Dosen:
Ir. R Sony Sulaksono Wibowo M.T., Ph.D.
Disusun Oleh:
Alfin Farhan Muhammad 15017062
• Orientasi runway dibuat sejajar dengan dengan runway eksisting (menuju 0 derajat dari
arah utara dan menuju 180 derajat dari arah utara) dengan spasi 900 m ke barat runway
eksisting. Hal ini untuk memaksimalkan kapasitas operasi pesawat, dibanding dengan
intersecting runway, menghindari terdampaknya bangunan eksisting yang berada di
kawasan di bagian ujung runway karena adanya wilayah permukaan pendaratan dan
lepas landas serta kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan pada wilayah KKOP.
Memanfaatakan ketersediaan lahan yang ada di kawasan banndara. Lalu, orientasi
runway sebelumnya seharusnya sudah mengikuti proses analisis penentuan orientasi
dengan windrose yaitu menentukan orientasi runway berdasarkan presentase distribusi
arah & kecepatan angin. Maka orientasi ini, dipilih karena dinilai memiliki persentase
yang efektif, berdasarkan analisis windrose dan penggunaan orientasi runway
sebelumnya.
• Lokasi terminal ditempatkan di bagian barat runway baru. Pertimbangan utamanya
berkaitan dengan bagaimana kemudahan akses untuk integrasi sisi darat dan udara. Karena
terdapat jalan akses yang berdekatan dengan lokasi terminal. Selain itu jalan rel juga
dapat mudah dikembangkan untuk mengakses terminal baru. Maka lokasi terminal
tersebut dipilih. Apron ditempatkan di sisi timur terminal terminal yang langsung
berdekatan dengan runway. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan akses bagi
pesawat sehingga mobilisasi pesawat tidak terlalu jauh untuk menuju runway dari apron.
BAGIAN 2
a. RUNWAY ORIENTATION
Aircraft Design yang digunakan adalah M-300, dengan spesifikasi sebagai berikut:
• Panjang = 61,4 m
• Lebar sayap = 51,9 m
• Tinggi ekor = 16,8 m
• MTOW = 204.120 kg
• ARFL = 2.743 m
Karakteristik runway yang digunakan adalah R-3 Precision Approach Category I/II & Data angin
yang digunakan adalah Data angin 3. Selanjutnya adalah menentukan Code Number & Code Letter
melalui acuan tabel Aerodrome Reference Code
1,15 𝑚𝑝ℎ
𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝐶𝑟𝑜𝑠𝑠𝑤𝑖𝑛𝑑 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 20 𝑘𝑛𝑜𝑡𝑠 ( )
1 𝑘𝑛𝑜𝑡𝑠
𝑫𝒆𝒔𝒊𝒈𝒏 𝑪𝒄𝒓𝒐𝒔𝒔𝒘𝒊𝒏𝒅 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆 = 𝟐𝟑 𝒎𝒑𝒉
Selanjutnya berdasarkan data angin, dibuat windrose & orientasi runway yang memenuhi kriteria
desain. Dimana total persentase angin dalam sistem runway harus lebih besar dari 95%. Berikut
adalah tabel data angin 3 untuk pembuatan windrose
Row Label N NNE NE ENE E ESE SE SSE S SSW SW WSW W WNW NW NNW
0-4 0.41 2.06 1.32 1.91 0.15 1.41 1.27 3.05 1.92 0.91 3.46 2.91 0.12 1.91 2.13 1.84
4-8 0.74 0.61 2.91 1.1 0.83 0.58 3.02 1 0.62 0.45 1.66 1.72 1.27 1.32 1.32 0.62
8-12 0.2 1.2 2.09 1.2 0.93 0.82 0.29 1.01 0.46 0.54 4.25 0.87 0.91 0.82 1.21 0.2
12-18 0.12 0.52 1.04 1.33 0.81 0.39 0.17 0.1 0.72 0.45 1.53 1.32 0.62 0.91 0.29 0.08
18-24 0.25 0.47 2.09 0.17 0.64 0.31 0.3 0.12 0.1 0.67 1.21 0.71 0.61 0.26 0.02 0.07
24-31 0.1 0.69 1.09 0.17 0.34 0.21 0.23 0.22 0.2 0.27 0.72 0.68 0.62 0.42 0.39 0.27
