Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DARMA PUTRA

KELAS :
MK : EVALUASI PENDIDIKAN

JAWABAN

1. Pengertian dari ....

a. Pengkuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap

suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik,

tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,

seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah

suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi

yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa

dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,

mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,

mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001)

pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu;

2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

b. Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat

penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau

ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab

pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian

dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa

angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif

tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar

(guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui

sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana

tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat

pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

c. Evaluasi

Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian

atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk

(1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and

providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan

proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk

merumuskan suatu alternatif keputusan.

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang

dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi

adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan

pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat

dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi

yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes

maupun non tes.

Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang

ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini

lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses

menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.


2. Evaluasi yang dikemukakan Ralph Tyler

Tyler merumuskan evaluasi hasil belajar dari tujuan pembelajaran berdasarkan

taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan Krathwohl. Pendekatan

ini kemudian diberi nama Pendekatan/ model Tyler, sesuai nama pengembangnya. Model

Tyler ini kemudian banyak dipakai untuk mengevaluasi hasil atau program pendidikan. Cara

pendekatan berorientasi tujuan ini bisa juga digunakan untuk mengevaluasi program lain

seperti program kesehatan. Dalam perkembangan lebih lanjut, model/pendekatan berorientasi

tujuan ini kemudian dikembangkan lagi oleh Metffessel dan Michael tahun 1967, oleh Provus

1973 dan juga oleh Hammond. Dari berapa-berapa model pendekatan baru ini ciri utamanya

tetap sama yaitu jika suatu kegiatan atau program sudah mempunyai tujuan yang hendak

dicapai, maka evaluasinya berfokus pada apakah tujuan itu telah dicapai.

Tyler menyebutkan bahwa penilaian pendidikan sebagai sebuah proses untuk

menentukan sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan dari program sekolah atau kurikulum

tercapai. Evaluasi berorientasi program dari Tyler ini didesain untuk menggambarkan sejauh

mana tujuan program telah dicapai. Tyler menggunakan kesenjangan antara apa yang

diharapkan dan apa yang berhasil diamati untuk memberikan masukan terhadap kekurangan

dari suatu program. Pendekatan ini memfokuskan pada tujuan spesifik dari program dan

sejauh mana prorgam ini telah berhasil mencapai tujuan tersebut.

Untuk penilaian pendidikan Tyler menetapkan 7 (tujuh) langkah untuk menentukan

sejauh mana tujuan program/kegiatan pendidikan telah dicapai sebagai berukut:

1. Menetapkan tujuan umum

2. Menggolongkan sasaran atau tujuan

3. Mendefinisikan tujuan dalam konteks istilah perilaku

4. Menentukan situasi dimana pencapaian tujuan dapat ditunjukkan

5. Mengembangkan atau memilih tenik pengukuran


6. Mengumpulkan data kinerja

7. Membandingkan data kinerja dengan perilaku yang menggambarkan tujuan.

Pemikiran Tyler ini secara logis bisa diterima dan juga mudah dipakai oleh para

praktisi evaluasi pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru/praktisi

pendidikan pasti kenal denga tujuan umum dan tujuan khusus setiap kegiatan pendidikan.

Tyler juga menggunakan pre-test dan post-test untuk digunakan sebagai salah satu teknik

pengukuran. Teknik pre-post tes dimaksudkan untuk menentukan perubahan-perubahan yang

terjadi pada individu, kegiatan atau program serta besarnya perubahan-perubahan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis melihat beberapa Analisis model Tyler

sebagai berikut yaitu: 1) Model ini hanya mengukur aspek tujuan, dengan kata lain apakah

tujuan obyek evaluasi yang ditetapkan secara formal dalam blue print tercapai atau tidak. 2)

Model ini tidak akan mengukur apa yang terjadi di luar tujuan formal program tersebut. 3)

Contoh penerapan model ini: Tujuan program pengentasan 1.000 orang buta huruf Al-

Qur’an. Evaluasi hanya mengukur pada akhir program apakah tujuan tersebut tercapai.

Evaluasi tidak mengukur efek sampingan positif atau negatif dari program tersebut. 4)

Contoh lain penerapan model ini: Evaluasi ujian nasional bertujuan untuk mengukur apakah

rata-rata nilai hasil belajar siswa secara kumulatif siswa mencapai 75. Evaluasi itu tidak akan

mengukur apakah siswa yang tidak lulus mengalami stress dan lain-lain.

3. Hubungan evaluasi menurut Ralph Tyler dengan evaluasi dalam pendidikan

Evaluasi menurut Ralph Tyler merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk

menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya begitu juga halnya evaluasi dalam

pendidikan berarti penilaian atau penaksiran sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat

dicapai.
4. Evaluasi hasil belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai