Anda di halaman 1dari 10

FUNGSI DAN KEDUDUKAN GURU

MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Oleh Kelompok 12:

Emilia 06051181924067
Rosyidatul Alyah 06051281924064
Annisa Dean Nur Zhafira 06051381924004
Arfah Latama 06051381924050

Dosen Pengampuh:
Dra. Umi Chotimah, M.Pd., Ph.D/ Kurnisar, S.Pd., M.H
Husnul Fatihah, S.Pd., M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN PANCSILA DAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020/2021

1
A. Permasalahan
1. Nama Jurnal : Jurnal Shcolaria "Pendidikan dan Kebudayaan"
Judul Jurnal : Permasalahan- Permasalahan Terkait Profesi Guru
Penulis : Slameto
Volume/No. : 4/3

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002,


kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Guru sebagai salah satu bagian dari pendidik profesional memiliki tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Pengakuan kedudukan sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan


sertifikat pendidik dan diberi guru kan kepada guru yang telah memenuhi syarat.
Selanjutnya, bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik berhak memperoleh
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan
yang melekat gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan
tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi.

Permasalahan yang muncul kemudian adalah tingkat profesionalisme


guru pasca sertifikasi. Setelah ada jaminan kesejahteraan yang lebih baik dari
sebelumnya, apakah mereka yang telah disertifikasi itu lebih baik dari
sebelumnya? Atau bagaimana perbandingannya dengan guru yang belum
disertifikasi? Pertanyaan ini untuk menggugah, terutama tanggungjawab moral
dalam membina generasi ke depan. Banyak kalangan masyarakat yang
memandang pesimis dengan pelaksanaan program sertifikasi guru.

2
Selain ketidakjelasan dalam proses pelaksanaannya, kompetensi guru
pasca sertifikasi masih dianggap kurang menunjang kinerja guru dalam mengajar
sehingga kualitas pendidikan Indonesia di dunia masih jauh tertinggal (Miftha
Indasari, 2013). Retno Listyarti, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru
Indonesia, mengatakan, tujuan sertifikasi untuk meningkatkan mutu guru tidak
berjalan baik. Sebab, pemerintah tidak punya konsep yang jelas soal pembinaan
guru. "Setelah uang sertifikasi diberikan, pemerintah lepas tangan.

2. Nama Jurnal : Jurnal Islamic Management


Judul Jurnal : Guru Manajemen di Sekolah
Penulis : Heriyansyah
Vol/No. : 1/1

Tugas guru adalah mengembangkan wawasan keilmuan dan membentuk


sikap, nilai serta kematangan kеpribadian peserta didik. Seorang guru harus dapat
menjalankan tugasnya secara profesional dalam mengembangkan pembelajaran
yang interaktif, dialogis, menarik, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik.

Jika dihubungkan dengan kondisi riil di lapangan, berbicara tentang


kompetensi dan profesionalisme guru ini masih dihadapi banyak persoalan.
Menurut Payong (2016: 16) dalam penelitiannya pada tahun 2014, sejumlah
persoalan guru meliputi: (1) рara guru belum siap menerapkan inovasi
pembelajaran, mereka cenderung kembali kepada pola- pola pembelajaran
konvensional, (2) Program peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru tidak
berdampak secara langsung terhadap peningkatan prestasi siswa, (3) Program
pengembangan keprofesian berkelanjutan tidak dilihat sebagai program strategis
yang memiliki nilai tambah pada pengayaan wawasan dan keterampilan guru, (4)
Guru terlibat politik praktisdalam pilkada langsung yang berpengaruh pada
kinerjanya dalam pembelajaran dan hubungan dengan teman sejawat, (5) Guru
terjebak dalam pola pikir birokrasi dalanm menerapkan kurikulum dan (6)

3
Dorongan dan kemauan untuk belajar dan mengembangkan diri belum
diutamakan oleh guru-guru yang telah disertifikasi.

3. Nama Jurnal : Jurnal Lentera "Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi"


Judul Jurnal : Tantangan Profesionalisme Guru pada Era Globalisasi.
Penulis : Luluk Mufidah
Vol/No. : 18/2

Ada beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan


mengedepankan profesionalismenyа, yaitu: Pertama, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu сеpat dan mendasar. Dengan kondisi ini
guru harus bisa menyesuaikan diri secara responsif, arif dan bijaksana. Responsif
artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk IPTEK, terutama yang
berkaitan dengan dunia pendidikan. Tanра рenguasaan IPTEK yang baik, maka
guru menjadi tertinggal dan menjadi korban IPTEK.