31-38 0 0.19 0.77 2.07 0.32 0.22 0.17 0.18 0 0.33 2.01 0.23 0.29 0.2 0.44 0.59
38-47 0.2 0 0.41 0 0.19 0.26 0.19 0.14 0 0.09 0.72 0.18 0.38 0.45 0.12 0.09
Tahapan yang dilakukan untuk membuat windrose dan orientasi runway adalah sebagai berikut
• Buat beberapa lingkaran dengan pusat sumbu yang sama namun radius berbeda sesuai
dengan jumlah range kecepatan angin yang ada pada data dan dengan nilai radius yang
menyesuaikan angka kecepatan angin masing masing. Beri keterangan kecepatan angin di
masing masing radius
• Berikan keterangan arah mata angin pada lingkaran terluar dengan mencakup North, North
North Northeast, Northeast, East Northeast, East, East Southeast, Southeast, South
Southeast, South, South Southwest, Southwest, West Southwest, West, West Northwest,
Northwest, North Northwest
• Berikan keterangan sudut derajat lingkaran di sisi terluar
• Buat garis dari pusat sumbu lingkaran yang membagi ke 12 sesuai arah mata angin
• Masukan nilai nilai presentase angin sesuai kecepatan dan arahnya pada bagiannya
• Selanjutnya tentukan arah orientasi runway berdasarkan pengamatan kemungkinan arah
yang memiliki presentase tinggi. Lalu tentukan lebar dari garis orientasi runway sebesar
2xnilai Design Crosswind Value yaitu 2x20 knots=2x23 mph. Jika masih belum didapat
nilai presentase 95%, geser arah orientasi runway per 10 derajat.
• Jika dengan kesegala arah belum didapatkan nilai persentase yang memenuhi 95%, maka
dapat dibuat 2 orientasi arah runway, dengan ketentuan bagian yang berpotongan dengan
runway pertama persentasenya tidak di akumulasi. Namun penjumlahan dari irisan dan
nilai yang tidak berpotongan dari keduanya.
b. AERODROME LAYOUT
1. Lokasi Terminal ditempatkan untuk meminimalisir proses taxi pesawat, menghindari
keharusan menyebrang runway dan memanfaatkan ketersediaan lahan di aerodrome.
2. Lokasi Threshold ditempatkan di ujung runway, dengan asumsi tidak ada objek tinggi tertentu
pada arah sejajar runway yang menyebabkan Threshold harus bergeser (Sepanjang 1200 m dengan
lebar area tinjauan minimal 150 m dari ujung runway)
3. Lebar Runway yang digunakan sesuai Aerodrome Reference Code adalah 45 m
4. Menggunakan Precision Approach Runway Category I/II, dengan dimensi Runway Safety
Area (FAA) atau Runway Strip (ICAO) sebagai berikut:
• Length = 60 m
• Width = 150 m
• Grading = 75 m – 105 m
5.
Sehingga sketsa layout sesuai dengan analisis orientasi runway bandara adalah sebagai berikut:
BAGIAN 3
Normal Landing
• FL = LD (Landing Distance) = 1,667 2550 = 4251 m
Normal Takeoff
• FL = TOD (Take Off Distance) = 1,15 D35 = 1.15 * 2440 = 2806 m
• CL (Clearway) = 0.5 (TOD - 1.15 LOD) = 0.5 (2806-1.15*2140) = 173 m
• FS = TOR (Take Off Run) = TOD – CL = 2806 – 173 = 2633 m
Engineer Failure Continued Take Off
• FL =TOD (Take Off Distance) = D35 = 2790 m
• CL (Clearway) = 0.5 (TOD – LOD) = 0.5 (2790 – 2520) = 135 m
• FS = TOR (Take Off Run) = TOD – CL = 2774 – 137 = 2537 m
Engine Failure Aborted Take Off
• FL = DAS (Distance to Accelerated Stop) = 2910 m
Summary:
• FL = max (LD, TOD, DAS) = 4251 m
• FS = max (TOR, LD) = 2633 m
• SW = (DAS – FS) = 2910-2633= 277 m
• CL = FL – FS = 4251-2633 m = 1618 m