Renstra 2020
Renstra 2020
TAHUN 2020-2024
DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENCEMARAN
DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENCEMARAN
DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
1
terima kasih dan penghargaan atas waktu, tenaga dan pemikirannya.
Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita sekalian, untuk dapat bekerja di bidang tugas
kita masing-masing dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa
Indonesia.
MR. Karliansyah
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
3
e. Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara; dan f. Direktorat
Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka.
Adapun gambaran detail kerangka kerja konseptual Ditjen
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dapat dirumuskan
dalam sebagaimana tercantum dalam Gambar 1. yang terdiri dari 4 bagian
utama, yaitu: produce, provide, manage, dan apply dengan lingkup peran
masing-masing unit kerja.
4
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan dalam pencapaian visi dan pelaksanaan misi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lingkup kegiatan dalam manage
meliputi pengelolaan beberapa hal, antara lain: pengelolaan anggaran,
pengelolaan sarana dan prasarana kerja, pengelolaan data, informasi dan
pengetahuan, pengelolaan SDM ASN, serta organisasi dan sistem
manajemen (tatakelola dan tatalaksana). Serta apply merupakan bentuk-
bentuk kondisi dan representasi dari nilai tambah (baik secara langsung
maupun tidak langsung) yang dapat diperoleh pemangku kepentingan
utama.
Rencana Strategis (Renstra) Ditjen PPKL merupakan dokumen
perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memuat rumusan Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, kemudian arah kebijakan dan Strategi,
program dan Kegiatan, Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan beserta
masing-masing indikator kinerjanya sesuai dengan tugas dan fungsi
Ditjen PPKL dalam rangka mendukung Renstra Kementerian (KLHK)
secara khusus serta secara umum mendukung rencana strategis nasional
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2020-2024 sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting
untuk pencapaian target pembangunannya. Selaras dengan Visi
Indonesia, RPJMN ke IV tahun 2020-2024 bertujuan mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur dengan
tema “Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil,
dan Berkesinambungan” yang kemudian diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh)
agenda pembangunan/Prioritas Nasional (PN) yaitu 1) Memperkuat
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas; 2)
Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan; 3) Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing; 4)
Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan; 5) Memperkuat
infrastruktur mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar;
6) Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan
perubahan iklim; 7) Memperkuat stabilitas politik, hukum, ketahanan
dan keamanan (Polhukhankam) dan transformasi pelayanan publik.
Tujuan RPJMN tahun 2020 – 2024 diatas telah sejalan dengan
Sustainable Development Goals (SDG’s) yang merupakan tujuan utama
Pembangunan Nasional pada periode akhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Untuk mendukung
terwujudnya tujuan RPJMN tahun 2020 – 2024, KLHK sendiri telah
menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahun 2020 – 2024, yang disahkan
5
melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.16/MENLHK/SETJEN/SET.1/8/2020 tanggal 7 Agustus 2020 sehingga
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan (Ditjen PPKL) sebagai salah satu Unit kerja eseon 1 di
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) perlu juga
menyusun Renstra untuk unit kerjanya guna mendukung ketercapaian
Renstra KLHK.
Salah satu amanat dalam Pembangunan Nasional tahun 2020-2024
yaitu pembangunan yang dilaksanakan perlu memperhatikan daya
dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup,
kerentanan bencana, dan perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya
membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan
perubahan iklim ditetapkan sebagai salah satu Prioritas Nasional (PN.6)
di dalam RPJMN 2020-2024. Secara lebih spesifik, Prioritas Nasional
(PN.6) tersebut diuraikan ke dalam 3 (tiga) kelompok kebijakan, yakni: (1)
peningkatan kualitas lingkungan hidup; (2) peningkatan ketahanan
bencana dan iklim; serta (3) mitigasi perubahan iklim melalui
pembangunan rendah karbon. Dari ketiga arah kebijakan tersebut, yang
terkait dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) yaitu peningkatan kualitas
lingkungan hidup.
Prioritas Nasional (PN) yang sudah ditetapkan tersebut telah selaras
dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDG’s) yang ditargetkan pemerintah. Adapaun
Sustainable Development Goals (SDG’s) memiliki 17 aspek seperti gambar
dibawah ini:
6
Dalam rangka dukungan pada SDG’s, Ditjen PPKL membagi ke dalam
2 bagian besar yaitu berupa dukungan utama dan dukungan lainnya.
Dukungan utama pada pencapaian SDG’s pada tujuan nomor 6 yaitu (Air
Bersih Dan Sanitasi Layak), yang berupa kegiatan pengendalian
pencemaran air diantaranya pemantauan kualitas air, penetapan daya
tampung beban pencemar, peningkatan kualitas air sungai dan
penururnan persentase beban pencemar. Ditjen PPKL juga turut
mendukung pada tujuan nomor 12 yaitu (Konsumsi Produksi yang
Bertanggung Jawab), melalui kegiatan PROPER yang turut serta
meningkatkan proporsi jumlah industri yang memenuhi baku mutu.
Sedangkan dukungan lainnya turut mendukung tujuan 6 (Air bersih &
Sanitasi Layak), tujuan 9: (Industri, Inovasi & Inftrastruktur), tujuan 11
(Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), tujuan 14 (Ekosistem Laut),
tujuan 15 (Ekosistem Darat),. Bentuk dukungan Ditjen PPKL pada SDG’s
termuat dalam diagram di bawah ini:
7
Gambar 4. Empat Pilar Sasaran Strategis KLHK 2020-2024
8
pada periode 2015-2019 dimana Ditjen PPKL menjadi salah satu
penanggung jawab utamanya. Ditjen PPKL berperan aktif dalam upaya
peningkatan IKLH dari tiga sisi yaitu Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks
Kualitas Udara (IKU), maupun Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL).
Selama periode tahunan dari 2015-2019, grafik IKLH mengalami
fluktuasi. Indeks kualitas air pada tahun 2015 memiliki nilai 53,1 namun
pada akhir 2019 turun menjadi 52,2 sehingga terkoreksi 0,9 poin dan
menyebabkan indeks ini tidak memenuhi target. Indeks kualitas udara
mengalami peningkatan secara linear dari 84,94 pada tahun 2015
menjadi 86,56 pada 2019 atau meningkat sebesar 1,62. Meskipun
terdapat fluktuasi, namun indeks kualitas udara masih berada pada zona
di atas target yang telah ditetapkan. Lain halnya dengan indeks kualitas
tutupan lahan, indeks ini bergerak secara linear dari tahun ke tahun
dimana memiliki nilai 58,55 pada tahun 2015 kemudian menjadi 62,00
pada tahun 2019 dengan nilai peningkatan sebesar 1,45 poin. Berikut
gambaran grafik indeks kualitas lingkungan nasional tahun 2015-2019:
100,00
90,00 87,03
84,74
84,96 86,56
81,78 84,00
80,00 82,00
83,00
81,00 81,50
70,00
Target IKA
40,00
Target IKTL
2015 2016 2017 2018 2019
9
Kualitas air diukur dengan Indeks Kulitas Air (IKA) yaitu indikator
yang menunjukkan tingkat kualitas air di suatu wilayah, sehingga mudah
dimengerti oleh masyarakat. Menurunnya tren kualitas air disebabkan
masih tingginya tingkat pencemaran yang bersumber dari kegiatan rumah
tangga, industri besar maupun Usaha Skala Kecil (USK) serta sumber
pencemar non poin source lainnya seperti kegiatan pertanian, peternakan
dan lain-lain. Penanganan air limbah domsetik yang belum mencapai 50%
dari total jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan sumber air limbah
domestik menjadi sumber pencemar tertinggi dari sebagian besar sungai-
sungai yang ada di Indonesia.
Selama periode tahun 2015-2019 Ditjen PPKL telah membangun
sebanyak 128 unit IPAL domestik yang tersebar di 11 DAS prioritas
dengan total penurunan beban pencemaran BOD yang dapat dicapai
sebesar 432,34 Ton BOD/Tahun. Jumlah penurunan ini belum signifikan
jika dibandingkan dengan total potensi beban pencemaran air limbah
domestik yang dikeluarkan setiap hari. Sedangkan penurunan beban
pencemaran yang bersumber dari kegiatan USK dan kotoran ternak
sebesar 340.158,95 Ton BOD/Tahun. IPAL USK dan biodigester ternak
yang telah dibangun selama 2015-2019 mencapai 517 unit yang tersebar
di 11 DAS prioritas. Pembangunan IPAL domestic dan USK cukup
signifikan untuk mengendalikan pencemaran air pada suatu wilayah
namun jumlah dan kapasitasnya juga harus memadai agar pengendalian
tersebut menghasilkan dampak yang signifikan.
Pengendalian pencemaran di pesisir dan laut dilaksanakan dengan
menerapkan kewajiban perusahaan untuk mendapatkan ijin dalam
membuang air limbahnya ke laut (IPLC). Melalui ijin tersebut jumlah dan
konsentrasi air limbah yang dibuang dapat dikendalikan. Selama kurun
waktu 5 tahun, Ditjen PPKL telah mengeluarkan sebanyak 237 ijin.
Pemantauan pelaksanaan IPLC ini yang menjadi bagian dalam evaluasi
kinerja perusahaan dalam program PROPER. Pengendalian pencemaran
yang berasal dari air limbah domestik dilaksanakan dengan membangun
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di wilayah pesisir. Jumlah IPAL
yang dibangun sebanyak 8 unit selama tahun 2015-2017, selanjutnya
pembangunan IPAL dilaksanakan oleh unit Pengendalian Pencemaran Air.
Pemantauan kualitas air laut selama ini belum banyak yang dapat
melakukan untuk menghasilkan data yang dapat mewakili secara
Nasional, sehingga diperlukan program dan kegiatan yang dapat
menggambarkan kualitas perairan laut.
Pemulihan ekosistem pesisir dan laut dilaksanakan dengan
transplantasi terumbu karang pada wilayah yang rusak. Transplantasi
terumbu karang telah dilaksanakan di 30 kawasan selama kurun waktu
5 tahun. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan target yang
10
ditetapkan yaitu sebanyak 85 kawasan karena terbatasanya anggaran.
Namun dari 30 kawasan yang dipulihkan, tingkat keberhasilannya
mencapai 80% sehingga ekosistem kawasan tersebut kembali dapat
menjadi habitat biota laut untuk berkembang biak.
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) merupakan salah satu
indikator dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang
memberikan informasi kondisi tutupan lahan untuk mendukung
penyediaan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Gambar 2
menunjukkan bahwa Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) selama
periode tahun 2015-2019 meningkat sebesar 0,95. Perubahan nilai IKTL
dipengaruhi oleh perubahan luasan kawasan hutan yang disebabkan oleh
kegiatan pembukaan lahan, kejadian kebakaran hutan/lahan,
penebangan liar, kegiatan rehabilitasi hutan/lahan, rehabilitasi kawasan
pesisir, kegiatan pemulihan lahan bekas tambang dan pemulihan lahan
terkontaminasi B3.
Pemulihan kerusakan lingkungan dilaksanakan pada lahan bekas
tambang yang merupakan pertambangan rakyat sehingga tidak ada
upaya pemulihan setelah penambangan selesai. Inventarisasi sebaran
lokasi lahan akses terbuka di 33 provinsi dapat diselesaikan pada tahun
2015 melalui citra satelit. Selanjutnya dilakukan verifikasi lapangan
untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan potensi yang dapat
dikembangkan. Jumlah total lokasi lahan akses terbuka terdapat
sebanyak 491 lokasi yang tersebar di 32 Provinsi. Provinsi yang paling
banyak memiliki lokasi lahan akses terbuka antara lain: Bangka Belitung
(52 lokasi), Kalimantan Timur (49 lokasi) dan Nusa Tenggara Barat (40
lokasi).
Berdasarkan hasil inventarisasi lahan bekas tambang yang
dilakukan pada tahun 2015, terdapat seluas 6.368 Ha lahan bekas
tambang rakyat. Sebanyak 25% dari luasan ini harus dipulihkan selama
kurun waktu 5 tahun yaitu seluas 1.592 Ha. Target yang ditetapkan
sebesar 5% setiap tahun sehingga mencapai 25% sampai tahun 2019.
Pemulihan yang berhasil dilaksanakan selama 5 tahun mencapai total
sebesar 59,126 Ha dari 1.592 Ha yang harus dipulihkan. Fasilitasi
pemulihan yang telah dilakukan oleh Ditjen PPKL selama kurun waktu 5
tahun telah mencapai seluas 509,077 Ha dengan total lokasi sebanyak 19
lokasi. Fasilitasi pemulihan dilaksanakan dalam bentuk penyusunan
studi kelayakan (Feasibility Study, FS) dan desain teknis terinci (Detail
Enginering Design, DED) sehingga dapat digunakan sebagai acuan oleh
pemerintah daerah untuk melaksanakan pemulihan secara mandiri.
