepaskan serat,
penghilang noda,
pengempuk daging
9. Leuconostoc mesenteroides Dekstran Stabilisator dalam produk
pangan, pengganti plasma
darah
10. Gluconobacter suboxydans Sarbose Pembuatan asam askorbat

11. Streptomycesalivaceus Kobalamin Pengobatan anemia


Propionibacterium pernisiosa, pelengkap
freudenreichii makanan, dan makanan
ternak
Di dalam bidang industri juga terdapat bakteri yang menguntungkan dalam bidang ini. Terutama
dalam bidang industri pangan. Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan
proses fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan. Bahan
pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga dapat
meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut (Pratiwi, 2012).

Dalam bidang industri kimia peranan mikroorganisme sangat dibutuhkan karena pada dasarnya
mikroorganisme tidak hanya bersifat sebagai parasit akan tetapi ada yang menguntungkan, sebagai
contoh bakteri Escherichia coli yang berperan dalam proses produksi terutama fermentasi. Selain itu
peran lain dari mikroorganisme khususnya bakteri adalah dalam penguraian minyak bumi yang
tertumpah ke laut dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik di sungai atau laut. Selain bakteri juga ada
jamur dan khamir yang akan diuraikan peranannya dalam bidang industri khususnya industri kimia.
Cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari industri khususnya mengenai pengembangan dan produksi
senyawa baru ataupun sumber energi yang terbarukan dengan menggunakan mikroorganisme seperti
jamur, khamir, bakteri serta dibantu oleh enzim tertentu untuk memudahkan pengolahan limbah dan
proses produksi industri disebut bioteknologi putih atau abu-abu (Fadma, 2013)

1. Peragian Alkohol oleh Ragi (Khamir) dan Bakteri

Penggunaan khamir dalam industri seperti pada fermentasi alkohol, industri biomassa dan bahan
baku karbohidrat Fadma, 2013).

Pada kondisi anaerob pada tumbuhan dan beberapa fungi terjadi penimbunan alkohol khususnya
etanol. Penghasil alkohol (etanol) adalah ragi terutama dari Saccharomyces cerevisiae. Seperti halnya
fungi, ragi bernafas aerob dalam lingkungan terisolasi dari udara, ragi akan meragikan karbohidrat
menjadi etanol dan karbondioksida. Pada beberapa bakteri anaerob termasuk anaerob fakultatif pada
peragian heksosa dan pentosa menghasilkan alkohol sebagai produk utama. Gay-lussac merumuskan
proses pengubahan glukosa menjadi etanol dalam reaksi sebagai berikut Fadma, 2013):

C6H12O6 2 CO2 + 2 C2H5OH

Peragian dari glukosa menjadi etanol dan karbondioksida oleh ragi Saccharomyces cerevisiae
berlangsung melalui alur fruktosa difosfat. Piruvat didekarboksilasi menjadi asetaldehid oleh piruvat
dekarboksilase dengan bantuan tiamin pirofosfat. Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase direduksi
dengan NADH2 menjadi etanol (Fadma, 2013).

2. Pembentukan Etanol Oleh Bakteri

Bakteri Zymomonas mobilis menguraikan glukosa melalui alur 2-keto-3-deoksi-6-fosfoglukonat dan


memecah piruvat dengan bantuan enzim piruvat dekarboksilase menjadi asetaldehid dan
karbondioksida. Asetaldehid kemudian direduksi menjadi etanol. Etanol dan karbon dioksida dan asam
laktat dalam jumlah kecil adalah produk peragian yang khas. Etanol dalam minuman keras agave berasal
dari atom C 2 dan 3 dan juga dari C 5 dan 6 dari glukosa sedangkan etanol ragi berasal dari atom-C 1, 2,
5 dan 6. Pada peragian daari beberapa Enterobacteriace dan Clostridium, etanol sebagai produk samping
peragian. Prastadium etanol yaitu asetaldehid tidak langsung dibebaskan oleh piruvat dekarboksilase
dari piruvat tetapi direduksi oleh asetil-koA. Alkohol dibentuk melalui alur lain oleh bakteri asam laktat
yang heterofermentatif seperti Leuconostoc mesenteroides. Glukosa diuraikan melalui tahap pertama
dari alur pentosa fosfat menjadi pentosa fosfat fosfoketolase bekerja terhadap xilulosa-5-fosfat dengan
reaksi sebagai berikut (Fadma, 2013):

xilulosa-5-fosfat + Pi asetilfosfat + gliserinaldehid-3-fosfat

Asetilfosfat yang terbentuk kemudian direduksi menjadi etanol oleh asetaldehid dehidrogenase dan
alkohl dehidrogenase. Produk lain yaitu gliserin-aldehid-3-fosfat direduksi menjadi laktat melalui piruvat
(Fadma, 2013).

3. Pelapisan Bijih Logam

Beberapa bakteri asidofil pengoksidasian besi dan belerang memiliki kemampuan untuk mengubah
bijih logam sulfida dan unsur belerang menjadi sulfat logam berat yang dapat larut dalam air dapat
dimanfaatkan untuk melepaskan bijih logam bernilai rendah dan untuk mendapatkan tembaga, seng,
molibden, uranium dan nikel (Fadma, 2013).

Pelepasan bijih logam atau disebut juga leaching processes telah dikerjakan secara besar-besaran
untuk memperoleh bijih logam dari timbunan tanah di atas mineral dan kemungkinan dapat digunakan
pada penambangan dalam tanah. Air dibiarkan merembes melalui tumpukan tinggi lapisan-lapisan
bebatuan yang mengandung bijih logam yang telah ditumbuk halus sebagai contoh yang mengandung
pirit FeS2 dan sulfida-sulfida logam yang m enyertainya seperti kalkozit (Cu2S), CuS, ZnS, NiS, MoS2,
Pb2S3, Sb2S3, CoS, dan larutan yang mengandung garam sulfat ditampung. Dari larutan ini, logam dapat
diperoleh dengan menguapkan atau dengan cara mengendapkan larutan. Peleburan sulfida logam berat
dapat terjadi melalui beberapa proses oksidasi oleh bakteri dari senyawa-senyawa belerang tereduksi
dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):

FeS2 + 3 ½ O2 + H2O FeSO4 + H2SO4

atau belerang unsur menjadi asam sulfat dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):

S + 1 ½ O2 + H2O H2SO4

serta dari Fe2+ menjadi Fe3+ dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):

2 FeSO4 + ½ O2 + H2SO4 Fe2(SO4)3 + H2O

maupun oleh oksidasi secara kimia dari garam-garam logam berat yang tidak larut menjadi sulfat logam
yang dapat larut dan belerang dengan reaksi (Fadma, 2013):

MeS + 2 Fe3+ Me2+ + 2 Fe2+ + S

Penyediaan asam belerang dan regenerasi dilakukan oleh bakteri dari Fe3+. Komponen ini dipakai pada
pelepasan bijih logam. Pengubahan ini dilakukan oleh bakteri Thiobacillus thiooxidans dan T.
ferrooxidans. Dalam proses ini juga dibantu oleh stam Sulfolobus pengoksidasi belerang dan besi. Semua
komponen yang terlibat mempengaruhi kadar Cu2+, Co2+, Zn2+, ZNi2+ dan ion-ion logam berat lainnya
yang tersedia (Fadma, 2013).

Beberapa bakteri seperti Gallionella ferruginea dan Leptothrix ochracea dapat ditemukan di dalam
pipa-pipa air buangan dan sungai pegunungan diantara gumpalan-gumpalan atau lapisan tebal besi
oksida. Bakteri Leptothrix discophorus berperan untuk mengoksidasi mangan yaitu merubah Mn2+
menjadi Mn4+ (Fadma, 2013).

4. Pemisahan Logam Berat oleh Bakteri

Bakteri yang berperan dalam proses pemisahan logam berat adalah Thiobacillus ferroxidans dan
Thiobacillus oxidans. Kedua bakteri ini termasuk khemolitotrof artinya bakteri pemakan batuan yang
tumbuh subur di tempat pertambangan ataupun dalam lingkungan tanpa ada zat organik dan berperan
untuk mengekstraksi berbagai jenis logam. Energi dapat diperoleh bakteri dari oksidasi zat
anorganik(besi dan belerang). Bakteri ini dapat mengekstrak karbondioksida secara langsung menjadi
karbon (Fadma, 2013).

