Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi


pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para 
pemegang sekutu. Tujuan utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk melakukan
pengurusan dan pemberesan atas harta perusahaan yang dibubarkan tersebut. Oleh karena itu,
penulis menulis makalah yang berjudul “Likuidasi Persekutuan“. Semoga makalah ini
berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis.

B.    Permasalahan

Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai
likuidasi, tahap-tahap likuidasi sampai kepada pembagian harta hasil likuidasi. Hal inilah
yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua
pertanyaan kita tentang “ Likuidasi Persekutuan ”.

C.    Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan.
2. Mampu menjelaskan tentang pengertian likuidasi.
3. Mampu menjelaskan tentang tahap-tahap likuidasi.
4. Mampu menjelaskan tentang pembagian harta setelah likuidasi.
D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1.    Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Akuntansi Keuangan lanjutan.
2.    Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai Likuidasi Persekutuan usaha.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Likuidasi
Menurut Beam (2000, hal 625), disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan
sekutu yang menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi,
persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga
berhenti/bubar secara bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.
Kondisi yang mendasari likuidasi :

1) salah seorang sekutu menghendaki pembubaran


2) salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui untuk
melanjutkan persekutuan
3) perselisihan intern diantara sekutu
4) salah seorang sekutu dinyatakan pailit
Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang tentang Kepailitan.

Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat


sesuai prioritas:

1) jumlah yang terhutang kepada negara.


2) jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu.
3) jumlah yang dipinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba.
4) jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya.
Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika terdapat kas
yang akan dibagikan kepada sekutu (distribusi kas) pasti dibagikan kepada sekutu atas bagian
pinjaman kepada sekutu yang bersangkutan, tetapi pada saat likuidasi maka kedudukan
pinjaman dari sekutu/loan dan modal sekutu yang bersangkutan adalah setingkat untuk
menghitung hak sekutu yang bersangkutan. Setelah melalui perhitungan yang tertuang dalam
skedul pembayaran kas, maka kas yang dibagikan kepada masing-masing sekutu barulah
dibedakan berdasarkan prioritas tersebut diatas untuk masing-masing sekutu yang
bersangkutan.

Proses likuidasi

Pada umumnya likuidasi persekutuan (partnership liquidation) melibatkan hal – hal sebagai
berikut :

1. mengonversi aktiva nonkas menjadi kas


2. mengakui keuntungan dan kerugian serta mengikuilidasi beban yang terjadi selama
periode likidasi
3. menyelesaikan semua kewajiban
4. mendistribusikan kas kepada para sekutu sesuai dengan saldo akhir akun modalnya

deskripsi umum dari proses likuidasi ini mengansumsikan hal – hal sebagai berikut :

1. persekutuan bersifat solven (yaitu aktiva persekutuan melampaui kewajiban


persekutuan)
2. semua sekutu memiliki ekuitas dalam aktiva bersih persekutuan
3. tidak ada saldo pinjaman yang beredar kepada setiap sekutu yang ada
4. semua aktiva dikonversi menjadi kas sebelum kas didistribusikan kepada para sekutu

apabila asumsi – asumsi tersebut diabaikan, proses likuidasi akan menjadi semakin kompleks,
oleh karena itu, bab ini akan di mulai dengan likuidasi yang sederhana atas persekutuan yang
solven dan berlanjut ke likuidasi persekutuan yang insolven.

Tujuan dari likuidasi

Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang tentang Kepailitan.

