Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Hans Alfonso T
No. ID dan Nama Wahana: RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar
Topik: Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Tanggal (kasus) : 29 November 2016
Nama Pasien : Tn.A No. RM : 129336
Tanggal presentasi : 26 Januari 2017 Pendamping: dr. Vitalis Talik, M.Kes
Tempat presentasi: RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang ke poliklinik jiwa dengan keluhan
gelisah. Gelisah telah dialami sejak 3 ½ tahun yang lalu (tahun 2013), dan memberat sejak 2
minggu yang lalu. Pasien merasa sering gelisah, berkeringat dingin, dan jantungnya
berdebar-debar. Hal tersebut mulai dirasakan setelah pasien mengalami banyak kejadian
dalam hidupnya. Awalnya, pada tahun 2007 rumah pasien di daerah Soppeng dibakar oleh
massa karena masalah sengketa tanah. Setelah itu pasien mengungsi dan tinggal sementara di
rumah tantenya. Dua bulan kemudian, pasien dan keluarganya harus pindah karena rumah
tersebut akan dihuni oleh pemiliknya, sehingga pasien dan keluarganya harus tinggal di
gubuk-gubuk selama hampir 2 tahun. Tahun 2009 pasien pindah ke Takalar setelah dibelikan
rumah oleh saudaranya. Sewaktu pindah ke Takalar, pasien tidak memiliki pekerjaan dan
tidak memiliki harta benda karena habis dilahap api. Pasien lalu mencari kerja untuk mencari
penghasilan, seperti menjadi buruh, kuli bangunan, dan membantu tetangga yang
membutuhkan pertolongan. Sejak bulan 11 tahun 2014, pasien sering merasa nyeri ulu hati
sehingga gelisah dan berkeringat dingin. Pasien lalu berobat ke dokter penyakit dalam
selama 4 kali dan menjalani pengobatan selama 2 bulan. Akan tetapi pasien tidak merasa ada
perbaikan. Pasien lalu dirujuk oleh poliklinik jiwa, dan sejak itu pasien merasa keadaannya
membaik. Pasien rajin kontrol setiap bulan dan berobat teratur hingga saat ini. Sejak 2
minggu terakhir, pasien merasa sering gelisah lagi sehingga sulit tidur dan aktivitas sehari-
harinya terganggu. Rasa gelisah tersebut sering muncul utamanya saat pasien merasa lapar
atau sendiri. Saat ini pasien mengaku nafsu makannya menurun karena sering memikirkan
anaknya yang akan meninggalkannya pergi merantau ke Selayar. Pasien merasa cemas akan
keadaannya saat ini yang sudah tidak bisa bekerja dan istrinya yang sering sakit. Pasien takut
tidak ada yang akan mengurusinya lagi jika anaknya pergi.
2
motorik dan sensorik keempat ekstrimitas dalam batas normal dan tidak
ditemukan refleks patalogis.
7. Pemeriksaan lain: -
Daftar Pustaka:
a. Mansjoer, A., dkk. Gangguan kecemasan. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000 : 207-9.
b. Mansjoer, A., dkk. Obat-obatan antidepresi. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000 : 434-437
c. Maslim, Rusdi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi: Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa UNIKA Atmajaya , 2001: 70-75
Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis gangguan campuran anxietas dan depresi.
I. ANAMNESIS
A. SEBAB BERKUNJUNG KE RUMAH SAKIT
Pasien merasa terganggu dengan sikapnya seperti itu. Dan dengan
pertimbangan keluarga serta keinginan dari pasien sendiri agar kehidupannya dan
kepribadiannya sekarang kembali seperti dahulu sebelum istrinya meninggal, maka
pasien datang memeriksakan dirinya ke rumah sakit.
B. HAL – HAL YANG MENDAHULUI SAKIT
1. Psikiatri
Sekitar 3 tahun yang lalu pasien sudah mengalami kesulitan memulai
untuk tidur, perubahan tingkah laku menjadi pendiam dan kurang bersemangat.
Keluhan ini memberat dalam dua minggu terakhir.
