Anda di halaman 1dari 4

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMENSIA BERDASARKAN

STUDI LITERATUR

I Ketut Andika Priastana1, Fitri Firranda Nurmalisyah2


Universitas Triatma Mulya1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang2
e-mail: 1iketutandikapriastana@gmail.com

ABSTRACT

Dementia is a disease of concern in aging. Prevention of the occurrence of dementia in the advanced stages is
very necessary. In carrying out prevention, it is necessary to know about the risk factors for the occurrence of
these diseases. Therefore, this study reviews how risk factors for dementia during the last ten years based on
literature. The method used in this literature review uses a comprehensive strategy. Database searches used
include Scopus, ScienceDirect, Ebsco Host, and Pubmed. Keywords used in article search are risk factors and
dementia. There were 233 articles obtained, but only 8 articles were in accordance with the inclusion criteria.
The results of this study indicate that there are seventeen risk factors for dementia including hypertension,
chewing tobacco, high waist-hip ratio, smoking habits, head injuries, overweight, alcohol intake, age (elderly),
diabetics, strokes, family history of dementia , obesity, coronary artery disease, depression, educational factors,
epilepsy, and sleep disorder.
Keywords: risk factor, dementia, literature review

ABSTRAK

Demensia menjadi salah satu penyakit yang menjadi perhatian di masa menua. Pencegahan terjadinya demensia
dalam tahap lanjut sangat perlu dilakukan. Dalam melakukan pencegahan, perlu diketahui tentang faktor risiko
terjadinya penyait tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mengulas bagaimana faktor risiko terjadinya demensia
selama sepuluh tahun terkahir berdasarkan studi literatur. Metode yang digunakan dalam literature review ini
menggunakan strategi secara komprehensif. Pencarian database yang digunakan meliputi Scopus, ScienceDirect,
Ebsco Host, dan Pubmed. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu risk factor dan dementia.
Artikel yang diperoleh sebanyak 233 artikel, tetapi yang sesuai dengan kriteria inklusi hanya 8 artikel. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tujuh belas faktor risiko demensia diantaranya adalah hipertensi,
mengunyah tembakau, rasio pinggang-pinggul tinggi, kebiasaan merokok, cedera kepala, kelebihan berat badan,
asupan alkohol, usia (lansia), penderita diabetes, stroke, riwayat keluarga demensia, obesitas, penyakit arteri
coroner, depresi, faktor pendidikan, epilepsi, dan gangguan pola tidur.
Kata kunci: faktor risiko, demensia, studi literatur

PENDAHULUAN hidup keseharian, biasanya ditemukan juga perubahan


perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium maupun
Salah satu hal yang menjadi perhatian seseorang gangguan psikiatri mayor. Penegakan diagnosis klinis
ketika memasuki usia menua adalah gejala pikun demensia didasarkan pada riwayat neurobehavior,
maupun kesulitan mengingat memori baru. Hal ini pemeriksaan fisik neurologis, dan pola gangguan
dikenal dengan Demensia. Saat ini, Demensia juga kognitif (2).
menyerang usia muda, tidak lagi terjadi hanya terjadi Prevalensi demensia juga menunjukkan angka
pada lansia namun keparahannya mungkin lebih pada yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 terdapat 35,6 juta
usia tua. Seseorang yang menderita demensia, akan orang dengan demensia dan diperkirakan terjadi
mengalami penurunan fungsi intelektual yang akan peningkatan dua kali lipat setiap 20 tahun, menjadi
menyebabkan deteriorasi atau kemunduran kognitif 65,7 juta di tahun 2030 dan 115,4 juta di tahun 2050.
dan fungsional. Hal ini akan mengganggu kegiatan Sementara di Asia Tenggara, jumlah penderita
lainnya seperti sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari- demensia diperkirakan mengalami peningkatan dari
hari. Orang dengan demensia juga akan mengalami 2,48 juta pada tahun 2010 menjadi 5,3 juta pada tahun
penurunan kemampuan untuk menyelesaikan masalah 2030. Demensia memiliki beberapa sub tipe
dan menjaga emosi (1). diantaranya demensia alzheimer, demensia vaskular,
Demensia merupakan sindrom penurunan demensia lewy body dan demensia penyakit parkinson,
fungsi intelektual yang cukup berat dibandingkan demensia frontotemporal, dan tipe campuran.
dengan sebelumnya sehingga mengganggu aktivitas Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar
sosial dan profesional yang tercermin dalam aktivitas (50-60%), disusul demensia vaskular (20-30%) (1).