5. Produksi Asam-asam Organik

Banyak asam organik dalam skala besar di bidang industri kimia dihasilkan dengan cara oksidasi
tidak sempurna dengan bantuan dari mikroorganisme. Asam-asam organik tersebut salah satunya asam-
asam amino. Contoh asam organik lain seperti asam sitrat, asam glukonat, asam apel dan asam itakonat
dalam proses pembuatannya dibantu dengan fungi (jamur). Pada pembuatan asam cuka dan asam
glukonat dapat dihasilkan dengan bantuan bakteri. Saat ini, dalam bidang industri kimia digunakan
bakteri sebagai pembentuk asam-asam amino (Fadma, 2013).

a.Pembentukan Asam Oleh Fungi (Jamur)

Metabolisme fungi adalah oksidatif ketat, hal ini berarti bahwa fungi tidak menguraikan
karbohidrat secara anaerob dan meragikannya akan tetapi pada kondisi anaerob tidak terjadi
pertumbuhan yang terus berlangsung. Produk peragian yang dihasilkan adalah etanol dan asam laktat,
sedangkan asam-asam organik lain dihasilkan pada kondisi anaerob (Fadma, 2013).

Pada pembentukan berbagai jenis asam yang diekskresi oleh fungi pada pengubahan glukosa
dengan reaksi dari siklus asam sitrat dapat dihasilkan asam malat, asam suksinat, asam fumarat dan
asam sitrat. Asam oksalat terjadi oleh hidrolisis oksaloasetat dengan perantaraan oksaloasetat hidrolase.
Pembentukan asam itakonat dari asam cis-akonitat dengan dekarboksilasi yang mengakibatkan
pergeseran elektron dalam kerangka karbon dan menggeser ikatan rangkap dari kedudukan 2,3 ke 3,4
(Fadma, 2013).

a.Asam Laktat
Asam laktat diekskresikan oleh mocorales (Rhizopus nodosus, Rhizopus oryzae, Rhizopus arrhizus,
Rhizopus nigricans) dan fikomiset lain seperti Allomyces, Saprolegnia, Blastocladiella. Pada bakteri-
bakteri homofermentatif asam laktat dihasilkan pula produk samping asam tartrat, asam fumarat, asam
format, asam asetat, asam apel dan etanol dalam jumlah yang sedikit. Asam laktat dapat dihasilkan
dalam jumlah maksimum apabila tersedia oksigen. Jamur tidak membutuhkan larutan biak yang
kompleks sebagai sumber nitrogen karena sudah dicukupi dengan adanya ureum sehingga pemisahan
asam laktat dapat diperoleh dalam bentuk yang murni tanpa menimbuklan kesulitan seperti pada proses
peragian asam laktat oleh Lactobacillus (Fadma, 2013).

b.Asam Glukonat

Produksi asam glukonat berdasarkan enzimatik dari glukosa dengan bantuan Glukosa oksidase. Glukosa
oksidase diekskresi oleh fungi ke dalam medium. Asam glukonat dibentuk oleh Aspergilli dan Penicillia.
Proses tersebut dapat berlangsung dalam larutan glukosa 30 – 35 % dengan hasil yang lebih banyak
apabila asam dinetralkan dengan CaCO3 (kalsium karbonat) dengan dibantu Aspergillus niger. Glukosa
oksidase merupakan suatu enzim yang mengandung FAD sebagai gugus prostetik. Pada oksidasi glukosa
dihasilkan β-D-glukono-δ-lakton sebagai produk oksidasi primer. Produk tersebut oleh enzim
glukonolaktonase dirubah menjadi glukonat dengan mengabil air. Glukosa oksidase yang tereduksi
memindahkan hidrogennya pada oksigen udara dengan membentuk hidrogen peroksida kemudian oleh
katalase dipecah menjadi air dan oksigen (Fadma, 2013).

c.Asam Oksalat

Asam oksalat diekskresi oleh banyak fungi. Dalam produksi asam oksalat dibantu oleh reaksi alkali dari
larutan biak (Fadma, 2013).

d.Asam Sitrat

C Wehmer menemukan asam sitrat dalam biak Penicillia ( Citromyces pfefferianus). Kemudian Currie
dengan menggunakan dasar penemuan C.Wehmer dapat menghasilkan asam sitrat dalam industri. Ia
menyimpulkan bahwa Aspergillus niger dalam larutan biak dengan pH aawal 2,5 – 3,5 dapat tumbuh
dengan subur sambil mengekskresi asam sitrat dalam jumlah yang banyak. pH awal yang rendah
dimaksudkan agar tidak terjadi pencemaran oleh bakteri. Dengan adanya peningkatan pH maka akan
dihasilkan pula asam glukonat dan akhinya asam oksalat (Fadma, 2013).

b. Produksi Asam-Asam Amino oleh Bakteri

Asam amino dapat dibentuk oleh Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium divaricatum.
Kedua bakteri tersebut mampu mengekskresi asam L-glutamin dengan adanya biotin. Kadar biotin ini
agar terjadi penimbunan asam dalam jumlah 2,5 ϥg biotin/L sehingga optimum. Apabila kadar lebih
rendah pertumbuhan akan berkurang dan asam glutamin yang dihasilkan menurun. Untuk memproduksi
asam-asam amino lain dapat disertakan mutan auksatrof dari Corynebacterium glutamicum. Mutan-
mutan yang memerlukan homoserin pada kondisi tertentu akan mengekskresi 20 gram lisin/L larutan
biak. Mutan-mutan lain dari Corynebacterium glutamicum, Enterobacteriaceae dan Pseudomonadaceae
memproduksi L-homoserin, L-valin, L-isoleusin, L-triptopan dan asam amino lainnya (Fadma, 2013).

6. Pengolahan Air Limbah

Untuk menguraikan zat organik menjadi anorganik yang stabil diperlukan mikroba aerob. Bakteri
anaerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida dan juga energi. Agar dapat bekerja secara
maksimal, bakteri anaerob memerlukan suhu yang tinggi dan pada pH 6,5 – 8,5 (Fadma, 2013).
Cara pengolahan air limbah ini mencakup 3 cara yaitu (Fadma, 2013):

1.Cara Aerobik

Pengolahan air limbah secara aerobik, bakteri aerob memerlukan udara dalam proses pengolahan
air limbah sehingga diperlukan aerator atau kolam aerob. Adanya aerator ini agar bakteri tetap hidup
pada waktu proses penguraian karena oksigen dapat disuplai dari lingkungan melalui aerator. Contoh
penggunaan cara aerobik ini seperti pada bending air sungai yang tercemar (Fadma, 2013).

2.Cara Anaerobik

Pada pengolahan air limbah secara aerobik, pada saat proses penguraian bakteri dapat hidup
dengan sedikit oksigen atau tanpa oksigen akan tetapi dalam proses pengolahannya memakan waktu
yang lebih lama dan menimbulkan bau. Contoh penggunaan cara anaerobik seperti pada septic tank
(Fadma, 2013).

3.Cara Fakultatif

Pengolahan air limbah dengan cara fakultatif ini melibatkan dua cara sebelumnya, yakni sebagian
proses dengan cara aerob kemudian dilanjutkan dengan cara anaerob. Contoh penerapan cara fakultatif
misalnya pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) (Fadma, 2013).

Ada 2 macam metode yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah yaitu (Fadma, 2013).:

1. Metode Lumpur Aktif

Bakteri yang berperan dalam proses pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif berasal dari
genus Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium,
Comomonas, Brevibacterium, Acinetobacter, Sphaerotilus, Beggiatoa dan Vitreoscilla. Dalam lumpur
aktif terdapat 108 CFU/mg lumpur. Bakteri yang diisolasi sebagian besar berasal dari spesies
Comamonas-Psudomonas dan Caulobacter. Dalam flok lumpur aktif juga terdapat bakteri autotrofik
misalnya bakteri nitrit seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter yang berperan mengubah amonia menjadi
nitrat serta bakteri fototrofik seperti Rhodospilrillaceae yang berperan penting dalam penurunan nilai
BOD dalam lumpur aktif (Fadma, 2013).
2.Metode Saringan Tetes

Pengolahan limbah cair dengan metode saringan tetes menggunakan biofilum. Biofilum
merupakan lapisan mikroorganisme yang menutupi hamparan saringan pada dasar bak limbah.
Hamparan saringan ini berupa tumpukan arang, plastik, dan kerikil. Penguraian secara anaerob dapat
dilihat pada proses biologis gas metana (CH4) (Fadma, 2013).

7. Produksi Senyawa Hidrokarbon

a.Naftalena, Antrasena dan senyawa Poliaromatik lain

Beberapa bakteri mampu menguraikan senyawa hidrokarbon polisiklik seperti naftalena, antrasena
dan fenantrena. Bakteri akan dirumbuhkan dalam salah satu larutan biak tersebut kemudian akakn
diekskresi salisilat. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hidrokarbon alamiah apat diubah oleh
mikroorganisme maupun dioksidasi sebagian atau seluruhnya. Aspal dalam kondisi lingkungan yang
menguntungkan dapat diuraikan meskipun prosesnya berlangsung lambat. Grafit dapat dioksidasi dalam
tanah yang didalamnya terdapat mikroorganisme (Fadma, 2013).