Proses likuidasi
Proses likuidasi terdiri dari 3 yaitu:
1. Likuidasi secara langsung/sekaligus:
Likuidasi secara langsung yaitu likuidasi yang dilakukan setelah seluruh aktiva
direalisasi. Untuk likuidasi secara langsung, syarat perlu menyusun skedul
pembayaran kas bila memenuhi minimal satu syarat sebagai berikut:
 bila ada sekutu yang deficit
 bila ada kas yang ditahan
 bila masih ada saldo aktiva non kas
2. Likuidasi secara bertahap periodik
Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik
setelah terjadinya realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara
berulang-ulang sampai akhirnya semua perkiraan tidak bersaldo.
3. Likuidasi secara bertahap dengan program kas
Likuidasi secara bertahap dengan program kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara
periodik dimana daftar likuidasi yang disusun akan sama dengan likuidasi secara
bertahap periodik tetapi perlu membuat suatu program kas terlebih dahulu sebelum
daftar likuidasi disusun, yang menunjukkan bagaimana kas dibagikan kepada para
sekutu dikemudian hari. Disamping itu skedul pembayaran kas pada cara ini juga
agak berbeda dengan likuidasi secara bertahap periodik.
Likuidasi persekutuan sederhana

Likuidasi persekutuan sederhana adalah konversi semua aktiva persekutuan menjadi kas
dengan satu distribusi kas kepada para sekutu dalam penyelesaian akhir atas permasalahan
persekutuan.
Mendebet saldo modal dalam persekutuan yang solven

Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven). Persekutuan
dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi kewajiban
persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah insolvensi.
Dari segi hukum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat / kumpulan yaitu persekutuan
yang dinyatakan tidak soven jika harta masing – masing sekutu di tambah harta persekutuan
tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.

Pembayaran terjamin kepada sekutu

Pembayaran terjamin (safe payments) adalah distribusi yang dapat dilkukan kepada sekutu
dengan kepastian bahwa jumlah yang didistribusikan tidak akan dikembalikan lagi kepada
persekutuan beberapa lama kemudian untuk menutupi kewajiban yang ada atau menesuaikan
modal sekutu.

Perhitungan pembayaran terjamin didasarkan pada asumsi :

1. Semua sekutu secara pribadi insolven (para sekutu tidak dapat melakukan
pembayaran apa pun ke dalam persekutuan)
2. Semua aktiva nnks mencerminkan kerugian yang mungkin dialami (aktiva nonkas
harus dianggap sebagai rugi untuk menentukan pembayaran terjamin.

Distribusi di muka memerlukan persetujuan sekutu

Setiap distibusi kepada para sekutu sebelum semua keuntungan dan kerugian direalisasikan
serta diakui memerlukan persetujuan dari semua sekutu.
Peringkat kerentanan

Peringkat kerentanan (vulnerability rangkings) yaitu tingkat kerentanan untuk kemungkinan


rugi ditentukan dalam pembagian setiap ekuitas sekutu dalam rasio laba ditahannya. Jumlah
ini merupakan maksimum rugi, dimana sekutu harus menyerap tanpa mengurangi ekuitasnya
dibawah nol.

Absorpasi kerugian yang diasumsikan

Skedul Absorpasi kerugian yang diasumsikan dibuat sebagai tahap kedua dalam
mengembangkan rencana distribusi kas. Skedul tersebut dimulai dengan ekuitas sebelum
likuidasi dan membebankan ekuitas setiap sekutu dengan bagian mengurangi kerugian yang
akan mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan. Langkah berikutnya adalah
membebankan ekuitas setiap sekutu yang tersisa dengan bagian kerugiannya yang akan
mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan berikutnya. Proses ini tetap berlanjut hingga
ekuitas semuanya, kevuali sekutu yang tidak rentan telah berkurang menjadi nol.

Persekutuan yang insolven

Apabila persekutuan dianggap insolven kas yang tersedia setelah semua aktiva nonkas
dikonveri menjadi kas tidak cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur
persekutuan akan memperoleh pemulihan sebagian dari aktiva persekutuan (peringkat 1) dan
akan meminta setiap sekutu menggunakan sumber daya pribadinya untuk memenuhi klaim
yang terisa (peringkat 3)

Dalam hal penentuan kemampuan masing-masing anggota perlu diperhatikan :

Hak-hak kreditur pribadi anggota


Berhak sepenuhnya menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta pribadi
pemilik. Dengan kata lain kreditur persekutuan hanya dapat mengklaim atas harta pribadi
pemilik bila hutang-hutang pribadi telah dilunasi. Sebaliknya kreditur pribadi anggota hanya
dapat mengajukan klaim atas aktiva persekutuan, bila kewajiban persekutuan kepada pihak
luar telah dilunasi dan masih mempunyai hak dalam persekutuaan.

