Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Oleh :
Sucita Alifadindah
(B2019001)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

A. PENGERTIAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan
yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik)
dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo 201)
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016)
B. ETIOLOGI
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
Aspani, (2016)
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload)
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, gagal
jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
1. Kelainan otot jantung Gagal jantung
sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan penyakit
miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
3. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
4. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif
atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan
aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan
stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
5. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme
(misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurfari (2015) manifestasiklinis untuk gagal jantung adalah :
1. Gagal Jantung Kiri
a. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3
atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
b. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
c. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
d. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
e. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
f. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
g. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
h. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
2. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak
dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena.
a. Edema ekstremitas bawah
b. Distensi vena leher dan escites
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar.
d. Anorexia dan mual
e. Kelemahan
D. PATHWAY GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Disfungsi Miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan Beban Volume


(AMI) Miokarditis berlebihan berlebihan keb.metabolisme berlebihan

Kontraktilitas  Beban systole  Preload 

Kontraktilitas 

Hambatan Pengosongan
Ventrikel

COP 

Beban Jantung meningkat Gagal jantung kanan

CHF
CHF

Gagal pompa Ventrikel kiri Gagal Pompa Ventrikel Kanan

Forward Failure Backward Failure


Tekanan Diastole 
LVED naik

Suplai darah jar.  Suplai O2 otak  Renal flow  Tek. Vena pulmonalis  Bendungan atrium kanan

Metab. anaerob RAA  Tek kapiler paru 


Sinkop

Asidosis metabolik Penurunan Aldosteron  Edema Paru Beban ventrikel


Perfusi jaringan Kanan 
Bendungan vena sistemik Penimbunan as. Laktat
& ATP  ADH 

Fatigue Retensi Na + H2O Ronkhi basah Hipertropy ventrikel Lien Hepar


kanan
Kelebihan Volume
Intoleransi aktifitas Cairan Vaskuler Iritasi mukosa paru Penyempitan lumen Splenomegali Hepatomegali
(Pemenuhan ADL) ventrikel kanan