2. Faktor Organis
§ Trauma kapitis (-)
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan trauma
pada kepala.
§ Kejang (-)
Pasien tidak mempunyai riwayat kejang.
§ Panas tinggi yang lama (-)
3
Pasien tidak mempunyai riwayat panas tinggi sebelum sakit.
§ Keracunan (-)
Pasien tidak pernah keracunan.
3. Penyalahgunaan alkohol dan NAPZA
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia remaja. Dahulu sering 1
bungkus setiap hari, namun saat ini hanya 2 hingga 3 batang rokok per hari.
Pasien tidak mengkonsumsi minum-minuman beralkohol, dan tidak
menggunakan NAPZA.
4. Faktor Psikososial
a. Faktor Predisposisi
1. Kepribadian premorbid
Pasien tergolong orang yang baik dengan anggota keluarga yang lain,
mudah bergaul dan senang bersosialisasi.
2. Kasih sayang
Pasien cukup mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.
3. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi menengah kurang mampu. Saat ini pasien
tinggal bersama istri dan anak pertamanya. Pasien sudah tidak bekerja
sehingga kebutuhannya dibiayai oleh anak pertamanya. Anak pertamanya
bekerja sebagai tukang ojek.
b. Faktor Pencetus
Pasien telah sering merasa gelisah, sejak 3 ½ tahun yang lalu, namun
memberat sejak 2 minggu terakhir. Sejak kehilangan rumah dan harta
bendanya yang dibakar massa, pasien kadang merasa tidak tenang, disertai
jantung berdebar, keringat dingin, dan sesak nafas. Pasien rajin kontrol dan
berobat teratur selama 1½ tahun terakhir. Dua minggu terakhir, pasien mulai
gelisah lagi khususnya saat pasien merasa lapar dan sendiri. Pasien tidak
nafsu makan dan sulit tidur karena sering memikirkan anak pertamanya yang
menjadi tulang punggung keluarganya akan pergi merantau ke Selayar.
Pasien mencemaskan masa depannya yang sudah tidak bisa menghidupi
keluarganya.
4
B. RIWAYAT KELUARGA
a. Pola Asuh Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari 8 bersaudara. Pasien dibesarkan
dalam keadaan kedua orang tua harmonis dan cukup mendapat perhatian.
b. Silsilah Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari 8 bersaudara (♂,♀,♀,[♂],♂,♀,♀,♀).
Kedua orangtua pasien dan 3 saudaranya telah meninggal dunia. Hubungan
dengan orangtua dan saudara-saudaranya cukup harmonis. Riwayat gangguan
yang sama dalam keluarga (-)
5
Pasien dikenal sebagai orang yang suka bergaul, humoris dan banyak
bicara. Hubungan dengan temannya cukup baik. Pasien berhenti sekolah saat
naik kelas 3 SMP dan pergi merantau ke Kalimantan.
5. Masa Remaja
Pasien termasuk orang yang mudah bergaul dan punya banyak teman.
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke SMA dan perguruan tinggi karena
tidak memiliki biaya. Pasien mulai merantau ke Kalimantan dan bekerja sejak
usia 15 tahun.
6. Perkembangan Jiwa
Pasien dibesarkan dalam keluarga harmonis, kasih sayang cukup,
mendapatkan pendidikan agama yang cukup dari kedua orang tuanya.
7. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Prestasi pasien dalam rata-rata.
8. Riwayat Pekerjaan
Pasien mulai merantau ke Kalimantan dan bekerja sejak usia 15 tahun.
9. Riwayat Perkawinan/Riwayat Psikoseksual
Pasien menikah dengan istrinya, tahun 1982. Pasien dikaruniai 2
orang anak (♂, ♂). Hubungan dalam keluarganya cukup harmonis. Anak
keduanya kini sedang merantau di Irian Jaya.
10. Hubungan Sosial
Sebelum dan setelah terjadi perubahan perilaku, hubungan pasien dengan
keluarga, saudara, tetangga baik. Pasien terkadang keluar rumah dan mengobrol
dengan tetangganya dan teman sebayanya.
11. Kegiatan Moral Spiritual
Pasien adalah penganut agama Islam dan sejak kecil rajin melaksanakan
ibadah yang bersifat Islamic dan kegiatan Islamic lainnya.
12. Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 hingga 3 batang rokok per hari.
Pasien tidak mengkonsumsi minum-minuman beralkohol, dan tidak
menggunakan NAPZA.
13. Gambaran Kepribadian
Sebelum dan setelah terjadi perubahan perilaku, pasien merupakan orang
yang ceria dan aktif tetapi jarang sekali menceritakan masalah pribadi kepada
orang lain. Pasien dapat bergaul sehingga mempunyai banyak teman.
6
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 November 2016, pukul 11.30 WITA.
A. Status Internus
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
* Tensi : 100/60 mmHg
* Nadi : 98 x/menit
* Pernapasan : 20x/menit
* Suhu : afebris
Kepala : mesocephal, tidak bekas luka (jahitan)
Mata : bola mata tampak sejajar, conjungtiva anemis (-/- ),
sklera ikterik (-/-), pupil kanan dan kiri isokor
Lidah : tidak kotor
Leher : deviasi trakhea (-), struma (-)
Dada
* Paru : simetris, vesikular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
* Jantung : ictus cordis tak tampak, gallop (-)
Abdomen : Nyeri tekan, Massa Tumor hepar dan lien tidak teraba,
bising usus (+) normal
Ekstremitas : tonus dan pergerakan normal
B. Status Neurologik
Nervus Cranial : dalam batas normal (dbn)
Reflek – reflek
14. Reflek Fisiologis
* Reflek Patella : (+) dbn
* Reflek Bisep : (+) dbn
* Reflek Trisep : (+) dbn
* Reflek Brakhioradialis : (+) dbn
* Reflek Tendo Archiles : (+) dbn
15. Reflek Patologis : (-)
7
Sensorik : dbn
Motorik : dbn
Vegetatif : dbn
C. Status Psikiatrik
Pemeriksaan status psikiatrik dilakukan pada tanggal 29 November 2016, pukul 11.30
WITA.
1. Deskripsi umum
1. Penampilan : tampak seorang laki-laki, memakai baju kaos berkerah
berwarna biru dan celana biru tua, rambut pendek dan rapi, wajah sesuai
umur dan cukup rapi, kulit sawo matang, perawakan sedang, perawatan diri
cukup.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
4. Pembicaraan: spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa :cukup kooperatif
2. Keadaan afektif
1. Mood : sedih
2. Afek : depresif
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : dapat dirabarasakan
3. Fungsi kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sesuai tingkat
pendidikan
2. Daya konsentrasi : Kurang
3. Orientasi :
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
4. Daya ingat :
- Jangka panjang : Baik
- Jangka sedang : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
8
6. Bakat kreatif : tidak didapatkan
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
4. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : Tidak ditemukan
2. Ilusi : Tidak ditemukan
3. Depersonalisasi : Tidak ditemukan
4. Derealisasi : Tidak ditemukan
5. Proses pikir
- Arus Pikir
Kuantitatif : Normal
Kualitatif : Normal
- Isi pikir
Preokupasi : pasien selalu memikirkan harta bendanya yang dibakar
massa, dan anaknya yang akan merantau.
Obsesi : (-)
Gangguan pikiran
o Waham bizzare
Siar pikir : (-)
Sisip pikir : (-)
Kendali pikir : (-)
Sedot pikir : (-)
o Waham magic mistic : (-)
o Waham curiga : (-)
o Waham kebesaran : (-)
o Waham kejar : (-)
o Waham cemburu : (-)
o Waham bersalah : (-)
o Waham tak berguna : (-)
o Waham somatik : (-)
o Waham nihilistik : (-)
- Bentuk pikir : realistik
9
6. Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
7. Daya nilai
Penilaian realitas : derealistik (-), depersonalisasi (-)
8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin membahagiakan keluarganya dan kembali hidup produktif.