Inventarisasi karakteristik ekosistem gambut merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari survey karakteristik ekosistem gambut, delineasi
batas KHG, dan penentuan fungsi ekosistem gambut skala 1:50.000 yang
11
diperlukan dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan ekosistem
gambut di lapangan. Selama tahun 2015-2019 telah dilakukan
inventarisasi karakteristik Ekosistem Gambut pada level skala 1:50.000
di 71 KHG prioritas di 8 provinsi. Total luasan tersebut mencakup
2.503.811 hektar yang tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Timur, dengan rincian sebagai berikut :
1. Provinsi Aceh sebanyak 5 KHG, luas total 58.036 Ha
2. Provinsi Sumatera Utara sebanyak 6 KHG, luas total 128.530 Ha
3. Provinsi Riau sebanyak 38 KHG, luas total 1.681.585 Ha
4. Provinsi Sumatera Barat sebanyak 4 KHG, luas total 58.135 Ha
5. Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 1 KHG, luas total 25.959 Ha
6. Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 4 KHG, luas total 126.976 Ha
7. Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 11 KHG, luas total 355.435
Ha, serta
8. Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 2 KHG, luas total 69.155 Ha.
Dari total 71 KHG prioritas yang sudah dilakukan inventarisasi,
sebanyak 21 KHG telah ditetapkan Fungsi Ekosistem Gambut melalui
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk Penetapan
Peta Fungsi Ekosistem Gambut Skala 1:50.000 pada KHG Pulau
Bengkalis, KHG Pulau Tebing Tinggi, KHG Sungai Kampar-Sungai Gaung,
KHG Sungai Gaung-Sungai Batang Tuaka, KHG Sungai Kapuas-Sungai
Terentang, KHG Krueng Matee-Krueng Tumiyee, KHG Krueng Surin-
Krueng Muling, KHG Krueng Tripa-Krung Seuneuam, KHG Aek
Maraitgadang-Aek Sikapas, KHG Batang Toru-Aek Maraitgadang, KHG
Sungai Kanopan-Sungai Kuala, KHG Sungai Kuala-Sungai Kuo, KHG Aek
Lunang - Aek Sidang, KHG Aek Ubar - Aek Lunang, KHG Batang Ampu -
Bah Mandiangin, KHG Sungai Kedangyantau-Sungai Sabintulung, dan
KHG Sungai Kelinjau - Sungai Kedangyantau, KHG Krueng Meureubo -
Krueng Matee, KHG Krueng Wonki - Krueng Gubon, KHG Aek Musi -
Sungai Upang, dan KHG Sungai Dadau - Sungai Sikan.
Pemulihan ekosistem gambut dilakukan dengan pendekatan tata
kelola air dengan membangun sekat kanal untuk menahan aliran air
gambut sehingga terjadi pembasahan. Estimasi pembasahan
diperkirakan seluas 14 hektar untuk masing-masing sekat kanal namun
tergantung pada topografi dan sistem hidrologi setempat. Capaian luas
target pemulihan di lahan masyarakat telah melebihi dari total target yang
ditetapkan selama 5 tahun yaitu sebesar 500 hektar, sedangkan capaian
pemulihan selama 5 tahun telah mencapai sebesar 9.950 hektar. Rincian
pemulihan ekosistem gambut di areal masyarakat tahun 2015-2019
disajikan dalam Tabel berikut ini.
12
Tabel 1. Capaian Pemulihan Ekosistem Gambut di Areal Masyarakat
2015-2019 melalui Kegiatan Kemandirian Masyarakat di
Lahan Gambut
13
Tabel 2. Capaian Pemulihan Ekosistem Gambut di Areal Konsesi
Tahun 2015-2019
14
Tabel 3. Target Program Kerja dan Realisasi Kegiatan Ditjen PPKL Tahun 2015-2019
Capaian Realisasi kumulatif terhadap target 2019
No Program 2015 2016 2017 2018 2019 Keterangan
Target Realisasi Capaian (%)
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Sasaran 1: Meningkatnya kualitas udara
Indikator: Indeks Kualitas Udara
81 84,96 81,5 81,78 82 87,03 83 84,74 84 86,56 84 86,56 103,05
minimal 84
Sasaran 2: Meningkatnya kualitas air
Indikator: Indeks Kualitas Air minimal
52 53,1 52,5 50,2 53 53,2 54 51,01 55 52,62 55 52,62 95,67
55
Sasaran 3: Meningkatnya kualitas tutupan lahan
Indikator: Indeks Kualitas Tutupan
59 58,55 59,5 58,42 60 60,31 61 61,03 62 62 62 62 100
Lahan minimal 62
Sasaran 4: Meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut
Indikator : Luas lahan gambut
9.950 Ha
terdegradasi yang dipulihkan 50 Ha 173 Ha 150 Ha 2.870 Ha 200 Ha 2.139 Ha 300 Ha 3.200 Ha 500 Ha 1568 500 Ha 1990
(akumulasi)
meningkat setiap tahun 50 – 500 Ha
Sasaran 5 : Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut
Indikator : Kualitas pesisir dan laut
- Baseline 5% 6,67% 10% 10,47 15% 18,80% 20,00% 39,30% 20% 39,30% 196,5 Renstra KLHK 2015-2019
meningkat setiap tahun 0 – 20%
Sasaran 6: Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH
15
Capaian Realisasi kumulatif terhadap target 2019
No Program 2015 2016 2017 2018 2019 Keterangan
Target Realisasi Capaian (%)
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
2. Kegiatan Pengendalian Pencemaran Air
Sasaran 1: Menurunnya beban pencemaran air
Indikator:
Lokus 2015-2018: Ciliwung, Citarum,
Cisadane, Serayu, Bengawan Solo,
Way Sekampung, Asahan,
Sistem pemantauan kualitas air Jeneberang, Sadang dan Musi.
12 DAS
a. terbentuk tersedia dan beroperasi - 2 DAS 3 sungai 4 DAS 8 sungai 3 DAS 15 sungai 3 DAS - 3 DAS 15 sungai 80 Lokus 2019: Citarum, Brantas,
(akumulasi)
pada 15 DAS prioritas secara kontinyu Kapuas
'-3 DAS (total target s.d tahun 2019
sebanyak 15 sungai)
-Limboto,
IndikatorMoyo
tidak dan
ada Siak
pada tahun 2019;
- Lokus 2015-2018: Ciliwung,
Jumlah Sungai yang telah ditetapkan Cisadane, Citarum, Bengawan Solo,
15 sungai Brantas, Kapuas, Siak, Sekampung,
b. Daya Tampung Beban 3 sungai 3 sungai 6 sungai 3 sungai 6 sungai 3 sungai 3 sungai 2 sungai 6 sungai 4 sungai 6 sungai 100
(akumulasi) Asahan, Sadang dan Serayu.
Pencemarannya
Lokus 2019: Limboto, Moyo,
Jeneberang, Musi
- Indikator tidak ada pada tahun 2019;
- Lokus: Ciliwung, Citarum, Cisadane,
Bengawan Solo, Asahan, Siak,
Jumlah sungai pada 15 DAS prioritas Saddang, Jeneberang, Brantas,
yang meningkat kualitasnya setiap Musi. Serayu, Sekampung, Moyo
13 sungai
c. tahun sebagai sumber air baku (untuk - - 6 sungai 2 sungai 9 sungai 5 sungai 12 sungai 13 sungai 15 sungai - 15 sungai 86,67 Danau Maninjau, Danau Toba, Danau
(akumulasi)
parameter kunci BOD, COD, dan Batur
EColi) '-2 sungai (total target s.d tahun 2019
sebanyak 15 sungai) Kapuas dan
Limboto
16
Capaian Realisasi kumulatif terhadap target 2019 Keterangan
No Program 2015 2016 2017 2018 2019
Target Realisasi Capaian (%)
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
4. Kegiatan Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka
Sasaran: Menurunnya tingkat kerusakan lahan akses terbuka
Indikator:
Lokus: Aceh, Bali, Banten, Bengkulu,
tidak ada gap D.I Yogyakarta, Gorontalo, Jambi,
(total target s.d Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel,
Jumlah provinsi yang terinventarisasi tahun 2019 Kalteng, Kaltim, Kaltara, Bangka
33 provinsi
a. mempunyai lahan rusak (open 3 provinsi - 8 provinsi 33 provinsi 11 provinsi - 11 provinsi - 33 provinsi - 33 provinsi sebanyak 33 Belitung, Kep Riau, Lampung,
(akumulasi)
access) provinsi), sudah Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT,
tercapai tahun Papua, Papua Barat, Riau, Sulbar,
2016 Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulut,
Sumbar, Sumsel, Sumut.
Lokus:
1. Desa Gari/Kec. Wonosari, Gunung
Kidul, D.I Yogyakarta
2.Desa Air Selumar/Kec. Sijuk,
Belitung, Bangka Belitung
3. Desa Durian Demang/Kec. Karang
Tinggi, Bengkulu Tengah, Bengkulu
4. Desa Nagari Tebing Tinggi/ Kec.
Pulau Punjung, Dharmasraya,
Luas Lahan terlantar (abandoned land) Sumatera Barat
bekas pertambangan yang difasilitasi 5. Desa Batu Butok/Kec. Muara
b. pemulihannya meningkat setiap tahun 5% 5,80% 10% 11,30% 15% 11,80% 20% 12,40% 25,00% 14,40% 25% 14,40% 57.6% Komam, Paser, Kalimantan Timur
mencapai 25% dari basis data rata-rata 6. Desa Kacinaa/Kec Pasarwajo,
2010-2014 Buton, Sulawesi Tenggara
7. Desa Bambang/Kec. Wajak,
Malang, Jawa Timur
8. Desa Cisantana/Kec. Cigugur,
Kuningan , Jawa Barat
9. Desa Jangkar Asam/Kec.
Gantung, Belitung timur, Bangka
Belitung
'-10,6% (total target s.d tahun 2019
sebesar 25%)
5. Kegiatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lahan Gambut
Sasaran: Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan gambut
Indikator:
Dari 4 Juta Ha luas 1.333.305 Ha Penetapan Peta Fungsi Ekosistem
1.088.991 Ha 244.314 Ha -
indikatif KHG Babel, Dari 6,7 Juta Ha Dari 5,4 Juta Ha (akumulasi) Gambut skala 1:50.000
Bengkulu, Dari 7,4 Juta Ha Dari 5,4 Juta Ha Dari 5,4 Juta Ha di Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Kawasan yang ditetapkan peta luas indikatif KHG luas indikatif KHG
a. Lampung, Aceh, luas indikatif KHG luas indikatif KHG luas indikatif KHG Sumatera Barat, Riau, Sumatera
kesatuan hidrologis gambutnya Riau, Kepri dan Papua Barat dan 21 KHG
Sumbar, Sumsel, Kalimantan 5 KHG Papua 16 KHG Papua Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Jambi Papua (akumulasi)
dan Sumut Tengah, Kalimantan Timur
30% dari penetapan - Luas Fungsi Lindung yang sudah
KHG di Babel, 30% dari ditetapkan: 701.822 Ha dari total Luas
30% dari 30% dari 30% dari 52,64 %
Luas lahan gambut yang ditetapkan Lampung, penetapan KHG KHG yang sudah ditetapkan :
b. - - 58,21 % penetapan KHG penetapan KHG 27,79 % penetapan KHG (akumulasi 2015- -
sebagai fungsi lindung Bengkulu, Aceh, di Riau, Kepri dan 1.333.305 Ha
di Kalimantan di Papua di Papua 2019)
Sumbar, Sumsel Jambi
dan Sumut
5% dari luas KHG 5% dari luas KHG 3.474.687,72 Ha Pemulihan fungsi hidrologis yang
5% dari luas KHG 5% dari luas KHG 5% dari luas KHG 3.474.687,72 Ha
Lahan gambut yang dipantau status yang sudah yang sudah (total target s.d dilakukan oleh perusahaan HTI dan
c. - - yang sudah 1.125.558,56 Ha yang sudah 2.437.383 Ha yang sudah 3.111.360,89 Ha 3.474.687,72 Ha (data realisasi
kualitasnya meningkat setiap tahun ditetapkan (54.450 ditetapkan (54.450 tahun 2019 seluas Perkebunan dengan menaikkan
ditetapkan ditetapkan ditetapkan tahun terakhir)
Ha) Ha) 54.450 Ha) TMAT
Luas lahan gambut yang rusak
9.950 Ha (target
(degraded peatland) di luar kawasan 9.950 Ha
d. 50 Ha 173 Ha 150 Ha 2.870 Ha 200 Ha 2.139 Ha 300 Ha 3.200 Ha 500 Ha 1568 500 Ha s.d tahun 2019
hutan yang terpulihkan meningkat (akumulasi)
sebesar 500 Ha)
setiap tahun.
