Anda di halaman 1dari 10

DAYA HAMBAT JUS KULIT APEL MANALAGI (Malus sylvestris Mill.

)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus DAN
Escherichia coli PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH

,Puguh Surjowardojo1), Tri Eko Susilorini1), Angel Apriliani Panjaitan2)


1)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
2)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
Email: puguh.sujowardojo@gmail.com

ABSTRAK

Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) sering dikonsumsi baik secara segar maupun
diolah menjadi keripik apel. Pengolahan ini menghasilkan limbah berupa kulit. Kandungan
kulit apel Manalagi berupa saponin, flavonoid, tannin, polifenol dan katekin yang dapat
berperan sebagai antibakteri, kandungan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti larutan
teat dipping iodip untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli penyebab mastitis pada sapi perah. Tujuan penelitian ini untuk
menentukan apakah jus kulit apel Manalagi dapat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli penyebab mastitis pada sapi perah serta untuk
mengetahui konsentrasi yang lebih baik untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcusaureus dan Escerichia coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
dengan cara diffusi sumurandengan analisis yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan juskulit apel Manalagi dengan
konsentrasi 10%, 20% dan 30% dapat menghambat pertumbuhan bakteristaphylococcus
aureus dan Escherichia coli secara signifikan (P<0,01) dengan hasil terbaik
terhadapbakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan konsentrasi 30% sedangkan
untuk bakteriEscherichia coli menggunakan konsentrasi 10%. Namun, penggunaan jus
kulit apel Manalagi belumdapat mengimbangi iodip dalam menghambat bakteri
Escherichia coli. Kesimpulan dari penelitian iniadalah jus kulit apel Manalagi dapat
digunakan untuk larutan antiseptik alami untuk teat dipping padasapi perah.

Kata kunci: Staphylococcus aureus, Eschericia coli, zona hambat bakteri, mastitis.

ABSTRACT

Manalagi apple (Malus sylvestris Mill.) was commonly consumed in Malang, either
fresh orprocessed into apple chips. This waste of apple was apple peel. Manalagi apple
peel (Malus sylvestrisMill.) the contained are saponins, flavonoids, tannins, polifenols and
katekins which could have a role as antibacterial and could be used as a teat dipping
solution. The purpose of this research was to determine whether Manalagi apple peel juice
could inhibit the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli causing of mastitis
in dairy cattle and to know the better concentration of apple peel juice. The experimental
method used was Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatment (consisting of a
concentration of 10%, 20%, 30% and iodip) and 5 repetitions. Data by using ANOVA
variance followed by using Least Significant Difference (LSD). The results showed that
the juice of the Manalagi apple peel was high significantly (P<0,01) able to reduce
mastitis incidents particulary in 30% and 10% concentration have the best ability in
inhibition the growth of bacterial Staphylococcusaureus and Escherichia coli.

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 30


Concentration of 30% of Staphylococcus aureus was able to offset iodip, but to a
concentration of 10% in the bacterium Escherichia coli was still unable to compensate
iodip. It could be concluded that the Manalagi apple (Malus sylvestris Mill.) peel juice
could be used as a substitute for an iodip solution for teat dipping of dairy cattle.

Keywords: Staphylococcus aureus, Eschericia coli, bacterial inhibition, mastitis.

