Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Pengertian perjudian dalam pandangan islam dan bentuk serta hukum


berjudi”

Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Ifada Amalia (6411420081)
2. Aqila Athiyyah (6511420029)
3. Siti Nurrohmah (Tidak ikut mengerjakan) (7101420019)
4. Dwi Noor Oktaviani (7101420085)
5. Siti Nur Kholisatus Sa'adah (7101420186)

Dosen Pengampu : Drs. Nurwachid Budi Santoso, M. Si.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengertian perjudian dalam pandangan islam dan bentuk serta hukum
berjudi” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Drs. Nurwachid Budi Santoso, M. Si. pada mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Judi bagi para pembaca juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Drs. Nurwachid Budi Santoso, M. Si. yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 23 April 2021

Anggota Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
A. Batasan Judul........................................................................................ 3
B. Latar Belakang ..................................................................................... 3
C. Keadaan Lingkungan Sekitar ............................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN PUSTAKA (ISI) ................................................................. 7
A. Pengertian Judi Secara Umum ............................................................. 7
B. Perjudian dalam Pandangan Islam ..................................................... 10
C. Unsur-Unsur Perjudian ....................................................................... 11
D. Jenis Judi ............................................................................................ 12
E. Hukum judi......................................................................................... 13
F. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Pidana
Perjudian Dikalangan Masyarakat ..................................................... 15
G. Upaya Untuk Mengatasi Judi ............................................................. 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21
A. Kesimpulan......................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Batasan Judul
Agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah maka perlu adanya
pembatasan masalah yaitu: “Pengertian perjudian dalam pandangan islam
dan bentuk serta hukum berjudi”

B. Latar Belakang
Perjudian telah ada sejak zaman dahulu seiring berkembangnya
peradaban manusia, dimana permainan judi dan tekniknya yang sangat mudah
membuat judi dengan cepat berkembang ke seluruh penjuru dunia termasuk
Indonesia. Dalam perkembangannya, perjudian itu dianggap sebagai perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk mempertaruhkan sesuatu yang bernilai
pada permainan, perlombaan, dan kejadian yang belum diketahui hasilnya.
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penertiban
perjudian, bahwa perjudian adalah perbuatan yang bertentangan dengan
agama, kesusilaan dan moral Pancasila, serta membahayakan bagi
penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Praktik perjudian dewasa ini, semakin berkembang ke berbagai lapisan
masyarakat, mulai dari masyarakat ekonomi bawah sampai dengan masyarakat
ekonomi keatas. Perjudian pada zaman ini, sangatlah marak terjadi mulai dari
yang tradisional seperti perjudian dadu, sabung ayam, toto gelap (togel),
sampai pada penggunaan teknologi canggih seperti, judi menggunakan internet
atau biasa dikenal dengan istilah judi Online. Perjudian di dunia maya sulit
dijerat sebagai pelanggaran hukum apabila hanya memakai hukum nasional
suatu negara layaknya di dunia nyata, hal ini disebabkan tidak jelasnya tempat
kejadian perkara karena para pelaku dengan mudah dapat memindahkan tempat
permainan judi mereka dengan sarana komputer dan internet. Kemajuan zaman
seperti saat ini telah membawa dampak terhadap terbukanya pintu kebebasan
berekspresi dan berkreasi bagi kalangan masyarakat, termasuk di dunia maya.

3
Perjudian dilakukan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan
diantara beberapa pilihan, dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan yang
menjadi pemenang. Pemain yang kalah dalam taruhan akan memberikan
taruhannya kepada si pemenang, Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan
sebelum pertandingan dimulai. Perjudian sebagai suatu kegiatan yang
melibatkan elemen resiko dan resikonya kemungkinan mengakibatkan
terjadinya suatu kerugian.
Adapun beberapa masalah yang timbul akibat perjudian ini adalah bahwa
beberapa orang akan menjadi ketagihan dan tidak dapat berhenti berjudi dan
akhirnya kehilangan banyak uang dan harta. Jadi, jelaslah bahwa judi itu selain
merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan masyarakat, karena selain
meracuni jiwa seseorang, juga dapat meracuni perekonomian masyarakat
secara luas. Selain rugi uang, mental dan kesehatan juga dapat mendorong para
pemain judi menjadi seorang yang pemalas, dan pada akhirnya akan sangat
mudah berbuat kejahatan seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya,
meskipun demikian, berbagai macam dan bentuk perjudian dewasa ini sudah
demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat
terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