17
Selain data kondisi umum pencapaian kinerja ditjen PPKL selama
tahun 2015-2019 diatas, terdapat beberapa permasalahan teknis lainnya
yang masih ditemui selama periode pelaksanaan RPJMN Tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Udara
Kualitas udara menjadi faktor yang penting untuk kesehatan
manusia. Pertambahan penduduk menjadi faktor utama penurunan
kualitas udara. Selain lokasi, kualitas udara dipengaruhi oleh sumber
pencemar, polutan, serta meteorologi dan topografi. Pencemaran
udara dapat disebabkan oleh emisi dari berbagai sumber, baik dari
proses alam diantaranya letusan gunung berapi dan kebakaran hutan
atau akibat aktivitas manusia yang menghasilkan polutan seperti
transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil, industri,
pembangkit listrik, timbunan sampah dan penebangan liar. Untuk
melihat kondisi kualitas udara di Indonesia salah satunya dengan
menghitung Indeks Kualitas Udara (IKU) yang telah dikembangkan
sejak tahun 2009. Indeks Kualitas Udara merupakan gambaran atau
nilai hasil transformasi parameter-parameter (indikator) individual
pencemar udara yang berhubungan menjadi suatu nilai sehingga
mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
Data udara ambient yang diambil dari sampel yang mewakili
wilayah industri, permukiman, transportasi dan perkatoran dari
kabupaten/kota menunjukkan angka yang terus meningkat, dan
karenanya secara kumulatif nilai Indeks Kualitas Udara (IKU)
memberikan kontribusi terbesar terhadap capaian Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup. Namun demikian, pada tahun 2018, nilai IKU di
beberapa provinsi mengalami penurunan akibat pencemaran udara
dari kebakaran hutan dan lahan. Selain itu masih ditemuinya
permasalahan lain yaitu terkait Infrastruktur Pemantauan Kualitas
Udara Ambien realtime yang jumlahnya belum memadai.
Pembangunan AQMS yang semula direncanakan pada 45 kota besar,
namun hanya dapat dilaksanakan pada 26 kota karena keterbatasan
anggaran.
2. Kualitas Air
Kualitas air diukur dengan menggunakan Indeks Kulitas Air (IKA)
yaitu indikator yang menunjukkan tingkat kualitas air di suatu
wilayah. Kualitas air sungai merupakan salah satu indikator kualitas
lingkungan hidup. Penurunan kualitas air sungai pada umumnya
terjadi akibat dijadikan sebagai tempat pembuangan berbagai limbah,
baik limbah padat maupun limbah cair, sehingga kualitas air sungai
menurun dan tercemar. Hasil perhitungan dengan metode STORET
18
menunjukan bahwa pada periode 2014-2016 terdapat penurunan
persentase sungai yang tercemar berat, yaitu dari 58,1% menjadi
55,9%. Kemudian sumber pencemaran air lainnya adalah limbah
domestik. Pencemaran limbah domestik diakibatkan kondisi sanitasi
yang tidak layak, dimana secara nasional, jumlah rumah tangga
dengan sanitasi layak adalah mencakup 57,3% pada tahun 2012
kemudian menjadi 67,8% pada tahun 2016 atau meningkat sebanyak
10,5% pada kurun waktu 2012-2016 (BPS, 2017). Namun demikian,
potensi pencemaran terhadap sungai tetap tinggi, karena saat ini
terdapat sekitar 26.322 industri besar dan sedang tersebar di seluruh
Indonesia. Tetapi sekitar 81% berada di Pulau Jawa dan sekitar 24%
dari jumlah tersebut didominasi oleh industri makanan dan minuman
yang berpeluang menghasilkan limbah B3 bilamana dibuang
langsung effluent-nya ke badan air/sungai (SLHI tahun 2017).
Pemantauan kualitas air di badan sungai (onlimo) dan
pembangunan alat pemantauan kualitas air di badan air dapat di
laksanakan sebanyak 26 titik pada 12 DAS prioritas, dengan
parameter salinitas, konduktifiti, TDS, pH, DO, suhu, SWSG, Orp,
COD, Turbiditas, BOD, NH4 dan NO3. Pembangunan onlimo
direncanakan dilaksanakan pada 15 DAS prioritas namun dapat
terlaksana di 12 DAS prioritas, sedangkan DAS lainnya dibangun
dengan pendanaan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
19
mengabaikan aspek keselamatan dan tidak berwawasan
lingkungan.
c. Jumlah lokasi yang dipulihkan baru sebanyak 9 lokasi dari total
491 lokasi lahan akses terbuka. Ini menunjukkan bahwa
pemulihan yang dapat dilaksanakan masih jauh di bawah target
disebabkan berbagai kendala yang dihadapi antara lain status
kepemilikan lahan, lokasi lahan yang terletak di daerah yang sulit
terjangkau dan proses pemulihan memerlukan waktu lama.
21
Berdasarkan capaian kinerja ditjen PPKL pada tahun 2015-2019
(target vs realisasi kegiatan) diatas serta permasalahan teknis yang
ditemui selama periode pelaksanaan RPJMN Tahun 2015-2019, maka
harus dianalisis kembali, diinventarisir serta diidentifikasi penyebab
ketidakcapaiannya target sebelumnya untuk menentukan target
berikutnya. sehingga banyak tantangan dan upaya yang perlu
dilakukan oleh Ditjen PPKL ke depan untuk mencapai lingkungan
hidup berkelanjutan tahan terhadap bencana dan perubahan iklim.
Maka dari itu perlu dilakukan pemetaaan kembali terkait potensi dan
permasalahan baik internal dan eksternal untuk memperdalam kajian
dalam penyusunan renstra ditjen PPKL tahun 2020-2024.
22
f. Rehabilitasi hutan dan lahan: 599.813 Ha hingga akhir tahun
2017;
g. Pengurangan emisi: 8,7% dari target NDC 29% pada tahun 2030;
h. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH): 66,19 pada tahun
2017;
i. Laju deforestasi hutan: 0,5 juta Ha/tahun dari 0,6 juta Ha/tahun
di 2015-2016;
j. Kebakaran hutan berkurang: 0,01 juta Ha dari 0,16 juta Ha di
tahun 2017; dan
k. Angka pengurangan sampah sebesar 30% memberikan makna
bahwa paradigma pengelolaan sampah memberikan titik tekan
pada kebijakan up-stream (hulu), dengan mindset 3R (reduce,
reuse, recycle) 2019.
1.2.2. Permasalahan
Selain potensi, terdapat permasalahan baik internal maupun
eksternal yang dapat menjadi kendala bagi Ditjen PPKL untuk
melaksanakan target kinerja 5 tahun ke depannya. Beberapa
permasalahan internal antara lain:
1. Masih perlu adanya sinergitas antara perencanaan dan penganggaran
agar seluruh rencana bisa eksekusi dengan baik;
23
2. Pengelolaan kegiatan dan anggaran yang belum tepat sasaran guna
mendukung peningkatan kinerja lembaga dan unit kerja;
3. Masih diperlukannya tambahan dan penguatan sarana dan prasarana
terutama untuk mengintegrasikan data dan informasi Ditjen PPKL;
4. Masih kurangnya ketatalaksanaan yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan organisasi;
5. Belum optimalnya tata Kelola untuk mendukung peningkatan kinerja
Ditjen PPKL.
6. Sumber daya manusia di dalam Ditjen PPKL yang dinilai masih
kurang secara kuantitas dan perlu pengembangan kompetensi
7. Managemen sumber daya manusia yang belum berjalan optimal
sehingga belum bisa mendorong kontribusi kinerja yang maksimal
dalam rangka mencapai target unit kerja seperti belum
diimplementasikannya Merit System, belum terdapat kompetensi
model & profiling, belum diterapkannya pola karir, manajemen talenta
serta manajemen kinerja yang terintegrasi.
25
BAB II
VISI, MISI, & TUJUAN
2020 - 2024
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN 2020 - 2024
25
dan Misi KLHK, yang akan dicapai secara umum dan selanjutnya dirinci
kedalam sasaran strategis KLHK. Berikut ini adalah sasaran strategis dan
sasaran program KLHK:
26
Satuan
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
Target
daya saing SDM (2) Jumah Kasus LHK yang
KLHK serta efektivitas Ditangani melalui Penegakan
tata kelola Hukum;
pembangunan (3) Indeks Sistem Pemerintahan Jumlah
lingkungan hidup dan Berbasis Elektronik (Indeks-
kehutanan yang baik, SPBE);
dengan indicator (4) Hasil Litbang yang Inovatif Jumlah
dan/atau Implementatif; Produk
(5) Nilai Kinerja Reformasi Point
Birokrasi;
(6) Opini WTP atas Laporan Opini
Keuangan KLHK;
(7) Indeks Produktivitas dan Daya Point
Saing SDM LHK;
(8) Level Maturitas SPIP (Sistem Level
Pengendalian Intern
Pemerintah) KLHK
28
SASARAN STRATEGIS 4
SASARAN STRATEGIS 1
Visi Terwujudnya Lingkungan Hidup dan Hutan Terselenggaranya tata kelola dan inovasi KEMENTERIAN LINGKUNGAN
pembangunan lingkungan hidup dan
Lingkungan Hidup yang Berkualitas dalam yang Berkualitas Serta Tanggap Terhadap HIDUP DAN KEHUTANAN
Mendukung Keberlanjutan Sumber Daya Hutan dan kehuatan yang baik serta kompetensi sdm
Perubahan Iklim
Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan Masyarakat lhk yang berdaya saing
PROGRAM
PENGENDALIAN
PENCEMARAN SASARAN KEGIATAN
Tujuan DAN
1. Tersedianya Data Kualitas Udara
KERUSAKAN 1. DIREKTORAT PENGENDALIAN
(AQMS dan Passive Sampler)
- Meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan LINGKUNGAN SASARAN KEGIATAN PENCEMARAN UDARA
2. Tersedianya Data Kualitas Air
Hidup (Onlimo dan Pemantauan Manual) 2. DIREKTORAT PENGENDALIAN
1. Meningkatnya reformasi tata
- Membangun Sistem Pemantauan Kualitas 3. Terbangunnya Infrastuktur PENCEMARAN AIR
Kelola pemerintah yang baik di
Lingkungan untuk Pengambilan Keputusan Pengelolaan Air Limbah 3. DIREKTORAT PENGENDALIAN
lingkungan Ditjen. PPKL melalui
4. Tersedianya Data Kualitas Air Laut PENCEMARAN DAN KERUSAKAN
dan Edukasi Masyarakat Nilai SAKIP, Level Maturitas SPIP
5. Terlaksananya Penanggulangan PESISIR DAN LAUT
dan Laporan Keuangan
- Sinergi Pengendalian Pencemaran Dan dan Pemulihan Ekosistem Laut.
4. DIREKTORAT PEMULIHAN
Kerusakan Lingkungan dan Peningkatan 6. Tersedianya Data Kualitas Tutupan
Lahan KERUSAKAN LAHAN AKSES
Ekonomi Masyarakat
7. Luasnya Pemulihan Lahan Akses TERBUKA
Terbuka dan Ekosistem Gambut 5. DIREKTORAT PENGENDALIAN
8. Pemantauan Kinerja Industri KERUSAKAN GAMBUT
29
1
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
DITJEN PPKL
30
Berdasarkan 7 (tujuh) agenda pembangunan di atas, maka terdapat
sebanyak 4 (empat) Prioritas Nasional (PN) yang terkait dengan program
dan kegiatan KLHK seperti yang tergambar berikut ini
31
a. Kegiatan Prioritas (KP) Pencegahan pencemaran dan kerusakan
sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan Proyek
Prioritas (Pro PN) yaitu:
b. (1) Pemantauan Kualitas Udara Air, dan Air Laut; indikator
meliputi (a) Pemantauan Kualita Udara Otomatis; (b)
Pemantauan Kualitas Air Otomatis; (c) Pemantauan Kualitas Air
Laut
c. Pemantauan Kinerja Pengelolaan Lingkungan pada Usaha
dan/atau Kegiatan, dengan indikator (1) Jumlah industri yang
memenuhi baku mutu emisi; (2) Jumlah usaha dan/atau
kegiatan yang memenuhi baku mutu air limbah; (3) Jumlah
pelabuhan yang melaksanakan pengendalian pencemaran
pesisir dan laut; (3) Jumlah industri yang melaksanakan
pengendalian kerusakan lahan dan reklamasi tambang; (4)
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi persyaratan
pemulihan ekosistem gambut; (5) Pengawasan Effluent IPAL,
IPLT dan Leachate TPA
32
Sasaran Strategis Arah Kebijakan Strategi
tingkat kebocoran
sampah ke laut
2. Pemulihan 1. fasilitasi dan
Pencemaran dan koordinasi
Kerusakan pemulihan Kawasan
sumber Daya Hidrologi Gambut
Alam dan (KHG) yang
Lingkungan terdegradasi di 7
Hidup provinsi rawan
kebakaran hutan
dan lahanpence
dengan luasan 1,5
juta hektar
2. pemulihan
kerusakan lahan
akses terbuka,
seperti lahan
terlantar/lahan
berkas tambang
rakyat dan lahan
terkontaminasi
limbah B3;
3. pemulihan
kerusakan
ekosistem pesisir,
termasuk padang
lamun, terumbu
karang, dan vegetasi
pantai.