PENDAHULUAN larutan iodip. Fatisa (2013)menyatakan


Mastitis merupakan infeksi radang yang bahwa iodip memiliki kekuranganyaitu dapat
dapat merugikan peternak khususnya menimbulkan residu pada produksusu,
peternakan sapi perah, karena dapat resistensi terhadap bakteri dan harga
menyebabkan produksi susu sapi menurun. larutanyang dipakai untuk teat dipping yang
Mastitis dikenal dengan radang ambing relatif mahal, sedangkan untuk antiseptik
dikalangan peternak. Subroto (2012) berbahanalami seperti jus kulit apel Manalagi
menyatakan bahwa mastitis merupakan suatu memilikikelebihan tidak menyebabkan
peradangan pada jaringan internal kelenjar resistensi terhadapbakteri dan harga relatif
susu atau ambing yang ditandai oleh murah.
perubahan fisik maupun kimia susu, selain Produksi apel di Kabupaten Malang
itu mastitis dapat menyebabkan kerugian padatahun 2012 sebanyak 328.86 kwintal
bagi peternak sapi perah. Tingkat keparahan per tahun sedangkan produksi apel
dan intensitas mastitis sangat dipengaruhi nasional sebanyak 31.327.270 kwintal
oleh organisme penyebabnya. Kejadian per tahun. (Dinas Pertanian Jatim, 2014).
mastitis sekitar 97-98% merupakan mastitis Apel yang menjadi komoditi utama di
subklinis, sedangkan 2-3% merupakan kasus
Kab. Malang adalah apel Manalagi.
mastitis klinis yang terdeteksi (Sudarwanto
dan Sudarnika, 2008). Handayani, Tuasikal Persentase
dan Sugoro (2006) menyatakan bahwa limbah kulit apel Manalagi dari hasil
beberapa mikroorganisme penyebab mastitis pengolahan keripik apel di Kabupaten
adalah Staphylococcus aureus, Malang adalah sebesar 42,308% dari total
Staphylococcusepidermidis, Streptococcus produksi apel di Kabupaten Malang
sp., Streptococcusagalactiae, Eschrichia coli (BPS, 2010). Limbah kulit apel
dan sebagainya. Kromker (2014) menyatakan khususnya apel Manalagi ini memiliki
bahwa persentase mastitis yang diakibatkan kandungan yang sangat bermanfaat
oleh bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai antibakteri (Cempaka, 2014).
35,3% sedangkan untuk Escherichia coli Limbah kulit apel Manalagi yang
25,3%. Lebih lanjut, Putra (2009)
memiliki kandungan zat aktif dan kurang
menyatakan bahwa kebersihan kandang,
kebersihan pada saat sebelum pemerahan, adanya pemanfaatanyang baik
saat pemerahan, serta setelah pemerahan sehinggamempunyai potensi untuk
yang kurang bersih akanmengakibatkan digunakan sebagai penganti iodip.
infeksi mastitis. Pencegahan mastitis salah Jus kulit apel Manalagi dapat
satunya dapat dilakukan dengan cara dimanfaatkan sebagai penghambat
pencelupan puting (teatdipping) dengan pertumbuhan bakteri. Jannata, Gunadi
menggunakan antiseptik Tindakan dan Ermawati (2014) menyatakan bahwa
pencelupan puting tersebut perlu dilakukan kandungan di dalam apel Manalagi
untuk mencegah masuknya mikroorganisme seperti flavonoid, saponin, tanin dan
yang dapat menyebabkan mastitis polifenol dapat menghambat
atauperadangan pada ambing. Antiseptik
pertumbuhan padabakteri. Berdasarkan
yang dapatdigunakan sebagai larutan teat
dipping adalahantiseptik berbahan kimia dan uraian di atas, mendorong penulis untuk
antiseptik berbahanalami. Antiseptik kimia melakukan penelitian dengan judul jus
yang sering digunakanoleh peternak adalah kulit apel Manalagi (Malus sylvestris