Kedua, krisis moral yang melanda Indonesia. Akibat pengaruh IIP-ТEK


dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Melalui pendidikan, guru memiliki tantangan tersendiri untuk
menanamkan nilai-nilai moral pada generasi muda.

Ketiga, krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan


kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Akibat per-kembangan industri dan
kapitalisme, maka muncul masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Mereka
yang lemah secara pendidikan, akses dan ekonomi akan menjadi korban.

Untuk itu, guru sebagai penjaga nilai-nilai, termasuk nilai nasionalisme


harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa
nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menanggapi persoalan
tersebut, dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru harus bisa mengembangkan

4
tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral, tiga unsur itu
harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri di dalam dirinya.

B. Tugas dan Fungsi Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan


Tugas dan fungsi guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan tugas
guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat
dominan dalam pendidikan pada umumnya. Mengelola pembelajaran dengan baik
merupakan tugas utama seorang guru, karena proses pembelajaran merupakan inti
dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses pembelajaran merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu, dalam proses tersebut terkandung multi fungsi dari guru.

Fungsi-fungsi guru yaitu sebagai berikut:


 Guru melakukan diagnosa terhadap perilaku awal peserta didik
 Guru membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
 Guru mnelaksanakan proses pembelajaran
 Guru membantu pelaksanaan administrasi sekolah
 Guru mengembangkan komunikasi kepada berbagai pihak
 Guru mengembangkan keterampilan diri
 Guru mengembangkan potensi peserta didik.

Uraian di atas lebih meperjelas tugas dan fungsi guru sebagai pendidik,
terutama yang berhubungan proses pembelajaran dan perkembangan peserta didik,
baik dari segi psikologis maupun dari segi psikis, dan masih banyak tugas-tugas
guru seperti; Guru harus mampu membantu kesulitan- kesulitan yang dihadapi
peserta didiknya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk
mengenal lebih kepribadian peserta didiknya. dekat Proses asessing atau
memperkirakan keadaan peserta didik adalah langkah awal untuk mengetahui
lebih lanjut kondisi peserta didik untuk kemudian dievaluasi agar lebih kongkrit
untuk memahami keadaan peserta didiknya, diharapkan jika guru telah
mengetahui betul kondisi peserta didiknya akan mempermudah memberikan
meteri pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat peserta didik.

5
Perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP merupakan salah satu kewajiban
bagi seorang guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai
persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka
lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melaku- kan improvisasi sendiri tanpa
acuan yang jelas.

Fungsi guru yang tidak kalah pentingnya adalah menyangkut proses


penyampaian informasi baik kepada dirinya sendiri, kepada peserta didik, kepada
atasan, kepada orang tua murid maupun kepada masyarakat pada umumnya.
Komunikasi pada diri sendiri menyangkut upaya introspeksi agar setiap langkah
dan geraknya tidak menyalahi kode etik guru baik sebagai pendidik maupun
sebagai pengajar. Komunikasi kepada perserta didik merupakan peran yang sangat
strategis, karena sepandai apapun seseorang manakala dia tidak mampu
berkomunikasi dengan baik pada peserta didiknya maka proses belajar mengajar
akan kurang optimal. Komunikasi yang edukatif pada peserta didik akan mampu
menciptakan hubungan yang harmonis. Sedangkan komunikasi kepada atasan,
orang tua, dan masyarakat adalah sebagai pertanggungjawaban moral. Man- faat
komunikasi secara intensif kepada peserta didik diharapkan agar guru dapat
mengetahui betul potensi peserta didik, karena berangkat dari pemahaman
terhadap potensi itulah guru menyiapkan strategi pembelajaran yang sinerjik
dengan potensi anak didik. Dengan demikian faktor kemampuan berkomunikasi
memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan potensi anak didik
untuk memper- siapkan diri menjadi manusia seutuhnya yang akan mampu
membangun dirinya dan masyarakat lingkungannya.

C. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik


Undang-Undang No 14 tahun 2005, pasal 4 mengisyaratkan bahwa
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pasal 6 menyebutkan bahwa Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan

6
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

1. Guru sebagai Demonstrator


Melalui kedudukannya sebagai demonstrator, guru harus dapat
menunjuk- kan bnagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih
dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik, oleh karena itu guru hendaknya
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah harus
belajar secara terus menerus. Melalui cara demikian ia dapat memperkaya diri
dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas
sebagai pengajar dan demonstrator, sehingga ia mampu memerankan apa yang
diajarkannya secara didaktis.