279
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.2 Mei – Agustus 2020

Demensia menjadi salah satu penyakit yang hanya berada di bawah prevalensi hipertensi (3).
menjadi perhatian di masa menua. Pencegahan Mengunyah tembakau tanpa asap menyebabkan
terjadinya demensia dalam tahap lanjut sangat perlu vasokonstriksi koroner dan juga menghasilkan
dilakukan. Dalam melakukan pencegahan, perlu perubahan hemodinamik yang signifikan. Perubahan-
diketahui tentang faktor risiko terjadinya penyakit perubahan ini mungkin memiliki pengaruh pada
tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mengulas apa penyakit pembuluh darah yang lebih berat (6).
saja yang menjadi faktor risiko terjadinya demensia
selama sepuluh tahun terakhir berdasarkan studi Rasio pinggang-pinggul tinggi
literatur. Rasio pinggang-pinggul tinggi dan BMI secara
signifikan tinggi pada pasien demensia. Lebih lanjut,
peningkatan BMI dan berat badan terutama pada lansia
METODE akan meningkatkan insiden penyakit kardiovaskular
Metode yang digunakan dalam literature review dan diabetes yang juga berimplikasi pada kejadian
ini menggunakan strategi secara komprehensif, seperti demensia (3,7).
pencarian artikel dalam database jurnal penelitian,
pencarian melalui internet, tinjauan ulang artikel. Kebiasaan merokok
Pencarian database yang digunakan meliputi Scopus, Merokok didefinisikan sebagai faktor risiko jika subjek
ScienceDirect, Ebsco Host, dan Pubmed. Kata kunci merokok tiga bidis per hari selama minimal 1 tahun (3).
yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu risk Sebuah meta-analisis lebih dari 37 penelitian dibuat
factor dan dementia. Kriteria inklusi dalam penelitian untuk menilai korelasi antara merokok dan demensia.
ini adalah artikel diterbitkan sepuluh tahun terakhir Ditetapkan bahwa perokok menunjukkan peningkatan
(2011-2020), jenis penelitian original research, full risiko demensia, dan berhenti merokok mengurangi
text dapat diakses, dan berbahasa Inggris. Artikel yang risiko menjadi perokok tidak pernah. Peningkatan
diperoleh sebanyak 233 artikel, tetapi yang sesuai risiko AD dari merokok lebih jelas di apolipoprotein E
dengan kriteria inklusi hanya 8 artikel. Artikel yang ε4 bukan pembawa (8). Kebiasaan dari merokok dan
digunakan sebagai sampel selanjutnya diidentifikasi minum alkohol secara teratur pada usia paruh baya
dan dirangkum berdasarkan tema-team yang muncul. memiliki dampak yang jauh lebih kuat daripada faktor
individu pada risiko gangguan kognitif pada usia lanjut
(9)
. Merokok di usia tua semakin meningkatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya demensia (4).
Berdasarkan studi literatur ditemukan beberapa
faktor risiko ternyadinya demensia yaitu hipertensi, Cedera kepala
mengunyah tembakau, rasio pinggang-pinggul tinggi, Cedera kepala didefinisikan sebagai positif jika diikuti
kebiasaan merokok, cedera kepala, kelebihan berat oleh sakit kepala parah, mual, penglihatan kabur atau
badan, asupan alkohol, usia (lansia), penderita diabetes, ganda, vertigo, amnesia, atau kehilangan kesadaran (10).
stroke, riwayat keluarga demensia, obesitas, penyakit Cedera kepala dikaitkan dengan risiko 3,3 kali untuk
arteri coroner, depresi, faktor pendidikan, epilepsi, dan demensia frontotemporal (3,11).
gangguan pola tidur
Kelebihan berat badan
Hipertensi Orang yang obesitas memiliki 74% peningkatan risiko
Hipertensi usia pertengahan dan hipertensi usia lanjut demensia, sementara orang yang kelebihan berat badan
adalah faktor risiko yang signifikan untuk timbulnya memiliki risiko demensia 35% lebih besar
dementia vaskular pada usia lanjut. Penelitian dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal.
menunjukkan kerusakan materi otak dengan gangguan Studi prospektif lain yang menunjukkan bahwa
kognitif terkait dengan status hipertensi jangka panjang kelebihan berat badan pada usia tinggi merupakan
(3,4)
. Dengan demikian, kontrol TD yang ketat termasuk faktor risiko demensia, terutama AD, pada wanita.
selama tidur dapat memiliki efek neuroprotektif pada Tingkat kelebihan berat badan yang lebih tinggi
otak, dan dengan demikian mencegah timbulnya diamati pada wanita yang menderita AD pada 70-79
demensia (3). Hipertensi secara signifikan terkait tahun dibandingkan dengan wanita yang tidak
dengan peningkatan insiden demensia di kalangan pria menderita demensia. Untuk setiap peningkatan 1,0
(5)
. dalam BMI pada usia 70 tahun, risiko AD meningkat
sebesar 36% (3,7). Peningkatan berat badan yang cepat
di antara orang lanjut usia yang tidak gemuk dapat
Mengunyah tembakau menempatkan orang yang lebih tua pada risiko yang
Angka morbiditas tertinggi kedua faktor risiko lebih besar karena adipositas (5).
demensia di antara populasi lansia di pedesaan dan
populasi suku yang ada di India Tengah yang Asupan alkohol
ditemukan adalah mengunyah tembakau. Prevalensi ini

280
I Ketut Andika Priastana Faktor Resiko...

Konsumsi alkohol berat dapat dikaitkan dengan


peningkatan risiko demensia pada pasien dengan Obesitas
gangguan kognitif ringan atau pada pria yang Obesitas didefinisikan sebagai faktor risiko
membawa alel APOEe4. Hubungan berbentuk J independen demensia. Orang dengan obesitas memiliki
mungkin ada antara konsumsi alkohol dan penurunan 74% peningkatan risiko demensia (3). Obesitas yang
kognitif pada pasien dengan gangguan kognitif ringan. dimiliki biasanya merupakan pembawaan dari sejak
Minum alkohol ringan-sedang dapat dikaitkan dengan usia paruh baya (4). Obesitas di usia paruh baya terkait
penurunan risiko demensia pada pasien usia lanjut erat dengan risiko demensia, terutama yang berkaitan
dengan gangguan kognitif ringan. Peminum berat dengan penurunan kognitif (5). Jangka panjang (10-14,9
memiliki risiko demensia yang lebih tinggi daripada tahun dari awal), obesitas meningkatkan risiko
peminum abstain dan peminum ringan (3). Minum demensia. Menghindari obesitas dapat berkontribusi
alkohol secara teratur pada usia paruh baya memiliki pada pencegahan demensia, bahkan pada kelompok
dampak yang jauh lebih kuat daripada faktor individu yang lebih tua (7).
pada risiko gangguan kognitif pada usia lanjut (9).
Penyakit arteri koroner
Usia (lansia) Penyakit vaskuler (penyakit arteri koroner) menjadi
Usia 71-80 tahun menunjukkan peningkatan risiko risiko tinggi terhadap kejadian demensia (10). Penyakit
mengalami demensia (3). Peran usia sebagai faktor iini akan berdampak pada penurunan fungsi kognitif
risiko demensia telah disorot dalam beberapa yang berujung pada terjadinya demensia (3,5).
penelitian. Faktanya, prevalensi demensia meningkat
penting seiring bertambahnya usia sebagaimana Depresi
diamati dalam pengaturan klinis dan selama studi Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi adalah
populasi (12). Beberapa penurunan fungsi tubuh akibat faktor risiko komorbiditas kunci untuk demensia (10).
menua menunjukkan hubungannya dengan kejadian Riwayat depresi selama sekitar 10 tahun menjadi faktor
demensia (10). risiko terjadinya demensia, tetapi riwayat depresi yang
memiliki durasi bulan ke tahun, relatif kurang
Penderita diabetes signifikan (3).
Diabetes menjadi salah satu faktor risiko demensia
yang merupakan efek dari kardiometabolik (3). Faktor Pendidikan
Antisipasi diabetes menunjukkan bahwa terjadi Pendidikan yang rendah menjadi faktor risiko untuk
penurunan tingkat kejadian demensia (4). Diabetes mempercepat penurunan ingatan dan terjadinya