34
Gambar 12. Hirarki RPJMN 2020-2024 pada Renstra Ditjen PPKL
Tahun 2020-2024
35
b. Pemulihan Lahan BekasTambang dan Lahan Terkontaminasi
Limbah B3. Indikatornya adalah Luas lahan bekas tambang
rakyat yang difasilitasi pemulihannya (ha); dan
c. Pemulihan Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut dengan
indikator Jumlah lokasi pesisir dan laut yang dipulihkan fungsi
ekosistemnya (lokasi)
39
Tabel 6. Arah Kebijakan dan Indikator RPJMN
PP 1. KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.1 Pemantauan Jumlah stasiun pemantau kualitas Program
Meningkatnya dan Kerusakan Sumber Daya Kualitas Udara, Air, dan Air air sungai Pengendalian
Kualitas Alam dan Lingkungan Hidup Laut Pencemaran dan
Lingkungan Hidup Kerusakan
KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.2 Pemantauan Jumlah usaha dan/atau kegiatan Lingkungan
dan Kerusakan Sumber Daya kinerja pengelolaan yang memenuhi baku mutu air
Alam dan Lingkungan Hidup lingkungan terhadap usaha limbah
dan/atau kegiatan
KP 1.2. Penanggulangan Pro-PN 1.2.1 Penanganan Jumlah fasilitas pengolahan air
Pencemaran dan Kerusakan Pencemaran dan Kerusakan limbah di DAS Citarum
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Jumlah fasilitas pengolahan air
Lingkungan Hidup limbah di DAS Prioritas
Persentase penurunan beban
pencemaran yang dibuang ke
badan
air pada 15 DAS prioritas dari
baseline 4.546.946,30 kg BOD/hari
Jumlah kab/kota yang dilakukan
pengawasan terhadap effluent IPAL,
IPLT, dan Leachate TPA
KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.1 Pemantauan Jumlah kab/kota yang dilakukan
dan Kerusakan Sumber Daya Kualitas Udara, Air, dan Air pemantauan kualitas udara ambien
Alam dan Lingkungan Hidup Laut
39
PP KP PRO PN INDIKATOR RPJMN PRO KL
40
PP KP PRO PN INDIKATOR RPJMN PRO KL
KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.1 Pemantauan Jumlah provinsi yang dipantau
dan Kerusakan Sumber Daya Kualitas Udara, Air, dan Air perubahan tutupan lahannya
Alam dan Lingkungan Hidup Laut
KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.1 Pemantauan
dan Kerusakan Sumber Daya Kualitas Udara, Air, dan Air
Alam dan Lingkungan Hidup Laut
KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.4 Pencegahan Jumlah usaha dan/atau kegiatan
dan Kerusakan Sumber Daya Kebakaran Lahan dan yang memenuhi persyaratan
Alam dan Lingkungan Hidup Hutan pemulihan ekosistem gambut
KP 1.1. Pencegahan Pencemaran Pro-PN 1.1.5 Peningkatan Jumlah desa mandiri peduli
dan Kerusakan Sumber Daya Kesadaran dan Kapasitas gambut yang dibentuk
Alam dan Lingkungan Hidup Pemerintah, Swasta dan
Masyarakat terhadap
Lingkungan Hidup
Pro-PN 1.1.6 Pencegahan Jumlah provinsi dan kab/kota yang
Kehilangan difasilitasi dalam penyusunan
Keanekaragaman Hayati rencana perlindungan dan
dan Kerusakan Ekosistem pengelolaan ekosistem gambut
(RPPEG)
Jumlah KHG yang dipetakan fungsi
ekosistem gambutnya skala 1 :
50.000
Pro-PN 1.3.1 Restorasi dan Luas ekosistem gambut yang
Pemulihan Lahan Gambut difasilitasi restorasi gambut
41
PP KP PRO PN INDIKATOR RPJMN PRO KL
42
3.3. Kerangka Regulasi
Pelaksanaan proram-program yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya perlu ditopang oleh peraturan yang berlaku. Program
ditopang oleh peraturan yang berlaku ditujukan agar pelaksanaan
program dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan. Selain itu,
peraturan juga digunakan untuk mendasarkan kinerja pelaksanaan
program. Ada pun peraturan yang dignakan pada pokonya diarahkan
untuk mendorong pencegahan dan penanganan serta peningkatan
kualitas dari sumber daya alam maupun lingkungan hidup. Ada pun
peraturan-peraturan yang menjadi dasar penyusunan renstra ini, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah
dan Air
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.
43
Gambar 15. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Agar dapat menjalankan tugas dan fungsi Ditjen PPKL didukung oleh
perangkat organisasi yang terdiri dari:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
Berdasarkan Peraturan Menteri LHK nomor P.18/Menlhk-II/2015,
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan
Direktorat Jenderal. Dan agar dapat menjalankan tugas tersebut,
maka Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan kerja sama
teknik, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja di bidang
konservasi sumber daya alam dan ekosistem;
b. koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data,
dan pengelolaan sistem informasi di bidang konservasi
sumberdaya alam dan ekosistem;
c. koordinasi dan pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi
dan tata laksana di bidang konservasi sumber daya alam dan
ekosistem;
d. koordinasi dan penyiapan rancangan peraturan perundang-
undangan dan telaahan peraturan perundang-undangan, serta
pemberian pertimbangan dan bantuan hukum di bidang
konservasi sumber daya alam dan ekosistem; dan
44
e. pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga dan
perlengkapan di lingkungan Direktorat Jenderal.
45
3. Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan
Laut;
Berdasarkan Peraturan MenteriLHK nomor P.18/Menlhk-
II/2015, Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Pesisir dan Laut mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan
teknis di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir
dan laut. Dan agar dapat menjalankan tugas tersebut, maka
Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan
Laut menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang pengendalian pencemaran dan
kerusakan pesisir dan laut;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pencemaran dan
kerusakan pesisir dan laut;
c. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengendalian
pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;
d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan
bimbingan teknis di bidang pengendalian pencemaran dan
kerusakan pesisir dan laut;
f. Pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan pengendalian
pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut; dan
g. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
46
f. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan
bimbingan teknis di bidang pengelolaan dan pengendalian
pencemaran air;
g. Pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan dan
pengendalian pencemaran air; dan
h. Pelaksanaan administrasi Direktorat
47
bidang pemulihan kerusakan lahan akses terbuka. Dan agar dapat
menjalankan tugas tersebut, maka Direktorat Pemulihan Kerusakan
Lahan Akses Terbuka. menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang pemulihan kerusakan lahan
akses terbuka;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pemulihan kerusakan lahan
akses terbuka;
c. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pemulihan
kerusakan lahan akses terbuka;
d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pemulihan kerusakan lahan akses terbuka;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan
bimbingan teknis di bidang pemulihan kerusakan lahan akses
terbuka;
f. Pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan pemulihan kerusakan
lahan akses terbuka; dan
g. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
Pendidikan
No Unit Kerja Eselon I S1/ D.III
S3 S2 SLTA SLTP SD Total
D.IV Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. Direktur Jenderal
Pengendalian
Pencemaran dan - 1 - - - - - 1
Kerusakan
Lingkungan
2. Sekretarat Direktorat
1 4 29 8 17 3 3 65
Jenderal
3. Direktorat
Pengendalian - 8 14 1 1 - - 24
Kerusakan Gambut
4. Direktorat
Pengendalian
Pencemaran dan - 6 27 1 7 - 1 41
Kerusakan Pesisir
dan Laut
5. Direktorat
Pengendalaian 1 6 29 2 5 1 1 45
Pencemaran Air
48
Pendidikan
No Unit Kerja Eselon I S1/ D.III
S3 S2 SLTA SLTP SD Total
D.IV Sederajat
6. Direktorat
Pengendalian - 14 27 2 2 - - 45
Pencemaran Udara
7. Direktorat Pemulihan
Kerusakan Lahan - 5 19 2 2 - 1 29
Akses Terbuka
8. Dipekerjakan - 2 - - - - - 2
TOTAL 2 46 145 16 34 4 5 252
3.5. Pengarusutamaan
Pengarusutamaan (mainstreaming) dalam RPJMN 2020-2024 telah
ditetapkan sebagai bentuk pembangunan inovatif dan adaptif, sehingga
dapat menjadi katalis pembangunan untuk menuju masyarakat sejahtera
dan berkeadilan. Pengarusutamaan tentunya akan mewarnai dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan setiap
sektor dan wilayah, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
dan memastikan pelaksanaannya secara inklusif. Selain itu, dengan
pengarusutamaan akan mempercepat pencapaian target-target dari fokus
pembangunan, dan pada akhirnya bertujuan untuk memberikan akses
pembangunan yang merata dan adil dengan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi tata kelola dan juga adaptabilitas terhadap faktor eksternal
lingkungan.
Di dalam Rencana Strategis (Rensta) KLHK 2020-2024 ini terdapat 4
(empat) pengarusutamaan (mainsteaming), dimana antara satu
pengarusutamaan dengan yang lainnya saling terkait dan saling
mendukung, dengan rinciannya sebagai berikut:
49
1. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
generasi masa depan, dengan mengedepankan kesejahteraan yang
mencakup tiga dimensi yakni sosial, ekonomi dan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan alat dan
sarana untuk mencapai agenda Pembangunan Nasional, termasuk
bidang lingkungan hidup dan kehutanan (LHK) yang mensyaratkan
partisipasi dan kolaborasi semua pihak.
Kontribusi Ditjen PPKL dalam melakukan kegiatan
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan untuk
mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) adalah:
a. SDG’s melalui dana APBN dan SDG’s. Program pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan anggaran APBN
selama tahun 2015 – 2019 untuk kegiatan pengendalian
pencemaran air di 15 DAS/Sungai Prioritas yaitu telah
tersedianya alat pemantauan kualitas air secara real dan
kontinu, Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air,
Jumlah sungai pada 15 DAS prioritas yang meningkat
kualitasnya setiap tahun sebagai sumber air baku (untuk
parameter kunci BOD, COD, dan E-Coli), Persentase Beban
Pencemaran Air turun 50 % dari basis data 2014 tercapai 5%.
b. SDG’s oleh dunia usaha. Kegiatan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan target yang dicapai terkait dunia usaha
adalah sejumlah 1834 industri yang memenuhi baku mutu air
limbah dari target 1500 industri, 1708 industri baku mutu emisi
dari target 1500 dan 86 industri melakukan pemulihan pasca
tambang dari target 80 industri. Pencapaian yang melebihi target
tersebut di lakukan melalui Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) dengan
pemantauan penaatan industri terhadap peraturan perundang-
undangan lingkungan. Hasil pencapaian ini adalah hasil kerja
sama mitra Pemerintah dengan dunia usaha khususnya dalam
pengelolaan lingkungan hidup di lingkungan kegiatan
produksinya.
c. SDGs dalam konteks ekosistem gambut, maka seluruh kegiatan
perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut mesti
diarahkan untuk memberikan dukungan terhadap tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDG’s Goals) pada Goal 1 (Tanpa
Kemiskinan), Goal 2 (Tanpa Kelaparan), Goal 13 (Perubahan
Iklim), Goal 15 (Ekosistem Daratan). Goal 1 (Tanpa Kemiskinan)
50
dan Goal 2 (Tanpa Kelaparan) dilakukan dengan cara
merevitalisasi ekonomi masyarakat sekitar ekosistem gambut,
melalui pengembangan potensi yang ada di ekosistem gambut,
baik komoditas kayu, non kayu dan jasa lingkungan. Goal 13
(Perubahan Iklim) berkaitan dengan kegiatan pelestarian fungsi
ekosistem gambut dalam pengatur tata air dan penyimpan
karbon yang signifkan dalam pencapaian penurunan emisi
karbon dari sektor lahan (kehutanan). Goal 15 (Ekosistem
Daratan) berkaitan dengan peran ekosistem gambut sebagai
sumber keanekaragaman hayati beserta habitat yang khas dalam
ekosistem gambut.
Arah kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah
pengejawantahan 17 (tujuh belas) tujuan pembangunan berkelanjutan
dalam arah Pembangunan Nasional di setiap sektor/bidang
pembangunan maupun wilayah/daerah, yang diupayakan dengan
strategi yaitu: (1) menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat;
(2) meningkatkan efisiensi pemanfaatan, dan keberlanjutan pengelolaan
sumber daya alam, termasuk pengurangan timbunan sampah dan
limbah; (3) meningkatkan kapasitas dan kemampuan dalam
penguasaan teknologi beserta pendanaannya kemudian diikuti dengan
pemantauan dalam pelaksanaannya. Capaian tersebut diantaranya
telah diarusutamakannya SDGs ke dalam RPJMN 2020-2024. Hal ini
dilakukan agar dukungan Ditjen PPKL pada SDG’s dapat
terimplementasikan dengan maksimal. Baik untuk dukungan utama,
yakni Air Bersih Dan Sanitasi Layak, yang berupa kegiatan pengendalian
pencemaran air diantaranya pemantauan kualitas air, penetapan daya
tampung beban pencemar, peningkatan kualitas air sungai dan
penurunan persentase beban pencemar. Dan dukungan lainnya pada
Kesehatan dan Sejahtera, tujuan Energi Bersih dan Terjangkau, tujuan
Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, tujuan Ekosistem Laut, dan
tujuan Ekosistem Darat.
Bentuk dukungan lainnya pada pengarusutamaan ini adalah
kegiatan pengembangan pantai dan laut lestari, yang ditujukan pada
kolaborasi dengan tujuan kegiatan utuk berkontribusi pada pada
pengurangan dan mitigasi sumber polusi laut berbasis daratan, dengan
fokus khusus pada limbah sampah laut, limbah tumpahan minyak dan
limbah industri. Dalam hal ini, kegiatan diarahkan pada
penanggulangan bencana pencemaran, manajemen pengelolaan
koordinasi penanggulangan dan peningkatan kesadaran, mendukung
para pembuat keputusan serta pemangku kepentingan lainnya
khususnya industri dalam pengurangan beban pencemaran ke air laut
dan peningakatan kualitas air laut.