Reflek Batuk
Mendesak diafragma

Gangguan pertukaran Penumpukan secret Sesak Nafas


gas

Pola Nafas tidak efektif


Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan Indonesia dalam (PPNI,2017)
E. KOMPLIKASI
Menurut putra (2020) komplikasi pada penyait gagal jantung diantaranya :
1. Irama jantung tidak normal
Salah satu komplikasi gagal jantung adalah atrial fibrilasi atau irama jantung yang
tidak normal. Komplikasi ini terjadi karena gagal jantung membuat jantung menjadi
lemah dan bagian serambi menjadi sulit untuk berkontraksi tepat pada
waktunya.Detak jantung yang tak beraturan di atas dapat membuat gagal jantung
menjadi memburuk dan memicu palpitasi (detak jantung menjadi kencang). Kondisi
tersebut juga berisiko menimbulkan gumpalan darah yang bisa berpindah ke otak dan
memicu stroke.
2. Kerusakan pada katup jantung
Jantung memiliki empat buah katup yang membuka dan menutup untuk menjaga
aliran masuk dan keluar darah pada kondisi normal. Gagal jantung membuat organ
ini bekerja lebih keras untuk memompa darah dan menimbulkan perubahan ukuran.
Perubahan ukuran jantung dapat menimbulkan kerusakan pada katup jantung.
Gagal atau kerusakan pada ginjal
3. gagal ginjal.
Seperti organ lain, ginjal membutuhkan suplai darah agar bisa bekerja dengan
normal. Tanpa darah yang cukup, ginjal akan sulit menyingkirkan “sampah” yang
ada di darah. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi berupa gagal ginjal.
Penyakit pada ginjal juga dapat memperburuk gagal jantung yang dialami
penderitanya. Pasalnya, ginjal yang rusak tidak dapat menyingkirkan kelebihan air
dari darah dengan normal. Kondisi ini kemudian memicu penumpukan air di dalam
tubuh yang kemudian akan menaikkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi dapat
menambah masalah baru pada jantung.
4. Kerusakan pada organ hati
Hati turut menjadi organ yang menjadi sasaran komplikasi gagal jantung. Gagal
jantung dapat memicu penumpukan cairan yang kemudian meningkatkan tekanan
pada pembuluh vena porta. Pembuluh vena porta berfungsi untuk mengalirkan darah
dari sistem pencernaan menuju organ hati. Tekanan pada pembuluh vena di atas akan
menimbulkan terbentuknya jaringan parut (luka) pada organ hati dan mengganggu
aktivitas organ ini yang vital bagi tubuh.
5. Kerusakan pada paru-paru
Komplikasi gagal jantung juga bisa menimpa paru-paru. Gagal jantung membuat
jantung sulit untuk mengalirkan darah dari paru-paru untuk keluar. Darah kemudian
dapat menumpuk di paru-paru, meningkatkan tekanan pada pembuluh vena di organ
pernapasan ini, dan mendorong cairan masuk ke kantung udara atau alveolus.
6. Anemia
Anemia juga dapat menjadi komplikasi gagal jantung. Seperti yang disampaikan di
atas, gagal jantung memicu kerusakan pada ginjal. Padahal, ginjal berfungsi vital
dalam produksi hormon protein yang disebut eritropoietin (EPO). EPO berperan
penting dalam produksi sel darah merah yang baru dan sehat. Dengan terjadinya
gagal jantung dan kerusakan ginjal, produksi EPO pun terganggu yang kemudian
juga menghambat produksi sel darah merah.
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Aspani (2016) penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi.
1. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan yaitu, golongan diuretik, angiotensin converting enzym
inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida
jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan
keluhan konstipasi. 25 25 b.
2. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu, tirah baring, perubahan gaya hidup, pendidikan
kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan,
monitoring dan kontrol faktor resiko
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Putra (2020) Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
kasus gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
1. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
2. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
3. Ekokardiografi :
a. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan bersama
EKG)
b. Ekokardiografi dua dimensi (CT scan
c. Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan transesofageal
terhadap jantung)
4. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
5. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal
6. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal
terapi diuretik.
7. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
8. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi
10. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid
sebagai pencetus gagal jantung

DAFTAR PUSTAKA

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis Dan
Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.
Nurdamailaila.(2017). Congestive Heart Failure (Gagal Jantung. diakses pada tanggal
20/08/2019 melalui https://nurdamailaia.blogspot.com/2017.
Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan
Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.
Russel, D. M. (2011). 6 Bebas Dari Penyakti Paling Mematikan (Tim MedPre).
Yogyakarta.
Smeltzer,S. C., Bare, B. G.,2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Brunner &
suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta : EGC.
Starry Homenta, R. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF) DI RSUD SRAGEN

Oleh :
Sucita Alifadindah
(B2019001)
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE


(CHF) DI RSUD SRAGEN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien/keluarga
a) Identitas Pasien
Nama : Ny.G
Umur : 54
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Sragen
Pekerjaan : Wiraswasta
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Hubungan : Suami
Umur : 40
Pekerjaan : Guru
Alamat : Sragen
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak
3. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan setelah menyapu halaman, pasien mengeluh merasa
sesak nafas pasien juga terlihat lemah dan gelisah. Keluarga psien menyarankan
pasien untuk minum air hangat dan istirahat, setelah beberapa lama, pasien masih
mengeluh sesak dan semakin lemah lalu keluarga pasien membawa pasien ke rumah
sakit dan segera diberkan pertolongan pertama.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah menderita penyakit hipertensi
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien. tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
jantung, hipertensi, DM, asma.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Persepsi kesehatan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, tetapi masih
belum bisa menjaga pola hidup sehat.
2) Setelah sakit : Pasien mengatakan merasa takut jika kondisinya semakin
parah dan
b. Nutrisi
1) Sebelum sakit
- Pola makan : 3x sehari
- Lauk : suka makanan berminyak, dan bersantan
- Frekuensi minum : minum air putih 6 gelas /hari suka minum
teh pada pagi hari, dan saat siang hari
2) Setelah sakit :
- Pola makan : hanya menghabiskan setengah porsi makan
- Lauk : nasi lunak, sayur, dan ikan maupun daging
- Frekuensi minum : minum air putih 5 gelas/hari
c. Eliminasi
1) Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 2x sehari pada pagi dan sore hari
dengan konsistensi warna kuning pekat, bau khas, tidak terdapar darah. BAK
3x sehari dengan konsistensi warna kuning jernih, bau khas.
2) Setelah sakit : terpasang kateter. Saat sakit pasien buang air kecil melalui
slank kateter sebanyak 700 cc/hari, warna kecoklatan. pasien buang air besar
1x sehari warna kecoklatan, konsistensi keras
d. Istirahat Tidur
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan pada siang jarang tidur dan pada malam
hari ± 8 jma mulai dari jam 21.00-05.00
2) Setelah sakit : Selama di rumah sakit partisipan 1 tidur siang 1-2 jam/hari dan
tidur malam hanya 4- 5 jam/ hari. partisipan 1 mengatakan tidur tidak nyenyak
dan sering terbangun di malam hari karena sesak nafas
e. Aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri tanpa bantuan orang lain
2) Setelah sakit : pasien mengatakan semua aktifitasnya dibantu oleh keluarga
karena merasa lemah untuk bergerak
f. Pola kognitif
Sebelum sakit : pasien mengatakan belum tahu tentang penyakitnya
Setelah sakit : pasien mengatakan sudah thu tentang penyakitnya dan merasa
bingung, sedih tetapi tetap berusaha untuk ikhlas dan berusaha untuk
kesembuhanya.