menjadi faktor risiko yang sering dijumpai pada lansia demensia (12). Dampaknya akan lebih terasa Ketika
dengan demensia (10). berada pada usia lanjut (4). Penelitian lainnya juga
menemukan keterkaitan pendidikan dengan kejadian
Stroke demensia, meski tidak terlalu signifikan (5).
Penderita demensia dalam beberapa kasus ditemukan
memiliki riwayat stroke meski prevalensinya tidak Epilepsi
terlalu tinggi (3). Penderita stroke memiliki risiko lebih Epilepsi pada orang tua sering terjadi, dengan
tinggi terkena gangguan kognitif. Kerusakan jaringan perkiraan prevalensi 1% setelah usia 60 tahun dan
akut dapat mempengaruhi kognisi yang berdampak insiden meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
pada terjadinya demensia (13). Temuan ini telah diamati dalam beberapa penelitian
yang dilakukan di seluruh dunia, meningkatkan
Riwayat keluarga demensia hubungan antara riwayat epilepsi dan demensia pada
Temuan-temuan dari studi prospektif oleh populasi lansia. Hubungan ini dapat terkait dengan
menunjukkan bahwa riwayat orang tua demensia penyakit itu sendiri, penyebabnya atau faktor risikonya,
meningkatkan risiko demensia, terutama ketika usia tetapi juga dengan pengobatan yang ditentukan,
saat diagnosis orang tua <80 tahun. Selanjutnya, terutama di beberapa negara, ditemukan sebagian besar
temuan dari menunjukkan bahwa memiliki kerabat pasien epilepsi menggunakan rejimen anti-epilepsi
tingkat pertama atau orang tua dengan demensia secara generasi pertama, yang berbahaya bagi kognisi. Apa
signifikan terkait dengan risiko AD tetapi tidak dengan pun mekanismenya, epilepsi dapat dikaitkan dengan
saudara kandung yang menderita demensia (3). Peran terjadinya demensia (12).
faktor keturunan dalam demensia dikenal khusus untuk
penyakit Alzheimer. Bahkan, studi di Australia, Afrika, Gangguan pola tidur
Eropa, dan AS telah menunjukkan bahwa riwayat Gangguan tidur sangat umum terjadi pada lanjut usia
keluarga demensia adalah faktor risiko utama demensia dan perubahan pola tidur ini dikenal sebagai faktor
pada populasi lansia. Juga, ApoE ɛ4 telah dikaitkan risiko untuk pengembangan di masa depan dari
dengan penyakit Alzheimer di negara maju. Namun, gangguan kognitif ringan (MCI) dan demensia.
hubungan ini tidak ada dalam Studi Afrika. Mutasi Penelitian menunjukkan adanya interaksi antara siklus
genetik juga diamati pada orang demensia di tidur-bangun yang memburuk dan demensia.
kromosom 6, 9, 10, 12, 19, dan 21 (12). Pengamatan ritme tidur-bangun seperti itu dapat