51
Sedangkan untuk salah satu rencana program yang dicanangkan
ditjen PPKL untuk mendukung SDG’s terutama nomor 14 yaitu
ekosistem lautan, seperti tergambar dibawah ini:
52
dibandingkan perempuan. Di dalam sebuah komunitas yang
menjalankan suatu program atau kegiatan tertentu, jumlah perempuan
yang dilibatkan lebih sedikit dibanding laki-laki karena penilaian atau
persyaratan tertentu. Fenomena munculnya perbedaan peran dan
status laki-laki dengan perempuan disebut dengan kesetaraan gender.
Di internal Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan, dari keseluruhan pegawai (Ditjen PPKL), kaum
laki-laki mendominasi jumlah keseluruhan pegawai. Dari tabel di bawah
ini, terlihat bahwa mulai dari level Eselon II hingga level pegawai, jumlah
personel laki-laki lebih banyak ketimbang personel perempuan.
Perbedaan terbesar tampak pada level pegawai, di mana jumlah gap
personel berdasarkan gender sebesar 65 orang personel. Data internal
Ditjen PPKL ini menunjukkan, bahwa gender laki-laki masih
mendominasi jumlah pegawai dalam suatu organisasi. Secara lebih
rinci, komposisi jumlah pegawai di lingkup Dirjen PPKL tergambar pada
gambar berikut:
PEGAWAI
ES III
ES I
0 50 100 150 200 250
ES I ES II ES III ES IV PEGAWAI
PRIA 1 3 17 30 146
WANITA 2 7 23 81
PRIA WANITA
53
Tabel 8. Data Pegarusutamaan Gender Dit. PKLAT Tahun 2019
54
a. Akses, kesempatan bagi laki-laki dan perempuan dalam
memperolah manfaat pembangunan;
b. Partisipasi, keikutsertaan Laki-laki dan perempuan dalam suatu
kegiatan/program;
c. Pengendalian, peran laki-laki dan perempuan dalam
menjalankan fungsi pengendalian atas sumber daya dan
pengambilan keputusan; dan
d. Manfaat, peran laki-laki dan perempuan dalam menerima dan
menggunakan hasil-hasil suatu kebijakan/ program/ kegiatan.
55
menjaga kualitas air dengan tidak membuang sampah di sekitar sungai.
Contoh lainnya, mengajak perempuan yang ada di pesisir pantai untuk
menjaga kebersihan sampah di pinggir sampah.
Keterkaitan gender dalam pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan tidak dapat dipisahkan karena mampu
mempengaruhi kehidupan dalam menciptakan lingkungan yang sehat
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara
lingkungan seperti pemanfaatan air bersih, pengelolaan sampah
domestik, penggunaan bahan kimia di rumah tangga, dan lain
sebagainya. Salah satu kegiatan pengendalian pencemaran air laut yaitu
kegiatan coastal clean-up, yaitu melakukan gerakan bersih-bersih laut
secara terpadu (Integrated Coastal Clean-Up) sampah/limbah padat
dengan melibatkan banyak pihak. Tujuan kegiatan tersebut adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara kebersihan
pesisir dan laut, terutama dari sampah, baik yang dihasilkan oleh
rumah tangga di wilayah pesisir maupun rumah tangga yang ada di
daratan sehingga menjadi kekuatan yang signifikan dalam mengurangi
cemaran sampah di lingkungan pesisir dan laut, dan menjadikan
kegiatan pembangunan pengendalian pencemaran dan kerusakan
pesisir dan laut sebagai kegiatan pembangunan yang ramah anak dan
ramah gender atau masuk dalam kegiatan pengarusutamaan gender
(PUG) di Ditjen PPKL. Terkendalinya pencemaran kawasan pesisir dan
laut dari sampah laut di lokasi kegiatan dan sampah yang terkumpul
dapat terkelola melalui Pengolahan Sampah dengan Sistem 3R dengan
pelibatan semua pihak termasuk kalangan perempuan dan anak-anak
sehingga kegiatan Integrated Coastal Clean Up ini akan menjadi kegiatan
pembangunan yang ramah anak dan pengarusutamaan gender.
Kegiatan kegiatan dalam Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan akan terus ditingkatkan pada setiap program dengan
menerapkan kebijakan pengarusutamaan gender (PUG) sehingga
mampu menciptakan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi
seluruh penduduk Indonesia terutama dalam pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan. Pengarusutamaan Gender dalam
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dilakukan
melalui: (a) Penerapan Perencanaan dan Penganggaran Responsif
Gender (PPRG); b) Penguatan kelembagaan PUG di PPKL; c) Penyusunan
data terpilah; e) Pengembangan statistik gender; (f) Pengembangan
model pelaksanaan PUG unit eselon II di Ditjen PPKL; (g) Pembuatan
Monitoring dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender (PUG) PPKL.
Sehingga setiap kegiatan yang responsive gender perlu dilengkapi
dengan data terpilah, Anngaran Responsif Gender (ARG), Gender
Analisys Pathway (GAP), Gender Budget Statement (GBS), Kerangka
56
Acuan Kegiatan, Tagging kegiatan pada Rencana Kerja dan Rencana
Kerka Anggara Eselon II lingkup Ditjen PPKL.
58
atau tahapan kerja. Dengan implementasi digital pada proses kerja serta
meningkatkan kompetensi personel, organisasi pun mampu
mengefektifkan serta mengefisiensikan proses kerja yang ada saat ini.
Penerapan pengarusutamaan transformasi digital dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan yang ditekankan pada kegiatan utama
yaitu Pemantauan Kualitas Air Laut dan Pemantauan Sampah Laut.
Bersama dengan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Akibat
Tumpahan Minyak, Direktorat PPKPL menjadi Walidata Nasional
Informasi Geospasial dalam Penyusunan Peta Tematik Kualitas Air
Laut, Penyusunan Peta Tematik Pemantauan Sampah Laut dan Peta
Tematik Pencemaran Akibat Tumpahan Minyak. Tujuan kegiatan adalah
untuk berkontribusi pada penguiatan sistem informasi digital nasional
dan sebagai kontribusi Direktorat PPKPL dalam pengurangan dan
mitigasi sumber polusi laut berbasis daratan, dengan fokus khusus
pada limbah sampah laut, limbah tumpahan minyak dan limbah
industry.
Selain itu, implementasi teknologi telah dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat agar lebih
efektif, efisien serta memudahkan masyarakat. Transformasi digital
Ditjen PPKL dalam pengelolaan big data bidang pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan telah dilakukan untuk kegiatan
yaitu :
59
untuk mengatasi kendala diatas. Aplikasi yang dikembangkan
dalam bentuk tematik seperti Aplikasi SIRAJA LIMBAH untuk
pelaporan aspek limbah B3 dan Emisi Sektor Industri untuk
pelaporan emisi sumber tidak bergerak. Aplikasi tersebut
digunakan perusahaan untuk mengirim laporan. Namun dalam
perkembangannya, perusahaan perlu memiliki banyak akun
sistem pelaporan dikarenakan setiap aplikasi belum
terintegrasi. Pada tahun 2016, SIMPEL dikembangkan sebagai
simpul pelaporan elektronik lingkungan hidup. Mekanisme
yang dikembangkan perusahaan cukup registrasi akun SIMPEL
untuk menyampaikan laporan lingkungan hidup. Laporan yang
dapat disampaikan melalui SIMPEL antara lain : laporan izin
lingkungan/dokumen lingkungan; laporan izin pembuangan
limbah cair; laporan emisi; dan laporan pengelolaan limbah B3.
60
Gambar 19. Perusahaan aktif SIMPEL 2017-
2020
61
dengan demikian mempercepat proses pengiriman rapor secara
akuntabel.
Seiring dengan tuntutan penggunaan teknologi informasi
dalam Era Industri 4.0 maka pengembangan SIMPEL akan
dilakukan agar dapat menjadi pusat data pelaporan lingkungan
industri dan menjawab tantangan pengelolaan lingkungan
secara lebih cepat dan akurat, menerapkan azas akuntabilitas
dan transparansi pengelolaan lingkungan.
Pengembangan aplikasi SIMPEL yang akan dilakukan
antara lain adalah:
a. Sharing data SIMPEL kepada Pemerintah Daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota sehingga Pemda dapat mengevaluasi
secara mandiri kinerja perusahaan di wilayahnya, hal
tersebut dapat memberikan banyak manfaat seperti
pengembangan SDM, efisiensi kertas dan biaya
transportasi;
b. Publikasi informasi status ketaatan perusahaan bagi
peserta PROPER dan non PROPER
c. Memberikan akses publik terhadap informasi dan data
pencemaran lingkungan serta informasi geospasial (beban
pencemaran, intensitas, serta pengolahan data secara
statistik lainnya)
d. Tools mengevaluasi penilaian PROPER untuk aspek lebih
dari ketaatan, sehingga penilaian PROPER secara
keseluruhan ke depannya dilakukan secara elektronik.
e. Menghitung emisi GRK dari industri
62
penyusunan rencana aksi terlebih dahulu, selanjutnya
pelaporan dilaksanakan sesuai dengan rencana aksi yang telah
disusun. Selanjutnya tahun 2018 dikembangkan untuk lebih
memudahkan dalam pengisian E-Monev SMART DJA dan
Bappenas sehingga terdapat isian progress kegiatan
berdasarkan output. Tahun 2019 pengembangan E-Monev lebih
menyederhanakan laporan yang diunggah menjadi satu jenis
dokumen dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Tahun
2020 kesiapan SDM unggul lebih diutamakan sehingga E-
Monev kembali dikembangkan dengan memfasilitasi setiap
pegawai agar dapat melakukan input pelaporan setiap kegiatan
yang dilaksanakan.
Sistem aplikasi E-Monev Ditjen PPKL Tahun 2020 dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai dalam rangka
penerapan Perdirjen P.5/PPKL/SET/PEG.7/7/2019 tentang
Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi Pada Pegawai
Lingkup Ditjen PPKL.
64
BAB IV
PROGRAM & KEGIATAN
65
BAB IV
PROGRAM & KEGIATAN
67
SS1
68
SS4 TERSELENGGARANYA TATA KELOLA DAN INOVASI PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEMENTRIAN
KEHUATAN YANG BAIK SERTA KOMPETENSI SDM LHK YANG BERDAYA SAING
Gambar 23. Hubungan Kerangka Logis Lingkup Ditjen PPKL dengan Pencapaian Pembangunan Nasional
69
4.2. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan
70
pengendalian ataupun pemulihan yang dilakukan, maka dipilih
juga berbagai program yang melibatkan masyarakat seperti
kegiatan usaha yang memperhatikan faktor lingkungan. Hal ini
bertujuan agar penanaman budaya terkait dengan pemeliharaan
lingkungan dapat terinternalisasi yang nantinya akan mendukung
pencegahan pencemaran yang lebih baik kedepannya.
4. Pembangunan Berbasis Teknologi Digital: Menyelaraskan
penggunaan teknologi digital dalam pembangunan. Dalam rangka
melakukan pemantauan indeks kualitas lingkungan hidup, maka
disusunlah berbagai kegiatan pembangunan baik fasilitas
ataupun pemantauan berbasis teknologi sehingga adanya
monitoring dan evaluasi yang lebih akurat serta meningkatkan
efektititas proses pencegahan pencemaran yang terjadi.
71
Kegiatan yang Indikator Kinerja
No. Sasaran Kegiatan
dilakukan Kegiatan
limbah di Sungai limbah di sungai
Citarum Citarum
Terbangunnya Jumlah Fasilitas
fasilitas pengolahan air
pengendalian limbah di DAS
pencemaran air Prioritas
Persentase
penurunan beban
pencemaran yang
dibuang ke badan
air pada 15 DAS
prioritas dari
baseline
4.546.946,30 kg
BOD/hari
Jumlah kab/kota
yang dilakukan
pengawasan
terhadap effluent
IPAL, IPLT, dan
Leachate TPA
Tersedianya Jumlah kota yang
system memiliki sistem
pemantauan pemantauan
kualitas udara kualitas udara
ambien yang ambien yang
beroperasi secara beroperasi
kontinyu (AQMS) kontinyu (AQMS)
KEGIATAN Tersedianya data Terlaksananya
PENGENDALIAN indeks kualitas pemantauan
2.