C. Keadaan Lingkungan Sekitar


Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi perjudian. Praktik judi
sudah dianggap hal yang biasa di masyarakat bahkan sekarang para remaja juga
banyak yang melakukan perjudian. Hal ini diawali oleh keisengan belaka,
mengadu nasib dengan bermodalkan sedikit uang dan berharap mendapatkan
kemenangan yang besar. Walaupun polisi sudah sering melakukan razia
terhadap praktik perjudian tetapi ini tidak membuat masyarakat jera. Sekarang
banyak praktik perjudian yang dilakukan di lokasi terbuka tetapi bukan lokasi
yang tetap hal itu dilakukan agar terhindar dari razia aparat kepolisian sehingga
tempat untuk melakukan judi berpindah-pindah.
Perjudian sangat susah unttuk diberantas dikarenakan faktor lingkungan
yang lebih mendukung adanya judi. Kesadaran diri dari masing-masing

4
individu masih rendah. Malah lebih banyak yang mengundang orang untuk
melakukan judi. Bahkan pada saat pandemi ini, pemerintah dengan tegas telah
melarang orang melakukan kerumunan untuk memutus penyebaran virus
COVID-19, tetapi hal ini tidak dihiraukan oleh warga sekitar. buktinya banyak
kasus penggrebekan yang terjadi di Indonesia, kita dapat melihat dari berbagai
berita di TV/Koran/Internet tentang kasus penggrebekan aparat polisi terhadap
penjudi. Judi dinilai sebagai aktivitas yang memiliki tingkat keseruan yang
tinggi. Awalnya hanya sebagai aktivitas ketika dilanda kebosanan, motif
perjudian itupun berubah menjadi kebiasaan. Terlebih lagi bagi orang-orang
yang mencari keuntungan dari berjudi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan dilatar belakang,
maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya dengan tujuan agar makalah ini
dapat lebih terarah dan dapat dengan mudah dipahami. Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan judi?
2. Bagaimana judi dalam pandangan islam?
3. Apa sajakah Unsur-unsur dari judi?
4. Apa sajakah jenis judi?
5. Bagaimanakah hukum berjudi?
6. Faktor apakah yang menyebabkan judi di kalangan masyarakat?
7. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi judi?

E. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai penulis adalah :
1. Mampu mengetahui dan memahami pengertian judi
2. Mampu mengetahui dan memahami judi dalam pandangan islam
3. Mampu mengetahui dan memahami unsur-unsur dari judi
4. Mampu mengetahui dan memahami jenis judi
5. Mampu mengetahui dan memahami hukum berjudi

5
6. Mampu mengetahui dan memahami factor-faktor yang menyebabkan judi
terjadi di masyarakat
7. Mampu memberikan analisa kritis terkait upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi judi

6
BAB II
LANDASAN PUSTAKA (ISI)

A. Pengertian Judi Secara Umum


Perjudian merupakan salah satu tindak pidana yang berkembang di
masyarakat dan berakibat pada berbagai macam modus tindak pidana
perjudian. Perjudian adalah suatu bentuk dari patologi (masalah) sosial, yaitu
pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat,
menjadi potensi ancaman yang nyata terhadap norma-norma sosial sehingga
mempengaruhi berlangsungnya ketertiban sosial. Perjudian merupakan salah
satu bentuk kejahatan yang dalam proses sejarah hingga perkembangannya
sangat susah diberantas. Dengan demikian, perjudian dapat menjadi
penghambat dalam tujuan pembangunan nasional yakni kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, perjudian harus ditangani dengan cara yang
rasional. Salah satu usaha yang rasional tersebut adalah dengan pendekatan
kebijakan penegakan hukum serta proses penindakan terhadap pelaku hukum
pidana.
Judi atau permainan judi atau ’perjudian’ menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah permainan dengan memakai uang sebagai taruhan.
Berjudi ialah mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan
terbakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang
atau harta yang lebih besar daripada jumlah atau harta semula. Menurut Kartini
Kartono, perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yakni mempertahankan
satu nilai atau yang dianggap bernilai dengan adanya resiko dan harapan-
harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan,
perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya. Perjudian
di Indonesia bukanlah masalah yang baru, perkembangan perjudian di
Indonesia telah dilakukan sejak dulu. Oleh karena itu, setiap perkembangan
perjudian di Indonesia perlu untuk ditangani secara serius oleh aparat penegak
hukum demi terlaksana dan terjalinnya kehidupan sosial yang mendukung
pembangunan yang lebih baik.

