Anda di halaman 1dari 33

TUGAS GEOLOGI SRUKTUR INDONESIA

SRUKTUR GEOLOGI PULAU JAWA DAN PULAU SUMATRA

DI

OLEH :

SYEH MAULANA

16307006

J URU SAN T EKNIK GE


O LO G I

FAKULTAS TEKNOLOGI
MINERAL

INSTITUT TEKNOLOGI
MEDAN

2020
STRUKTUR GEOLOGI PULAU JAWA

1. Struktur Geologi Regional


Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), pada dasarnya ada 3 arah kelurusan struktur
geologi yang dominan di Pulau Jawa. Ketiga arah tersebut adalah Timur laut – Barat
daya (pola Meratus), Utara – Selatan (pola Sunda) dan Barat – Timur (pola Jawa).

Gambar 4.1. Pola kelurusan struktur geologi di Pulau Jawa (diambil dari:
www.rovicky.wordpress.com)

Pola struktur pertama adalah pola Meratus yang berarah Timur laut – Barat daya. Arah
ini didominasi oleh sesar-sesar geser sinistral. Arah struktur ini diduga disebabkan oleh
penunjaman lempeng Indo-Australia pada Akhir Eosen hingga Akhir Miosen Tengah.
Pola Meratus yang dijumpai diwakili oleh sesar Cimandiri di Jawa Barat. Pola sesar ini
dapat diikuti ke arah timurlaut sampai batas timur Cekungan Zaitun dan Cekungan
Biliton. Pola singkapan batuan Pra-Tersier di daerah Luk Ulo (Jawa Tengah) juga
menunjukkan arah Meratus.

51
Pola struktur kedua adalah pola Sunda yang berarah Utara – Selatan yang aktif pada Akhir Eosen
hingga Akhir Oligosen. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan
Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola ini umumnya terdapat di bagian barat wilayah Jawa Barat.

Pola struktur yang ketiga adalah pola Jawa yang berarah Barat – Timur. Arah ini terbentuk sebagai
akibat dari gaya tegangan yang berarah Utara-Selatan yang berkembang pada Awal Pleistosen. Pola
ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis dan sesar-sesar di dalam zona Bogor (van
Bemmelen, 1949).

Secara regional di zona Pegunungan Serayu Selatan dijumpai struktur geologi berupa lipatan, sesar,
dan kekar (Asikin, dkk, 1992). Pada umumnya struktur–struktur tersebut dijumpai pada batuan yang
berumur Kapur hingga Pliosen. Lipatan–lipatan sebagian besar berada di daerah barat dan umunya
berarah barat–timur. Di bagian timur dan selatan struktur lipatan pada umumnya berupa monoklin
dengan kemiringan lapisan ke arah selatan. Sumbu–sumbu lipatan tersebut memiliki arah yang relatif
sejajar dan sebagian besar terpotong oleh sesar.

Struktur Geologi permukaan yang terdapat di daerah Banyumas dan sekitarnya umumnya didominasi
oleh sumbu-sumbu lipatan dan jurus perlapisan batuan yang berarah baratlaut-tenggara. Dari
interpretasi penampang seismik melalui Adipala-Purwokerto, terlihat adanya tinggian dan rendahan
pada Cekungan Banyumas. Tinggian dan rendahan tersebut dipisahkan oleh sesar-sesar turun
membentuk struktur graben dan setengah graben. Pada graben ini diendapkan material sedimen
Paleogen dan Neogen.
52
Strktur Geologi

2. Struktur Geologi Daerah Pemetaan

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan dilanjutkan dengan analisa di laboratorium,
diperoleh beberapa kenampakan struktur geologi di daerah pemetaan yang merupakan refleksi dari
tektonik yang mengontrol daerah ini. Struktur geologi yang ada di daerah pemetaan berupa kekar
(joint) dan sesar (fault) baik yang tegas maupun yang diperkirakan.

2. 1. Kekar

Kekar adalah produk deformsi batuan akibat gaya endogen yaitu tektonik yang menghasilkan
mengubah batuan yang tadinya kontinyu menjadi tidak kontinyu akibat terbentuknya suatu
rekahan/retakan pada tubuh batuan tersebut. Pada daerah pemetaan kekar-kekar yang dijumpai adalah
kekar-kekar tektonik. Kekar-kekar ini ditemukan pada satuan perulangan batupasir karbonatan dan
napal tufan. Kekar-kekar yang ditemukan berupa kekar ekstensi dan kekar gerus.

Pengukuran kekar hanya dilakukan pada beberapa stasiun pengamatan. Salah satu data yang dianalisi
adalah data kekar hasil pengukuran di Stasiun pengamatan 11, di Stasiun ini kekar dapat teramati
karena batuan tersingkap baik pada aliran sungai. Adapun data pengukuran kekar yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Kekar Stasiun Pengamatan 11

TABEL DATA KEKAR

NO

NE-SW

NW-SE

1
N 266° E / 80°

N 350° E / 80°

N 250° E / 78°

N 355° E / 75°

N 212° E / 80°

N 345° E / 80°

N 86° E / 72°

N 354° E / 78°

N 248° E / 82°

N 326° E / 78°

N 252° E / 80°

N 154° E / 80°

N 260° E / 70°

N 352° E / 78°

N 265° E / 80°

N 335° E / 80°

N 86° E / 84°

N 156° E / 80°

10

N 78° E / 78°

N 142° E / 76°

11

N 255° E / 80°

N 345° E / 80°
12

N 89° E / 74°

N 343° E / 86°

53
13

N 87° E / 72°

N 156° E / 78°

14

N 210° E / 80°

N 328° E / 84°

15

N 68° E / 80°

N 111° E / 80°

16

N 88° E / 80°

N 355° E / 75°

17

N 86° E / 82°

N 353° E / 73°

18

N 204° E / 79°

N 168° E / 73°

19

N 256° E / 86°

N 155° E / 74°

20

N 268° E / 82°

N 158° E / 74°

21

N 48° E / 78°

N 164° E / 74°

22
N 66° E / 80°

N 166° E / 72°

23

N 98° E / 78°

24

N 128° E / 88°

25

N 297° E / 84°

26

N 288° E / 80°

27

N 320° E / 82°

28

N 114° E / 76°

Pengukuran kekar dilakukan pada batupasir. Dari hasil pengukuran ini dapat dilihat bahwa ada dua
kelompok kekar dengan arah yang berbeda. Data kekar ini kemudian dianalisa dengan metode
diagram kipas, pada diagram ini dihitung presentase arah kekar yang berdekatan sehingga diperoleh
arah kekar yang dominan untuk kemudian diinterpretasi arah gaya utamanya.

20

10

10
20

30

30

40

40

50

50

60

60
70

70

N 77 E

80

80

N ....W 90
90 N.....E

50%

40%

30%

20%

10%

10%

20%

30%

40%

50 %

Persentase

Gambar 4.2. Diagram Kipas Hasil Analisa Data Kekar STA 11

54
Geologi
Foto 4.1. Lokasi Pengukuran Kekar STA 11 (kamera menghadap timur)

Berdasarkan hasil analisa ini, disimpulkan bahwa gaya utama yang bekerja pada lokasi ini adalah
gaya dengan arah relatif Barat-Timur.

2. 2. Sesar

Sesar merupakan suatu produk deformasi batuan berupa rekahan yang kemudian mengalami
pergeseran pada bidang rekahannya, proses ini disebabkan oleh gaya endogen dari dalam bumi. Di
daerah pemetaan sesar diamati berdasarkan pada bukti langsung yang dicurigai di lapangan dan juga
pengamanatan pada pola-pola kelurusan di peta topografi, dilibatkan juga pengamatan pada bentuk
Digital Elevation Model dari daerah pemetaan untuk mendeterminasi pola kelurusan tersebut.
Berdasarkan atas kecurigaan tersebut, kemudian dilakukan pengecekan langsung ke lapangan untuk
mencari bukti-bukti adanya sesar.

Mengingat proses denudasional yang sudah cukup intensif berlaku di daerah ini maka kebanyakan
bukti sesar di lapangan diperoleh dalam bentuk data yang kurang lengkap. Di beberapa tempat, sisa
produk sesar sudah mengalami gerakan massa seperti rockfall dan rockslide dan di tempat lain bidang
sesar sulit untuk dilihat

55
Struktur Geologi

gores garisnya karena batuan yeng tersesarkan merupakan batuan karbonat sehingga telah larut oleh
air.

Pada daerah pemetaan terdapat 2 jenis sesar, yaitu sesar naik dan sesar normal baik yang tegas
maupun yang diperkirakan sebagai sesar karena keterbatasan bukti yang ada. Adapun penjelasan
masing-masing sesar tersebut antara lain:

Sesar Naik Salam.

Sesar ini memiliki arah utara selatan yang memanjang dari Desa Pakem dan sebagian besar di Desa
Salam, sementara di bagian tengah sesar ini nampaknya telah terkubur oleh endapan aluvial yang
menindih batuan di bawahnya yang terkena sesar. Batuan yang mengalami sesar di daerah ini adalah
batupasir karbonatan yang berulang dengan napal tufan. Sesar ini juga diperkirakan menjangkau
breksi autoklastik dan breksi tuff di bawahnya sehingga mendukung untuk tersingkapnya batuan yang
lebih tua ini dipermukaan yang melibatkan juga proses terkupasnya batuan sedimen di atasnya oleh
pelapukan dan erosi.

Sesar ini diduga merupakan penyebab utama yang menimbulkan kontras morfologi di bagian barat
dan bagian timur dari wilayah pemetaan. Kontras morfologi ini memunculkan kelurusan lembah
dengan arah relatif utara-selatan. Bagian hangingwall dari sesar ini berada di sebelah timur yang
berlandasan pada footwall yang terletak di bagian barat. Di lapangan ditemukan kenampakan breksi
hancuran yang diakibatkan oleh sesar naik ini. Kemudian penulis menginterpretasikan bahwa sesar
ini bergerak menganan (dekstral) dari bukti arah pitch yang diukur pada permukaan bidang sesar.
56
Geologi
Foto 4.2. Kenampakan Bidang Sesar Naik Salam di STA 3

Hasil pencatatan dari data sesar ini kemudian di analisa dengan menggunakan Schmid Net untuk
mencari arah gaya utama penyebab sesar;

U DATA STASIU N PENGAMATAN 3

DESA PAKEM

Pitch

Bidang Sesar : N 8 E / 30

ANALISA ARAH GAYA TEKTONIK Pitch : 42 NE

DAERA H PENELITIAN Jenis Sesar : Sesar Naik Dekstral

BERDASARKAN DATA SESAR NAIK Keterangan :

: Arah Gaya Utama

2
Ga mbar 4.3. Hasil Analisa Sesar Naik Salam

57
Geologi

Adapun hasil analisa ini menghasilkan arah barat-timur sebagai arah gaya utama pembentuk sesar
yang mengontrol daerah ini. Gaya ini merupakan gaya kompresi yang sifatnya menekan batuan dari
dua sisi.

Sesar Normal Bendo Sari

Sesar normal ini berorientasi utara-selatan. Penulis menemukan data di sekitar Desa Bendo Sari pada
STA 64. Kenampakan di lapangan tidak begitu jelas karena sebagian dari batuan telah hancur dan
longsor ke daerah yang lebih rendah, namun masih dapat di amati beberapa arah kelurusan yang ada.
Terdapat dua arah kelurusan utama yaitu barat-timur dan utara-selatan. Setelah dilakukan penarikan
garis kelurusan pada peta topografi, ternyata arah utara-selatan memberikan gambaran yang lebih
logis untuk diinterpretasi sebagai arah kelurusan sesar. Kemudian adanya kontras morfologi antara
sisi barat yang lebih curam dan sisi timur yang lebih rendah diduga merupakan akibat dari adanya
pergerakan vertikal dua sisi batuan yang terpatahkan ini. Penulis kemudian menganalisa sesar ini
dengan membuat sayatan melintang dengan arah barat-timur untuk merekonstruksi pergerakan sesar
ini. Di lapangan di temukan juga suatu bidang yang dicurigai merupakan bidang sesar, namn
posisinya yang sudah jatuh dari tubuh batuan aslinya menyebabkan bidang ini tidak layak untuk di
jadikan sumber data baik itu orientasi bidang maupun pitch-nya.

Sesar Normal

Sesar Naik

Bendosari

Salam

250 m

250 m

0m

0m

-250 m

-250 m
Gambar 4.4. Sayatan melintang yang memperlihatkan sesar normal Bendo Sari

Dari pengamatan sayatan melintang, sesar ini diinterpretasikan sebagai sesar turun dengan komponen
gerakan menganan (dekstral) sesuai dengan offset pola kontur yang ada pada peta topografi.

Sesar Normal Pelutan Diperkirakan

Sesar ini diperkirakan berdasarkan pola kelurusan dan topografi daerah yang dilewati sesar ini.
Asumsi ini dipakai untuk menjelaskan terpisahnya satuan batupasir

58
Geologi

karbonatan dan napal tufan yang terisolasi di sebelah selatan. Kemudian jenis dan pola litologi yang
sama antara bukit Mlaran yang terpisah oleh endapan aluvial dengan tinggian yang ada di sekitar
Desa Pelutan dan kemungkinan merupakan hasil dari pergerakan turun bagian hanging wall yang
meliputi bukit Mlaran terhadap foot wall di daerah tinggian Pelutan.
Sesar Normal

Pelutan diperkirakan

250 m

250 m

0m

0m
?

-250 m

-250 m

Gambar 4.5. Sayatan melintang yang memperlihatkan sesar normal Pelutan diperkirakan

2.4. Analisis dan Interpretasi Pola Struktur Geologi

Daerah pemetaan Desa Gebang dan sekitarnya, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo memiliki
dua fase tektonik yang terjadi setelah batuan berumur pliosen awal terbentuk. Pada fase pertama, arah
gaya utama yang merupakan gaya kompresi datang dari barat dan timur. Gaya Kompresi ini
menghasilkan Sesar naik Salam yang berarah utara selatan. Implikasi dari kompresi yang datang dari
barat-timur ini akan menghasilkan gaya regangan dengan arah utara selatan, gaya regangan/lepasan
yang berarah utara-selatan ini diduga sebagai pemicu yang membentuk sesar turun diperkirakan di
Desa Pelutan, hanging wall-nya turun ke arah desa Mlaran di selatan.

Suatu gaya tegangan selanjutnya pasti akan diikuti gaya renggangan seperti pegas yang selalu
memberikan tekanan balik ketika di tekan. Gaya regangan ini diduga merupakan fase tektonik kedua
yang terjadi di daerah ini, gaya renggangan berarah barat-timur dan gaya tegangannya berarah utara-
selatan. Hasil dari kombinasi gaya ini menghasilkan sesar normal Bendo Sari dengan arah kelurusan
sesar utara-selatan.

GEOLOGI SRUKTUR PULAU SUMATRA

A. Struktur Geologi

Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia

ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda. Kerak Samudera yang mengalasi

Samudera Hindia dan sebagian Lempeng India-Australia, telah menunjam miring di sepanjang Parit
Sunda di lepas pantai Barat Sumatera (Hamilton, 1979; Curray, 1979).

Sumatera dapat dibagi menjadi empat mandala tektonik yaitu : Lajur Akrasi atau Lajur Mentawai,

Lajur Busur-Muka atau Lajur Bengkulu, Lajur Busur Magma

atau Lajur Bengkulu, Lajur Busur–Belakang atau Lajur Jambi Palembang. Lembar Tanjungkarang

terletak di dalam Lajur Busur Magma, di sudut Timur Laut meluas ke Lajur belakang. Geologi

Lembar Tanjungkarang mencangkup batuan malihan pra-Mesozoikum dan runtuhan batuan

gunungapi dan sedimen Tersier-kuarter.

Secara umum daerah lembar Tanjungkarang dibagi menjadi tiga satuan

morfologi, yaitu: dataran bergelombang di bagian Timur dan Timur Laut, pegunungan kasar di bagian

Tengah dan Barat Daya, daerah pantai berbukit sampai datar. Daerah dataran bergelombang terdiri

dari endapan vulkanoklastika Tersier dan Kuater dan alluvium dengan ketinggian beberapa puluh

meter di atas muka laut. Pegunungan Bukit Barisan terdiri batuan alas beku dan malihan serta
batuan gunungapi muda. Lereng-lereng umumnya curam dengan ketingian antara

500-1.680 m diatas mukalaut. Daerah pantai bertopografi beraneka ragam dan

seringkali terdiri dari perbukitan kasar, mencapai ketinggian 500 m di atas muka

laut dan terdiri dari batuan gunungapi Tersier dan Kuarter serta batuan terobosan.

Gambar 1. Peta Propinsi Lampung


Bakauheni merupakan wilayah perbukitan yang terdiri atas endapan hasil kegiatan

gunungapi. Selain G. Rajabasa dan G. Pra Rajabasa, juga ada beberapa jejak

gunungapi purba lainnya. Keluarnya magma gunungapi tersebut difasilitasi oleh

retaknya kulit bumi, oleh sebab itu bentuk lahan di wilayah Bakauheni diduga

sebagai bentukan asal struktur, dan kini berkembang menjadi bentukan asal

struktural gunung api.

Dengan menggunakan metoda inderaan jauh (citra landsat) untuk mengenali

struktur geologi secara baik di wilayah Bakauheni, berhasil ditafsirkan bentuk

lahan hasil kombinasi dari dua proses alam (struktur dan gunungapi) tersebut,

yaitu : beberapa struktur sesar di wilayah Bakauheni dan terdapat kekar lembar,

dengan arah umum antara U301°T-U330°T dan U130°T-U150°T sedangkan

sebagian kecil berarah antara U15°T-U25°T dan U195°T-U205°T (Andra, A., dan

Hartono, 1994).