2. Guru sebagai Pengelola Kelas


Dalam kedudukannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru
hendaknya mampu mengelola kelas, yang memungkinkan peserta didik dapat
belajar dapar belajkar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru
dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar yang
efektif dan menyenangkan.

Tujuan umum mengelola kelas adalah menyediakan dan menggunakan


fasilitas kelas agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan peserta didik bekerja dan
membantu peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Salah satu
manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi peserta didik
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan kepada guru, sehingga mereka
mampu membimbing kegiatan sendiri, peserta didik harus belajar melakukan self
control dan self activity melalui proses secara bertahap.

7
3. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup mengenai media pendidikan, termasuk keterampilan
memilih dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan
tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan
kemampuan peserta didik. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan alat komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar yang
sangat diperlukan demi berhasilnya proses pen-pendidikan dan pengajaran di
sekolah.

Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber


belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang percapaian tujuan dan proses
belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun
surat kabar, dan lain-lain.

4. Guru sebagai Evaluator


Sebagai evaluator, guru hendaknya melakukan penilaian untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah
materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh peserta didik, dan apakah
metode yang digunakan sudah cukup tepat. Dalam penilaian, guru dapat
menetapkan apakah seorang peserta didik termasuk dalam kelompok peserta didik
pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan
Dengan demikian, terdapat dua fungsi penilaian; Pertama, untuk mengetahui dan
menentukan keberhasilan peserta didik dalam ditentukan atau menentukan
keberhasilan teman-temannya. mencapai tujuan yang telah peserta didik dalam
menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam
melaksanakan seluruh kegiatan yang telah deprogramkan

5. Guru sebagai Sumber Belajar

8
Peran atau kedudkan guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang
sangat penting, karena peran kaitannya dengan penguasaan materi pelajaran.
Penilaian baik tidaknya seorang guru adalah tergantung dari penguasaan materi
pelajaran yang diampunya. Guru dapat dikatakan baik manakala ia dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga ia benar-benar dapat berperan
sebagai sumber belajar bagi peserta didiknya.

6. Guru sebagai Pembimbing


Seorang guru harus memahami bahwa peserta didik sebagai individu
yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya perbedaan, artinya tidak ada dua
individu yang sama, baik dalam bakat, minat, karakter dan kemampuan, dsb. Jadi
guru hendaknya membimbing peserta didiknya agar mereka dapat menemukan
jati dirinya dan membangun potensi yang dimilikinya.

7. Guru sebagai Pengembang Kurikulum


Ada beberapa kegiatan guru dalam upaya mengembangkan kurikulum di
sekolah/madrasah, yaitu meliputi merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kurikulum, sebagai berikut:

a. Merencanakan kurikulum.
Pada dasarnya kurikulum adalah kegiatan yang harus direncanakan, yang
meliputi: penentuan tujuan pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menen-
tukan alat dan metode dan alat peng- ajaran dan merencanakan penilaian
pengajaran. Dengan demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya yang
sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui perencanaan yang diharapkan
akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.

b. Melaksanakan Kurikulum.
Melaksanakan kurikulum adalah merupakan kegiatan inti dari proses
perencanaan, karena tidak akan mem- punyai makna apa-apa jika rencana tersebut
tidak dapat dilaksanakan. Guru harus mampu melaksanakan dan meng-
impletasikannya dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada

9
dasarnya dapat berlangsung di dalam dan di luar sekolah dan di dalam jam
pelajaran atau di luar jam pelajaran yang telah dijadwalkan. Dalam melaksanakan
kegiatan proses belajar mengajar, seorang guru memahami langkah-langkah yang
harus ditempuh, termasuk penggunaan metode mengajar.

c. Menilai Kurikulum
Pada tahap ini guru melakukan penilaian untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan, sehingga diharapkan dapat ditindaklanjuti menuju perbaikan di masa
yang akan datang. Penilaian kurikulum bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, hal
ini didasarkan pada banyaknya aspek yang harus dinilai dan banyaknya pihak
yang terkait dalam penilaian. Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah
harus senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian kurikulum secara kontinyu
dan komprehenship.

DAFTAR PUSTAKA

Slameto. 2014. Permasalahan-Permasalahan terkait dengan Profesi Guru SD.


Jurnal Shcolaria: Pendidikan dan Kebudayaan, 4(3), 1-12.

Heriyansyah. 2018. Guru adalah manajer sesungguhnya di sekolah. Jurnal Islamic


Management, 1(1), 1-12

Mufidah, L. (2019). Tantangan Profesionalisme Guru pada Era Globalisasi. Jurnal


Lentera : Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 18(2), 175-186.

10

Anda mungkin juga menyukai