Hak-hak kreditur persekutuan.


Berhak sepenuhnya untuk menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta
milik persekutuan. Dengan kata lain kreditur pribadi hanya dapat mengklaim atas harta milik
persekutuan bila semuat kewajiban persekutuan kepada pihak luar telah dilunasi. Sebaliknya
kreditur persekutuan hanya dapat mengajukan klaim atas aktiva pribadi anggota, bila semua
kewajiban pribadi kepada pihak luar telah dilunasi.

Tahap-Tahap Likuidasi
Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142 ayat (1)
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142
ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-
alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib diikuti dengan likuidasi yang
dilakukan oleh likuidator atau kurator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:

1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan


Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai
pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal
147 ayat (1) UUPT).
Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat
Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas,
pemberitahuan harus memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan
alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada Menteri
tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti dasar hukum
pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar. (Pasal 147
ayat (2), (3) dan (4) UUPT).
Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,
pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan
pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan (2)
UUPT).

2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan


Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam melakukan
pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus meliputi
pelaksanaan:
1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
2. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi.
3. Pembayaran kepada para kreditor.
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar
daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan,
kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang
diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan.
(Pasal 149 ayat (2) UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor


Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal
pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut ditolak
oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka
waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan (Pasal 149
ayat (3) dan (4)).
Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu tersebut, dan
kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung tanggal penolakan,
sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui
pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran
perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang diajukan kreditor
tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang
diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan demikian pemegang saham wajib
mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara proposional dengan jumlah yang
diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4) dan (5) UUPT).
Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti yang diatur,
atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan ketua
pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan memberhentikan likuidator
lama. Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah yang bersangkutan dipanggil
untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan (2) UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator


Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada hakim
pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).

5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi


Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil
akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan
pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban
likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator yang
pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4)
UUPT).

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama
Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 152
ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya status badan
hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan (Pasal 152 ayat (5)
dan (6) UUPT).
Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152  ayat (3)
dan (4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS,
pengadilan atau hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).
CONTOH:

Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi dengan rasio
laba/rugi yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.

Neraca Persekutuan ABC sesaat sebelum dilikuidasi menunjukkan sbb:

Persekutuan ABC

Neraca

Per 31 Desember 1998 (Jutaan rupiah)

Kas   100 Hutang Dagang   500

Aktiva non kas 1.400 Hutang kepada C 400

Modal A 300

Modal B 200

Modal C 100

Total aktiva 1.500 Total Hutang & Modal 1.500

Posisi aktiva dan kewajiban pribadi para sekutu adalah sebagai berikut:

Sekutu Aktiva Pribadi (diluar Kewajiban Pribadi (diluar


kepemilikan persekutuan) kepemilikan persekutuan)

A 900 500
B 700 700
C 500 900
Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara langsung
karena realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil realisasi akan
digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang kepada pihak luar telah
lunas dan apabila masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya kepada para sekutu sesuai
dengan hak para sekutu. Jika kas yang tersedia setelah realisasi dan pembebanan biaya-biaya
masih tidak mencukupi untuk membayar hutang kepada pihak luar maka sekutu yang solven
yang akan membayar hutang terlebih dahulu. Bila hutang kepada pihak luar telah lunas dan
masih ada sekutu yang bersaldo modal debit setelah kompensasi maka sekutu tersebut
menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak ada kas lagi. Penyelesaian akhir dilakukan
diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit tetapi secara pribadi insolven.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran
kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang tersisa kepada para  sekutu.
Tujuan utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan
atas harta perusahaan yang dibubarkan tersebut.
Berikut ini adalah tahap-tahap pembubaran persekutuan :
a.    Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan.
b.    Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan
c.    Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor
d.    Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator
e.    Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

B.    SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan  penulis atas partisipasi para
pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah
manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan
saran dari pembaca,  penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita
semua.

Anda mungkin juga menyukai