9. Tilikan (insight)
Pasien merasa dirinya sakit dan perlu pengobatan.
10
IV. GEJALA YANG DIDAPAT
· Afek depresif dan mood sedih
· Pasien kadang merasa tidak tenang, disertai jantung berdebar, keringat dingin, dan
sesak nafas.
· Kehilangan minat dan kegembiraan
· Konsentrasi dan perhatian berkurang
· Tidur terganggu
· Nafsu makan berkurang
V. DIAGNOSIS
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan gejala
klinis yang bermakna berupa rasa gelisah. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) yang bermakna bagi pasien. Terdapat hendaya (disability) dalam fungsi
pekerjaan dan penggunaan waktu senggang, sehingga dikatakan pasien mengalami
Gangguan Jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat
dalam menilai realita sehingga pasien dikatakan mengalami Gangguan Jiwa
Nonpsikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan,
sehingga pasien didiagnosis Gangguan Jiwa Nonpsikotik Non Organik.. Pada
pemeriksaan status mental ditemukan perasaan gelisah yang disertai jantung berdebar,
keringat dingin, dan sesak nafas, yang merupakan gejala cemas selain itu juga
ditemukan gejala depresi berupa mood sedih, disertai susah tidur dan nafsu makan
yang berkurang. Gejala-gejala tersebut diatas tidak cukup untuk mendiagnosis
Gangguan cemas maupun Episode Depresif sehingga berdasarkan PPDGJ III
didiagnosis sebagai Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2).
Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan rasa khawatir yang
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf
autonom (SSA). Anxietas merupakan gejala umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi. “Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak
menyeangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi.
11
Perasaan ini disertai satu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang datang
secara berulang bagi orang tertentu. Perasaan ini dapat berupa perasaan kosong di
perut, dada sesak, jantung berdebar, sakit kepala, atau rasa mau kencing atau buang air
besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.”
Etiologi ;
1. Teori neurobilogi
Kimia di otak dan faktor perkembangan. Penelitian menunjukkan bahwa
sistem otonom atau noradrenergik yang menyebabkan seseorang mengalami
kecemasan lebih besar tingkatannya ari orang lain. Abnormalitas regulasi
substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA berperan dalam
perkembangan cemas.
2. Teori kognitif
Cemas sebagai manifestasi dari penyimpangan berpikir dan membuat
persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara berlebihan terhadap
suatu bahaya.
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa dan tak berdaya serat gagasan bunuh diri.
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
a) Afek depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahyakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
12
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk pengakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Berdasarkan PPDGJ III, untuk mendiagnosis Gangguan Campuran Anxietas
dan Depresi (F41.2), terdapat ketentuan sebagai berikut :
- Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian dari gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus menerus disamping rasa cemas atau kekhawatiran yang
berlebihan.
- Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan ancietas lainnya atau gangguan ancietas
fobik.
- Bila ditemukan sidrom depresi dan ancietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan, dan diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan, dan diagnosis campuran tidak dapat digunakan. Jika karena
sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosiss maka gangguan depresif
harus diutamakan.
- Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
VII. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi :
- Alprazolam 0,5 mg, 0-½-1
- Fluoxetine 20 mg, 1-0-0
Psikoterapi suportif :
- Ventilasi : memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega
- Konseling : memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
agar pasien memahami kondisi dirinya. Selain itu, pasien juga dinasehati
supaya berobat teratur.
Sosioterapi :
- Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang sekitar tentang
13
penyakit pasien sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan yang
kondusif sehingga dapat menjadi bentuk terapi penyembuhan.
Pendidikan:
Menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Konsultasi:
Memberi penjelasan mengenai masalah yang sebenarnya dialami pasien dan
memberikan advise kepada keluarga pasien agar lebih memberikan perhatian terhadap
pasien. Konsultasikan ke dr.Sp.JK agar dilakukan penanganan lanjut.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi perkembangan penyakit kejiwaan yang lebih serius dan
komplikatif, dimotivasikan kepada pasien dan keluarga pasien agar ditangani oleh
Spesialis Jiwa dan Psikiatri.
14