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 31


Mill.) terhadap pertumbuhan lengkap (RAL) diLaboraorium dengan
Staphylococcus aureusdan Escherichia metode difusi sumuran. Perlakuan P0
coli penyebab mastitis pada sapi perah. (perlakuan kontrol) dengan menggunakan
Pengamatan akan daya hambat ini larutan iodip, P1 (jus kulit apel Manalagi
dilakukan secara in vitro. 10%), P2(jus kulit apel Manalagi 20%)
dan P3 (jus kulit apel Manalagi 30%)
MATERI DAN METODE PENELITIAN kemudian setiap perlakuan diulang sebanyak
Waktu dan Lokasi Penelitian 5 kali.
Penelitian dilaksanakan selama satu
bulan, yaitu terhitung mulai tanggal 18 Tahapan Penelitian
Januari 2015sampai 18 Februari 2016 di Pra Penelitian
LaboratoriumProduksi Ternak Perah 1. Materi yang dipakai berupa limbah
Fakultas Peternakan danLaboratorium kulit apel Manalagi diperoleh dari
Bakteriologi HPT (Hama danPenyakit perusahaan keripikapel yang berlokasi
Tanaman) Fakultas PertanianUniversitas di Kecamatan Bumi Aji,Kota Batu,
Brawijaya Malang. Jawa Timur
2. Limbah yang berupa kulit apel
Materi Manalagi yang telah dikumpulkan
Materi penelitian ini adalah limbah kemudian dipisahkan dengan bongkol
kulit apel Manalagi (Malus sylvestris yang terikut kemudian dibersihkan
Mill.) yang diperolehdari usaha keripik dari kotoran yang menempel
apel Malang yang berlokasi diKec. Bumi 3. Kultur yang digunakan dengan jenis
Aji, Kota Batu, Jawa Timur. Staphylococcus aureus dan
BakteriStaphylococcus aureus dan Escherichia coli dipesan dari
Escherichia colimerupakan stock biakan Laboratorium Bakteriologi, Fakultas
bakteri dariLaboratorium HPT (Hama Pertanian Universitas Brawijaya
dan PenyakitTanaman) Fakultas Malang
Pertanian Universitas 4. Sterilisasi alat menggunakan
Brawijaya Malang dan larutan. Antiseptik incubatordengan suhu 60oC selama 24
kimia yang biasa dipakai untuk mencegah jam diLaboratorium Produksi Ternak
mastitis yaitu iodip yang berasal dari Perah FakultasPeternakan Universitas
Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Brawijaya
Malang. Alat yang digunakan dalam 5. Pembuatan jus menggunakan 3
penelitian adalah timbangan analitik, blender yangberbeda untuk masing-
corong, beaker glass, glass ukur, masing konsentrasiyang digunakan
autoklaf, lampu spirtus/Bunsen,
incubator/oven, plastik klip, cawan petri, Pembuatan Jus Kulit Apel Manalagi
kertas lebel, mikrotip, glass L, jangka Prosedur pembuatan sebagai berikut :
sorong, plastik warp, blender, 1. Kulit apel Manalagi dibersihkan
pengaduk/Ose glass, kertas saring, cork dengan menggunakan air dari
borer, mikropipet dan alumunium foil. kotoranyang menempeldan ditiriskan
Bahan yang digunakan adalah Jus kulit 2. Kulit apel Manalagi ditimbang
apel Manalagi, Staphylococcus aureus, sesuaikonsentrasi yang dibutuhkan yaitu
Escherichia coli, media Nutrien agar sebagaiberikut :
(NA), aquadest dan alkohol 70%. - P1(10% yaitu 10 gram kulit apel
Manalagi + 100 ml aquadest)
Metode - P2(20% yaitu 20 gram kulit apel
Manalagi + 100 ml aquadest)
Metode yang digunakan adalah
- P3(30% yaitu 30 gram kulit apel
percobaan dengan rancangan acak
Manalagi + 100 ml aquadest)

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 32


3. Kulit apel dimasukkan ke dalam blender Tabel 1. Kategori kekuatam zat
dandiblender hingga halus antibakteri berdasarkan diameter
4. Kulit apel yang telah diblender disaring zona hambat
denganmenggunakan kertas saring Diameter Kekuatan
5. Jus kulit apel Manalagi 10%, 20% dan Daya Hambat
30% siap digunakan >20 mm Sangat kuat
11-20 mm Kuat
Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) 6-10 mm Sedang
Pembuatan media NA dengan <5mm Lemah
melarutkan 5 gram kedalam 500 ml Sumber: Susanto, Sudrajat dan Ruga (2012)
aquadest, erlenmeyer yang telah berisi
NA dan aquadest ditutup dengan Variabel Pengamatan
menggunakan alumunium foil, Variabel yang diamati dalam
kemudiandihomogenkan. Erlenmeyer penelitianiniadalah diameter zona bening
kemudian disterilkan dengan yang dihasilkan oleh jus kulit apel
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC Manalagi dengan berbagai konsentrasi
dengan menggunakan tekanan 1 atm terhadap pertumbuhan bakteri
selama 15menit, selanjutnya diamkan Staphylococcus areus dan Escherichia
hingga dingin atau suhu menurun. colipenyebab mastitis pada sapi perah.
Pembiakan Bakteri Analisis Data
Bakteri stock dari Staphylococcus Data dianalisis dengan menggunakan
aureus dan Escherichia coli analisisANOVA (RAL) dengan 4
diinokulasikan ke media padat Nutrien perlakuan dan 5 ulangan, selanjutnya
Agar (NA) dengan menggunakan apabila memilikiperbedaan nyata atau
mikropipet sebanyak 100 µl, kemudian sangat nyata dilanjutkan dengan uji Beda
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu Nyata Terkecil (BNT).
37oC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Daya Hambat Bakteri Uji Daya Hambat Bakteri Staphylococcus
Pengujian daya hambat dalam aureus
penelitian ini menggunakan metode Hasil yang didapat dari perhitungan
difusi sumuran dengancara melubangi luaszona hambat jus kulit apel Manalagi
media agar yang denganmenggunakan (Malus sylvestris Mill.) terhadap
cork borer. Konsentrasi jus kulitapel pertumbuhan bakteri Staohylococcus
Manalagi sebanyak 100 µl dimasukkan aureus adalah bervariasi antarsetiap
kedalam cawan petri yang telah berisi konsentrasi. Hasil rata-rata
media,bakteri dan telah dilubangi, perhitungantersebut dapat dilihat pada
kemudian cawan petriditutup dan Tabel 2.
diinkubasi selama 24 jam
denganmenggunakan suhu ruang atau Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat
37oC. Pengamatandilakukan dengan pada bakteri Staphylococcus
melihat zona bening disekitarlubang aureus
sumuran. Rata-rata
Kategori
No Perlakuan diameter zona
antimikroba
hambat (mm)
1 P0 (iodip) 4,63b ± 0,73 Lemah
2 P1 (10%) 1,84a ± 1,03 Lemah
3 P2 (20%) 2,81ab ± 1,19 Lemah
4 P3 (30%) 7,03c ± 4,04 Sedang

