Anda di halaman 1dari 4

Dakwah Nabi Isa 

‘alaihissalam

Dakwah Nabi Isa ‘alaihissalam tidak berbeda dengan dakwahnya para Nabi dan Rasul yang
lain, yaitu mengajak manusia untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa
Jalla. Hanya saja, Nabi Isa ‘alaihissalam diutus khusus kepada Bani Israil. Berbeda dengan
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam  yang diutus kepada semua makhluk, dari
kalangan jin dan manusia.

“Dan (Allah jadikan Isa) sebagai Rasul (yang diutus) kepada Bani Israil (dan berkata
kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa ayat
(mukjizat) dari Rabb-mu.” (Ali ‘Imran: 49)

Di antara yang beliau serukan kepada Bani Israil adalah apa yang Allah abadikan dalam
kitab-Nya,

“Dan (Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-ku dan juga Rabb
kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah (dalam
ibadahnya), maka Allah haramkan surga untuknya, dan tempat kembalinya ialah neraka.
Dan orang-orang zalim itu tidak memiliki seorang penolong pun (yang akan menolongnya
dari siksa api neraka).” (Al-Maaidah: 72)

“Sesungguhnya Allah itu Rabb-ku dan juga Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Nya.
Inilah jalan yang lurus.” (Ali-‘Imran: 51)

Walau Allah telah menganugerahi banyak mukjizat yang menunjukkan kenabian beliau, dan
membenarkan kerasulan beliau, hanya sebagian saja yang menyambut dan menerima dakwah
beliau. Mereka adalah al-hawariyyun yang menjadi pengikut dan penolong setia beliau.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa
putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang
setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.” Maka (dengan begitu),
segolongan dari Bani Israil beriman (al-hawariyyun) dan segolongan lain kafir.”  (Ash-
Shaff: 14)

Nabi Isa pun membantah akidah trinitas sebagaimana disebut dalam ayat berikut,
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?.”
Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui
apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”  (QS. Al Maidah: 116)
Pokok Ajaran Islam

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang paling
sempurna, karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan buang air besar
sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Alloh
berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu.” (Al-
Maidah: 3)

Salman Al-Farisi berkata,“Telah berkata kepada kami orang-orang musyrikin,


‘Sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepada kamu segala sesuatu sampai buang air
besar!’ Jawab Salman, ‘benar!” (Hadits Shohih riwayat Muslim). Semua ini menunjukkan
sempurnanya agama Islam dan luasnya petunjuk yang tercakup di dalamnya, yang tidaklah
seseorang itu butuh kepada petunjuk selainnya, baik itu teori demokrasi, filsafat atau lainnya;
ataupun ucapan Plato, Aristoteles atau siapa pun juga.

Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada dasarnya pokok ajarannya hanyalah kembali
pada tiga hal yaitu tauhid, taat dan baro’ah/berlepas diri. Inilah inti ajaran para Nabi dan
Rosul yang diutus oleh Alloh kepada ummat manusia. Maka barangsiapa yang tidak
melaksanakan ketiga hal ini pada hakikatnya dia bukanlah pengikut dakwah para Nabi.

1. Berserah Diri Kepada Alloh Dengan Merealisasikan Tauhid

Yaitu kerendahan diri dan tunduk kepada Alloh dengan tauhid, yakni mengesakan Alloh
dalam setiap peribadahan kita. Tidak boleh menujukan satu saja dari jenis ibadah kita kepada
selain-Nya. Karena memang hanya Dia yang berhak untuk diibadahi. Dia lah yang telah
menciptakan kita, memberi rizki kita dan mengatur alam semesta ini, pantaskah kita tujukan
ibadah kita kepada selain-Nya, yang tidak berkuasa dan berperan sedikitpun pada diri kita?

Semua yang disembah selain Alloh tidak mampu memberikan pertolongan bahkan terhadap
diri mereka sendiri sekali pun. Alloh berfirman, “Apakah mereka mempersekutukan dengan
berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedang berhala-berhala itu
sendiri yang diciptakan. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada
para penyembahnya, bahkan kepada diri meraka sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat
memberi pertolongan.” (Al -A’rof: 191-192)

Semua yang disembah selain Alloh tidak memiliki sedikitpun kekuasaan di alam semesta ini.
Alloh berfirman, “Dan orang-orang yang kamu seru selain Alloh tiada mempunyai apa-apa
walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu;
dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu, dan
pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat
memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha
Mengetahui.” (Fathir: 13-14)

2. Tunduk dan Patuh Kepada Alloh Dengan Sepenuh Ketaatan

Pokok Islam yang kedua adalah adanya ketundukan dan kepatuhan yang mutlak kepada
Alloh. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti kebenaran pengakuan imannya.
Penyerahan dan perendahan semata tidak cukup apabila tidak disertai ketundukan terhadap
perintah-perintah Alloh dan Rosul-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang, semata-mata
hanya karena taat kepada Alloh dan hanya mengharap wajah-Nya semata, berharap dengan
balasan yang ada di sisi-Nya serta takut akan adzab-Nya.

Kita tidak dibiarkan mengatakan sudah beriman lantas tidak ada ujian yang membuktikan
kebenaran pengakuan tersebut. Alloh berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” ( Al-Ankabut: 2-3)

Orang yang beriman tidak boleh memiliki pilihan lain apabila Alloh dan Rosul-Nya telah
menetapkan keputusan. Alloh berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman
dan tidak pula perempuan yang beriman, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang
nyata.” (Al Ahzab: 36)

Orang yang beriman tidak membantah ketetapan Alloh dan Rosul-Nya akan tetapi mereka
mentaatinya lahir maupun batin. Alloh berfirman, “Sesungguhnya jawaban orang-orang
beriman, bila mereka diseru kepada Alloh dan Rosul-Nya agar rosul menghukum di antara
mereka ialah ucapan. ‘Kami mendengar, dan kami patuh’. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.” (An Nur: 51)

3. Memusuhi dan Membenci Syirik dan Pelakunya

Seorang muslim yang tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan Alloh, maka
konsekuensi dari benarnya keimanannya maka ia juga harus berlepas diri dan membenci
perbuatan syirik dan pelakunya. Karena ia belum dikatakan beriman dengan sebenar-
benarnya sebelum ia mencintai apa yang dicintai Alloh dan membenci apa yang dibenci
Alloh. Padahal syirik adalah sesuatu yang paling dibenci oleh Alloh. Karena syirik adalah
dosa yang paling besar, kedzaliman yang paling dzalim dan sikap kurang ajar yang paling
bejat terhadap Alloh, padahal Allohlah Robb yang telah menciptakan, memelihara dan
mencurahkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
KESIMPULAN

Setiap Nabi diperintahkan untuk menyampaikan pada umatnya mengenai ajaran tauhid.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Rabb yang berhak disembah melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku“.” (QS. Al Anbiya’: 25)

Agama para Nabi yang satu yaitu Islam disebut pula dalam hadits dari Abu
Hurairah radhiyallahu ’anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun
di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama
mereka adalah satu.” (HR. Bukhari no. 3443 dan Muslim no. 2365)

Dalam riwayat Muslim disebutkan,


“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia
maupun di akhirat.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan
agama mereka adalah satu. Dan tidak ada di antara kita (antara Nabi Muhammad dan Nabi
Isa) seorang nabi.”

Ibnu Hajar rahimahullah  mengatakan, “Makna hadits ini adalah pokok agama mereka -para
nabi- adalah satu atau sama yaitu tauhid, meskipun cabang-cabang syari’at mereka berbeda-
beda.” (Fathul Bari, 6: 489).

Anda mungkin juga menyukai