Pada pencemaran tanah dengan minyak bumi, hidrokarbon dalam tanah yang didalamnya terdapat
mikroorganisme dan diudarai dapat diuraikan secara cepat dan sempurna. Minyak bumi yang tumpah
pada air laut merupakan bahaya besar bagi flora dan fauna. Tumpahan minyak bumi ini dapat diuraikan
pula oleh bakteri akan tetapi meskipun telah diuraikan akan tetap tertinggal dalam waktu yang lama
karena pengaruh biologik. Zat alkana berantai panjang, senyawa hidrokarbin aromatik dan campuran
menyerupai aspal (Fadma, 2013).

b. Metana

Metana dapat diolah dan dioksidasi oleh bakteri yang tidak mampu memecah hidrokarbon berantai
panjang. Hanya bakteri tertentu pengolah metana yang memakan hidrokarbon yaitu kelompok bakteri
yang ekstrim dalam pengolahan senyawa C1. Oleh karena itu bakteri pengolah metana dikelompokkan
bersama dengan semua bakteri dan ragi yang mengolah metanol, amina termetilasi, formiat,
dimetileter, dan formaldehid sebagai kelompokm organisme metilotrof. Bakteri yang mengandung
metana sebagai sumber karbon dan energi berasal dari genus: Methylomonas, Methylococcus dan
Methylosinus. Gas metana berguna sebagai sumber energi alternatif sebagai contoh gas elpiji untuk
keperluan rumah tangga dan pembakaran untuk menghasilkan listrik (Fadma, 2013).

Pengolahan metanol oleh bakteri dimulai oleh metanol dehidrogenase. Ditemukan gugus prostetik
yang disebut metoksatin atau pirolkhinolinkhinon (PQQ) di dalam enzim tersebut. Metosaktin sebagai
komponen alkohol dehidrogenase yang terikat membran dan terdapat dalam bakteri. Pada pengolahan
metana dengan metode saringan tetes, proses pengolahan dilakukan dengan memasukkan bakteri ke
dalam bak berisi limbah yang telah diberi lubang untuk masuknya udara (aerator). Limbah akan terurai
dan dapat dibuang ke lingkungan yang airnya sudah dipisahkan dari endapannya. Misalnya limbah logam
berat yaitu chromium, limbah tersebut dapat direduksi oleh bakteri Enterobacter cloaceae (Fadma,
2013).
Di Berlin telah diisolasi dari biak pengkayaan dengan fraksi hidrokarbon sebagai sumber energi dua
ragi: Candida lipolytica dan Candida tropicalis. Candida lipolytica mengolah mulai dari panjang rantai 15
atom-C semua homolog yang lebih panjang. Kebanyakan jenis candida mengoksidasi hidrokarbon.
Hasilnya dengan karbohidrat sebagai substrat harga Y hanya 0,5 akan tetapi hidrokarabon yang
dihasilkan 0,7 – 1 (Fadma, 2013).

Banyak Pseudomonas yang mengoksidasi hidrokarbon secara sempurna, hanya Acinetobacter


calcoaceticus saja mengekskresi produk oksidasi dan Nocardia menimbunnya di dalam sel (Fadma,
2013).

Beberapa contoh bakteri metanogen yang diklasifikasikan secara taksonomi (Fadma, 2013):

1. Methanobacterium thermoaautotrophicum
2. Methanobacterium aboriphilicum
3. Methanobacterium formicicum
4. Methanobacterium ruminantium
5. Methanobacterium mobile
6. Methanococcus vannielii
7. Methanosarcina barkeri
8. Methanosarcina marzei
9. Methanospirillum hungatii
10. Methanothrix soehngenii
Bakteri-bakteri metana dapat mengaktivasi hidrogen dan menghubungkan oksidasi hidrogen
dengan reduksi CO2. CO2 diolah sebagai akseptor hidrogen dan metana diproduksi untuk memperoleh
energi (Fadma, 2013).

Selain bakteri-bakteri metanogen di atas, bakteri Escherichia coli juga berperan penting dalam
pembentukan bahan bakar karena Escherichia coli mampu menyintesa dan memproduksi enzim
hemiselulosa yang berguna untuk menguraikan selulosa menjadi gula kemudian gula akan diubah
menjadi asam lemak untuk membentuk membran sel. Gen bakteri ini direkayasa dengan memberikan
arus pendek. Hal ini bertujuan untuk dapat memproduksi molekul asam lemak secara maksimum. Asam
lemak ini nantinya akan diubah menjadi bahan bakar dan senyawa kimia lainnya (Fadma, 2013).

Peranan Bakteri yang Merugikan dalam Bidang Industri


Peranan bakteri yang merugikan dalam bidang industri dapat dilihat dalam tabel berikut :
(Tiniew,2012).

Bahan Aksi mikroorganisme Mikroorganisme


penyebab
Kertas Lendir, noda, pemucatan Bakteri berkapsul,
warna, melunakan, dan
menghancurkan serat
BAB III

PENUTUP

Simpulan

1.Beberaapa mikroba dalam bidang industri antara lain Clostridium asetobutylicum, Bacillus polymyxa,
Enterobacter aerogenes, Gluconobacter suboxydans, Pseudomonas sp, Gluconobacter suboxydans,
Lactobacillus delbrueckii, Bacillus subtillis, Bacillus subtilis, Leuconostoc mesenteroides, Gluconobacter
suboxydans ,Streptomycesalivaceus, dan Propionibacterium, freudenreichii. Mikroba-mikroba tersebut
adalah kedalam mikroba yang berperan positif.

2. Mikroba-mikroba tersebut di gunakan dalam memodifikasi pati, merekatkan kertas, melepaskan perekat
pada tekstil, memperhalus struktur dan urat kulit binatang, melepaskan serat, penghilang noda,
pengempuk daging, stabilisator dalam produk pangan, pengganti plasma darah, pembuatan asam
askorbat, dan pengobatan anemia pernisiosa, pelengkap makanan, dan makanan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Anjus, Yayan. 2012. Makalah Peran Mikroba Dalam Industri . http://www.


yayanajuz.blogspot.com. Diakses pada hari Minggu, 24 November 2013 pukul 13:12.

Anonim. 2008. Definisi Mikroba. Blog at WordPress.com. Diakses pada hari Minggu, 24
November 2013 pukul 13:31.

Fadma, Lulul. 2013. Peranan Bakteri, Jamur Dan Khamir Di Bidang Industri Kimia.
http://murniilmu.blogspot.com. Diakses pada hari Minggu, 24 November 2013 pukul
19:16.

Intan, Syntia Nuri. 2012. Peranan Bakteri Di Berbagai Bidang.


http://shintianuri18.blogspot.com. Diakses pada hari Minggu, 24 November 2013
pukul 14:04.

Pratiwi, Tika. 2012. Peranan Bakteri yang Menguntungkan dan yang Merugikan.
http://tika-pratiwi.blogspot.com. Diakses pada hari Minggu, 24 November 2013
pukul 14:04.

Tiniew, Dahe. 2012. Peran Bakteri. http://tiniewtiniew.blogspot.com. Diakses pada hari


Minggu, 24 November 2013 pukul 18:12.
http://aquaqulturechaidir.blogspot.com/2013/12/peranan-mikroba-dalam-bidang-industri.html

2.1 Mikroorganisme pada bahan makanan

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi,
dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan
bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi
karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar
sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi
zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk
menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan
tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.

Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan
dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena
aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik
yang merugikan maupun yang menguntungkan.

Bahan makanan merupakan salah satu tempat yang paling memungkinkan bagi
pertumbuhan mikroorganisme Makanan basi atau terkontaminasi tak asing lagi ada campur
tangan mikroorganisme di dalamnya. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk
mencegahnya, salah satunya dengan pengawetan. Pengawetan makanan yang umumnya
digunakan adalah memasak atau memanaskan makanan tersebut agar mikroorganisme yang
ada di dalamnya mati, selain itu dengan pemberian garam dengan konsentrasi tinggi misalnya
saja pada ikan atau daging, penggunaan radiasi juga efektif untuk beberapa jenis makanan.
Metode pengawetan makanan yang tidak mematikan mikroorganisme tetapi mencegah
pertumbuhannya mencakup pembekuan dan pengeringan.

Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber
makanan bagi mikroorganisme. Pada umumnya bahan makanan merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat
menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya
cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan
juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikomsumsi (Syarifah, 2002) Kejadian ini biasanya terjadi pada
pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.