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 33


Keterangan: huruf superskrip yang berbeda a dan hambat pertumbuhan bakteri
b menunjukkan perbedaan yang dibandingkan dengan menggunakan
sangat nyata (P<0,01)
iodip, sedangkan untuk konsentrasi 30%
telah mampu mengimbangi kekuatan
Tabel 2. menunjukkan bahwa daya hambat yang dihasilkan oleh
pengujian daya hambat jus kulit apel P0(larutan iodip) untuk menghambat
Manalagi (Malussylvestris Mill.) dengan pertumbuhanbakteri Staphylococcus aureus
menggunakan metodesumuran terhadap penyebab mastitissubklinis pada sapi perah.
bakteri Staphylococcus Perbedaan zonahambat yang dihasilkan dapat
aureusmenunjukkan hasil rata-rata disebabkan karenabeberapa faktor yang
diameter zonahambat yang cukup mempengaruhi sepertikonsentrasi bahan yang
bervariasi antara perlakuandengan digunakan, jumlahmikroba yang
konsentrasi yang berbeda. Hal diinokulasikan, suhu, waktu, jenismikroba
inidibuktikan dengan adanya perbedaan yang digunakan, pH dan bahan organikyang
superskripyang dihasilkan setelah terlarut (Setyaningsih, Desniar danPurnasari,
2012).
dilakukan pengujian lebihlanjut dengan
menggunakan uji Beda NyataTerkecil 4.63 Zona Hambat
10 7.03
1.84 2.81
(BNT) pada Tabel 2. Hasil
tersebutmembuktikan bahwa pemberian Zona Hambat (mm) 0

jus kulit apelManalagi dapat berpengaruh P0(Iodips)