PENCEMARAN udara kualitas udara
UDARA untuk perhitungan
indeks kualitas
udara
Terlaksananya
Jumlah usaha
pemantauan
dan/atau kegiatan
kinerja
yang memenuhi
pengendalian
baku mutu emisi
pencemaran udara
72
Kegiatan yang Indikator Kinerja
No. Sasaran Kegiatan
dilakukan Kegiatan
Tersedianya data Jumlah lokasi yang
indeks kualitas terpantau kualitas
udara air lautnya
Terlaksananya
pemantauan
sampah laut dan
sumber Jumlah provinsi
pencemaran yang dilakukan
lainnya dalam pemantauan
rangka kualitas air laut
pengendalian dan sampah laut
pencemaran dan
kerusakan pesisir
laut
Terlaksananya
pemantauan
KEGIATAN
kinerja
PENGENDALIAN Jumlah pelabuhan
pengendalian
3. PENCEMARAN DAN yang memenuhi
pencemaran
KERUSAKAN kriteria kinerja
lingkungan air
PESISIR DAN LAUT lingkungan
terhadap usaha
dan/ atau kegiatan
pelabuhan
Terpulihkannya Jumlah lokasi
ekosistem pesisir ekosistem pesisir
laut laut yang
dipulihkan
Terlaksananya Jumlah lokasi yang
penanggulangan dilakukan
pencemaran Penanggulangan
tumpahan minyak Pencemaran
dan kejadian Tumpahan Minyak
pencemaran dan Kejadian
kerusakan pesisir Pencemaran
dan laut Kerusakan Pesisir
dan Laut
KEGIATAN Terlaksananya Jumlah usaha
4. PEMULIHAN pemantauan dan/atau kegiatan
KERUSAKAN kinerja tambang yang
73
Kegiatan yang Indikator Kinerja
No. Sasaran Kegiatan
dilakukan Kegiatan
LAHAN AKSES pengendalian meningkat kinerja
TERBUKA kerusakan lahan pengelolaan
terhadap usaha lingkungannya
dan/ atau kegiatan
Terpulihkannya Luas lahan
lahan terlantar terlantar bekas
bekas pertambangan
pertambangan rakyat yang
rakyat terpulihkan
Data indeks
kualitas tutupan
lahan
Terlaksananya Jumlah usaha
pemantauan dan/atau kegiatan
kinerja pengelolaan yang memenuhi
ekosistem gambut persyaratan
terhadap usaha pemulihan
dan/ atau kegiatan ekosistem gambut
Tersedianya data Terlaksananya
indeks kualitas pemantauan data
ekosistem gambut muka air tanah
untuk pemantauan
tingkat kebasahan
gambut
KEGIATAN
Terbentuknya desa Jumlah desa
PENGENDALIAN
5. mandiri peduli mandiri peduli
KERUSAKAN
gambut di 12 gambut yang
GAMBUT
Provinsi dibentuk di 12
Provinsi
Jumlah desa
mandiri peduli
gambut yang
dibentuk di 7
Provinsi
Terlaksananya Jumlah provinsi
peningkatan dan
kapasitas daerah kabupaten/kota
dalam penyusunan yang difasilitasi
perlindungan dan dalam penyusunan
74
Kegiatan yang Indikator Kinerja
No. Sasaran Kegiatan
dilakukan Kegiatan
pengelolaan rencana
gambut perlindungan dan
pengelolaan
ekosistem gambut
(RPPEG)
Tersedianya peta Jumlah KHG yang
KHG dengan skala dipetakan
1:50.000 karakteristik
ekosistem
gambutnya skala
1:50.000
Luas lahan gambut
yang difasilitasi
restorasi gambut
pada 7 provinsi
rawan kebakaran
hutan
Terpulihkannya Luas kawasan
kawasan hidrologis hidrologi gambut
gambut yang terdegradasi yang
terdegradasi dipulihkan di lahan
masyarakat
Meningkatnya Nilai SAKIP
reformasi tata Direktorat Jenderal
Kelola pemerintah Pengendalian
yang baik di Pencemaran dan
lingkungan Ditjen. Kerusakan
KEGIATAN PPKL Lingkungan
DUKUNGAN Level Maturitas
MANAJEMEN DAN SPIP Ditjen
6.
PELAKSANAAN Pengendalian
TUGAS TEKNIS Pencemaran dan
LAINNYA Kerusakan
Lingkungan
Laporan Keuangan
Ditjen
Pengendalian
Lingkungan yang
75
Kegiatan yang Indikator Kinerja
No. Sasaran Kegiatan
dilakukan Kegiatan
Tertib dan
Akuntabel
76
BAB V
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN
77
BAB V
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
77
3. Meningkatnya Indeks Indeks Kualitas 58,5 59 59,5 60 60,5
Kualitas Air Laut Air Laut
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target IKLH (Point)
Direktorat Jenderal PPKL Ditjen PPKL Program 2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya Indeks Indeks Kualitas 61,6 62,5 63,5 64,5 65,5
Kualitas Tutupan Lahan Lahan
dan Ekosistem Gambut
4. Meningkatnya Indeks Indeks Kualitas 61,9 62,9 63,9 64,9 65,9
Kualitas Tutupan Tutupan Lahan
Lahan
5. Meningkatnya Indeks Indeks Kualitas 65,8 66,3 66,8 67,3 67,8
Kualitas Ekosistem Ekosistem
Gambut Gambut
Terwujudnya
reformasi tata kelola
SAKIP Ditjen
1. pemerintahan yang 79 80 81 82 83
PPKL
baik di lingkungan
Ditjen PPKL
Gambar 25 Keselarasan Sasaran Strategis KLHK dengan Sasaran Program Ditjen Tahun 2020-2024
Indikator kinerja program Ditjen PPKL adalah turunan dari Sasaran program Ditjen PPKL yang
akan dilaksanakan oleh unit Eselon II lingkup Ditjen PPKL. Penetapan target selama lima tahun
dengan yang diterjemahkan hingga sasaran Kegiatan di masing-masing unit Eselon II untuk setiap
tahunnya. Proses cascading dapat tergambar melalui bagan di bawah di mana dari Sasaran Strategis
yang ditetapkan dari KLHK diterjemahkan menjadi IK Eselon I yang kemudian dibentuk menjadi pohon
Kinerja Sastra untuk selanjutnya diadopsi menjadi IK Eselon II.
78
Cascading
Pohon Kinerja
Sasaran IK Eselon I IKK Eselon II
Sastra
Strategis
Gambar berikut ini adalah penjabaran dari sasaran strategis Kementerian, program, hingga
indikator program beserta target yang hendak dicapai dari tingkat Kementrian/ Lembaga hingga
Eselon II.
Gambar 26 Proses Penurunan dari Sasaran Strategis Kementerian Ke Eselon 1 hingga IKK
Untuk melakukan cascading maka dapat dibuatu suatu peta sasaran program untuk
mengintegrasikan gambaran besar mulai dari Sasaran Strategis Ditjen PPKL, Program beserta
Indikator Kinerja Program dan juga Kegiatan beserta Indikator Kinerja Kegiatan. Dituliskan juga
satuan-satuan untuk mengetahui tolak ukur pencapaian Indikator Kinerja yang ada. Tabel di bawah
sudah mencakup peta Sasaran dari Renstra KLHK terkait SS-1 dan PN. 6 yang selanjutnya
dicascading menjadi program Ditjen PPKL beserta kegiatan, Indikator Kinerja yang slenajutnya akan
dicascadingi lagi apda DIrektorat di bawah Ditjen PPKL.
Indikator
Satuan Satuan Satuan
Sasaran Strategis IKU Program Kinerja Kegiatan IKK
Target Target Target
Program
Terwujudnya Indeks Poin Pengendalian Indeks Poin Penngendalian Jumlah lokasi Lokasi
Lingkungan Hidup Kualitas Pencemaran dan Kualitas Air Pencemaran pemantauan kualitas
dan Hutan yang Lingkungan Kerusakan Air air sungai dan danau
Berkualitas serta Hidup Lingkungan secara manual
Tanggap Terhadap
Perubahan Iklim Jumlah lokasi stasiun Lokasi
pemantau kualitas air
sungai yang
beroperasi secara
kontinyu (ONLIMO)
79
Indikator
Satuan Satuan Satuan
Sasaran Strategis IKU Program Kinerja Kegiatan IKK
Target Target Target
Program
Jumlah Fasilitas Unit
pengolahan air limbah
di sungai Citarum
80
Indikator
Satuan Satuan Satuan
Sasaran Strategis IKU Program Kinerja Kegiatan IKK
Target Target Target
Program
Jumlah usaha Perusahaan
dan/atau kegiatan
tambang yang
meningkat kinerja
pengelolaan
lingkungannya
Indeks Poin Pengendalian Jumlah provinsi yang Provinsi
Kualitas Kerusakan dilakukan
Ekosistem Gambut pemantauan data
Gambut muka air tanah untuk
pemantauan tingkat
kebasahan gambut
Jumlah usaha Perusahaan
dan/atau kegiatan
yang memenuhi
persyaratan
pemulihan ekosistem
gambut
Jumlah desa mandiri Desa
peduli gambut yang
dibentuk di 12
Provinsi
Jumlah provinsi dan Provinsi/Kabu
kabupaten/kota yang paten/Kota
difasilitasi dalam
penyusunan rencana
perlindungan dan
pengelolaan
ekosistem gambut
(RPPEG)
Jumlah KHG yang KHG
dipetakan
karakteristik
ekosistem gambutnya
skala 1 : 50.000
Luas kawasan Hektar
hidrologi gambut
terdegradasi yang
dipulihkan di lahan
masyarakat
Jumlah desa mandiri Desa
peduli gambut yang
dibentuk di 7 Provinsi
Terselenggaranya Nilai Kerja Poin Program Terwujudnya Poin Kegiatan Nilai SAKIP Poin
tata Kelola dan Reformasi Dukungan reformasi tata Dukungan Direktorat Jenderal
inovasi Birkorasi Manajemen dan kelola Manajemen Pengendalian
pemerintahan dan
pembangunan Pelaksanaan Pencemaran dan
yang baik di Pelaksanaan
lingkungan hidup Tugas Teknis lingkungan Kerusakan
dan kehuatan Lainnya Tugas Teknis Lingkungan
Ditjen PPKL
yang baik serta Kementerian Lainnya Poin
Level Maturitas SPIP
kompetensi SDM LHK Ditjen Pengendalian
LHK yang berdaya Pencemaran dan
saing Kerusakan
Lingkungan
81
Indikator
Satuan Satuan Satuan
Sasaran Strategis IKU Program Kinerja Kegiatan IKK
Target Target Target
Program
Laporan Keuangan Jumlah
Ditjen Pengendalian
Lingkungan yang
Tertib dan Akuntabel
82
2. Meningkatnya kualitas udara dengan indikator indeks kualitas
udara (IKU) dari baseline 84,1 poin (2020) menjadi 84,5 poin (2024).
Adapun indicator kinerja kegiatannya meliputi:
a. Jumlah kota yang memiliki sistem pemantauan kualitas udara
ambien yang beroperasi kontinyu (AQMS).
b. Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi baku mutu
emisi.
c. Terlaksananya pemantauan kualitas udara untuk perhitungan
indeks kualitas udara.
83
(d) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang difasilitasi dalam
penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan
ekosistem gambut (RPPEG)
(e) Jumlah KHG yang dipetakan karakteristik ekosistem
gambutnya skala 1 : 50.000
(f) Luas kawasan hidrologi gambut terdegradasi yang
dipulihkan di lahan masyarakat
(g) Kordinasi dan Fasilitasi pemulihan gambut di 7 Provinsi
rawan kebakaran hutan
(h) Terbentuknya desa peduli gambut di 7 provinsi
84
Indeks Kualitas yang
dipantau direktorat
masing-masing
Ya Tidak
Ya
85
3. Meningkatnya Indeks Indeks kualitas air 58,5 59 59,5 60 60,5
kualitas air laut laut/Poin
4. Meningkatnya Indeks Indeks kualitas 61,6 62,5 63,5 64,5 65,5
kualitas tutupan lahan/Poin
lahan dan ekosistem
gambut
5. Meningkatnya Indeks Indeks kualitas tutupan 65,8 66,3 66,8 67,3 67,8
kualitas tutupan lahan/Poin
lahan
6. Meningkatnya Indeks Indeks kualitas 61,9 62,9 63,9 64,9 65,9
ekosistem gambut ekosistem gambut/Poin
7. Terwujudnya SAKIP/Poin 79 80 81 82 83
reformasi tata kelola
pemerintahan yang
baik di lingkungan
Ditjen PPKL
86
PROGRAM/ INDIKATOR KINERJA TARGET
SATUAN
KEGIATAN KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
Persentase penurunan Persen 0,025 0,032 0,039 0,046 0,053
beban pencemaran yang
dibuang ke badan
air pada 15 DAS prioritas dari
baseline 4.546.946,30 kg
BOD/hari
Jumlah kab/kota yang Lokasi 0 33 40 60 60
dilakukan pengawasan
terhadap effluent IPAL, IPLT,
dan Leachate TPA
87
PROGRAM/ INDIKATOR KINERJA TARGET
SATUAN
KEGIATAN KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah usaha dan/atau Perusahaan 300 350 400 450 500
kegiatan yang memenuhi
persyaratan pemulihan
ekosistem gambut
Jumlah desa mandiri peduli Desa 60 60 60 60 60
gambut yang dibentuk di 12
Provinsi
Jumlah desa mandiri peduli Desa 75 75 75 75 75
gambut yang dibentuk di 7
Provinsi
Jumlah provinsi dan Provinsi/ 10 9 43 43 42
kabupaten/kota yang Kabupaten Provinsi Provinsi Kab./Kot Kab./Kot Kab./Kot
difasilitasi dalam penyusunan /Kota a a a
rencana perlindungan dan
pengelolaan ekosistem
gambut (RPPEG)
Jumlah KHG yang dipetakan KHG 25 30 40 50 60
karakteristik ekosistem
gambutnya skala 1 : 50.000
Luas lahan gambut yang Hektar 300000 200000 200000 200000 200000
difasilitasi restorasi gambut
pada 7 provinsi rawan
kebakaran hutan
Luas kawasan hidrologi Hektar 1800 2000 2500 3000 3500
gambut terdegradasi yang
dipulihkan di lahan
masyarakat
KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
Nilai SAKIP Direktorat Poin 79 80 81 82 83
Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan
Level maturitas SPIP Ditjen Poin 3 3 3 3 4
Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan
Laporan Keuangan Ditjen Jumlah 1 1 1 1 1
Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan
yang Tertib dan Akuntabel
88
dengan target kinerja yang telah ditetapkan. Untuk itu ketapatan dalam
update data menjadi hal yang sangat penting dalam pemantauan yang
dilakukan. Secara lebih jauh, untuk IKK yang berhubungan dengan
lokasi dilakukannya kegiatan, lokasi akan dituliskan pada lampiran 3.