7
Penegakan hukum pidana dalam penanganan permasalahan judi di
Indonesia banyak menyita respon dikalangan masyarakat terkait sulitnya aparat
penegak hukum untuk menegakkan hukum pidana. Definisi perjudian yang
diatur dalam Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
mengatur permainan yang digolongkan sebagai judi ialah yang disebut
permainan judi adalah tiaptiap permainan, dimana pada umum nya
kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga
karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala
pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang
tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga
segala pertaruhan lainnya.
Dari ketentuan KUHP tersebut diatas dapat dilihat bahwa dalam
permainan judi, terdapat unsur keuntungan (untung) yang bergantung pada
peruntungan (untung-untungan) atau kemahiran/kepintaran pemain. Selain itu,
dalam permainan judi juga melibatkan adanya pertaruhan. Perjudian
(gambling) dalam kamus Webster didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
melibatkan elemen risiko. Dan risiko didefinisikan sebagai kemungkinan
terjadinya suatu kerugian. Sementara Robert Carson & James Butcher (1992)
dalam buku Abnormal Psychology and Modern Life, mendefinisikan perjudian
sebagai memasang taruhan atas suatu permainan atau kejadian tertentu dengan
harapan memperoleh suatu hasil atau keuntungan yang besar. Apa yang
dipertaruhkan dapat saja berupa uang, barang berharga, makanan, dan lain-lain
yang dianggap memiliki nilai tinggi dalam suatu komunitas. Setiap pasal yang
mengatur mengenai perbuatan perjudian memiliki kategori-kategori yang
berbeda dalam aturannya untuk menentukan status pelaku atas perbuatan yang
termasuk dalam jenis mana yang telah ia lakukan. Hal ini diperlukan untuk
mempermudah proses hukum yang akan ia jalani dan memperjelas tindakan-
tindakan hukum yang akan didapatnya.
Perlu untuk diketahui masyarakat bahwa permainan judi mengandung
beberapa unsur agar dapat dikatakan sebagai bentuk perbuatan perjudian
seperti adanya pengharapan untuk menang, sifatnya untung-untungan saja dan

8
pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dari beberapa pengertian tentang
perjudian, yaitu adanya unsur :
1. Permainan/perlombaan yaitu perbuatan yang dilakukan yang biasanya
berbentuk permainan atau perlombaan yang dilakukan semata-mata untuk
bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna
menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif dan para pelaku harus terlibat aktif
dalam permainan tersebut.
2. Untung-untungan yaitu dalam permainan tersebut si pelaku permainan
atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur
spekulatif/kebetulan atau untung-untungan. Dalam permainan untung-
untungan ini ada faktor kemenangan maupun kerugian yang diperoleh
ketika melakukan permainan tersebut.
3. Taruhan dalam permainan untung-untungan yaitu memiliki ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Taruhan memiliki arti
dalam kelas nomina uang dan sebagainya yang dipasang dalam perjudian.
Dalam permainan atau perlombaan ini, ada taruhan yang dipasang oleh
para pihak pemain atau bandar, baik dalam bentuk uang ataupun harta
benda lainnya. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang
diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang
paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut
sebagai judi atau bukan.
Sebagai suatu masalah yang termasuk kebijakan, maka penggunaan
(hukum) pidana sebenarnya tidak merupakan suatu keharusan. Keberhasilan
polisi dalam penanganan kejahatan harus disyaratkan pada integralitas
berbagai pendekatan, yang secara garis besarnya dapat dibagi menjadi
pendekatan penal, melalui penerapan hukum pidana dan upaya non-penal, yaitu
kebijakan penanganan tanpa penerapan hukum pidana, melainkan
dititikberatkan pada berbagai kebijakan sosial. Hal ini dilatarbelakangi bahwa
kejahatan adalah masalah sosial dan masalah kemanusiaan. Selain melanggar
aturan, banyak kerugian yang disebabkan oleh hal ini. Waktu, tenaga, uang

9
terbuang sia-sia. Sekalipun perjudian tersebut hanya melalui mesin jackpot bisa
saja menghasilkan uang yang banyak, akan tetapi hasilnya bukanlah sesuatu
yang halal (haram). Perjudian melalui permainan jackpot juga bisa saja
mengakibatkan perilaku yang menyimpang lainnya dari si pelaku, seperti
pencurian, penipuan, perampasan, dan lain-lain yang disebabkan kebutuhan
modal untuk melakukan perjudian.

B. Perjudian dalam Pandangan Islam


Judi dalam aturan Islam lazim disebut sebagai masyir dan qimar yang
merupakan “Transaksi dua belah pihak untuk pemilikan suatu barang atau jasa
yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu aksi atau peristiwa”. Dalam istilah
modern, judi mengandung unsur “zero sum game” dimana kemenangan satu
pihak hanya bisa dicapai dengan kekalahan pihak lain.
Judi dalam Bahasa Arab yaitu maisir, maysir, maisira atau qimar. Kata
maisir berasal dari kata Al-Yasr yang artinga keharusan, maksudnya adalah
keharusan bagi siapa yang kalah dalam bermain maisir untuk menyerahkan
sesuatu yang dipertaruhkan kepada pihak yang menang. Sedangkan menurut
istilah, maisir adalah suatu permainan yang membuat ketentuan bahwa yang
kalah harus memberikan sesuatu kepada yang menang, baik berupa uang atau
lainnya yang diperlukan. Perjudian menurut para ulama adalah sebagai berikut:
1. Menurut Muhammad Rasyid Ridha, maisir adalah suatu permainan dalam
mencari keuntungan tanpa harus berfikir dan bekeja keras.
2. Menurut At Tabarsi, maisir adalah permainan yang pemenangnya
mendapat sejumlah uang atau barang tanpa usaha yang wajar dan
menimbulkan kemiskinan.
3. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, judi adalah segala bentuk permainan yang
ada wujud kalah menangnya, pihak yang kalah memberikan sejumlah uang
atau barang yang disepakati sebagai taruhan kepada pihak yang menang.