g. Pola konsep diri


1) Gambaran diri
Pasien mengatakan bahwa Ia adalah pribadi yang ramah, dan dan ceria
2) Harga diri
Pasien mengatakan Ia merupakan seorang kepala keluarga yang bertanggung
jawab dan meliki pekerjaan yang baik
3) Ideal diri
Pasien mengtakan bahwa ia selalu optimis untuk sembuh, namun akhir akhir
ini Ia sering tidak percaya diri untuk sembuh
h. Pola hubungan pasien
Pasien mengatakan bahwa ia dekat dengan anggota keluarganya, baik keluarga
kecil maupun keluarga besar, dan sering ikut kegiatan sosialisasi di berbagai
kegiatan masyarakat
i. Seksualitas dan Reproduksi
Pasien mengatakan dia dan suaminya telah dikaruniai 2 anak yang sehat satu laki
laki dan satu perempuan.
j. Koping dan toleransi stress
pasien mengatakan, jika merasa stress Ia akan selalu berusaha mengatasinya jika
sudah tidak bisa memendam maka Ia akan berbagi cerita ke istrinya dan mencari
solusi bersama Ia juga tidak lupa untuk selalu berdoa.
k. Pola nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa Ia percaya bahwa Allah akan memberi jalan yang
terbaik bagi hambanya, dan yakin bahwa penyakit ini merupakan salah satu ujian
Allah dan akan terus berdoa dan berusaha sekuat tenaga untuk menjalaninya .
7. Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Compos mentis GCS 15, E4V5M6.
TTV : TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
TB : 169cm
BB : 64 Kg
8. Pemeriksaan Sistematis : Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Rambut
a. Penyebaran rambut klien : Penyebaran rambut klien merata.
b. Bau : Rambut klien tidak terlalu bau
c. Warna kulit : Warna kulit klien sawo matang
d. Keadaan rambut : agak kusut
2) Kepala
a. Bentuk : Bulat, kepala klien simetris dan tidak ada benjolan.
b. Kulit kepala : Kulit kepala bersih
c. Kebersihan : bersih
3) Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Klien memiliki mata yang lengkap dan
simetris antara kanan dan kiri.
b. Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva klien pucat
c. Kebersihan mata : Ada kotoran (belek)
4) Hidung
a. Kebersihan hidung : Tidak terdapat sekret
b. Adakah septum deviasi : tidak ada
c. Tidak ada tanda tanda alergi
5) Mulut
a. Keadaan mukosa mulut : Kering dan pucat
b. Kelembapannya : Tidak lembab
c. Adakah lesi : Terdapat lesi karena klien menggunakan alat bantu nafas.
d. Kebersihan : Mulut tidak terlalu bersih
6) Gigi
a. Pertumbuhan : Gigi rapi ada 2 ompong
b. Kebersihan : Gigi kotor dan bau
7) Telinga
a. Adakah kotoran : Ada
b. Adakah lesi : Tidak ada
c. Bagaimana bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
d. Adakah infeksi : Tidak ada
8) Kulit
a. Kebersihan : Kulit kusam
b. Adakah lesi : tidak ada
c. Keadaan turgor : Turgor kulit kembali sebelum 2
detik
d. Warna kulit : sawo matang
e. Kelembapan : Kulit klien tidak lembap.
9) Leher
a. tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
10) Dada
a. bentuk simetris,
b. terdapat bunyi tambahan pada jantung (murmur)
c. terdapat bunyi tambahan pada paru paru
11) Kuku tangan dan kaki
a. Bentuknya bagaimana : Normal
b. Adakah lesi : Tidak ada
c. Pertumbuhannya : Lengkap
d. Kebersihan : Kuku tangan dan kaki bersih
12) Genetalia
a. Berjenis kelamin laki laki
b. Tampak lembab
13) Tubuh secara umum
a. Kebersihan : tidak terlalu bersih
b. Keadaan postur : Normal
14) thorak
Pemeriksaan jantung, inspeksi:iktus tidak terlihat palpasi : iktus teraba di RIC V
perkusi:pekak, batas jantung 1 jari di bawah RICVI, auskultasi : regul
Jantung :
a. Inspeksi : iktus tidak terlihat
b. Palpasi : iktus teraba di RIC V
c. Perkusi : pekak
- Batas atas : ICS II
- Batas bawah: ICS V
- Batas kiri : ICS V mid. Clavikula
- Batas kana : ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Aukultasi :
Paru paru :
a. Inspeksi : pernafasan simetris sama kiri dan kanan
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : sonor
e. Aukultasi: ada crackles pada bagian basal paru kanan dan kiri
15) Abdomen :
a. Inspeksi : Simetris
b. Aukultasi : Bising Usus 10x/menit
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi : Timpani
17) Ekstermitas :
a. Atas : tidak ada odema
b. Bawah : ada odema

B. ANALISA DATA

No. Hari/ Tgl/ Jam Data Fokus Etiologi Problem


1. Selasas, 29 Juni 2021 DS : Edema paru Gangguan
- Pasien mengeluh sesak nafas Pertukaran
- Pasien mengeluh pusing, penglihatan kabur Gas
DO:
- TTV :
TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
AGD :
PCO2 : 30 mmhg
PO2 : 72
Ph : 7,32
- Hasil auskultasi paru paru crackles
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak pucat
- Nafas cuping hidung
- Pola nafas abnormal
-
2 Selasas, 29 Juni 2021 Ds : penurunan Penurunan
- Pasien mengeluh merasa lemas dan lelah kekuatan curah
DO : jantung
- TTV :
kontraksi
TD : 90/80 mmHg ventrikel kir
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Terdapat bunyi tambahan jantung murmur
- CVP meningkat

3 Selasas, 29 Juni 2021 DS : Kelemahan Intoleransi


- Pasien mengeluh lelah fisik aktifitas
- Keluarga pasien mengatakan pasien sulit
menggerakkan tubuhnya karena lemas
- Pasien mngatakan merasa tidak nyaman
setelah melakukan aktifitas
DO :
- TTV :
TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Pasien tampak belum bisa melakukan
aktifitas secara mandiri dan harus dibantu
keluarga
-