Makanan

Irianto (2007) menjelaskan proses-proses peruraian bahan makanan oleh mikroorganisme


adalah sebagai berikut.

a. asam amino → amin → amonia → hidrogen sulfidaBahan pangan protein → mikroorganisme


proteolitik

b. asam → alkohol gasBahan pangan berkarbohidrat → mikroorganisme peragi karbohidrat

c. asam lemak → gliserolBahan pangan berlemak → mikroorganisme lipolitik


Keberadaan mikroorganisme dalam suatu bahan makanan disebabkan karena bahan
makanan tersebut mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.

Kontaminasi mikroorganisme pada bahan makanan dapat menyebabkan penyakit, seperti


tifus, kolera, disentri, atau tbc, yang mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-
gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat keracunan makanan disebabkan, antara
lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, langsung oleh bahan-bahan kimia,
tanaman atau hewan beracun; toksin-toksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan
yang mengandung parasit-parasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering
dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar
dalam penentuan penyebabnya (Syarifah, 2002).

Sumber-sumber kontaminasi bahan makanan oleh bakteri ada bermacam-macam, antara


lain:

manusia,

udara,

makanan mentah,

hewan,

serangga,

buangan,

debu dan

kotoran, dan air yang tidak untuk diminu

Manusia membawa bakteri di rambut, telinga, hidung, tenggorokan, usus dan kulit,
terutama tangan. Batuk, bersin dan meludah akan memindahkan bakteri. Menggaruk bintik-
bintik pada kulit akan menyebarkan mikroba yang berbahaya.

Makanan mentah yang mungkin mengandung bakteri yaitu daging, unggas, buah dan
sayuran (terutama sayuran dari dalam tanah), ikan, kerang. Bakteri dari berbagai sumber dapat
dipindahkan pada makanan melalui kontak langsung.
Permukaan tempat kerja, pisau, pakaian dan tangan yang tidak dicuci merupakan
pembawa untuk memindahkan bakteri ke makanan (kontak tidak langsung). Benda-benda dapat
menkontaminasi makanan selama tahap-tahap proses produksi. Bahan kimia, termasuk pestisida,
pemutih dan bahan pembersih lainnya dapat mengkontaminasi makanan apabila tidak digunakan
dengan hati-hati. Apabila benda yang berbahaya dimasukkan dalam makanan secara sengaja, ini
disebut kontaminasi disengaja dan merupakan tindakan kejahatan (Setyawan, 2008).

Ketika menyimpan makanan, penting untuk melakukan perputaran stok agar makanan
yang lama digunakan lebih dulu. Jangan membuat stok makanan yang berlebihan. Makanan
kering, makanan dalam botol dan kaleng harus disimpan dalam ruangan yang kering, berventilasi
baik, tidak di lantai, dan dalam wadah yang kedap udara apabila perlu. Semua makanan harus
disimpan dalam wadah bertutup rapat untuk mencegah kontaminasi (Setyawan, 2008).

2.2 Jenis – jenis mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi makanan

Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai bahan yang bersifat toksik bagi tubuh yang
dapat membuat makanan tersebut tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Penyakit asal makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme dan dipindah sebarkan melalui makanan terjadi melalui
dua mekanisme yaitu pertama, mikroorganisme yang terdapat dalam makanan menginfeksi inang
sehingga menyebabkan penyakit asal makanan dan kedua, mikroorganisme mengeluarkan
eksotoksin dalam makanan dan menyebabkan keracunan makanan bagi yang memakannya.Salah
satu kontaminan makanan yang penting untuk diketahui adalah mikotoksin. Mikotoksin adalah
zat toksik atau toksin yang dikeluarkan oleh jamur atau fungi.

Selain mikotoksin terdapat beberapa mikroorganisme yang biasanya mengkontaminasi


makanan, minuman dan obat tradisional. Mikroorganisme kontaminan yang diuji di laboratorium
mikrobiologi adalah:

1. Kuman Coliform

Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman batang


Gram negatif, yang dalam batas-batas tertentu mirip Escherichia coli. Kuman Coliform
merupakan sebagian besar flora aerobik usus normal. Di dalam usus, umumnya kuman ini tidak
menyebabkan penyakit dan bahkan dapat membantu fungsi usus secara normal. Organisme ini
menjadi patogen hanya bila mencapai jaringan di luar saluran pencernaan, khususnya saluran air
kemih, saluran empedu, paru-paru, peritonium, atau selaput otak, yang dapat menyebabkan
peradangan pada tempat-tempat tersebut. Bila daya tahan normal hospes tidak cukup kuat,
khususnya pada bayi yang baru lahir, manusia yang berusia tua, pada stadium terminal penyakit-
penyakit lain, maka kuman Coliform dapat mencapai aliran darah dan menyebabkan sepsis .

2. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun
dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur. Bakteri ini tidak bergerak, tidak membentuk spora
dan tumbuh paling cepat pada suhu 370C. Koloninya berwarna abu-abu sampai kuning emas.

Staphylococcus aureus adalah genus Staphylococcus yang menjadi patogen utama bagi
manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa tipe infeksi Staphylococcus aureus
sepanjang hidupnya, bervariasi dalam beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit
ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa. Salah satu penyebab terjadinya keracunan
makanan adalah karena makanan yang dimasak kurang matang .

3. Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri batang Gram negatif, yang habitat alaminya di saluran
usus manusia dan hewan. Koloninya berbentuk bundar, cembung dan halus dengan tepi yang
nyata. Di dalam usus, pada umumnya Escherichia coli tidak menyebabkan penyakit dan bahkan
dapat membantu fungsi usus secara normal. Bakteri ini menjadi patogen hanya bila berada di
luar usus atau di tempat lain dimana flora normal jarang terdapat. Tempat yang sering terinfeksi
oleh bakteri ini adalah saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut.
Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan terjadinya diare.

4. Salmonella
Infeksi oleh bakteri genus Salmonella disebut Salmonelosis. Infeksi ini menyerang
saluran gastrointestin yang mencangkup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon. Gejala
yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung Salmonella adalah timbul
rasa sakit perut yang mendadak dengan diare encer, seringkali mual, muntah dan demam dengan
suhu 380C sampai 390C. Gejala ini ada hubungannya dengan endotoksin tahan panas yang
dihasilkan oleh Salmonella .

Salmonella mudah tumbuh pada media perbenihan biasa. Bakteri ini membentuk asam
dan kadang-kadang gas dari hasil fermentasi glukosa dan manosa dan biasanya membentuk H2S.
Salmonella dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama, resisten terhadap
zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat dan natrium deoksikolat yang
menghambat bakteri enterik lainnya.

Beberapa spesies Salmonella dapat menyebabkan infeksi makanan diantaranya


Salmonella enteritidis var. Typhimurium dan varietas lainnya serta Salmonella choleraesuis.
Bakteri ini adalah bakteri Gram negatif, motil, tidak membentuk spora, dapat memfermentasi
glukosa, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau sukrosa.

5. Clostridium perfringens

Clostridium perfringens umumnya terdapat di alam, misalnya dalam daging mentah dan
tinja hewan. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama keracunan makanan. Keracunan
makanan ini paling baik dicegah dengan menghindarkan penghangatan atau pendinginan
makanan yang telah dimasak, secara berkelanjutan.

2.3 Peranan mikroorganisme pada makanan

A.PerananyangMerugikan
a. Bakteri

• Penyebab penyakit, tidak baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan

Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium


diphtheriae penyebab dipteri.

• Penyebab kebusukan makanan (spoilage)

Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri yang
tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme dapat mengubah rasa
beserta aroma dari makanan sehingga dianggap merupakan mikroorganisme pembusuk. Dalam
pembusukan daging, mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak
protein-protein. Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik mampu
merombak bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan
(Tarigan, 1988). Mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast) dan kapang (mould) dapat
menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada penampakan visual, bau, tekstur atau rasa
suatu makanan. Mikroorganisme ini dikelompokkan berdasarkan tipe aktivitasnya, seperti
proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan kebutuhan hidupnya seperti termofilik,halofilik, dll.

• Penyebab keracunan makanan (food borne disease).

