Disusun oleh :
Tingkat 3 Reguler B
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Lansia Demensia Dengan Masalah Kebutuhan
Psikososial Pada Lansia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Lansia Demensia Dengan
Masalah Kebutuhan Psikososial Pada Lansia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB IV PENUTUP.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan
(Nasrullah,2016).
Ketika lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang
sering kali paling awal mengalami penurunan. Kerusakan kognitif pada lansia
yang berupa penurunan daya ingat biasa disebut dengan demensia. Demensia
merupakan suatu sindrom yang biasanya bersifat kronis atau progresif dimana ada
kerusakan fungsi kognitif yaitu kemampuan untuk memproses pikiran di luar apa
yang mungkin diharapkan dari penuaan normal. Hal ini mempengaruhi ingatan,
pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan
penilaian. Namun tidak mempengaruhi status kesadaran. Gangguan dalam fungsi
kognitif biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului oleh penurunan kontrol
emosi, perilaku sosial, atau motivasi (WHO, 2016).
Menurut Maramis (1995), pada lanjut usia permasalahan yang menarik adalah
kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dan stres lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial pada
lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia adalah gangguan
proses pikir, demensia, gangguan perasaan seperti depresi, harga diri rendah,
gangguan fisik dan gangguan prilaku. (Azizah, 2011: 65)
Salah satu masalah kesehatan pada lansia yaitu demensia dengan
meningkatnya jumlah lansia juga mengakibatkan meningkatnya jumlah lansia
juga mengakibatkan meningkatnya jumlah demensia pada lansia dimana
jumlah penderita demensia di dunia di perkirakan akan 65,7 juta orang pada
2030 dan 115.400.000 pada tahun 2050, dan lebih dari 90% dari semua kasus
3
mulai antara orang-orang dengan usia lebih dari 65(WHO,2012). Di Indonesia,
prevalensi demensia pada lanjut usia yang berumur 65 tahun adalah 5% dari
populasi lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut “bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan masakah kebutuhan
psikososial pada lansia?”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia demensia dengan masalah
kebutuhan psikososial.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan demensia pada lansia
dengan pemenuhan kebutuhan psikososial.
b. Melakukan diagnosa keperawatan demensia pada lansia dengan masalah
pemenuhan kebutuhan psikososial.
c. Melakukan intervensi keperawatan demensia pada lansia dengan
masalah pemenuhan kebutuhan psikososial
d. Melakukan implementasi keperawatan demensia pada lansia dengan
masalah pemenuhan kebutuhan psikososial.
e. Melakukan evaluasi keperawatan demensia pada lansia dengan masalah
pemenuhan kebutuhan psikososial.
1.4 Manfaat
a. Menambah pengetahuan dan wawasan asuhan keperawatan demensia pada
lansia dengan masalah pemenuhan kebutuhan psikosial.
b. Sebagai bahan masukan dan referensi mahasiswa yang akan melakukan
asuhan keperawatan demensia pada lansia dengan masalah pemenuhan
kebutuhan psikosial.
a. Sebagai bahan masukan dan informasi terbaru mengenai asuhan
keperawatan demensia pada lansia dengan masalah pemenuhan kebutuhan
psikososial
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang
kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
5. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
6. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
2.1.5 Management medis
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk
mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamin, Memantine. Dementia
vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif. Demensia karena stroke yang berturut-
turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau
bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi:
a. Latihan fisik yang sesuai
7
b. Terapi rekreasional dan aktifitas
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
2.2.1 Pengkajian
A. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
B. Keluhan Utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan
masalah psikososial Demensia adalah klien kehilangan
ingatan.
C. Riwayat Kesehatan
Informasi yang diperoleh dengan cara menanyakan pertanyaan
tertentu, dan pasien/keluarga dapat memberikan jawaban yang
sesuai. Pertanyaan yang ditanyakan seputar kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
D. Pola aktivitas sehari – hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami
gangguan dalam memelihara dan menangani masalah
kesehatannya.
b. Pola tidur dan istirahat
Klien biasanya mengalami insomnia.
c. Pola aktivitas
Klien biasanya mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari karena penurunan minat.
d. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran
klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat
tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah
keuangan.
8
e. Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi, mudah
lupa, gagal dalam melaksanakan tugas, cepat marah,
disorientasi.
f. Pola persepsi dan Konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan
depresi, tidak mengalami gangguan kosep diri.
g. Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif
dalam menangani stress yang dialaminya.
h. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan
ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
i. Personal Hygine
Biasanya pada demensia dalam melakukan personal
Hygiene perlu bantuan/tergantung orang lain. Tidak
mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa pergi
untuk kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang
air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang
berminat pada atau lupa pada waktu makan dan
menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan,
berhias, maupun kemandirian dalam kebersihan merawat
tubuh.
E. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe,
kerontokan rambut serta kebersihan secara umum..
2. Mata : adanya perubahan penglihatan
9
3. Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka
atau lessi, tidak ada masa, Nyeri pad sinus
4. Mulut dan tenggorokan :sakit tenggorokan, lesi dan luka
pada mulut, perubahan suara, karies.
5. Telinga : penurunan pendengaran, Telinga Perubahan
pendengaran, Rabas, Tinitus, Vertigo Sensitivitas
pendengaran, Alat-alat protesa, Riwayat infeki.
6. Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior
dan posterior, ada tidaknya deviasi, ada tidaknya
bendungan vena pada dinding dada.
7. Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan,
Bising usus: kali/ menit Genetalia Kebersiha: setiap habis
mandi dibersihkan, tidak ada hemoroid
8. Ekstremitas: Kekuatan otot 5 : melawan grafitasi dengan
kekuatan penuh, tidak menggunakan alat bantu saat jalan,
tidak mengalami nyeri sendi.
9. Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit tampak
kering, seperti bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor
berwarna hitan karena bekas luka, sering menggaruk
badan.
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Aspiani (2014), Pemeriksaan fungsi kognitif awal bila
menggunakan Minimental-state examination (MMSE) dari
folstein dengan skor/ angka maksimal 30. Jika mempunyai
skor dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami demensia.
Meskipun nilai skor ini sangat subjektif karena pengaruh
pedidikan juga berperan pada tingginya nilai skor. Tidak ada
perbedaan pada wanita maupun pria. Jadi pemeriksaan MMSE
dianjurkan ditambah dengan clock drawing test, dengan
menggambar jam sekaligus diatur waktu jamnya.
Nilai skor berkisar antara 0-4 dengan perincian skor:
10
a. Dapat menggambar lingkaran bulat yang benar (nilai 1)
b. Penempatan nomor tepat pada tempatnya (nilai 1)
c. Lengkap 12 nomor tepat (nilai 1)
d. Penempatan panah tunjuk pendek/panjang tepat (nilai 1).
2.2.2 Analisa Data
Analisis data yang berisi data subjektif dan data obyektif yang
ditemukan pada klien yang setelah pengolahan data akan muncul suatu
masalah.
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
a. Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D.0109)
b. Resiko cedera d.d perubahan fungsi psikomotor (D.0136)
c. Gangguan memori b.d proses penuaan (D.0062)
2.2.4 Intervensi Keperawatan
1. Defisit perawatan diri (D.0109)
Tujuan : kemampuan untuk melakukan dan menyelesaikan
aktivitas perawatan diri dapat meningkat
Kriteria Hasil : (SLKI, L.11103)
1. Minat melakukan perawatan diri meningkat
2. Kemampuan makan meningkat
3. Kemampuan menggenakan pakaian meningkat
Intervensi Keperawatan : (SIKI, 1.11348)
Observasi :
1. Identifikasi alat kebersihan diri, berpakaian dan makan
Rasional : agar memudahkan pasien untuk melakukan
perawatan diri
Terapeutik
2. Siapkan keperluan pribadi
Rasional : agar memudahkan pasien untuk melakukan
perawatan diri
11
3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
Rasional : agar pasien dapat belajar untuk melakukan
perawatan diri
4. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
Rasional : untuk membantu pasien agar mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
Edukasi
5. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Rasional : agar pasien dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri
2. Resiko cedera d.d perubahan fungsi psikomotor (D.0136)
Tujuan : keparahan dari cedera menurun
Kriteria Hasil : (SLKI, L.14136)
1. Toleransi aktivitas meningkat
2. Toleransi makan meningkat
3. Poa istirahat dan tidur membaik
Intervensi Keperawatan : (SIKI, 1.14513)
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan klien
Terapeutik
2. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (pegangan
tangan)
Rasional : untuk memudahkan aktivitas klien
3. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
Rasional : untuk mencegah terjadinya cedera
Edukasi
12
4. Ajarkan individu dan keluarga resiko tinggi bahaya
lingkungan
Rasional : untuk mencegah terjadinya cedera yang lebih
parah
3. Gangguan memori b.d proses penuaan (D.0062)
Tujuan : kemampuan mengingat informasi atau perilaku
dapat meningkat
Kriteria Hasil : (SLKI, L.09079)
1. Verbalisasi mengingat informasi meningkat
2. Verbalisasi mengingat perilaku meningkat
3. Verbalisasi mudah lupa menurun
Intervensi Keperawatan : (SIKI, 1.06188)
Observasi
1. Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
Rasional : untuk memantau perkembangan pasien
Terapeutik
2. Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan
pasien
Rasional : menyesuaikan dengan kemampuan dan usia
pasien
3. Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang
baru terjadi
Rasional : untuk membantu meningkatkan stimulasi
daya ingat
Edukasi
4. Ajarkan teknik memori yang tepat
Rasional : agar teknik yang dipakai dapat berjalan
dengan tepat
2.2.5 Implementasi Keperawatan
13
Pelaksaan merupakan tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang sudah dibuat dan merupakan tindakan atau realisasi dari
rencana yang telah disusun berdasarkan priorotas tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan rencana tindakan.