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Gangguna pertukaran gas b.d edema paru paru
- Penurunan curah jantung b.d penurunan kekuatan kontraksi ventrikel kiri
- Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Waktu Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional TTD
o. (Hari/Tgl/ keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
Jam)
1. Minggu, Gangguan Tujuan : O: O:
13 Juni pertukaran gas Setelah dilakukan - Monitor - Untuk memantau
2021 b.d edema paru tindakan frekuensi perkembangan
paru keperawatan selama frekuensi, irama,
irama,
3x 24 jam kedalaman
diharapkan kedalaman pernapasan
gangguan dan upaya -
pertukaran gas nafas N:
pasien teratasi - Monitor pola - Untuk memantau
dengan kriteria nafas bunyi tambahan
hasil : pernafasan pasien
- Monitor nilai
- TTV normal : - Mengurangi sesak
- Td; 180/120 AGD pasien
mmhg, n ; E:
84x/mnt, rr N: - Agar pasien tidak
15x/mnt, s; - Auskultasi merasa sesak
36,5◦c bunyi nafas -
- pasien dapat - Dokumentasik
bernafas dengan an hasil
normal pemantauan
- Suara nafas
normal. - Posisikan
- Pola nafas pasien semi
teratur, fowler
- Tidak terdapat E:
bunyi nafas - Anjurkan
tambahan untuk tidak
- Warna kulit memakai
normal
pakaian ketat
- Anjurkan
untuk
meminum air
hangat


2 Minggu, penurunan - Setelah O: O:
13 Juni kekuatan dilakukan - Untuk memantau
2021 tindakan - Identifikasi tanda tanda vital
kontraksi keperawatan tanda/gejala pasien
ventrikel kir 3x24 jam maka primer - Indicator klinis dari
diharapkan penurunan keadekuatan curah
penurunan curah jantung jantung, pemantauan
curah jantung memungkinkan
pasien teratasi, - Identifikasi tindakan terhadap
dengann kriteria tanda/gejala dekompensasi
hasil sekunder N:
- Denyut jantung - Untuk mengetahui
penurunan
kembali normal kondisi jantung
- TTV normal curah jantung - Umtuk menghindari
- Td; 180/120 - Monitor kelelahan
mmhg, n ; - Agar tidak
84x/mnt, rr intake dan menghambat
15x/mnt, s; output cairan kesembuhan pasien
36,5◦c E:
- Dapat N: - Agar pasien tau cara
mentoleransi - Auskultasi menurunkan stres
aktivitas, tidak bunyi jantung
ada kelelahan
- AGD dalam - Atur periode
batas normal latihan dan
- Warna kulit istirahat
normal - Minimalkan
stress
lingkungan
E:
- Ajarkan pasien
cara mengatasi
stres
Tujuan : O: O:
Setelah dilakukan - Untuk memantau hal
- Monitor
tindakan hal yang
kelelahan fisik
keperawatan selam mempengaruhi
dan emosional
3x24 jam kelahan fisik dan
diharapkan - Monitor pola emosi pasien
toleransi aktifitas dan jam tidur - Untuk memantau
meningkat. Kriteria perkembangan
N:
hasil : toleransi fisik pasien
1. kemampuan - Sediakan - Untuk mengatur pola
melakukan aktifitas lingkungan istirahat yang baik
sehari-hari yang nyaman bagi pasien
meningkat 2.Pasien dan rendah N:
Mampu berpindah stimulus (mis: - Agar pasien merasa
dengan atau tanpa cahaya, suara, nyaman sehingga
bantuan 3.Pasien kunjungan) perkembangan
mangatakan toleransi aktifitas
dipsnea saat - Bantu aktifitas pasien meningkat
dan/atau setelah kebersihan - Agar pasien merasa
aktifitas menurun pasien seperti lebih nyaman dan
oral hygine atau kebersihan pasien
pun terjaga
memandikan E:
pasien - agar pasien dapat
E: beristirahat dengan
baik
- Anjurkan tirah - agar pasien merasa
baring terbiasa dengan
- Anjurkan aktifitas dimulai dari
melakukan aktifitas yang kecil
aktifitas secara
bertahap
E. IMPLEMENTASI KEPEAWATAN