P1 (10%)
P2 (20%)
terhadapperkembangan bakteri P3 (30%)
PERLAKUAN
Staphylococcus aureus,sehingga dengan
demikian jus kulit apel Manalagiini dapat Gambar 1. Zona daya hambat kulit apel terhadap
bakteri Staphylococcus aureus
digunakan sebagai antibakteri.
Luasdiameter zona hambat yang
Gambar 1. menunjukkan bahwa
dihasilkan denganmenggunakan jus kulit
semakin tinggi penggunaan konsentrasi
apel Manalagi pada P3 (30%)
jus kulit apel Manalagi maka semakin
menghasilkan diameter zona hambat
tinggi juga zona hambat yang dihasilkan.
yangpaling luas yaitu sebesar 7,03 mm
Hasil ini dipengaruhi oleh adanya
yang termasukdalam kategori sedang.
perbedaan tingkat konsentrasi setiap
Sedangkan padaperlakuan P0(iodip),
perlakuan. Brooks, Janet dan Stepen
P1(10%) dan P2 (20%) hasilzona hambat
(2005) menyatakan bahwa luas zona
yang terbentuk 2,81 mm yangtermasuk
hambat yang terbentuk dipengaruhi oleh
dalam kategori lemah. Susanto,
besarnya zat aktif dalam suatu
(2012)menyatakan bahwa pengkategorian
konsentrasi larutan, semakin besar
luas zonahambat terdiri dari kategori
konsentrasinya maka jumlah kandungan
sangat kuat, kuat, sedang dan lemah.
zat aktif yang dikeluarkan akan semakin
Luas zona hambat lebih spesifiknya
tinggi. Sebaliknya apabila konsentrasi
adalah lebih besar dari 20 mm
larutan rendah maka kandungan zat
dikategorikan sangat kuat, 11-20 mm
aktifyang dikeluarkan sedikit, sehingga
dikategorikan kuat, kemudian untuk luas
luas zonahambat yang terbentuk kecil.
zona hambat 6-10 mm dikategorikan
Harris, Foster and Richard (2002)
sedang sedangkan untuk luas zona
menyatakan bahwa Staphylococcus
hambat lebih kecil atau sama dengan 5
aureus memiliki dinding sel yang terdiri
mm dikategorikan lemah.
dari 50% peptidoglikan serta kelompok
Hasil analisis dengan menggunakan
primer yang mengandung fosfat yang
sidikragam (ANOVA) terdapat
disebut dengan asam teichoic sebanyak
perberbedan yang sangat nyata (P<0,01).
40%.
Pada konsentrasi 10% dan 20% masih
belum dapat mengimbangi kekuatan daya
J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 34
Uji Daya Hambat Bakteri Eschericia sebesar 9,49 mm dan P3 (30%) hasil zona
coli hambat yang terbentuk yaitu 6,89 mm
Hasil yang didapat dari perhitungan yang termasuk dalam kategori sedang.
luas zona hambat jus kulit apel Manalagi Meskipun luas zona hambat yang
(Malussylvestris Mill.) terhadap dihasilkan olehjus kulit apel Manalagi
pertumbuhan bakteriEschericia coli pada P1lebih luas, namunhasil tersebut
adalah bervariasi antar setiapkonsentrasi. belum dapat menyaingi luas zona hambat
Hasil rata-rata perhitungan tersebutdapat yang dihasilkan oleh P0 yaitu sebesar
dilihat pada Tabel 3. 17,47 mm. Susanto, dkk (2012)
menyatakan bahwa pengkategorian luas
Tabel 3. Rata-rata diameter zona hambat zona hambat terdiri dari kategori sangat
pada bakteri Eschericia coli kuat, kuat, sedang dan lemah.Luas zona
Rata-rata Kategori hambat lebih spesifiknya adalah
No Perlakuan diameter zona antimikroba lebihbesar dari 20 mm dikategorikan
hambat (mm) sangat kuat, 11-20mmdikategorikankuat,
1 P0 (Iodip) 17,47b ± 1,54 Kuat
kemudianuntukluaszonahambat 6-10 mm
2 P1 (10%) 9,69a ± 5,53 Sedang
dikategorikan sedangsedangkan untuk
3 P2 (20%) 9,49a ± 5,38 Sedang
4 P3 (30%) a
6,89 ± 3,36 Sedang
luas zona hambat lebih kecilatau sama
dengan 5 mm dikategorikan lemah.
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda a
dan b menunjukkan perbedaan Hasil analisis dengan menggunakan
sangat nyata (P<0,01) sidikragam (ANOVA) didapati bahwa jus
kulit apelManalagi dalam menghambat
Tabel 3. menunjukkan bahwa bakteri Escherichiacoli mempunyai hasil
pengujian daya hambat jus kulit apel berbeda sangat nyata(P<0,01). Tabel 3
Manalagi (Malussylvestris Mill.) dengan menunjukkan bahwa pengujiandaya
menggunakan metodesumuran terhadap hambat jus kulit apel Manalagi
bakteri Escherichia colimenunjukkan (Malussylvestris Mill.) dengan
hasil rata-rata diameter zona beningyang menggunakan metodesumuran terhadap
cukup bervariasi antara perlakuan bakteri Escherichia coli.
dengankonsentrasi yang berbeda. Hal ini Konsentrasi pemberian jus yang
dibuktikandengan adanya perbedaan berbedadapat berpengaruh terhadap luas
superskrip yangdihasilkan setelah diameter zonahambat yang terbentuk. Jus
dilakukan pengujian lebihlanjut dengan kulit apel Manalagidengan konsentrasi
menggunakan uji Beda NyataTerkecil 10%, 20% dan 30% belumdapat
(BNT). Hasil tersebut menggantikan iodip sebagai
membuktikanbahwa pemberian jus kulit antimikrobauntuk mastitis, dikarenakan
apel Manalagi dapat berpengaruh luas zona hambatyang terbentuk dari
terhadap perkembangan bakteri perlakuan iodip masih lebihluas bila
Escherichia coli, sehingga dengan dibandingkan dengan luas zona
demikian juskulit apel Manalagi ini dapat hambatyang dihasilkan oleh perlakuan
digunakan sebagaiantibakteri. Luas denganmenggunakan jus kulit apel
diameter zona bening yangdihasilkan Manalagi.Perbandingan untuk hasil rata-
dengan menggunakan jus kulit rata luas zonahambat yang didapatkan
apelManalagi pada P1(10%) dari perlakuan P1, P2, P3dan P0disajikan
menghasilkan diameterzona hambat yang pada grafik zona hambat kulitapel
paling luas yaitu sebesar 9,69mm yang Manalagi terhadap bakteri Escherichia
termasuk dalam kategori colipada Gambar 2.
sedang.Sedangkan pada perlakuan P2
(20%) luas zona hambat yang dihasilkan

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 35


17.47
Zona Hambat pada bakteri. Apabila telah terbentuk
20 9.69 9.49 biofilm pada dinding sel, maka
6.89 pengobatan akan sulit dilakukan karena
Zona Hambat (mm)

0
adanya pelindung dari antibiotik dan
P0 (Iodips) P1 (10%) fagositosi (Denapaide, Brucker,
P2 (20%)
P3 (30%) Hakenbeck andVollmer, 2012; Loresta,
PERLAKUAN
Murwani dan Trisunuwati, 2013). Selain
Gambar 2. Zona hambat kulit apel Manalagi karena adanya peptidoglikan penyebab
terhadap bakteri Eschericia coli belum optimalnya jus kulit apel Manalagi
ini adalah kurang tingginya konsentrasi
Luas zona bening yang didapat pada yang digunakan, kemungkinan lain yang
bakteriStaphylococcus aureus dan mengakibatkan kurang optimalnya daya
Escherichia colisetelah diberi perlakuan hambat bakteri ini adalah dikarenakan
yang sama dengan menggunakan iodip kurang keluar dan larut zat fitokimia
adalah berbeda. Luas zona bening pada yang dimiliki oleh kulit apel Manalagi.
bakteri Staphylococcus aureus adalah Hal ini dapat terjadi karena beberapa
sebesar 4,63 mmsedangkan Escherichia faktor yakni kurang banyaknya
colisebesar 17,47 mm. Perbedaan aquadestyang digunakan sebagai pelarut,
tersebut disebabkan oleh jenis bakteri aquadest belumdapat maksimal menjadi
yang digunakan. Bakteri Staphylococcus zat pelarut serta kuranghalusnya kulit
aureus merupakan bakteri yang tahan apel Manalagi yang dihasilkan.
terhadap bahan-bahan kimia (Dzen, dkk, Kulit apel Manalagi memiliki
2015). Faktor lain yang mengakibatkan kandunganberupa bahan aktif yang
perbedaan tersebut adalahkonsentrasi berfungsi sebagai antimikroba seperti
bahan yang digunakan, jumlah mikroba flavonoid, saponin, tanin dan senyawa
yang diinokulasikan, suhu, waktu, jenis fenolik yang memiliki keunggulan
mikroba yang digunakan, pH dan bahan sebagai penghambat aktivitas
organik yang terlarut (Setyaningsih, antimikroba. Bahan aktif antimikroba ini
Desniar dan Purnasari, 2012).Madingan, mempunyai cara kerja dengan cara
Martiko and Parker (2009) merusak membran sel dari sebuah bakteri
menambahkan bahwa bakteri Escherichia dengan tujuan untuk meningkatkan
coli merupakan gram negatif yang permeabilitas dari dinding sel bakteri
sifatnya berbeda dengan bakteri gram sehingga dinding sel bakteri tersebut lisis
positif. Perbedaannya yaitu pada respon (Esimone, Iroha, Okeh, Ibezim and
tiap mikroorganisme terhadap Okpana, 2006). Flavonoid memiliki
antimikrobanya. Bakteri memiliki tingkat aktivitas yang lebih besar untuk
sentivitas yang berbeda dimana menghambat pertumbuhan dari sebuah
umumnya bakteri gram positif lebih bakteri gram positif dibandingkan dengan
rentan dibandingkan dengan bakteri gram pertumbuhan bakteri dengan gram
negatif negatif, hal ini disebabkan karena
yang secara alami lebih resisten. Zat senyawa polar yang dimiliki oleh
antimikriba yang bisa dengan mudah flavonoid lebih cepat dan mudah
untuk menembus stuktur lapisan menembus lapisan peptidoglikanyang
peptidoglikankarena memiliki sifat polar bersifat polar dari pada lapisan lipid yang
yang memiliki kesamaan dengan memiliki sifat nonpolar. Aktivitas bakteri
peptidoglikanyang menjadi penyusun dari yang terhambat menyebabkan
sebuah dinding sel, salah satunya adalah terganggunya fungsi dinding sel untuk
flavonoid. Biofilm merupakan proses pemberibentuk dan melindungi sel dari
yang membutuhkan adhesi bakteri proses lisis secaraosmotik namun, dengan
sehingga membentuk beberapa lapisan

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 36


terganggunya dinding sel akan Escherichia coli dengan konsentrasi
menyebabkan lisis pada sel (Puspitasari, paling baik untuk menghambat bakteri
Murwani dan Herawati, 2012). Staphylococcus aureus pada perlakuan
Prawira, dkk (2014) menyatakan P3 sedangkan untuk konsentrasi paling
saponin dapat menekan pertumbuhan dari baik untuk menghambat bakteri
bakteri karena senyawa tersebut dapat Escherichia coli pada perlakuan P1.
menurunkan teganggan permukaan
dinding sel dan apabila berinteraksi SARAN
dinding sel tersebut dapat lisis maupun Berdasarkan penelitian daya hambat
pecah, sehingga saponin akan bakteri penyebab mastitis dengan
mengganggu tegangan permukaan menggunaan jus kulitapel Manalagi
dinding sel dan zat antibakteri akan (Malus sylvestris Mill.) dapatdiberikan
masuk dengan mudah ke dalam sel dan saran sebagai berikut:
akan menganggu metabolisme sel pada 1. Sebaiknya untuk penelitian
akhirnya bakteri mati serta dapat selanjutnya menggunakan konsentrasi
menyebabkan denaturasi pada sel larutan jus kulit apel Manalagi di atas
dikarenakan struktur dan fungsi membran 30% untuk mengetahui konsentrasi
yang berubah. Yudistira (2013) yang tepat dalam mengambat
menyatakan bahwa senyawa tanin pertumbuhan bakteri penyebab
bekerja dengan cara mengikat salah satu mastitis.
dari protein adhesion bakteri yang 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
digunakan sebagai reseptor pada lanjut mengenai analisis terhadap lama
permukaan dari sebuah bakteri, sehingga simpan jus kulit apel Manalagi untuk
terjadi penurunan dan pembentukan mengetahui tingkat efektivitas larutan
dinding sel yang terhambat karena yang dihasilkan.
terhambatnya sintesis pada protein. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
Pembentukan zona hambat lanjut mengenai metode yang
memungkinkan diidentifikasikan dengan digunakan agar mempermudah
adanya zona bening yang terbentuk. pengaplikasian jus kulit apel Manalagi
Mahto, Mukherjeeand Biswas (2014) terhadap ternak sapi perah untuk
menyatakan bahwa adanya alkaloid menghambat bakteri.
dalam ekstrak buah dapat menghambat
mikroorganisme dengan merusak enzim DAFTAR PUSTAKA
yang terlibat dalam produksi energi dan BPS. 2010. Data Produksi Apel di Kota
struktur dari sel bakteri. Malang Provinsi Jawa Timur.
www.jatim.bps.go.id/ diakses pada
KESIMPULAN tanggal 20 Februari 2016.
Berdasarkan hasil penelitian yang Brooks, G. F., Janet, S. B. dan Stepen, A.
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: M. 2005. Mikrobiologi
1. Jus kulit apel Manalagi (Malus Kedokteran. Edisi
sylvestris Mill.) dapat digunakan Pertama.Salemba Medika: Jakarta.
sebagai antiseptik alami untuk teat Cempaka, A. R. 2014. Pengaruh Metode
dipping pada sapi perah. Pengolahan (Juicing Dan
2. Jus kulit apel Manalagi Blending) Terhadap Kandungan
(Malussylvestris Mill.) dengan Quercetin Berbagai Varietas Apel
konsentrasi 10%, 20% dan 30% Lokal Dan Impor (Malus
memiliki kemampuan untuk domestica). Jurnal of Human
menghambat pertumbuhan bakteri Nutrition. 1(1):14-22.
Staphylococcus aureus dan