Kusnadi, dkk (2003) menjelaskan bahwa bakteri penghasil racun (enterotoksin atau
eksotoksin) dapat mencemari badan air, misalnya spora Clostridium perfringens, C. Botulinum,
Bacillus cereus, dan Vibrio parahaemolyticus. Spora dapat masuk ke dalam air melalui
debu/tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika makanan atau minuman dan air bersih
tercemari air tersebut, maka dalam keadaan yang memungkinkan, bakteri tersebut akan
mengeluarkan racun sehingga makanan atau minuman mengandung racun dan bila dikonsumsi
dapat menyebabkan keracunan makanan. Bahkan menurut Dwidjoseputro (2005) pada makanan
yang telah dipasteurisasi pun juga dapat mengandung racun (toksin) . Makanan yang telah
dipasteurisasi kemudian terus menerus disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar, dapat
mengandung racun yang berasal dari Clostridium botulinum. Spora-spora dari bakteri ini tidak
mati dalam proses pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) dan suhu yang
menguntungkan, maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan
toksin. Racun yang dihasilkan tidak mengganggu alat pencernaan, melainkan mengganggu urat
saraf tepi.

Indeks pangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok: (1) infeksi dimana makanan
tidak menunjang pertumbuhan patogen tersebut, misalnya, patogen penyebab tuberkolosis (
Mycobacterium bovis dan M. tubercolosis), brucellosis (Brucela aortus, b. melitensis), diprteri
(Corynebacterium diptheriae), disentri oleh Campylobacter, demam tifus,kolera , hepatitis, dan
lain-lain; dan (2) infeksi dimana makanan berfungsi sebagai medium kultur untuk pertumbuhan
patogen hingga mencapai jumah yang memadai untuk menimbulkan infeksi bagi pengkomsumsi
makanan tersebut; infeksi ini mencakup Salmonela spp, Listeria, vibrio parahaemolyticus, dan
Escherichia coli enteropatogenik. Penularan infeksi jenis kedua ini lebih mewabah dari pada
jenis-jenis gangguan perut yang lain. Gejala-gejala yang disebabkan infeksi mulai terlihat setelah
setelah 12-24 jam dan ditandai dengan sakit perut bagian bawah (abdominal pains), pusing,
diare, muntah-muntah, demam dan sakit kepala. Pada tabel 2 disajikan gejala-gejala penyakit
yang ditimbulkan oleh bakteri patogen dan waktu inkubasi yang diperlukan untuk menimbulkan
gejala.

Beberapa peneliti menyarankan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens


dan Bacillus cereus dikategorikan sebagai intoksikasi karena kedua jenis bakteri dapat
memproduksi toksin. Akan tetapi untuk menimbulkan efek keracunan, sejumlah besar sel hidup
harus terkonsumsi. Demikian juga Salmonella dapat menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin
didalam saluran pencernaan. Sebaliknya Saereus yang tergolong ke dalam intoksikasi, dapat
mengkolonikasi mukosa dalam saluran pencernaan dan menyebabkan diare kronis. Dengan
demikian klasifikasi keracunan makanan ini harus digunakan secara hati-hati.

Mikotoksikosis biasanya tersebar melalui makanan, sedangkan mikosis tidak melalui


makanan tetapi melalui kulit atau lapisan epidermis,rambut dan kuku akibat sentuhan, pakaian,
atau terbawa angin.

b. Non-Bakteri

Kapang

Selain oleh bakteri, kapang juga dapat menimbulkan penyakit yang dibedakan atas dua
golongan, yaitu

(1) infeksi oleh fungi yang disebut mikosis dan

(2) keracunan yang disebabkan oleh tertelannya metabolik beracun dari fungi atau
mikotoksikosis.

`Dalam menghindari hal-hal negative yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat


dilakukan pencegahan-pencegahan seperti Pencegahan kontaminasi pangan seperti yang
dianjurkan dalam Setyawan (2008) adalah sebagai berikut:

1. Menyentuh makanan sedikit mungkin.


2. Menghindarkan makanan dari semua sumber bakteri
3. Menutup makanan
4. Menghindarkan hewan dan serangga dari tempat makanan.
5. Membuang sisa makanan dan sampah lain dengan hati-hati.
6. Menjaga tempat sampah tetap tertutup.
7. Menjaga segalanya sebersih mungkin.

B. Peran yang Menguntungkan

Beberapa bahan makanan yang sampai saat ini dibuat dengan menggunakan
mikroorganisme sebagai bahan utama prosesnya, misalnya pembuatan bir dan minuman anggur
dengan menggunakan ragi, pembuatan roti dan produk air susu dengan bantuana bakteri asam
laktat, dan pembuatan cuka dengan bantuan bakteri cuka.

Pengolahan kacang kedelai di beberapa negara banyak yang menggunakan bantuan fungi,
ragi, dan bakteri bakteri asam laktat. Bahkan asam laktat dan asam sitrat yang dalam jumlah
besar diperlukan oleh industri bahan makanan masing-masing dibuat dengan bantuan asam laktat
dan Aspergillus niger (Darkuni, 2001).

Beberqapa kelompok mikroorganisme dapat digunakan sebagai indikator kualitas


makanan. Mikroorganisme ini merupakan kelompok bakteri yang keberadaannya di makanan di
atas batasan jumlah tertentu, yang dapat menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos yang
dapat mengintroduksi organisme hazardous (berbahaya) dan menyebabkan proliferasi spesies
patogen ataupun toksigen. Misalnya E. coli tipe I, coliform dan fekal streptococci digunakan
sebagai indikator penanganan pangan secara tidak higinis, termasuk keberadaan patogen tertentu.
Mikroorganisme indikator ini sering digunakan sebagai indaktor kualitas mikrobiologi pada
pangan.

Produksi massa ragi, bakteri dan alga dari media murah mengandung garam nitrogen
anorganik , cepat saji, dan menyediakan sumber protein dan senyawa lain yang sering digunakan
sebagai makanan tambahan untuk manusia dan hewan

Daftar Pustaka

Anonim,2009.Mikroorganisme dalam Bahan Makanan. Online http://en.wordpress.com/tag/bakteri-


pada-makanan.com, access on Jum’at 3 april 2009

Dwidjoseputre, D. Dr. Prof. 2005. Dasar – Dasar Mikrobologi. PT. Djambatan: Jakarta
Ikbal Ali, 2008. Peran Mikroorganisme Dalam Kehidupan. Online http://iqbalali.com/2008/02/18/peran-mikroorganisme-dlm-
kehidupan.com, access on Senin 30 april 2009
http://hizriahmad.blogspot.com/2012/12/peran-mikroorganisme-dalam-makanan.html
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu yang memiliki carakteristik yang
bervariasi yang memungkinkan klasifikasinya. Satu skema klasifikasi utama adalah berdasarkan
pewarnaan Gram. Pada prosedur ini bakteri dibunuh dengan pemanasan kemudian diwarnai
dengan purple dye crystal violet dan iodium. Kombinasi ini membentuk kompleks celupan pada
dinding sel bakteri. Perlakuan pewarnaan bakteri dengan sebuah dekolorisasi seperti etanol akan
mencuci kompleks dari beberapa bakteri yang membedakan dari yang lain. Bakteri yang
menahan kompleks kristal violet iodium terlihat ungu dan disebut “Gram positif”. Bakteri yang
yang kehilangan kompleks celupan dapat diwarnai dengan celupan merah saffranin, terlihat
merah dan disebut “Gram negatif”. Dasar dari reaksi Gram terjadi karena struktur diding sel
yang akan dijelaskan dalam paper berikut.
Dalam paper ini juga akan dibahas tentang Bakteri penyebab TBC yang merupakan
bakteri tahan asam yang memliki dinding sel yang unik. Bakteri ini pun dapat memiliki resistensi
terhadap beberapa obat anti TBC.

PEMBAHASAN

Dinding Sel Bakteri


Berat dinding sel mencapai 40% berat kering sel bakteri. Dinding sel pada bakteri
tersusun atas peptidoglikan berbeda dengan dinding sel tumbuhan (selulosa) atau dinding sel
jamur (kitin).
Peptidoglikan merupakan polimer yang cukup besar, bahan penyusunnya berupa:

 N-asetil glukosamin
 Asam N-asetil muramat
 Peptida yang disusun empat atau lima asam amino, yaitu L-alanin, D-alanin, asam D-
glutamat dan lisin atau asam diaminopimelat
 Komponen kimia lain seperti asam teikoat, protein, polisakarida, lipoprotein dan
lipoposakarida yang terikat kuat pada peptidoglikan

Dinding sel pada bakteri berupa struktur kaku yang terletak di sebelah luar membran
sel. Dinding sel berfungsi untuk :

 memberi bentuk pada sel


 memberi perlindungan
 berperan dalam reproduksi sel
 mengatur pertukaran zat dari dalam dan keluar sel. Dalam fungsinya membantu
pertukaran zat; air, ion-ion dan molekul kecil dapat melintas dengan bebas melalui pori-
pori kecil dalam dinding sel. Molekul besar seperti protein dan asam nukleat tidak dapat
melalui pori-pori dengan bebas.