Hari pertama
No. Waktu Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Respon TTD
(Hari/Tgl/Jam) keperawatan
1. Selasa, 29 Juni Gangguan O: S:
2021 pertukaran gas b.d - Memonitori frekuensi - Pasien mengeluh
09.00 WIB edema paru paru irama, kedalaman dan upaya sesak nafas
nafas - Pasien mengeluh
- Memonitor pola nafas pusing, penglihatan
- Memonitor nilai AGD kabur
O
10.00 - Auskultasi bunyi nafas - TTV :
- Dokumentasikan hasil TD : 90/80 mmHg
pemantauan N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Hasil auskultasi
paru paru crackles
11.00 WIB - Posisikan pasien semi - Pasien tampak
fowler gelisah
- Anjurkan untuk tidak - Pasien tampak
memakai pakaian ketat pucat
- Anjurkan untuk meminum - Nafas cuping
air hangat hidung
AGD :
PCO2 : 30 mmhg
PO2 : 75
Ph : 7,32
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
2 Selasa, 29 Juni Penurunan curah O: S:
2021 jantung b.d - Pasien mengeluh
- Mengidentifikasi
13.00 WIB penurunan merasa lemas dan
tanda/gejala primer
kekuatan lelah
penurunan curah jantung
kontraksi O:
ventrikel kir - Mengidentifikasi - TTV :
tanda/gejala sekunder TD : 90/80 mmHg
penurunan curah jantung N : 58X/menit
R : 25 X/menit
- Memonitor intake dan
S : 36, 5 C
output cairan
- Terdapat bunyi
tambahan jantung
murmur
- CVP meningkat
13.45 N:
A : masalah belum
- Mengauskultasi bunyi
teratasi
jantung
P : intervensi
- Mengatur periode latihan dilanjutkan
dan istirahat
- Meminimalkan stress
lingkungan
E:
15.00WIB - Mengajarkan pasien cara
mengatasi stres

3 16.00 WIB Intoleransi O: S:


aktifitas - Pasien mengeluh
- Monitor kelelahan fisik dan
berhubungan lelah
emosional
dengan - Keluarga pasien
kelemahan fisik - Monitor pola dan jam tidur mengatakan
pasien sulit
menggerakkan
tubuhnya karena
lemas
- Pasien
16.30 WIB N: mngatakan
merasa tidak
- Sediakan lingkungan yang nyaman setelah
nyaman dan rendah stimulus melakukan
(mis: cahaya, suara, aktifitas
kunjungan) O:
17.00 WIB - Bantu aktifitas kebersihan - TTV :
pasien seperti oral hygine TD : 90/80 mmHg
atau pun memandikan N : 58X/menit
pasien R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
E: - Pasien tampak
belum bisa
- Anjurkan tirah baring
melakukan
- Anjurkan melakukan aktifitas secara
aktifitas secara bertahap mandiri dan
harus dibantu
keluarga
-
Hari ke 2