B. Stratigrafi

Urutan Stratigrafi Lembar Tanjungkarang dapat dibagi menjadi tiga bagian : Pra-

Tersier, Tersier dan Kuarter. Urutan Pra-Tersier : Batuan yang tersingkap adalah

runtuhan batuan malihan derajat rendah-sedang, yang terdiri dari sekis, genes,

pualam dan kuarsit, yang termasuk kompleks Gunungkasih. Urutan Tersier :

Batuan yang tersingkap dilembar Tanjungkarang terdiri dari runtuhan batuan

gunungapi busur dan benua dan sedimen yang diendapkan ditepi busur gunungapi,

yang diendapkan bersama-sama secara luas, yaitu formasi-formasi sabu,

campanng dan tarahan. Urutan Kuarter terdiri dari lava Plistosen, breksi dan
tuf bersusunan andesit-basal di lajur Barisan, Basal Sukadana celah di Lajur

Palembang, endapan batu gamping terumbu dan sedimen alluvium Holosen.

Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Tanjungkarang (Mangga, dkk. 1994)

Berdasarkan peta geologi regional Lembar Tanjungkarang, batuan yang

tersingkap di daerah Bakauheni yang menjadi tempat daerah penelitian

dikelompokkan kedalam Formasi Satuan Andesit yang berumur Pliosen dan

Formasi Lampung yang berumur Plio-Plistosen. Formasi Satuan Aluvium tersebar

terutama di sepanjang sungai utama di bagian timur Lembar. Formasi Satuan

Andesit diendapkan dilingkungan terestrial, memperhatikan kekar lembar sangat

kuat. Ditindih tak selaras oleh Formasi Lampung. Formasi Lampung diendapkan
di lingkungan terestrial-fluival, air payau. Menindih tak selaras satuan-satuan

yang lebih tua dan ditindih tak selaras oleh endapan Kuarter.

Berdasarkan peta geologi Lembar Tanjungkarang, Stratigrafi pada daerah

Bakauhueni yang terjadi amblesan dan longsoran terdapat jenis-jenis batuan

Aluvium Bongkah, Kerikil, Pasir, Lanau, Lumpur dan Lempung (Qa), batuan

Andesit, Lava Andesit dengan Kekar Lembar (Tpv), Tuf Berabtu Apung, Tuf

Riolitik, Tuf Padu Tufit, Batuan Lempung Tufan, dan Batupasir Tufan(Qtl).

Batuan-batuan tersebut terbentuk, karena berdekatan dengan Gunung Durian

Payung (gunung api Neogen) (T. Suwarti, Amirudin, S. Gafoer, Sidarto, S. Andi

Mangga, A. Andra, dan Hartono).

C. Litologi

Gambar 3. Peta Geologi Lembar Bakauheni


KETERANGAN

Qa ALUVIUM : Kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut.

QTl FORMASI LAMPUNG : Tuf berbatuapung, Tuf riolitik, Tuf pada


Tufit, batulempung, tufan dan batu pasir tufan.

Tpv ANDESIT : Lava Andesit dengan kekar lembar.

Berdasarkan peta Geologi Lembar Bakauheni, Ciri Litologinya batuan yang

tersingkap di Bakahueni di daerah penelitian terdiri dari satuan batuan Aluvium,

satuan batuan Andesit dan satuan Formasi Lampung.

a. Litologi Satuan Aluvium (Qa)

Bongkah, kerikil, pasir, lanau, lumpur dan lempung.

b. Litologi Satuan Andesit (Tpv)

Lava bersusunan andesit. Andesit, kelabu tua-muda, keras, porifiritik, baik

plagioklas dan amfibol-piroksen di dalam massa dasar andesit afanitik,

singkapannya nisbi segar, terkekarkan kuat.

Lava Andesit : Tekstur halus-menengah, rona kelabu, topografi kasar menonjol,

sejajar berkerapatan rendah.

c. Litologi Satuan Tuf Formasi Lampung (Qtl)

Tuf riolitik-dasit dan vulkanoklastika tufan, Tuf Berbatu apung, kelabu

kekuningan sampai putih kelabu, berbutir sedang- kasar, terpilah buruk, terutama

terdiri dari batuapung. Tuf berwarna putih sampai putih kecoklatan, riolitan,

setempat gunungapi, nisbi keras terkekarkan.


Batu pasirtufan, putih kusam
kekuningan,berbutir halus-
sedang,terpilah buruk membundar
tanggung, sebagai berbatu apung, agak
lunak. Sering memperlihatkan struktur
silang-siur, umumnya bersusunan dasit.

Anda mungkin juga menyukai