10
4. Menurut Yusuf Qardawi setiap permainan yang mengandung taruhan
adalah haram. Qimar atau judi adalah setiap permainan yang pemainnya
bisa untung dan bisa rugi.
5. Menurut Ibrahim Hosen, judi ialah suatu permainan yang mengandung
unsur taruhan yang dilakukan secara berhadap-hadapan atau langsung
antara dua orang atau lebih.
6. Menurut M. Quraish Shihab kata maisir terambil dari kata yusrun yang
berarti mudah, karena pelakunya memperoleh harta dengan mudah dan
kehilangan harta dengan mudah, tanpa susah payah
7. Menurut Dwi Suwiknya judi adalah Tindakan mengambil keputusan
secara untungan tanpa disertai dengan data yang mendukung. Disebut juga
dengan istilah permainan berjumlahan nol atau para pemain bersaing untuk
pembayaran total tertentu, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh
seseorang merupakan biaya langsung dari pemain lainnya. Secara
keuangan, judi hanya mengumpulkan uang dikalangan tertentu sehingga
tidak produktif.
Judi dalam Islam sudah jelas dilarang. Meskipun Sebagian orang bisa
jadi berbeda pendapat mengenai legalitas judi, tetapi judi dalam Islam sudah
jelas termasuk perbuatan yang haram dilakukan. Sesuai Q.S. Al Maidah : 90.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”

C. Unsur-Unsur Perjudian
Dalam menetapkan hukuman terhadap suatu pelanggaran harus diketahui
terlebih dahulu unsur-unsur delik dalam jarimah. Jarimah dalam istilah adalah
melakukan setiap perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, keadilan dan
jalan yang lurus (agama).
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perjudian, apabila telah
memenuhi atau terdapat unsur-unsur khusus, menurut H.S.Muchlis, ada dua

11
unsur yang merupakan syarat khusus untuk seseorang yang telah dikatakan
melakukan jarimah perjudian, ialah sebagai berikut ;
1) Ada dua pihak, terdiri dari satu orang atau lebih yang bertaruh dimana
yang menang (penebak tepat atau pemilik nomor yang cocok) akan dibayar
oleh yang kalah menururt perjanjian dan rumusan tertentu.
2) Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan peristiwa yang berada
diluar pengetahuan terlebih dahulu dari petaruh.

D. Jenis Judi
Beberapa jenis permainan judi yang dilarang, baik oleh Islam maupun
oleh negara terbagi menjadi dua, yakni perjudian yang dilakukan secara daring
dan dilakukan secara konvensional.
1. Judi Daring
Permainan judi ini menggunakan konsep online, dimana setiap
pemain tidak harus bertemu langsung untuk melakukan pertandingan atau
permainan. Media yang digunakan untuk bertemu biasanya merupakan
server yang dikelola oleh agen atau bandar judi. Walaupun tidak
mempertemukan dua pihak ketika judi berlangsung, namun jenis judi yang
dilarang islam ini memasukan unsur judi didalamnya. Hal yang
membedakan jenis judi ini dengan judi konvensional adalah penggunaan
perangkat tambahan, cara bermain, jenis permainan, serta cara melakukan
taruhan. Saat ini di Indonesia judi online telah dilarang oleh Undang-
Undang ITE.
2. Judi Konvensional
Jenis judi ini paling umum ditemui, dimana pengguna harus bertemu
satu sama lain untuk melakukan taruhan. Tempat pertemuan biasanya di
tempat khusus yang memang di sediakan untuk melakukan perjudian,
sering disebut dengan kasino. Di kasino, setiap orang berkumpul dan
memainkan jenis permainan judi yang mereka sukai.