No. Waktu Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Respon TTD


(Hari/Tgl/Jam) keperawatan
1. Rabu, 30 Juni 2021 Gangguan - Memonitori frekuensi S :
09.00 WIB pertukaran gas b.d irama, kedalaman dan upaya - Pasien mengatakan
edema paru paru nafas masih merasa
- Memonitor pola nafas sesak nafas
- Memonitor nilai AGD - Pasien mengeluh
pusing,
- penglihatan kabur
10.00 - mengauskultasi bunyi nafas O
- mendokumentasikan hasil - TTV :
pemantauan TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Hasil auskultasi
11.00 WIB - memposisikan pasien semi paru paru crackles
fowler - Pasien tampak
menganjurkan untuk tidak gelisah
memakai pakaian ketat - Pasien tampak
- menganjurkan untuk pucat
meminum air hangat - Nafas cuping
hidung
AGD :
PCO2 : 30 mmhg
PO2 : 75mmhg
Ph : 7,32
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
2 Rabu, 30 Juni 2021 Penurunan curah O: S:
13.00 WIB jantung b.d - Pasien masih
- Mengidentifikasi
penurunan mengeluh merasa
tanda/gejala primer
kekuatan lemas dan lelah
penurunan curah jantung
kontraksi - Pasien mengatakan
ventrikel kir - Mengidentifikasi merasa sangat lelah
tanda/gejala sekunder meski hanya
penurunan curah jantung melakukan sedikit
aktifitas
- Memonitor intake dan
O:
output cairan
- TTV :
TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
13.45 N: S : 36, 5 C
- Terdapat bunyi
- Mengauskultasi bunyi tambahan jantung
jantung murmur
- Mengatur periode latihan - CVP meningkat
dan istirahat -

- Meminimalkan stress
lingkungan A : masalah belum
teratasi
E:
P : intervensi
15.00WIB - Mengajarkan pasien cara dilanjutkan
mengatasi stres

3 Rabu, 30 Juni 2021 Intoleransi O: S:


16.00 WIB aktifitas - Pasien masih
- Monitor kelelahan fisik dan
berhubungan mengeluh lelah
emosional
dengan - Pasien mulai bisa
kelemahan fisik - Monitor pola dan jam tidur melakukan
aktifitas tetai
masih merasa
sangat kelehan
O:
- TTV :
16.30 WIB N: TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
- Sediakan lingkungan yang R : 25 X/menit
nyaman dan rendah stimulus S : 36, 5 C
(mis: cahaya, suara, - Pasien tampak
kunjungan) belum bisa
17.00 WIB - Bantu aktifitas kebersihan melakukan
pasien seperti oral hygine aktifitas secara
atau pun memandikan mandiri dan
pasien harus dibantu
keluarga
E: -
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap

Hari ke-3

No. Waktu Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Respon TTD


(Hari/Tgl/Jam) keperawatan
1. Kamis31 Juni 2021 Gangguan - Memonitori frekuensi S :
09.00 WIB pertukaran gas b.d irama, kedalaman dan upaya - Pasien mengatakan
edema paru paru nafas sudah tidak merasa
- Memonitor pola nafas sesak
- Memonitor nilai AGD - Pasien sudah idak
pusing dan
pandangan jelas
10.00 - mengauskultasi bunyi nafas O
- mendokumentasikan hasil - TTV :
pemantauan TD : 120/80mmHg
N : 84X/menit
R : 20 X/menit
S : 36, 5 C
Tidak ada
11.00 WIB - memposisikan pasien semi tambahan bunyi
fowler napas
menganjurkan untuk tidak Hasl auskultasi
memakai pakaian ketat paru paru normal
- menganjurkan untuk AGD :
meminum air hangat PCO2 : 38mmhg
PO2 : 78 mmhg
Ph : 7,40
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

2 Kamis 31 Juni 2021 Penurunan curah O: S:


13.00 WIB jantung b.d - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi
penurunan sudah tidak merasa
tanda/gejala primer
kekuatan kelelahan, badan
penurunan curah jantung
kontraksi terasa lebih segar
ventrikel kir - Mengidentifikasi O:
tanda/gejala sekunder - TTV :
penurunan curah jantung TD : 120/80mmHg
N : 84X/menit
- Memonitor intake dan
R : 20 X/menit
output cairan
S : 36, 5 C
- Tidak terdapat
tambahana bunyi
jantung
13.45 N: - CVP normal
-
- Mengauskultasi bunyi
jantung A : masalah teratasi
- Mengatur periode latihan P : intervensi
dan istirahat dihentikan

