Anda di halaman 1dari 5

’Peran Tokoh nasional dalam Mempertahankan Keutuhan Negara dan bangsa’’

1. Ki Hadjar Dewantara

Kelahiran: 2 Mei 1889, Kadipaten Paku Alaman, Yogyakarta


Meninggal: 26 April 1959, Yogyakarta
Nama lengkap: Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Pasangan: Nyi Sutartinah (m. ?–1959)
Pendidikan: School tot Opleiding van Indische Artsen, Europeesche Lagere School

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar
Dewantara merupakan salah satu aktivis pergerakan kemerdekaan. Sepanjang hidupnya, Ki
Hadjar Dewantara telah berperan besar dalam pendidikan Indoensia.
Perguruan Taman Siswa adalah salah satu hasil jerih payahnya dalam memberikan
kesempatan pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia yang waktu itu hanya bisa dinikmati
oleh masyarakat Belanda dan kalangan elit saja.

2. Kapitan Pattimura

Kelahiran: 8 Juni 1783, Haria


Meninggal: 16 Desember 1817, Kota Ambon
Nama lengkap: Thomas Matulessy
Kebangsaan: Indonesia
Penghargaan: National Hero of Indonesia
Orang tua: Frans Matulessia, Fransina Tilahoi
Saudara kandung: Yohannes Matulessy
Thomas Matulessy lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di
Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun, juga dikenal dengan nama Kapitan
Pattimura, atau Pattimura adalah pahlawan nasional Indonesia dari Maluku.
Setelah penandatanganan Perjanjian Inggris-Belanda pada 13 Aguistus 1814,
kepulauan Maluku kembali di bawah kekuasaan Belanda. Seluruh rakyat Saparua melakukan
perlawanan kepada Belanda untuk mempertahankan daerahnya. Perlawanan tersebut
terjadi pada 14 Mei 1817. Kebanyakan rakyat Maluku memilih Thomas Matulessy sebagai
Kapitan Pattimura untuk memimpin pemberontakan tersebut. Sejak saat itu Thomas
Matulessy dikenal sebagai Kapitan Pattimura.

3. Jenderal Soedirman

Kelahiran: 24 Januari 1916, Kabupaten Purbalingga


Meninggal: 29 Januari 1950, Magelang
Tempat pemakaman: Taman Makam Pahlawan Nasional Kusuma Negara, Yogyakarta
Pasangan: Alfiah (m. 1936–1950)
Anak: Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono, Didi Praptiastuti, Didi
Pudjiati, Didi Sutjiati, lainnya
Buku: Peutjoet: membuka tabir kepahlawanan rakyat Aceh, lainnya
Orang tua: Karsid Kartawiraji, Siyem

Jenderal Besar TNI Raden Soedirman adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa
Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia
adalah sosok yang dihormati di Indonesia.
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Ia kemudian
melanjutkan pendidikannya ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai
tamat. Selama menempuh pendidikan di sana, ia pun turut serta dalam kegiatan organisasi
Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di
Cilacap. Ia kemudian mengabdikan dirinya menjadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan
pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan tersebut.
Perannya dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan sangat penting bagi
Indonesia. Jendral Sudirman merupakan pahlawan nasional dengan jasa-jasanya yang besar.
Berkat beliau, kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Indonesia masih dipegang hingga saat
ini. Pada 1944 Sudirman resmi bergabung sebagai tentara Pembela Tanah Air (peta) di
Bogor, karena reputasi yang sudah dibangun sebelumnya akhirnya ia dipercaya oleh
masyarakat sekitar untuk mengemban tugas sebagai komandan (daidanco). Salah satu peran
penting Sudirman dalam memerdekakan Indonesia adalah ketika ia berhasil merebut senjata
dari tentara Jepang di Banyumas pasca Indonesia melepaskan diri dari jajahan Jepang

4. Cut Nyak Dhien

Kelahiran: 1848, Lamteh, Peukan Bada, Aceh Besar


Meninggal: 6 November 1908, Sumedang
Tempat pemakaman: Makam Cut Nyak Dien, Sumedang
Orang tua: Teuku Nanta Seutia
Pasangan: Teuku Umar (m. 1880–1899), Teuku Ibrahim Lam Nga (m. 1862–1878)
Anak: Cut Gambang
Saudara kandung: Teuku Rayut

Cut Nyak Dhien adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang
melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia
mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda.
Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar
bertempur bersama melawan Belanda. Namun, pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar
gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama
pasukan kecilnya. Usia Cut Nyak Dien yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang
digerogoti berbagai penyakit seperti encok dan rabun membuat satu pasukannya yang
bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.[3][4] Ia akhirnya ditangkap dan
dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaan Cut
Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat
Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya
kemudian diasingkan ke Sumedang.
5. Soepomo

Kelahiran: 22 Januari 1903, Kabupaten Sukoharjo

Meninggal: 12 September 1958, Jakarta

Kebangsaan: Indonesia

Pendidikan: Rijksuniversiteit Leiden (1924–1927)

Jabatan sebelumnya: Minister of Law and Human Rights of Indonesia (1945–1945)

Orang tua: Wignyodipuro, Renak Wignyodipuro


Prof. Dr. Mr. Soepomo adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Soepomo dikenal
sebagai perancang Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan Muhammad Yamin dan
Soekarno. 
Sebagai putra keluarga priyayi, ia berkesempatan meneruskan pendidikannya di ELS
(Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs)
di Solo (1920), dan menyelesaikan pendidikan kejuruan hukum di Bataviasche Rechtsschool
di Batavia pada tahun 1923. Ia kemudian ditunjuk sebagai pegawai negeri pemerintah
kolonial Hindia Belanda yang diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri Sragen (Soegito
1977).
Antara tahun 1924 dan 1927 Soepomo mendapat kesempatan melanjutkan
pendidikannya ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah bimbingan Cornelis van
Vollenhoven, profesor hukum yang dikenal sebagai “arsitek” ilmu hukum adat Indonesia dan
ahli hukum internasional, salah satu konseptor Liga Bangsa Bangsa.

Anda mungkin juga menyukai