12
E. Hukum judi
Perjudian merupakan perbuatan yang mengandung kemudharatan,
perbuatan tercela yang harus dihindari. Perjudian dalam Islam dilarang karena
mudharat yang ditimbulkan lebih besar daripada manfaatnya, sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 90-91 yang artinya sebagai
berikut : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah”
Ayat di atas secara tegas menunjukkan keharaman judi. Perbuatan judi
adalah perbuatan setan dan dilarang. Dasar larangan maisir/judi di dalam hadis,
diantaranya yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah SAW
bersabda :
Artinya: ”Dari Abi Mussa Al-Asyari, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, barang siapa yang main judi, maka sesungguhnya ia telah
mendurhakai Allah dan Rasulnya. (HR. Ahmad, Malik, Abu Daud dan Ibnu
Majah, Al-Albani berkata Hasan).
Kata maisir dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak dua kali, yaitu dalam
surat al-Baqarah (2) ayat 219 dan surat al-Maidah (5) ayat 90-91. Berdasarkan
dalil-dalil tersebut Islam menjadikan judi sebagai satu kesalahan yang serius
dan memandang hina apapun bentuk dari perjudian. Dalam Al-Qur’an tidak
diatur ketentuan hukuman bagi para penjudi. Oleh sebab itu perjudian termasuk
kedalam jarimah ta’zir. Jarimah ta’zir secara harfiah bermakna memuliakan
atau menolong. Namun, ta’zir dalam pengertian istilah hukum islam adalah
hukuman yang bersifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya
dikenakan had dan tidak pula harus membayar kaffarah atau diyat. Jenis
hukuman ta’zir antara lain adalah hukuman penjara, skorsing atau pemecatan,

13
ganti rugi, pukulan, teguran dengan kata-kata, dan jenis hukuman lain yang
dipandang sesuai dengan pelanggaran pelakunya.
Islam melarang judi karena judi menjadikan manusia menggantungkan
harapannya kepada nasib, keuntungan yang tiba-tiba serta cita-cita kosong
bukan kepada pekerjaan dan usaha yang ditentukan Allah SWT. Selain itu, judi
juga menimbulkan dampak negatif yang sangat besar baik terhadap pelakunya
maupun lingkungannya, diantaranya sebagai berikut :
1. Menghalangi orang dari mengingat Allah dan memalingkan dari
melaksanakan shalat yang telah diwajibkan Allah
2. Menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara orang-orang yang
berjudi
3. Merusak akhlak, karena membiasakan seseorang berlaku malas dengan
mencari rizki melalui cara untung-untungan
4. Orang yang berjudi tidak akan memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
5. Judi dapat menghancurkan keutuhan rumah tangga dan melenyapkan harta
benda secara akibat dari kekalahan di meja judi
6. Judi dapat merusak masyarakat karena bisa bisa menimbulkan tindak
kriminal
Dalam hukum positif, perjudian adalah salah satu tindak pidana yang
meresahkan masyarakat. Sebagaimana sesuai dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian bahwa “semua tindak
pidana perjudian sebagai kejahatan”. Dalam KUHP perjudian terdapat pasal
303 tentang kejahatan melanggar kesopanan dan Pasal 542 tentang pelanggaran
mengenai kesopanan. Tindak pidana kesopanan dalam hal perjudian
dirumuskan dalam dua Pasal, yakni Pasal 303 dan 303 bis. Dalam Pasal 303
ayat (3) KUHP menyebutkan, yang dikatakan main judi adalah tiap permainan
yang mengandung keberuntungan, karena pemainnya yang lebih terlatih atau
mahir. Sedangkan sanksi pidana dalam Pasal 303 adalah: Diancam dengan
pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua
puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: Dengan sengaja

14
menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan
menjadikannya sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu
perusahaan. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada
khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam
perusahaan, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan
adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara, menjadikan turut
serta pada permainan judi sebagai pencarian.
Dalam Pasal 303 bis yang rumusannya sebagai berikut: Diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
sepuluh juta rupiah; Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, dengan
melanggar ketentuan Pasal 303. Barang siapa ikut serta main judi di jalan
umum atau di pinggir jalan umum atau tempat yang dapat di kunjungi umum,
kecuali jika ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin
untuk mengadakan perjudian. Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat
dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari
pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau
pidana denda paling banyak lima juta rupiah. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa judi dilarang karena manfaatnya lebih sedikit dari pada
dampak negatif yang ditimbulkan.

F. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Pidana Perjudian


Dikalangan Masyarakat
Perjudian yang terjadi di masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor yang mendukung tindak pidana tersebut. Adapun beberapa faktor yakni:
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab terjadinya
masalah sosial yang mengacu pada kesenjangan sosial dalam masyarakat.
Terjadinya suatu tindak kejahatan yang diakibatkan karena
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi
masyarakat yang dengan status ekonomi yang rendah, mengganggap
bahwa perjudian ialah suatu cara untuk meningkatkan taraf hidup. Namun,