Kelompok bakteri ada yang memiliki dinding sel dan ada yang tidak. Bakteri yang
berdinding sel sel dapat dibedakan berdasarkan hasil pengecatan Gram
Perbedaan utma dari dinding sel bakteri gram positif dengan dinding bakteri gram
negatif adalah: pada bakteri gram positif tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif tebal,
dikelilingi lapisan teichoic acid dan pada beberapa species mempunyai lapisan polisakarida,
sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan relatip tipis,
dikelilingi lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan beberapa protein.
Peptidoglikan (murein) yaitu susunan yang terdiri dari polimer besar dan terbuat dari
N–asetil glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan silang (cross linking)
dengan ikatan kovalen.
Berikut tabel perbedaan kandungan antara dinding sel bakteri gram positif dengan dinding sel
bakteri gram negatif:

Beberapa kelompok prokariota, secara umum disebut archaebacteria, tidak memiliki


lapisan peptidoglikan. Beberapa memiliki polimer yang sama mengandung gula N-acetyl. Pada
archaebacteria lain juga terdapat lapisan protein.
Sel selama mensintesis peptidoglikan memerlukan ensim hidrolase dan sintetase.
Untuk menjaga sintesis supaya normal, kegiatan kedua ensim ini harus seimbang satu sama lain.
Bio-sintesis peptidoglikan berlangsung dalam beberapa stadium dan antibiotik pengganggu
sintesis peptidoglikan aktif pada stadium yang berlainan. Sikloserin terutama menghambat ensim
racemase dan sintetase yang berperan dalam pembentukan dipeptida. Vankomisin bekerja pada
stadium kedua diikuti oleh basitrasin, ristosetin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yaitu
menghambat transpeptidase.
Diaminopimelic acid merupakan elemen unik pada dinding sel prokariotik. Bakteri
mutan yang dihambat di tempat sebelum biosintesis zat ini, dapat tumbuh normal apabila dalam
medianya tersedia. Jika hanya L-lisin, mereka mengalami lisis, karena pertumbuhan berjalan
terus namun tidak mampu membuat dinding sel peptidoglikan baru.
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka
berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen
tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan
LPS atau endotoksin).
Antibiotik yang menyebabkan gangguan sintesis lapisan ini aktivitasnya akan lebih nyata pada
bakteri gram positif. Aktivitas penghambatan atau membinasakan hanya dilakukan selama
pertumbuhan sel dan aktivitasnya dapat ditiadakan dengan menaikkan tekanan osmotik media
untuk mencegah pecahnya sel. Bakteri tertentu seperti mikobakteriadan halobakteria mempunyai
peptidoglikan relatip sedikit, sehingga kurang terpengaruh oleh antibiotik
1. Bakteri tanpa dinding sel

 sering dianggap virus (ukuran terlalu kecil dan tidak adanya dinding sel). Tetapi memiliki
struktur seperti prokariot berupa ribosom, DNA dan RNA
 dapat hidup tanpa dinding sel karena hidup pada habitat dengan tekanan osmotik yang
terlindung seperti pada sel tubuh hewan
 Contoh : Mycoplasma pneumoniae (bakteri patogen pada hewan dan manusia)
 Kebanyakan Mycoplasma memiliki sterol pada membran yang kemungkinan berfungsi
untuk menambah kekuatan dan kekakuan membran seperti pada membran sel eukariot

2. Gram Positif

 Memiliki lapisan peptidoglikan tebal berupa asam teikoat


 Dinding sel yang tebal tersebut menyerap kristal violet saat pewarnaan Gram sehingga
berwarna ungu/biru
 Mengandung lebih sedikit asam amino
 Contoh : Bacillus thuringiensis

3. Gram Negatif

 Memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis


 Memiliki kandungan lipid lebih tinggi
 Memiliki membran luar yang melindungi dari lingkungan yang tidak menguntungkan
 Memiliki lipoposakarida (LPS) sebagai materi endotoksin yang banyak dimiliki bakteri
patogen
 Terdapat ruang periplasma yang berisi air, nutrien, hasil sekresi (enzim pencerna dan
protein transport)
 Contoh : Pseudomonas

MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

Genus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri gram positip, berbentuk batang,


berukuran lebih kecil dibandingkan bakteri lainnya. Genus ini mempunyai karakteristik unik
karena dinding selnya kaya akan lipid dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung
arabinogalaktan, lipoarabinomanan dan asam mikolat. Asam mikolat tidak biasa dijumpai pada
bakteri dan hanya dijumpai pada dinding sel Mycobacterium dan Corynebacterium.
Mycobacterium tuberculosis dibedakan dari sebagian besar bakteri dan mikobakteri lainnya
karena bersifat patogen dan dapat berkembang biak dalam sel fagosit hewan dan manusia.
Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis relatif lambat dibandingkan mycobakteri lainnya.
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan endo-toksin maupun eksotoksin.
Bagian selubung Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat pertahanan khusus terhadap
proses miko-bakterisidal sel hospes. Dinding sel yang kaya lipid akan melindungi mikobakteri
dari proses fagolisosom, hal ini dapat menerangkan mengapa mikobakteri dapat hidup pada
makrofag normal yang tidak teraktivasi.
Selain bersifat patogen Mycobacterium tuberculosis dapat berfungsi sebagai ajuvan
yaitu komponen bakteri yang dapat meningkat-kan respon imun sel T dan sel B apabila dicampur
dengan antigen terlarut. Ajuvan yang banyak digunakan dalam laboratorium adalah Freund's
ajuvan yang terdiri dari Mycobacterium tuberculosis yang telah dimatikan dan disupensikan
dalam minyak kemudian diemulsikan dengan antigen terlarut.
Mekanisme kerja obat antituberkulosis