- Meminimalkan stress
lingkungan
E:
15.00WIB - Mengajarkan pasien cara
mengatasi stres
3 Kamis, 31 Juni Intoleransi O: S:
2021 aktifitas - Pasien
- Monitor kelelahan fisik dan
16.00 WIB berhubungan mengatakan
emosional
dengan sudah merasa
kelemahan fisik - Monitor pola dan jam tidur lebih kuat
- Keluarga pasien
mengtakan
pasien sudah bisa
melakukan
aktifitas secara
16.30 WIB N: mandiri
O:
- Sediakan lingkungan yang - TTV :
nyaman dan rendah stimulus TD : 120/80mmHg
(mis: cahaya, suara, N : 84X/menit
kunjungan) R : 20 X/menit
17.00 WIB - Bantu aktifitas kebersihan S : 36, 5 C
pasien seperti oral hygine - Pasien tampak
atau pun memandikan lebih segar
pasien - Pasien tampak
bisa melakukan
E: aktifitas dan bisa
berjalan jalan
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap

F. EVALUASI FORMATIF
No Waktu Diagnosa Evaluasi Respon TTD
. (Hari/Tgl/Jam) keperawatan
1. Selasa, 29 Juni Gangguan S:
2021 pertukaran gas - Pasien mengatakan masih merasa sesak nafas
- Pasien mengeluh pusing,
b.d edema paru
- penglihatan kabur
paru O
- TTV :
TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Hasil auskultasi paru paru crackles
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak pucat
- Nafas cuping hidung
AGD :
PCO2 : 30 mmhg
PO2 : 75mmhg
Ph : 7,32
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

2 Selasa, 29 Juni Penurunan S:


2021 curah jantung - Pasien masih mengeluh merasa lemas dan lelah
- Pasien mengatakan merasa sangat lelah meski hanya
b.d penurunan melakukan sedikit aktifitas
kekuatan O:
kontraksi - TTV :
ventrikel kir TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Terdapat bunyi tambahan jantung murmur
- CVP meningkat
-

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
3 Intoleransi S:
aktifitas - Pasien masih mengeluh lelah
berhubungan - Pasien mulai bisa melakukan aktifitas tetai masih
merasa sangat kelehan
dengan O:
kelemahan - TTV :
fisik TD : 90/80 mmHg
N : 58X/menit
R : 25 X/menit
S : 36, 5 C
- Pasien tampak belum bisa melakukan aktifitas secara
mandiri dan harus dibantu keluarga

G. EVALUASI SUMATIF

No. Waktu Diagnosa Evaluasi Respon TTD


(Hari/Tgl/Jam) keperawatan
1. Rabu, 31 Juni 2021 Gangguan S:
pertukaran gas b.d - Pasien mengatakan sudah tidak merasa sesak
edema paru paru - Pasien sudah idak pusing dan pandangan jelas
O
- TTV :
TD : 120/80mmHg
N : 84X/menit
R : 20 X/menit
S : 36, 5 C
Tidak ada tambahan bunyi napas
Hasl auskultasi paru paru normal
AGD :
PCO2 : 38mmhg
PO2 : 78 mmhg
Ph : 7,40
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 KAmis 31 Juni Penurunan curah S:
2021 jantung b.d - Pasien mengatakan sudah tidak merasa kelelahan,
penurunan badan terasa lebih segar
kekuatan O:
kontraksi - TTV :
ventrikel kir TD : 120/80mmHg
N : 84X/menit
R : 20 X/menit
S : 36, 5 C
- Tidak terdapat tambahana bunyi jantung
- CVP normal
-

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3 Kamis, 31 Juni Intoleransi S:


aktifitas - Pasien mengatakan sudah merasa lebih kuat
berhubungan - Keluarga pasien mengtakan pasien sudah bisa
dengan melakukan aktifitas secara mandiri
kelemahan fisik O:
- TTV :
TD : 120/80mmHg
N : 84X/menit
R : 20 X/menit
S : 36, 5 C
- Pasien tampak lebih segar
- Pasien tampak bisa melakukan aktifitas dan bisa
berjalan jalan

Anda mungkin juga menyukai