15
banyak juga masyarakat yang status ekonominya menengah ke atas
melakukan perjudian hanya untuk bersenangsenang.
2. Faktor Agama
Agama merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan
bagian dari sistem sosial suatu masyarakat yang harus diterapkan dalam
kehidupan individu ataupun kelompok. Di satu sisi, agama dipandang
sebagai sumber nilai dan moral, sedangkan disisi lain dianggap sebagai
sumber konflik. Kurangnya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial termasuk
perjudian. Agama menjadi dasar kepribadian bangsa di dalam
pelaksanaannya harus dijalankan dan ditaati. Hal itu bertujuan agar
masyarakat tidak menyimpang dari norma yang ada. Dalam kenyataannya,
banyak masyarakat yang menyimpang dari norma agama, yang
diakibatkan kurangnya iman seseorang akan agamanya. Sanksi bagi yang
melanggar norma agama akan di dapat di akhirat kelak oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Jadi di dunia, kurang dapat dirasakan sanksinya, maka
masyarakat tidak segan-segan lagi untuk melakukan tindak pidana
perjudian.
3. Faktor Budaya
Budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Faktor ini dapat menjadi penyebab terjadinya masalah sosial
yang dikarenakan ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan
kepentingan sosial yang diakibatkan adanya perubahan sosial dan pola
pengertian masyarakat yang multikultural atau beraneka ragam.
Permainan judi merupakan budaya yang bersifat negatif yang sering terjadi
karena gagalnya mempertahankan budaya Indonesia yang santun akan
nilai dan norma, disebabkan masuknya berkembangnya budaya asing
negatif yang dapat menimbulkan masalah sosial.
4. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan yang menjadi pemicu perilaku berjudi ialah
tekanan untuk ikut serta dari teman-teman atau kelompok yang sering

16
melakukan perjudian. Tekanan tersebut mempengaruhi calon penjudi
merasa tidak menghargai sesamanya jika tidak menuruti apa yang
diinginkan oleh kelompoknya. Sementara itu, para pengelola perjudian
yang selalu mengekspose para penjudi yang berhasil menang memberikan
kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah
suatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja. Peran media
massa seperti internet, televisi yang menunjukkan keahlian para penjudi
yang “seolah-olah” dapat mengubah setiap peluang menjadi kemenangan
atau mengagung-agungkan sosok sang penjudi, yang menyebabkan
banyaknya para pemula yang kecanduan untuk bermain judi.
5. Faktor Belajar
Faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi,
karena belajar merupakan suatu proses terhadap potensi perilaku terkait
pengalaman. Seseorang karena telah belajar dan mempunyai pengalaman
maka ia bermain judi. Apa yang pernah dipelajari dan menghasilkan
sesuatu yang menyenangkan akan terus tersimpan dalam pikiran seseorang
yang sewaktu-waktu ingin diulang kembali. Dalam teori belajar disebut
dengan Reinforcement Theory yakni perilaku tertentu akan cenderung
diperkuat/dulangi bilamana diikuti oleh pemberian hadiah/sesuatu yang
menyenangkan.
6. Faktor Adanya Peluang Untuk Menang
Adanya peluang untuk menang yang akan diperoleh para penjudi
sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung memiliki persepsi yang
keliru tentang kemungkinan untuk menang. Pada umumnya penjudi
merasa sangat yakin akan kemenangan yang akan diperolehnya, meski
pada kenyataannya peluang tersebut sangat kecil berdasarkan suatu situasi
atau kejadian yang tidak menentu dan sangat subyektif. Ditinjau dari segi
moral, perjudian yang memiliki sifat untung-untungan dapat mengganggu
kreativitas kerja, juga mengganggu moralitas kehidupan keluarga serta
masyarakat. Cara berpikir yang irasional akan menimbulkan budaya mistik
akan suatu hal yang mengarah kepada kemusyrikan sehingga masyarakat

17
yang tingkat pendidikannya relatif rendah sering menjadi korban dari
perjudian.
7. Faktor Keterampilan
Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dan ahli dalam salah
satu atau beberapa jenis permainan judi akan menganggap bahwa
keberhasilan atau kemenangan dalam permainan judi adalah karena
keterampilan ataupun keahliannya dalam bermain judi. Mereka menilai
bahwa keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki akan membuat
mereka mampu mengendalikan berbagai situasi untuk mencapai
kemenangan (illusion of control). Mereka sulit untuk membedakan mana
kemenangan yang diperoleh karena keterampilan dan yang diperoleh dari
kebetulan sesaat. Bagi mereka kekalahan yang dialami dalam perjudian
tidak pernah dianggap sebagai suatu kekalahan melainkan "hampir
menang", sehingga mereka terus melakukan perjudian tersebut untuk
memperoleh kemenangan yang menurut mereka pasti akan didapatkan.

G. Upaya Untuk Mengatasi Judi


Berjudi merupakan salah satu perbuatan tercela. Orang yang berjudi
adalah orang yang tidak yakin atas rezeki Allah. Padahal Allah sudah berfirman
bahwa semua orang akan memperoleh rezeki yang telah ditentukan. Hukum
berjudi adalah haram sebagaimana firman Allah dalam surah Al Maidah ayat
90. Oleh karena itu, kita harus melakukan upaya untuk mengatasi atau
menghindari judi. Upaya ini dapat dimulai dari diri sendiri hingga yang
dilakukan oleh pemerintah. Cara yang dapat dilakukan oleh diri sendiri untuk
menjauhi perbuatan judi adalah :
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
2. Selalu berdzikir mengingat Allah SWT
3. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
4. Membentuk pola pikir yang selalu positif
5. Meyakini bahwa semua orang akan mendapatkan rezeki yang telah Allah
tentukan

18
6. Bergaul dengan orang yang shaleh
7. Selalu bekerja keras dan semangat dalam mencari rezeki
Jika sudah terlanjur kecanduan judi maka cara yang dapat dilakukan
antara lain adalah :
1) Introspeksi bagaimana perubahan hidup yang berubah total setelah
mengikuti perjudian
2) Blokir akses yang membawa ke perjudian
3) Meminta bantuan orang terpercaya untuk sementara mengatur seluruh
keuangan
4) Mencari kesibukan lain yang lebih sehat
5) Jika sudah sangat kecanduan dan mulai merasa stress, depresi atau cemas
maka konsultasikan dengan dokter
Upaya penanggulangan judi bisa dilakukan juga oleh pemerintah yang
bekerjasama dengan kepolisian. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal
dengan istilah kebijakan adalah suatu usaha untuk menanggulagi kejahatan
melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan
dan daya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai
sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan yang
bersifat preventif maupun yang bersifat represif, yang dapat diintegrasikan satu
dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi
kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan
pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai
dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan
datang.
Upaya penanggulangan yang bersifat preventif ini lebih menitikberatkan
pada pencegahan sebelum terjadinya kejahatan dan secara tidak langsung yang
dilakukan tanpa menggunakan sarana pidana atau hukum pidana. Kebijakan
penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal atau preventif hanya
meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial
tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan
terjadinya kejahatan.

19
 Upaya preventif yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menghimbau warga masyarakat melalui pejabat daerah tersebut
2. Membuat program penyuluhan hukum kepada organisasi-organisasi
kepemudaan seperti karang taruna dan sekolah-sekolah
3. Memperdayakan lembaga-lembaga sosial untuk ikut
mengkampanyekan gerakan anti kejahatan seperti gerakan anti
narkoba, anti miras dan anti judi.
4. Melakukan pengawasan baik di dunia nyata maupun di dunia maya
melalui media internet. Hal ini mengingat bahwa tindakan judi bisa
dilakukan secara online melalui internet
5. Membuat tim penanggulangan judi terpadu aparat keamanan
6. Memasang spanduk-spanduk menentang perjudian, membuat
informasi kerusakan akibat judi dan bekerja sama dengan media
massa untuk lebih mengedepankan iman dan takwa
8. Membentuk pos keamanan lingkungan dimana masyarakat dapat
melaporkan perjudian
9. Memberikan pengaduan kepada polisi terhadap praktek perjudian
 Upaya represif yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan razia secara intensif. Hal ini dilakukan terlebih dahulu pada
daerah-daerah yang sebelumnya telah dicurigai sebagai daerah yang
berpotensi melakukan tindak pidana perjudian, lokasi penjualan togel
dan tempat berkumpulnya anak-anak muda
2. Menindak lanjuti dengan cepat setelah diketahui telah terjadi
perjudian berdasarkan adanya laporan dari masyarakat
3. Apabila tindak perjudian dilakukan oleh anak dibawah umur atau anak
yang masih sekolah maka orang tua atau gurunya akan dipanggil dan
diajak secara bersama-sama untuk mencegah terjadinya tindak pidana
perjudian lagi.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Judi atau permainan judi atau ’perjudian’ menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah permainan dengan memakai uang sebagai taruhan.
Berjudi ialah mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan
terbakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang
atau harta yang lebih besar daripada jumlah atau harta semula.
Judi dalam aturan Islam lazim disebut sebagai masyir dan qimar yang
merupakan “Transaksi dua belah pihak untuk pemilikan suatu barang atau jasa
yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara
mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu aksi atau peristiwa”.
Ada dua unsur yang merupakan syarat khusus untuk seseorang yang telah
dikatakan melakukan jarimah perjudian, ialah sebagai berikut ;
1) Ada dua pihak, terdiri dari satu orang atau lebih yang bertaruh dimana
yang menang (penebak tepat atau pemilik nomor yang cocok) akan dibayar
oleh yang kalah menururt perjanjian dan rumusan tertentu.
2) Menang atau kalah dikaitkan dengan kesudahan peristiwa yang berada
diluar pengetahuan terlebih dahulu dari petaruh.
Jenis judi ada dua yaitu :
1. Judi daring : judi ini menggunakan konsep online, dimana setiap pemain
tidak harus bertemu langsung untuk melakukan pertandingan atau
permainan
2. Judi konvensional : judi ini umum ditemukan, dimana pengguna harus
bertemu satu sama lain untuk melakukan taruhan
Hukum judi :
Perjudian dalam Islam dilarang karena mudharat yang ditimbulkan lebih
besar daripada manfaatnya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-
Maidah ayat 90-91 yang artinya sebagai berikut : “Hai orang-orang yang
beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)