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 37


Denapaide, D., Bruckner, R., Hakenbeck, Streptococcus. JurnalPustaka
R. and Vollmer, W. 2012. Kesehatan. 2(24):1-10.
Biosynthesisi ofTeichoic Acids in Kromker, V. 2014. Bovine
Streptococcuspneumonia and Intramammary Infections and
Closely Related Species:Lessons Mastitis. Journal Clin Microbial.
from Genomones. Journal 3(4):1-7.
ofScience. 18(3):1-15. Loresta, S., Murwani, S. dan Trisunuwati,
Dinas Pertanian Jatim. 2014. Produksi P. 2013. Efek Ekstrak Etanol
Apel Pertahun. Daun Kelor(Moringa oleifera)
http//jatimprov.go.id/ diaksespada Terhadap PembentukanBiofilm
tanggal 5 Maret 2016. Staphylococcus aureus Secara
Dzen, S. M., Roekistingsih, Santoso, InVitro. Jurnal Kedokteran
Winarsih dan Sumarno. 2005. Hewan. 1(5):110.
Bakteriologi Medik.Bayumedia Mahto, R. P., Mukherjee, R. and Biswas.
Publishing: Malang. Hlm. 2014. In vitro Antimicrobial
2425,132. Efficacy of MethanolicFriut
Esimone, C. O., Iroha, I. R., Okeh, O. C. Extract of Terminalia
and Okpana, E.M. 2006. In Vitro ballericaAgainst Causative of
Evaluation ofThe Interaction Bovine Mastitis.International
Between Tea Extracts Journal of Adv. Res.2(8):765-768.
andPanicillin G Against Puspitasari, G., S. Murwani dan
Staphylococcus. Journal of Herawati. 2012. Uji Daya
Biotechnology. 5(11):10821086. Antibakteri Perasan
Fatisa, Y. 2013. Daya Antibakteri Estrak BuahMengkudu Matang(Morinda
Kulit Dan Biji Buah Pulasan citrifolia)Terhadap
(Nepheliummutabile) Terhadap BakteriMethicilin
Staphylococcus aureusdan ResitantStaphylococcus aureus
Escherichia coli Secara In vitro. (MRSA)M.2306. TIn Vitro.
JurnalPeternakan. 10(1):31. Jurnal Veterinari Medika. 2(4):18.
Handayani, T., Tuasikal, B. J. dan Putra, A. 2009. Pengaruh Kebersihan
Sugoro, I. 2006.LD50 Sinar Kandang Terhadap Potensi
Gamma PadaStreptococcus Penerapan Produksi
agalactiae. Untuk BahanVaksin SapiPerah.Jurnal Veteriner.
Iradiasi Mastitis Pada Sapi 1(1):1-5.
Perah.Pusat Aplikasi Teknologi Setyaningsih, I., Desniar dan
Isotop danRadiasi. Batam. Purnamasari, E. 2012.
Harris, L. G., Foster, S. J. and Ricards, Antimikroba Dari
R.G. 2002. An Introduction to Chaetocerosgracilis Yang
Staphylococcus aureusand Dikultivasi Dengan
Techniques for Identifying LamaPenyimpanan Berbeda.
andQuantifying Staphylococcus Jurnal Akuatika.3(2):180-189.
aureusAdhesins. Journal of Subroto. 2012. Ilmu Penyakit Ternak.
Science. 4:36-39. Gadjah Mada University Press:
Jannata, R. H., Gunadi A. dan Ermawati Yogyakarta.
T. 2014. Daya Antibakteri Sudarwanto, M. dan Sudarnika, E. 2008.
Ekstrak Kulit ApelManalagi Nilai Diagnostik Tes IPB Mastitis
(Malus sylvetris Mill.) Dibandingkan dengan Jumlah Sel
TerhadapPertumbuhan Somatik dalam Susu. Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 38


Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan-
Institut Pertanian: Bogor.
Susanto, Sudrajat dan Ruga. 2012. Studi
Kandungan Bahan Aktif
tumbuhanMeranti Merah (Shorea
leprosula Miq.)Sebagai Sumber
Senyawa Antibakteri.Jurnal
kesehatan. 11(2):1-15.
Yudistira, F. A., Murwani, S. dan
Trisunuwati, P. 2013. Potensi
Antimikroba Ekstrak Air Daun Kelor
(Moringa oleifera)Terhadap
Salmonella enteritidis (SP-1-PKH)
Secara In Vitro. Program Kedokteran
Hewan. Universitas Brawijaya:
Malang.

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.2: 30-39, 2015 39

Anda mungkin juga menyukai