281
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.2 Mei – Agustus 2020

memberikan informasi penting tentang timbulnya Tobacco Chewing on the Systemic, Pulmonary
penurunan kognitif, bahkan bertahun-tahun sebelum and Coronary Circulation. Am J Cardiovasc
onset klinis demensia (14). Drugs. 2011;11(2):109–14.
7. Bowman K, Thambisetty M, Kuchel GA,
KESIMPULAN Ferrucci L, Melzer D. Obesity and Longer
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Term Risks of Dementia in 65–74 Year Olds.
terdapat tujuh belas faktor risiko demensia diantaranya Age Ageing. 2019;48(3):367–73.
adalah hipertensi, mengunyah tembakau, rasio 8. Solfrizzi V, Colacicco AM, D’Introno A,
pinggang-pinggul tinggi, kebiasaan merokok, cedera Capurso C, Torres F, Rizzo C, et al. Dietary
kepala, kelebihan berat badan, asupan alkohol, usia intake of unsaturated fatty acids and age-
(lansia), penderita diabetes, stroke, riwayat keluarga related cognitive decline: A 8.5-year follow-up
demensia, obesitas, penyakit arteri coroner, depresi, of the Italian Longitudinal Study on Aging.
faktor pendidikan, epilepsi, dan gangguan pola tidur. Neurobiol Aging. 2006;27(11):1694–704.
9. Wu J, Dong W, Pan X-F, Feng L, Yuan J-M,
DAFTAR PUSTAKA Pan A, et al. Relation of cigarette smoking and
alcohol drinking in midlife with risk of
1 Kementerian Kesehatan Republik cognitive impairment in late life: the Singapore
Indonesia.Selamatkan Otak, Peduli Gangguan Chinese Health Study. Age Ageing.
Demensia/Alzheimer (Pikun) [Internet]. 2018. 2019;48(1):101–7.
Available from: 10. Lin C-HR, Tsai J-H, Wu S-S, Chang Y-P, Wen
http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/20 Y-H, Liu J-S, et al. Quantitative comorbidity
18/09/23/1/selamatkan-otak-peduli-gangguan- risk assessment of dementia in Taiwan.
demensiaalzheimer-pikun.html Medicine (Baltimore). 2018;97(15):e0298.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 11. Corrada MM, Brookmeyer R, Paganini-Hill A,
Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia. Berlau D, Kawas CH. Dementia incidence
Jakarta; 2015. continues to increase with age in the oldest old:
3. Ragubathy PK, Adikane H. Prevalence of Risk The 90+ study. Ann Neurol. 2010;67(1):114–
Factors for Dementia in Elderly Population in 21.
a Tribal Area of Central India – A Community- 12. Toure K, Coume M, Ndiaye M, Zunzunegui
Based Cross-Sectional Study. J Med Sci Heal. MV, Bacher Y, Diop AG, et al. Risk Factors
2019;05(03):19–30. for Dementia in a Senegalese Elderly
4. Mukadam N, Sommerlad A, Huntley J, Population Aged 65 Years and Over. Dement
Livingston G. Population attributable fractions Geriatr Cogn Dis Extra. 2012;2(1):160–8.
for risk factors for dementia in low-income and 13. Mijajlović MD, Pavlović A, Brainin M, Heiss
middle-income countries: an analysis using W-D, Quinn TJ, Ihle-Hansen HB, et al. Post-
cross-sectional survey data. Lancet Glob Heal. stroke dementia – a comprehensive review.
2019;7(5):e596–603. BMC Med. 2017;15(1):11.
5. Park S, Jeon S-M, Jung S-Y, Hwang J, Kwon 14. Bubbico G, Di Iorio A, Lauriola M, Sepede G,
J-W. Effect of late-life weight change on Salice S, Spina E, et al. Subjective Cognitive
dementia incidence: a 10-year cohort study Decline and Nighttime Sleep Alterations, a
using claim data in Korea. BMJ Open. Longitudinal Analysis. Front Aging Neurosci.
2019;9(5):e021739. 2019;11:142.
6. Ramakrishnan S, Thangjam R, Roy A, Singh S,
Ramakrishnan L, Seth S, et al. Acute Effects of

282

Anda mungkin juga menyukai