21
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah”
Ayat di atas secara tegas menunjukkan keharaman judi. Perbuatan judi
adalah perbuatan setan dan dilarang. Islam melarang judi karena judi
menjadikan manusia menggantungkan harapannya kepada nasib, keuntungan
yang tiba-tiba serta cita-cita kosong bukan kepada pekerjaan dan usaha yang
ditentukan Allah SWT. Selain itu, judi juga menimbulkan dampak negatif yang
sangat besar baik terhadap pelakunya maupun lingkungannya.
Dalam hukum positif, perjudian adalah salah satu tindak pidana yang
meresahkan masyarakat. Sebagaimana sesuai dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian bahwa “semua tindak
pidana perjudian sebagai kejahatan”. Dalam KUHP perjudian terdapat pasal
303 tentang kejahatan melanggar kesopanan dan Pasal 542 tentang pelanggaran
mengenai kesopanan. Tindak pidana kesopanan dalam hal perjudian
dirumuskan dalam dua Pasal, yakni Pasal 303 dan 303 bis
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perjudian di masyarakat
adalah faktor ekonomi, faktor agama, faktor budaya, faktor lingkungan, faktor
belajar, faktor adanya peluang untuk menang, dan faktor keterampilan.
Kemudian, upaya untuk mengatasi judi bisa dimulai dari diri sendiri dan
pemerintah. Cara yang dapat dilakukan oleh diri sendiri untuk menghindari judi
adalah dengan meningkatkan iman kepada Allah SWT, membentuk pola pikir
yang positif, meyakini bahwa semua orang akan mendapatkan rezeki yang
telah Allah tentukan dan selalu bekerja keras dan semangat dalam mencari
rezeki.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan pemerintah ada 2 upaya yaitu
upaya preventif atau pencegahan seperti menghimbau masyarakat melalui
pejabat daerah, melakukan penyuluhan, melakukan pengawasan baik di
lingkungan sekitar maupun di dunia maya, dan membentuk pos keamanan

22
lingkungan dimana masyarakat dapat melaporkan perjudian. Sedangkan upaya
yang kedua adalah upaya represif yaitu pengendalian setelah terjadinya
peristiwa seperti menindak lanjuti dengan cepat setelah diketahui telah terjadi
perjudian, melakukan razia intensif di daerah-daerah yang sebelumnya
diketahui ada kegiatan perjudian dan apabila perjudian ini dilakukan oleh anak
di bawah umur maka orang tua atau gurunya akan dipanggil dan diajak
bersama-sama untuk mencegah terjadainya tindak pidana perjudian lagi.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yakni :
1. Untuk mengurangi terjadinya tindak pidana perjudian, masyarakat dan
pemerintah harus berperan aktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan
positif seperti sosialisasi ke daerah-daerah yang dianggap dapat
menimbulkan adanya perilaku perjudian, serta membuka lapangan kerja
untuk menyejahterahkan perekonomian masyarakat.
2. Pemerintah dan masyarakat harus saling bekerjasama dalam menangani
hambatanhambatan yang dialami para penegak hukum agar perjudian
dapat diberantas secepat mungkin.
3. Para pelaku tindak pidana perjudian harus memperbaiki diri dari
kesalahan- kesalahan yang telah dilakukan agar tidak terjerumus kembali
untuk melakukan tindak pidana terutama perjudian.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahan Ajar UIN Sunan Gunung Jati Bandung Bab 1


2. Bahan Ajar Universitas Pasundan Bandung Bab 2
3. Bahan Ajar Universitas International Batam Chapter 2
4. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2018. Jenis Judi yang Dilarang Islam dan
Bentuknya
5. Quamila A. Kecanduan Judi: Bagaimana Cara Mengatasi Keinginan Berjudi?
[Internet]. Hello Sehat. 2017 [cited 21 April 2021]. Available from:
https://hellosehat.com/mental/kecanduan/9-tips-sembuh-kecanduan-judi/
6. UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN OLEH
KEPOLISIAN. Jurnal Cendekia Hukum. 2018;4(1):9-10.
7. N. H. Hutasoit H, Gde Made Swardhana D. UPAYA PENANGGULANGAN
TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLRESTA
DENPASAR [Internet]. Ojs.unud.ac.id. 2020 [cited 21 April 2021]. Available
from:
8. J.P Sagala M. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA
PERMAINAN JUDI JACKPOT (Studi Kasus Putusan Nomor
45/Pid.B/2017/PN.MDN). Jurnal Hukum Kaidah: Media Komunikasi dan
Informasi Hukum dan Masyarakat. 2019;18(3):88-100.

24

Anda mungkin juga menyukai