2.2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan keperawatan dengan
melihat respon klien, mengacu pada kriteria hasil. Tahap ini merupakan
proses yang menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai dan untuk
menilai keefektifan perawat mengkomunikasikan status pasien dan hasil
tindakan keperawatan.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
15
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN :
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
KETERANGAN :
3. Hematoponic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel. : √
Limfe : √
Anemia : √
KETERANGAN :
16
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
KETERANGAN :
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan : √
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photopobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN :
6. Telinga
Ya Tidak
17
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan : √
Telinga : √
KETERANGAN :
7. Hidung Sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
18
Obstruksi : √
Snoring : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN :
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri tekan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN :
9. Leher
19
Ya Tidak
Kekuatan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN :
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN :
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dispnea : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
20
Edema : √
KETERANGAN :
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea/vomitting : √
Hemateemesis : √
Massa : √
Joundice : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : √
KETERANGAN :
13. Perkemihan
Ya Tidak
Disurya : √
Frekuensi : √
21
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : √
KETERANGAN :
14. Reproduksi
Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : √
Keterangan :
15. Muskoloskuletal
22
Ya Tidak
Nyeri sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : √
Dampak ADL : √
Keterangan :
Ya Tidak
1. Lesi : √
2. Disharge : √
3. Testicular pain : √
4. Testicular massa : √
5. Perubahan gairah sex : √
6. Keterangan :
6. Lingkungan
1. Kamar : √
2. Kamar mandi : √
23
3. Dalam rumah wisma : √
4. Diluar rumah : √
24
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0
8 Berpakaian/bersepatu Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Jumlah 20
Kesimpulan : Lansia Mandiri
b. Aspek Kognitif
26
tertulis “TUTUP MATA”
Minta responden melakukan perintah 1 0
yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis
kalimat satu kalimat yang bermakna 0
1
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan
)
Menggamba r Pasien diminta menirukan gambar
konstruksi dibawah ini
1 0
TOTAL 8
Kesimpulan : gangguan kognisi berat
Kecemasan GDS
Pengkajian Depresi
Skore Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih /tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
B. Pesimisme
0√ Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
27
C. Rasa Kegagalan
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
D. Ketidak Puasan
E. Rasa Bersalah
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
28
0√ Saya tidak mempunyai pikiranpikiran
mengenaimembahayakan diri sendiri.
H. Menarik Diri dari Sosial
I. Keragu-raguan
0√ Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya.
K. Kesulitan Kerja
2√ Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan se
suatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukansesuatu.
L. Keletihan
29
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
M. Anoreksia
Total skor : 5
ANALISA DATA
Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan & Tindakan
Keperawatan Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
1. Gangguan memori Tujuan: Setelah 1. Monitor 1. Untuk
b.d proses penuaan di lakukan perilaku dan memantau
(D.0062) tindakan perubahan perkembangan
keperawatan memori pasien
1x24 jam selama terapi
diharapkan 2. Rencanakan 2. Menyesuaikan
kemampuan metode dengan
mengingat mengajar kemampuan dan
informasi atau sesuai usia pasien
32
perilaku dapat kemampuan
meningkat pasien
Kriteria Hasil : 3. Stimulasi 3. untuk
(SLKI, menggunakan membantu
L.09079) memori pada meningkatkan
1. Verbalisasi peristiwa stimulasi daya
mengingat yang baru ingat
informasi terjadi
meningkat 4. Ajarkan 4. Agar teknik
2. Verbalisasi teknik yang dipakai
mengingat memori yang dapat berjalan
perilaku tepat dengan tepat
meningkat
3. Verbalisasi
mudah lupa
menurun
34
S : 37 o C
N : 88x/menit
- RR : 22x/menit
A : Masalah Belum Teratasi
P : Pasien kunjungan ulang
BAB IV
PENUTUP
35
4.1 Kesimpulan
Lanjut usia (lansia) atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual
tanpa gangguan fungsi atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan
umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu
4.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
37