89
Tabel 14. Kerangka Pendanaan Kegiatan PPKL 2020-2024
Anggaran
No. Kegiatan PPKL Tahun 2020 – 2024
(Rp.) dalam ribuan
1. Kegiatan Pengendalian Pencemaran Air 1.573.030.000
3.365.945.525
5. Kegiatan Pengendalian Kerusakan Gambut
6.382.263.293
Total Anggaran
90
AB VI
PENUTUP
91
lingkungan yang tak terduga. Untuk itu maka ditjen PPKL harus dapat
beradaptasi dengan cepat agar kinerjanya tetap optimal.
Pada akhirnya, semoga seluruh upaya pembangunan dan seluruh
harapan yang telah diamanatkan kepada Renstra Dirjen PPKL periode
2020-2024, semoga dapat terealisasikan dengan maksimal serta dengan
penuh tanggung jawab.
92
LAMPIRAN
93
LAMPIRAN 1
MATRIK KINERJA DAN
PENDANAAN PROGRAM –
KEGIATAN
94
Lampiran 1 Matrik Kinerja dan Pendanaan Unit Organisasi Ditjen PPKL 2020-2024
PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN 683.463.283 1.065.000.000 1.309.600.000 1.575.000.000 1.749.200.000
Indeks Kualitas Tutupan Lahan Poin 61,9 62,9 63,9 64,9 65,9
KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT 25.300.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 48.800.000
KEGIATAN PEMULIHAN KERUSAKAN LAHAN AKSES TERBUKA 57.138.675 80.000.000 100.000.000 100.000.000 112.500.000
KEGIATAN PENGENDALIAN KERUSAKAN GAMBUT 332.545.525 500.000.000 650.000.000 850.000.000 1.033. 400.000
KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 78.899.083 90.000.000 100.000.000 110.000.000 120.000.000
Unit
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penang-
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Terkait/In-
Regulasi Eksisting. Kajian, dan Penelitian gungjawab
stitusi
1. PP Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Diperlukan peraturan turunan dari UU 32/2009 Ditjen PPKL, KLHK Setneg, DPR
2. PP Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Air Diperlukan revisi PP 81/2001 Ditjen PPKL, KLHK Setneg, DPR
3. PP Pengelolaan Kualitas Udara Diperlukannya revisi PP 41/1999 Ditjen PPKL, KLHK Setneg, DPR
4. Pedoman Tata Kelola Dan Tata Cara Pengukuran Air Permukaan Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
5. Penetapan Kriteria (Tingkat Kepentingan Dan Kepastian) Untuk Menetapkan Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
Prioritas 85 Kawasan Pesisir Yang Menjadi Sasaran dan Kehutanan
6. Permen Tentang Pedoman Status Mutu Laut Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
7. Kebijakan Insentif/Disinsentif Bagi Pelaksanaan Pengendalian Dan Pemulihan Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
Oleh Stakeholder dan Kehutanan
8. Pedoman Pemantauan Kualitas Air Manual Dan Online Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
9. Pedoman Penetapan Alokasi Beban Pencemaran Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
10. Roadmap Pemantauan Kualitas Udara Secara Nasional Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
11. Pedoman Pemantauan Kualitas Udara Online Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
12. Insentif/Disinsentif Dalam Pelaksanaan Sistem Pemantauan Secara Integratif Perlu adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kemen-LHK Kemen-LHK
dan Kehutanan
13 Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Pesisir Dan Laut Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 Ditjen PPKL, KLHK
tentang
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
101
Unit
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penang-
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Terkait/In-
Regulasi Eksisting. Kajian, dan Penelitian gungjawab
stitusi
14 Baku Mutu Air Laut Dan Kriteria Baku Kerusakan Revisi Kepmen 51 tahun 2004 Baku mutu air laut Ditjen PPKL, KLHK
dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian
Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
Revisi Kepmen 47 tahun 2004 Pedoman pengukuran Ditjen PPKL, KLHK
kondisi terumbu Karang
Revisi Kepmen 4 tahun 2001 Kriteria baku kerusakan Ditjen PPKL, KLHK
terumbu karang dalam Peraturan Pemerintah tentang
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
Revisi Kepmen 200 tahun 2004 Kriteria baku Ditjen PPKL, KLHK
kerusakan dan pedoman penentuan status mutu
padang Lamun dalam Peraturan Pemerintah tentang
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
Revisi Kepmen 201 tahun 2004 Kriteria baku Ditjen PPKL, KLHK
kerusakan dan pedoman penentuan kerusakan
mangrove dalam Peraturan Pemerintah tentang
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
15. Penetapan Status Mutu Laut Pedoman Teknis Pemantauan Kualitas air laut Ditjen PPKL, KLHK
Pedoman perhitungan indeks kualitas air laut Ditjen PPKL, KLHK
Perhitungan Indeks kualitas ekosistem laut
16. Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran Laut Permen LHK Ditjen PPKL, KLHK
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 tentang
Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah Melalui
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik
Permen LH Nomor 12 tahun 2006 tentang Ditjen PPKL, KLHK
Persyaratan Dan Tata Cara Perizinan Pembuangan
Air Limbah Ke Laut
102
Unit
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penang-
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Terkait/In-
Regulasi Eksisting. Kajian, dan Penelitian gungjawab
stitusi
Perdirjen SOP Proses Perizinan Pembuangan Air Ditjen PPKL, KLHK
Limbah ke Laut
Manual Penyusunan Perizinan Pembuangan Air Ditjen PPKL, KLHK
Limbah ke Laut
17. Pedoman Teknis Pencegahan Kerusakan Laut Perubahan Perdirjen P.11/PPKL/SET/WAS.1/8/2018 Ditjen PPKL, KLHK
tentang Kriteria Evaluasi Kinerja pelabuhan dalam
pengelolaan lingkungan hidup
SE MenLHK Pedoman pemantauan sampah laut Ditjen PPKL, KLHK
18. Pedoman Penanggulangan Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Laut Pedoman Indonesia Coastal Clean-up Ditjen PPKL, KLHK
19. Pedoman Pemulihan Mutu Laut Permen Pedoman pemulihan kerusakan ekosistem Ditjen PPKL, KLHK
pesisir dan laut (selain kerusakan secara alami)
20. Pedoman Tata Cara Perhitungan Ganti Rugi Permen Pedoman perhitungan valuasi ekonomi Ditjen PPKL, KLHK
ekosistem pesisir dan laut
21. Walidata Informasi Geospasial SOP Peta tematik pencemaran lingkungan akibat Ditjen PPKL, KLHK
kejadian tumpahan minyak
SOP Peta tematik kualitas air laut Ditjen PPKL, KLHK
SOP Peta tematik pemantauan sampah laut Ditjen PPKL, KLHK
22. Penghitungan emisi, gangguan, dan mutu udara Ditjen PPKL, KLHK
23. Inventarisasi pencemar udara Ditjen PPKL, KLHK
24. Tata cara penentuan dan penetapan WPPMU Ditjen PPKL, KLHK
25. Tata cara penyusunan, penetapan, dan perubahan RPPMU Ditjen PPKL, KLHK
26. Tata cara kajian pembuangan emisi Ditjen PPKL, KLHK
27. Baku mutu emisi dan pemantauan emisi Ditjen PPKL, KLHK
28. Kompetensi pengelola mutu udara Ditjen PPKL, KLHK
29. Baku mutu gangguan Ditjen PPKL, KLHK
30. Sistem perdagangan kuota emisi Ditjen PPKL, KLHK
31. Penanggulangan pencemaran udara Ditjen PPKL, KLHK
103
Unit
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penang-
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Terkait/In-
Regulasi Eksisting. Kajian, dan Penelitian gungjawab
stitusi
32. Tata cara perhitungan dana jaminan Ditjen PPKL, KLHK
33. Tata cara pemulihan mutu udara Ditjen PPKL, KLHK
34. Penyusunan standar nasional produk rumah tangga yang mengeluarkan Ditjen PPKL, KLHK
residu ke udara
35. Sistem informasi pengelolaan kualitas udara Ditjen PPKL, KLHK
36. Permen BMAL Lithium Ditjen PPKL, KLHK
37. Permen BMAL Limbah Domestik Ditjen PPKL, KLHK
38. 4R Air Limbah Ditjen PPKL, KLHK
39. BMAL Campuran Beberapa Kegiatan Ditjen PPKL, KLHK
40. BMAL Gondorukem, Pupuk, Pakan Ternak Ditjen PPKL, KLHK
41. Sistem Perdagangan/Alokasi Beban Pencemaran Ditjen PPKL, KLHK
42. Standardisaasi Pengelolaan Air Limbah untuk USK & Non Point Source Ditjen PPKL, KLHK
43. Reviu Permen:LH 05/2014 Ditjen PPKL, KLHK
44. Tata Cara Inventarisasi Ditjen PPKL, KLHK
45. Penyusunan Dan Penetapan Baku Mutu Air Ditjen PPKL, KLHK
46. Perhitungan Dan Penetapan Alokasi Beban Cemaran Air Ditjen PPKL, KLHK
47. Tata Cara Penyusunan, Penetapan, Dan Perubahan Rencana Perlindungan Ditjen PPKL, KLHK
Dan Pengelolaan Mutu Air
48. Tata Cara Kajian Pembuangan Dan/Atau Pemanfaatan Air Limbah Ditjen PPKL, KLHK
49. Baku Mutu Air Limbah Ditjen PPKL, KLHK
51. Standar Teknologi Pengolahan Air Limba Ditjen PPKL, KLHK
52. Standar Teknologi Pengolahan Air Limbah Ditjen PPKL, KLHK
53. Tata Cara Penanggulangan Pencemaran Air Ditjen PPKL, KLHK
54. Tata Cara Pemulihan Air Ditjen PPKL, KLHK
55. Sistem Informasi Perlindungan Dan Pengelolaan Mutu Air Ditjen PPKL, KLHK
56. Tata Cara Pengawasan Ketaatan Penanggung Jawab Usaha Dan/Atau Ditjen PPKL, KLHK
Kegiatan
104
Unit
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Unit Penang-
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Terkait/In-
Regulasi Eksisting. Kajian, dan Penelitian gungjawab
stitusi
57. Tata Cara Penerapan Sanksi Administratif Di Bidang Perlindungan Dan Ditjen PPKL, KLHK
Pengelolaan Mutu Air
58. Tata Cara Pengawasan Ketaatan Penanggung Jawab Usaha Dan/Atau Ditjen PPKL, KLHK
Kegiatan
59. Tata Cara Penerapan Sanksi Administratif Di Bidang Perlindungan Dan Ditjen PPKL, KLHK
Pengelolaan Mutu Air
60. Tata Cara Analisis Risiko Lingkungan Hidup Ditjen PPKL, KLHK
61. Tata Cara Perdagangan Alokasi Beban Cemaran Air Ditjen PPKL, KLHK
62. Revisi PERMEN LH No.1 Tahun 2012 tentang Program Menuju Indonesia Revisi PERMEN LH No.1 Tahun 2012 tentang Ditjen PPKL, KLHK
Hijau. Program Menuju Indonesia Hijau
63. Regulasi baru berupa PermenLH tentang Tata Cara Penyusunan Penetapan Regulasi baru berupa Permen LH tentang Tata Cara Ditjen PPKL, KLHK
dan Perubahan Rencana Perlindungan dan Pengolahan Ekosistem Gambut. Penyusunan Penetapan dan Perubahan Rencana
Perlindungan dan Pengolahan Ekosistem Gambut
105
LAMPIRAN 3
KERANGKA BERPIKIR LOGIS
DITJEN PPKL
106
Lampiran 3 Kerangka Berpikir Logis Penentuan Lokasi Prioritas Kegiatan Ditjen PPKL
3.1 PENENTUAN LOKASI PRIORITAS UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN INDEKS KUALITAS AIR
107
3.2 PENENTUAN LOKASI PRIORITAS UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN INDEKS KUALITAS UDARA
108
3.3 PENENTUAN LOKASI PRIORITAS UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN INDEKS KUALITAS AIR LAUT
109
3.4 PENENTUAN LOKASI PRIORITAS UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN INDEKS KUALITAS TUTUPAN LAHAN
110
3.5 PENENTUAN LOKASI PRIORITAS UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN INDEKS KUALITAS EKOSISTEM GAMBUT
111
LAMPIRAN 4
LOKASI KEGIATAN
DITJEN PPKL
112
Lampiran 4 Lokasi Kegiatan Ditjen PPKL
Kab. Aceh Tamiang, Kisaran, Panyabungan, Balige, Kab. Sijunjung, Kab Solok, Kab. Solok Selatan, Kab. Kampar, Kab. Pelalawan, Kab.