OAT yang akan dibahas dalam makalah ini adalah INH, RIF, PZA, EB dan SM. INH
diduga bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen utama dinding sel
Mycobacterium. RIF merupakan bakterisid yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat
yaitu sintesis RNA transkripsi dengan mengi-kat subunit β RNA polimerase. PZA merupakan
analog struktur nikotinamid yang membunuh basil tuberkel semidorman dalam keadaan asam.
Dalam keadaan asam, basil tuberkel menghasilkan pirazinamidase, suatu enzim yang merubah
PZA menjadi asam pirazinoat, yang berfungsi sebagai antibakteri. EB mengganggu metabolisme
karbohidrat, sedangkan SM membunuh bakteri dengan mengganggu sintesis prote-in, translasi,
dengan berikatan pada 16s rRNA.
Mekanisme tingkat molekul resistensi terhadap obat antituberculosis isoniazid
(INH)
INH merupakan antituberkulosis yang paling efektif baik untuk pengobatan maupun
untuk pencegahan penyakit TB karena M. tuberculosis sangat sensitif terhadap INH. Galur
resisten INH seringkali muncul dengan frekuensi kurang lebih 90%. Resistensi terha-dap INH
disebabkan oleh mutasi pada salah satu dari gen katG, inhA atau ahpC.
Setelah masuk ke dalam sel, INH diubah menjadi bentuk aktifnya oleh enzim
katalase-peroksidase (KatG) yang dikode oleh gen katG. Diduga, INH yang aktif berupa bentuk
teroksidasinya. Enzim katG meru-pakan satu-satunya enzim yang mengaktivasi INH, oleh karena
itu hilangnya aktivitas KatG akibat mutasi pada gen katG mengakibatkan M. tuberculosis
resisten terhadap INH. Resistensi terhadap INH yang paling banyak terjadi adalah akibat mutasi
pada gen katG. Yang banyak dilaporkan adalah mutasi pada kodon 315 (Ser → Thr) dan kodon
463 (Arg → Leu) Selain itu, juga ditemukan mutasi pada kodon 304 (Ile → Val) dan delesi
parsial, di samping pada kodon 128 (Arg → Gln) dan kodon 291 (Ala → Pro), delesi sempurna
pada gen katG dan perubahan pada urutan peregulasi inhA yaitu substitusi C209T.
INH dalam bentuk aktif menghambat enzim enoil-ACP reduktase, InhA (dikode gen
inhA), suatu enzim yang mengkatalisis tahap awal sintesis asam mikolat. Reaksi yang dikatalisis
oleh KatG terhadap INH diduga meng-hasilkan spesi elektrofil yang dapat bereaksi dengan
molekul sasaran dalam sel Mycobacterium seperti InhA. Penelitian dengan pendekatan struktur
menun-jukkan bahwa INH-aktif bereaksi dengan NAD(H), suatu kofaktor yang terikat pada
InhA kemudian membentuk ikatan kovalen INH-NAD. Kepekaan terhadap INH disebabkan
karena penggabungan INH-NAD sehingga menghambat aktivitas enzimatik InhA. Mutasi pada
inhA juga menyebabkan Mycobacterium menjadi resisten terhadap antituberkulosis lain yang
struktur kimianya mirip INH yaitu etionamid. Mutasi pada gen inhA belum banyak dilaporkan,
namun telah ditemukan mutasi pada kodon 94 (Ser → Ala) dan daerah regulasi, yaitu posisi 209
C→T.
Sekitar 16% isolat klinik yang resisten terhadap INH menunjukkan mutasi pada gen
ahpC yang mengkode AhpC, suatu enzim alkil hidroperok-sidase yang berfungsi sebagai
komponen reduktase antioksidan. Jika gen katG termutasi maka ekspresi ahpC mening-kat untuk
mengatasi hilangnya fungsi KatG. Mutasi yang bertanggungjawab terhadap peningkatan ekspresi
gen ahpC adalah pada daerah berukuran 105 pasangan basa yang berlokasi di antara oxyR-ahpC,
biasanya terjadi pada frekuensi rendah berupa transisi G-C men-jadi A-T.
Rifampin (RIF)
Terjadinya resistensi terhadap RIF mencapai 95, umumnya terjadi akibat mutasi pada
gen rpoB yang mengkode subunit β RNA polimerase, komponen penting dalam proses
transkripsi. RIF terikat secara spesifik pada subunit β RNA polimerase sehingga transkripsi
terhambat. Berbagai mutasi pada gen rpoB telah diketahui bertanggungjawab terhadap resistensi
RIF, terbanyak terjadi pada kodon 526 (His → Asp) dan kodon 531 (Ser → Leu). Mutasi lain
yang menyebabkan perubahan asam amino terjadi pada kodon 518 (Asn → Ser), kodon 513 (Gln
→ Leu) dan delesi sembilan nukleotida. Di Afrika Selatan ditemukan gen rpoB M. tuberculosis
dengan kodon 531 termutasi (Ser →Trp). Di Vancouver, Mexico City dan New Delhi, isolat M.
tuberculosis resisten RIF banyak yang mengalami mutasi pada kodon 526 (His → Arg), kodon
531 (Ser → Leu), dan kodon 516 (Asp → Val) (Sharma, M, 2000), mutasi yang berupa misens
atau mutasi ganda. Ditemukan adanya mutasi gen katG pada kodon 505 (Phe → Leu), 511 (Leu
→ Pro), 516 (Asp → Ala), 525 (Thr → Asn), 526 (His → Tyr dan His → Leu), 531 (Ser → Trp)
dan 533 (Leu → Pro). Mutasi delesi juga dilaporkan terjadi pada posisi 199 – 207, yaitu
hilangnya urutan ATGGACCAG, yang menyebabkan tiga asam amino hilang, yaitu Met, Asp
dan Gln dan pada kodon 354 terjadi delesi GGG, yang menyebabkan kehilangan asam amino
Gly. Selain mutasi tersebut, ditemukan juga mutasi pada gen rpoB yang terletak di luar posisi
yang biasanya terjadi yaitu pada kodon 395 (Arg → Gln), 232 (His → Tyr), 221 (Ser → Leu),
202 (Asp → Tyr), 202-203 (Asp → Phe), 91 (Met → Leu), 227-228 (Leu → Ser), dan 349-351
(Gln → Ser) (Schilke, K., 1999).
Pirazinamid (PZA)
PZA yang masuk ke dalam M. tuberculosis akan diubah menjadi bentuk aktif oleh
enzim pirazinamidase (PZAase). Enzim PZAase dikode oleh gen pncA dan mutasi pada gen
pncA menyebabkan aktivitas PZAase hilang sehingga M. tuberculosis resistensi terhadap PZA.
Pada sejumlah isolat resisten PZA ditemukan mutasi berupa substitusi nukleotida, insersi, delesi,
substitusi asam amino atau pergeseran kerangka baca, di antaranya pada kodon 118 Asn → Thr,
insersi CG pada posisi 501, insersi CC pada posisi 403, delesi 8 pb pada kodon start, kodon 54
(Pro → Thr), insersi AG pada posisi 368, kodon 41 (Tyr → His), kodon 88 (Ser → stop kodon)
dan insersi A pada posisi 301. Pada 70 isolat resisten PZA yang dikarakterisasi dalam suatu
penelitian ditemukan 68 galur resisten tidak mengalami mutasi pada gen pncA. Kenyataan ini
membuka kesempatan untuk menemukan gen selain pncA yang bertanggung jawab terhadap
resistensi PZA. Dua galur lainnya tidak mempunyai aktivitas PZAase yang didu-ga berhubungan
dengan mutasi misens, salah satunya mengalami mutasi gen pncA pada kodon 82 dan yang lain
pada kodon 171 (Ala → Val). Selain itu ditemukan juga dua mutasi lain yang mengakibatkan
substitusi fenilalanin oleh glisin pada posisi 80 (mutasi pada posisi 241, T → G), dan substitusi
alanin oleh prolin pada posisi 171 (mutasi pada posisi 511, G → C).
Etambutol (EB)
Resistensi terhadap EB berkaitan dengan mutasi yang terjadi pada gen embB
pengkode arabinosiltransferase yang terlibat dalam biosintesis arabinan, suatu kompo-nen
arabinogalaktan pada dinding sel. Mutasi pada gen embB dapat menghambat polimerisasi
dinding sel arabinan dan menyebabkan akumulasi karier lipid dekaprenol fosfoarabinosa. Diduga
bahwa obat meng-ganggu transfer arabinosa pada aseptor dinding sel.
Isolat M. tuberculosis resisten paling umum mengala-mi mutasi pada gen embB pada
kodon 306 atau 406 dimana terjadi substitusi asam amino. Pada kodon 306 dilaporkan adanya
substitusi of menjadi Dr, ug atau Rer. Selain itu dilaporkan juga adanya mutasi pada kodon 285,
330 dan 630. Baik substitusi tunggal misalnya pada kodon 313 (sis → tan) maupun substitusi
ganda yaitu pada kodon 319 (Tyr → Cys) dan pada kodon 328 (Asp → Tyr). Mutasi lain menga-
kibatkan gen-gen pada operon iniBAC, operon yang terdiri atas gen iniA, iniB dan iniC,
diekspresi lebih tinggi bila M. tuberculosis dipaparkan terhadap etam-butol secara in vitro.
Streptomisin (SM)
Mutasi yang menyertai resistensi SM diketahui berhu-bungan dengan gen 16S rRNA
(rrs) dan gen protein ribosom S12 (rpsL), yang paling banyak mutasi pada gen rpsL dan
umumnya terjadi pada kodon 43. 54% isolat resisten SM mengalami mutasi misens sehingga
mengakibatkan substitusi asam amino pada kodon 43 (Lys → Arg). Mutasi pada kodon 88 gen
rpsL juga ditemukan. Mutasi pada gen rrs terjadi pada dua daerah yaitu di sekitar nukleotida 530
dan 951 serta ditemukan trans-versi A → T pada posisi 513. Ditemukan isolat resisten SM yang
mengalami substitusi C865 → G pada loop 912 gen rrs dan tidak ditemukan mutasi pada loop
530.
Konsekuensi mutasi terhadap aktivitas enzim
Mutasi dapat disebabkan oleh perubahan nukleotida pada titik tertentu (mutasi titik),
hilangnya nukleotida baru pada satu titik (delesi mikro) atau pada fragmen besar DNA (delesi
makro). Selain dapat terjadi pada daerah pengkode, mutasi dapat juga terjadi pada daerah yang
bertanggung jawab terhadap regulasi ekspresi OAT sasaran atau enzim pengaktivasi OAT,
misalnya pada promotor. Mutasi pada daerah promotor menga-kibatkan transkripsi tidak terjadi
atau turun sehingga enzim tidak dapat atau hanya sedikit disintesis.
Mutasi pada daerah pengkode dapat menyebabkan substitusi asam amino pada
protein dengan ukuran normal atau menghasilkan protein yang lebih pendek. Substitusi asam
amino dengan sifat berbeda dapat menyebabkan protein kehilangan aktivitas enzimatis atau
kehilangan aktivitas pengikatan. Beberapa contoh substitusi asam amino yang dapat
menyebabkan kehila-ngan atau penurunan aktivitas enzimatis terjadi pada enzim KatG dan
PZAase. KatG mutan mengalami perubahan Arg463 → Leu, dimana Arg yang bersifat basa, dan
berukuran kecil menjadi Leu yang bersifat netral, hidrofob dan berukuran besar. Jadi perubahan
ukuran dan muatan asam amino ini sangat bermakna sehingga KatG kehilangan aktivitas
enzimatisnya. Contoh lain adalah pada enzim ce ase mutan yang mengalami perubahan Tyr41 →
His, dimana kedua asam amino tersebut bersifat polar, namun telah terjadi perubahan muatan
(Tyr bersifat netral, sedangkan His bersifat basa) Hilangnya aktivitas enzim juga dapat
disebabkan oleh mutasi nonsens yang menyebabkan terjadi kodon stop pada Ser88, sehingga
enzim in ase yang dihasilkan menjadi lebih pendek dan tidak mempunyai aktivitas.
Substitusi asam amino juga dapat menghilangkan aktivitas pengikatan. Sebagai
contoh terjadi pada enzim InhA, dimana terjadi substitusi Ser94 → Ala. Walau-pun kedua asam
amino tersebut bersifat netral dan berukuran sangat kecil, tetapi terjadi perubahan polari-tas
karena serin bersifat polar (hidrofil), sedangkan alanin bersifat tidak polar (hidrofob). Enzim
InhA mutan tidak dapat diinhibisi oleh INH-NAD. Kegaga-lan pengikatan juga ditunjukkan oleh
dua mutasi pada gen rpoB yang menghasilkan substitusi His → Asp pada posisi 526 dan Ser →
Leu pada posisi 531. Perubahan His menjadi Asp tidak merubah sifat kepolaran dan
hidrofilitasnya, melainkan merubah sifat keasamannya karena His bersifat basa, sedangkan Asp
bersifat asam. Hal ini berbeda pada mutasi yang menyebabkan substitusi Ser531 → Leu karena
kedua asam amino tersebut bersifat netral dan hidrofob, namun kepolarannya berbeda (Ser
bersifat polar, sedangkan Leu bersifat tidak polar). Walaupun perubahan sifat asam amino pada
kedua RpoB mutan berbeda, tetapi fenotip yang tampak adalah sama, yaitu keduanya
menunjukkan aktivitas pengikatan yang menurun terhadap rifampisin. Substitusi asam amino
pada enzim EmbB juga menyebabkan afinitas pengika-tan terhadap ethambutol juga hilang atau
turun, yaitu perubahan Asp328 → Tyr, dimana kepolaran kedua asam amino tersebut tidak
berubah, namun muatannya berubah (Asp bersifat asam, sedangkan Tyr bersifat netral).

Spain, T
Resistensi terhadap banyak OAT pada M. tuberculosis terjadi akibat mutasi yang
tidak saling bergantung (independent mutation) pada lebih dari satu gen pengkode OAT dan atau
gen pengkode enzim pengaktivasi prazat OAT. Mutasi yang terjadi dapat berupa substitusi asam
amino dengan perubahan sifat atau struktur asam amino, perubahan kodon menjadi kodon stop
sehingga enzim yang dihasilkan berukuran lebih pendek, perubahan kerangka baca akibat
hilangnya atau penambahan nukleotida tertentu. Mutasi ini mengakibatkan protein target atau
enzim pengaktivasi menjadi hilang aktivitas enzimatiknya atau aktivitas pengikatannya.
http://nurdhienln.blogspot.com/2012_06_01_archive.html

ecara umum, bioteknologi dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni bioteknologi konvensional
(sederhana) dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional menggunakan penerapan-
penerapan biologi, biokimia, atau rekayasa masih dalam tingkat yang terbatas. Sedangkan
Bioteknologi modern telah menggunakan teknik rekayasa tingkat tinggi dan terarah sehingga
hasilnya dapat dikendalikan dengan baik. Teknik yang sering digunakan saat ini adalah dengan
melakukan manipulasi genetik pada suatu jasad hidup secara terarah sehingga diperoleh hasil
sesuai dengan yang diinginkan.

Pada bidang bioteknologi konvensional, sebagian besar didominasi oleh produk makanan.
Berikut ini saya telah rangkumkan daftar mikroorganisme dan produk yang dihasilkan. Daftar
berikut merupakan campuran berbagai jenis mikroorganisme jamur dan bakteri. Kolom bahan
yang kosong itu berarti saya belum memperoleh informasi. Kalau ada masukan boleh kasih
komentar di sini.
Mikroorganisme Bahan Produk
Bakteri
Lactobacillus bulgaricus
susu yoghurt
Lactobacillus subtilis
Penicillium requorti susu menghasilkan aroma
Penicillium camemberti khas keju dan
Propiobacterium menambah keasaman
Streptococcus thermophilus
Lactobacillus susu keju
Leuconostoc cremoris mentega
Acetobacter xylinum air kelapa nata de cocco
Acetobacter aceti cuka/asam asetat
Streptomyces griceus streptomycin
Bacillus thuringiensis pestisida
alami/biologi
Assbya gossipii vitamin B1
Propionibacterium vitamin B12
Pseudomonas (jamur)
Jamur / Fungi
Aspergillus wentii kedelai kecap
Sacharomyces cereviceae ketela tape
Sacharomyces sake sake
Rhizopus oryzae kedelai tempe
Penicillium notatum antibiotik penisilin
Penicillium chrysogenum
Aspergillus niger asam sitrat
Aspergillus niger enzim amilase
Aspergillus oryzae
Bacillus subtilis (bakteri)
Aspergillus oryzae enzim protease
Bacillus subtilis (bakteri)
Aspergillus niger ezim lipase
Rhizopus spp
Corynebacterium glutamicum lisin (asam amino),
(bakteri) asam glutamat –->
bahan MSG
Fusarium mikoprotein
(protein dari fungi)
Chlorella (alga hijau) single cell protein
Spirullina (alga biru) (SCP)
http://biologimediacentre.com/bioteknologi-4-mikroorganisme-dan-produknya/
Bakteri – Ciri ciri, Struktur,
Perkembangbiakan, Bentuk dan Manfaatnya
Posted by gurungeblog ⋅ November 17, 2008 ⋅ 265 Komentar

Filed Under Bakteri - Ciri ciri, Bentuk dan Manfaatnya, Perkembangbiakan, Struktur

3 Votes

bakteri

Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain .
Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat
yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri
yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan
prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).
Ciri-ciri Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki
ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding
selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan

Struktur Bakteri

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:


1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.

Struktur dasar sel bakteri

struktur-bakteri1

Struktur dasar bakteri :


1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan
peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan
bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).

2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.

3. Sitoplasma adalah cairan sel.


4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.

5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

granula

Struktur tambahan bakteri :

1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan
lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.

2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari
dinding sel.

3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding
sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan
tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur
sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.

4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada
bakteri yang melakukan fotosintesis.

5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora
yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi
cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan
tumbuh menjadi sel bakteri baru.
Bentuk Bakteri

Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta
terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.

Berbagai macam bentuk bakteri :

1. Bakteri Kokus :

kokus

a. Monokokus
yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b. Diplokokus
yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c. Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d. Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai.
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur

2. Bakteri Basil :
basil

a. Monobasil
yaitu berupa sel bakteri basil tunggal

b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri


basil berdempetan

c. Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai

3. Bakteri Spirilia :

spirilia

a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang

b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup


c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma

Alat Gerak Bakteri

Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang
atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak menuju
kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi
kehidupannya.
Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula
yaitu

1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu


2. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi
3. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung
4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan
optimum adalah :

1. Suhu
2. Derajat keasaman atau pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat-zat sisa metabolisme
6. Zat kimia

Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.

Cara Perkembangbiakan bakteri:


Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak
kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap
sel membelah menjadi dua.

Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri
lainnya.
Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.

Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel
bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
transformasi

2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan
perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).

transduksi

3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak
sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan.
Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.
konjugasi

Peranan Bakteri

Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan maupun yang
merugikan.
Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
1. Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia colie).
2. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter pada pembuatan
asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada
pembuatan nata de coco dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.
3. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium
leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan
Azotobacter chlorococcum.
4. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan dalam proses
nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.
5. Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik polimiksin B
untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk
pengobatan infeksi bakteri gram positif,Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin
untuk pengobatan bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces
rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri.
6. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium acetobutylicum
7. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga menghasilkan
energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya methanobacterium
8. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam bidang kedokteran
dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya
enzim, vitamin dan hormon.

Bakteri yang merugikan sebagai berikut :

1. Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum


2. Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium tuberculosis ( penyebab penyakit
TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani (penyebab
penyakit tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra )
3. Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis (penyebab penyakit antraks pada
sapi )
4. Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas solanacearum (penyebab
penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium tumafaciens
(penyebab tumor pada tumbuhan)

http://gurungeblog.com/2008/11/17/bakteri-ciri-ciri-struktur-perkembangbiakan-bentuk-dan-
manfaatnya/

Anda mungkin juga menyukai