Rokan Hulu, Kab. Siak, Kota Pekanbaru, Kab. Batam, Kab Batanghari, Kab Bungo, Kab Kerinci, Kab. Merangin, Kab. Muaro Jambi, Kab.
Sarlangun, Kab Tanjung Jabung Timur, Kab. Tebo, Kab. Bengkulu tengah, Kab. Kepahiang, Kab. Rejang Lebong, Pangkalan Balai, Kab.
Empat Lawang, Kab. Lahat, Kab. Muara Enim, Kab. Ogan Komering Ilir, Kab. Ogan Komering Slatan, Kota Palembang, Kab. Belitung,
Kab. Belitung Timur, Kota Pangkal Pinang, Kab. Lampung Selatan, Kab, Lampung Timur, Kab Mesuji, kab. Pesawaran, Kab Tanggamus,
Kab. Lebak, Kab. Serang, Kab. Tangerang, Kab. Bandung, Kab Bandung Barat, Kab. Bogor, Kab. Ciamis, Kab Cianjur, Kab. Karawang,
Kab Pangandaran, Kab Purwakarta, Kota Banjar, Kota Bogor, Kota Depok, Kab Administrasi Kepulauan Seribu, Seluruh Kota Adminitrasi
DKI Jakarta, Kab. Brebes, Kab. Cilacap, Kab. Karanganyar, Kab Klaten, Kab. Sragen, Kab. Sukoharjo, Kab. Temanggung, Kab. Wonogiri,
Kab. Magelang, Kota Surakarta, Kab. Bantul, Kab. Kulon Progo, Kab Blitar, Kab Bojonegoro, Kab. Jombang, Kab Madiun, Kab Malang,
Mab. Mojokerto, Kab. Ponorogo, Kab. Tulungagung, Kota Batu, Kota Kediri, Kota Malang, Kota Surabaya, Kab. Badung, Kab. Buleleng,
Kab. Gianyar, Kab. Tabanan, Kota Denpasar, Kab Lombok Barat, Kab. Sumbawa, Kota Mataram, Kab. Kupang, Kab. Malaka, Kab.
Nagekeo, Kab. Ngada, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Timor Tengah Utara, Kota Kupang, Kab. Bengkayang, Kab Kapuas Hulu, Kab.
Kayong Utara, Kab Ketapang, Kab. Kubu Raya, Kab. Landak, Kab. Melawi, Kab. Mempawah, Kab. Sambas, Kab, Sanggau, Kab.
Sekadau, Kab. Sintang, Kota Pontianak, Kota Singkawang, Kab. Barito Kuala, Kota Banjarmasin, Kab, Barito Selatan, Kab. Barito Utara,
Kab. Gunung Mas, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Murung Raya, Kab. Pulang Pisau, Kab. Sukamara, Kota Palangka Raya, Kab. Kutai
Barat, Kab. Kutai Kertanegara, Kota Samarinda, Kab. Malinau, Kab. Tanau Tidung, Kab, Bone Bolango, Kab. Gorontalo Utara, Kab.
Pohuwato, Kab. Mamasa, Kab. Mamuju, Kab Pasangkayu, Kab. Polewali Mandar, Kab. Bone, Kab Enrekang, Kab. Gowa, Kab. Pinrang,
Kab. Soppeng, Kab. Tana Toraja, Kab. Wajo, Kota Makassar, Kab. Kolaka Utara, Kab. Poso, Kab. Sigi, Kab. Bolaang Mongondow, Kab.
Minahasa Utara, Kota Kotamobagu, Kota Manado, Kab. Maluku Tengah, Kab Maluku Tenggara, Kab. Seram Bagian Barat, Kota Ambon,
113
Kab. Halmahera Tengah, Kab. Halmahera Timur, Kab. Halmahera Utara, Kota Tidore Kepulauan, Kab. Merauke, Kota Jayapura, Kab.
Manokwari
Jumlah usaha dan/atau kegiatan Perusahaan 1668 2625 3000 3375 3750
yang memenuhi baku mutu air
limbah
114
Bulungan, Tanjung Selatan, Kota Cilegon, Kota Tasikmalaya, Kab. Kabupaten Purbalingga,
JabungTimur, Rokan Ilir, Kepulauan Seribu, Bekasi, Kab. Bogor, Kabupaten Magelang,
Ogan Ilir, Ketapang, Banjarbaru, Sleman, Kota Pasuruan, Kota Kabupaten,
Sambas, Pasir, Berau, Bukittinggi, Gianyar, Madiun, Kota Blitar, Karanganyar,
Kotabaru. Banjar. Kampar, Pelalawan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Semarang,
Hulusungai Tengah, Indragiri Hilir, Lahat, Kab, Tangerang, Bantul, Kabupaten Brebes,
Baritokuala, Kutai Timur, Muaraenim, Penukal Kotamobagu, Kabupaten Pekalongan,
Kota Banjarbaru, Kutai Abab Lematang Ilir, Banyuasin, Ogan Kab Cirebon, Kab
Kartanegara, Kota Murungraya, Kemering Ulu Selatan, Bandung, Kota Banjar,
Surakarta, Kota Bogor Gunungmas, Katingan, Musibanyuasin, Kab Karawang, Kota
Sintang, Sekadau, Sukamara, Kotawaringin Probolinggo, Kabupaten
Tapin, Sorong Barat, Tanjab Barat, Mojokerto, Kota Batu,
Muarojambi, Kabupaten Kediri,
Tanahbumbu, Musirawas, Empat
Tanahlaut, Mahakam Lawang, Pulangpisau,
Ulu Kapuas, Kuburaya,
Kayong Utara,
Balangan, Kutai Barat
Kab. Asahan, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang, Hasundutan, Samosir, Simalungun, Karo, Dairi, Kota Tanjung, Balai, Rokan Hulu,
Bengkalis, Siak, Kampar, Kota Pekanbaru, Banyuasin, Empat, Lawang, Lahat, Muara Enim, Musi, Banyuasin, Musi Rawas, Ogan Ilir,
Oku, Oku Selatan, Oku Timur, Pagar Alam, Kota Palembang, Prabumulih, Lubuk, Linggau, Kab Kepahyang, Rejang Lebong, Batanghari,
Muaro Jambi, Sarolangun, Lampung Barat, Way Kanan, , Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tanggamus, Kota Metro,
Bandar, Lampung, Bandung, Bekasi, Bogor, Cianjur,, Garut, Karawang, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang, Kota Bandung,
Cimahi, Bogor, Cianjur, Sukabumi, Kota Bogor, Depok, Seluruh kota di DKI, Kab Bogor, Tanggerang, Lebak, Kota Tangerang, Jak. Bar,
Jakut, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Kota Surakarta, Kab Sragen, Pacitan, Ponorogo, Madiun, Kota Madiun,, Magetan,
Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Blora, Boyolali, Grobogan, Rembang, Semarang, Jombang, Nganjuk, Trenggalek,
Gunungkidul, Sleman, Banjarnegara, Banyumas, Batang', Brenes, Cilacap, Kebumen, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga,
Tegal, Temanggung, Wonosobo, Blitar, Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Lumajang, Madiun, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Pasuruan,
Ponorogo, Probolinggo, Sidoarjo, Trenggalek, Tulungagung, Kota Batu, Blitar, Kediri, Malang, Mojokerto, Surabaya, Bengkayang, Kapuas
Hulu,, Ketapang, Landak, Melawi, Pontianak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kota, Pontianak, Gunungmas, Katingan, Lamandau, Murung
Raya, Seruyan, Gowa, Maros, Sinjai, Takalar, Kota Makasar, Enrekang, Luwu, Pinrang, Polewali Mamasa, Tana Toraja, Kota Palopo,
Mamasa, Mamuju, Kab Bone Bolango, Gorontalo, Kota Gorontalo, Bolaang Mongodow, Sumbawa
Jumlah usaha dan/atau kegiatan Perusahaan 1668 2625 3000 3375 3750
yang memenuhi baku mutu emisi
115
KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT
Banda Aceh, Semarang, Kota Banda Aceh, Kab. Serdang Bedagai, Kota Padang, Kab. Bintan, Kab. Belitung Timur, Kab. Pesawaran,
Sukabumi, Labuan Bajo, Kab. Tangerang , Kab. Sukabumi, Kab. Adm. Kep. Seribu, Kab. Jepara, Kab. Bantul, Kab. Banyuwangi, Kab.
Singkawang, Lombok Utara, Kab. Manggarai Barat, Kab. Bengkayang, Kab. Singkawang, Kota Balikpapan, Kota Manado,
Bengkayang, Bintan, Kota Gorontalo, Kota Palu, Kota Makassar, Kota Ambon, Kota Manokwari
Yogyakarta, Badung,
Banyuwangi, Bontang, Cilegon, Indramayu, Gresik, Sampang, Probolinggo, Situbondo, Kota Cirebon, Tidore, Dumai, Kab.
Pesawaran, Manado, Kolaka, Kab. Donggala, Kab. Tolitoli, Kab. Kendari, Kab. Konawe, Kota Bitung, Kab. Luwu, Kab. Bangka,
Gorontalo, Makassar, Kota Balikpapan, Kota Bandar Lampung, Kota Surabaya, Kab. Jepara, Kab. Cirebon, Kab. Gunung Kidul,
Palu, Manokwari, Kab. Lombok Timur, Kab. Negare, Kab. Pariaman, Kab. Tuban, Kota Semarang, Kepulauan Seribu, Kota
Ambon, Bengkulu dan Jakarta Utara, Kab. Malang, Kab. Trenggalek, Kab. Lombok Tengah
Labuan Bajo Destinasi wisata (Kab. Minahasa Utara-Likupang, Tanjung Kelayang-Belitung, Mandalika-Lombok Tengah,
Wakatobi, Morotai, Kep. Seribu, Tanjung lesung-Pandeglang, Labuan Bajo-Manggarai Barat)
10 lokasi DAS (Kab. Asahan, Kab. Siak Bengkalis, Kab. Musi Banyuasin, Kab. Karawang, Kota Jakarta utara,
Kab. Cilacap, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kab. Pinran, Kab. Sumbawa Barat)
Tambahan Kabupaten/Kota yang belum masuk (Bengkulu, Ternate, Kab. Jayapura, Mamuju, Kota Tarakan,
Kab. Pandeglang, Kab. Tanjung Jabung Timur, Kab, Berau, Kab. Kotawaringin Barat, Kota Kendari, Kab.
Tanah Laut)
116
Jumlah pelabuhan yang Pelabuh-an 20 25 30 40 50
memenuhi kriteria kinerja
lingkungan
C. Wilayah 3:
D. Wilayah 4:
117
Utara, 24. Pelabuhan Ambon, Maluku. 25. Pelabuhan
Manokwari, Papua Barat
Selayar, Ternate, Lombok Utara, Kab. Berau, Kab. Bintan, Kota Ambon, Kab. Morotai, Kab. Belitung Timur, Kab. Raja Ampat, Kab. Gresik
118
Tenggara, Minahasa Lombok Barat, Lombok Enrekang, Mamuju,
Utara, Minahasa Timur, Sumbawa Barat Pangkanjane Kepulauan
Jumlah usaha dan/atau kegiatan Perusahaan 300 350 400 450 500
yang memenuhi persyaratan
pemulihan ekosistem gambut
119
perlindungan dan pengelolaan /Kota Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Humbang, Hasundutan, Bengkalis, Indragiri Hilir,
ekosistem gambut (RPPEG) Indragiri Hulu, Kep. Meranti, Kota Dumai, Pekanbaru, Pelalawan, Rokan Hilir, Siak, Karimun ,Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung
Timur, Muaraenim, Ogan Ilir, Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Muko-Muko, Lampung Tengah, Lampung Timur,
Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Kota Singkawang, Landak, Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, Barito Selatan, Barito Timur,
Kapuas, Katingan, Kota Palangkaraya, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Pulangpisau, Seruyan, Sukamara, Hulu Sungai Tengah,
Hulu Sungai Utara, Tabalong, Kutai Barat, Kutai Timur, Kutaikartanegara, Nunukan, Tanatidung, Donggala, Boven Digoel, Jayapura, Kota
Jayapura, Mappi, Merauke, Nabire, Fak-Fak, Sorong, Sorong Selatan, Telukbintuni
Luas lahan gambut yang Hektar 300000 200000 200000 200000 200000
difasilitasi restorasi gambut pada
7 provinsi rawan kebakaran
hutan
Luas kawasan hidrologi gambut Hektar 1800 2000 2500 3000 3500
terdegradasi yang dipulihkan di
lahan masyarakat
120