Anda di halaman 1dari 4

KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN CHILD BEARING

Disusun Oleh :

1. Nadia Elfira Triadi Eldarini

2. Nurmis Tuti

3. Tika Septya Rahayu

4. Tri Aisya Noviah Putri

5. Zaidatul Nadia

Dosen Pembimbing

Ns. Defrima Oka Surya, M. Kep, Sp. Kep. Kom

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2021
PEMBAHASAN

1. Defenisi
Menurut salah satu ahli yaitu Friedman mendefenisikan keluarga sebagai suatu
sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-
individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantungan yang
diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Reisner keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek. (Padila, 2012).
Duval berpendapat bahwa keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota. Jadi dapat disimpulkan
keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
tinggal bersama dalam satu rumah dan memiliki hubungan perkawinan atau adopsi.
(Bakri,2017).
Tahap keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing) adalah tahap
perkembangan keluarga yang dimulai ketika kelahiran anak pertama sampai anak
berusia 30 bulan. Tahap keluarga kelahiran anak pertama ini merupakan masa transisi
peran dari pasangan baru menjadi orang tua. Tugas perkembangan pada keluarga
kelahiran anak pertama ini adalah adaptasi terhadap perubahan anggota keluarga
yakni pada perubahan peran, interaksi, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, kemampuan merawat bayi dan pemilihan kontrasepsi (Zakaria, 2017).
Kesiapan menjadi orang tua merupakan tolak ukur untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada anak nya (Setyowati, dkk, 2017).

2. Masalah Keluarga pada Tahap Perkembangan Anak Pertama
Walaupun menjadi orang tua menunjukkan tujuan yang sangat penting bagi
sebagian besar pasangan, sebagian besar menentukan bahwa masa menjadi orang
tua adalah masa transisi kehidupan yang penuh stres. Sebuah periode ketidak
seimbangan tidak dapat dihindari pada saat keluarga berpindah dari tahap ke tahap
lainnya. Sering kali, tidak seimbangan ini memerlukan begitu banyak perubahan yang
dapat menyebabkan krisis keluarga. Menyebabkan perasaan tidak memadai menjadi
orang tua dan menyebabkan gangguan dalam hubungan
pernikahan. (Friedmand,2014).
Berdasarkan tinjauan penelitian mereka tentang orang tua baru, merangkum
stressor spesifik dalam peran menjadi orang tua yang diidentifikasi di dalam literatur,
stressor yang paling sering disebutkan tampaknya adalah kehilangan kebebasan
personal akibat tanggung jawab menjadi orang tua, selain itu kurangnya waktu
hubungan persahabatan dalam pernikahan juga sering teridentifikasi. (Friedman,
2014).
Penyesuaian terhadap pernikahan biasanya tidak sesulit seperti penyesuaian
terhadap keadaan menjadi orang tua. Dua faktor terpenting ikut menyebabkan
kesulitan dalam mendapatkan peran menjadi orang tua. Sebagian besar masyarakat
saat ini tidak disiapkan untuk menjadi orang tua. Menjadi orang tua adalah salah
satunya peran utama yang hanya sedikit dipersiapkan, dan kesulitan dalam transisi
peran berpengaruh buruk pada kualitas hubungan pernikahan dan hubungan
orang tua-anak.(Friedman,2014)
Perubahan sosial yang dramatic dalam masyarakat pada orang tua baru.
Besarnya proporsi wanita yang bekerja di luar rumah memiliki karir, meningkatnya
angka perceraian dan ketidakstabilan pernikahan, sering menggunakan alat
kontrasepsi dan melakukan aborsi, serta peningkatan biaya dalam memiliki dan
mengasuh anak adalah faktor yang mempengaruhi jalur dalam melewati tahap siklus
kehidupan pengasuhan anak (Chil-bearing) pertama kali. (.Friedman, 2014)

3. Data Kota Padang


Di kota padang presentase bayi yang mendapatkan IMD adalah 54%. (Riskesdas,
2018).
Di kota Padang cakupan ASI eksklusif sekitar 60%. (Riskesdas, 2018).
Di kota padang sendiri angka stunting adalah 11,2%. (Riskesdas 2018).

4. Peran Perawat
Peran perawat keluarga pada perkembangan Child-Bearing adalah perawat
sebagai pendidik, pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga untuk
membantu mempersiapkan orang tua muda guna pengalaman persalinan dan transisi
menjadi orang tua, pendidikan dan dukungan keluarga yang mengasuh anak padahari-
hari pertama menjadi orang tua, perawatan bayi yang baik, pengenalan awal dan
ketepatan penatalaksanaan masalah kesehatan fisik, imunisasi, pertumbuhan dan
perkembangan normal, tindakan untuk keamanan, keluarga berencana, interaksi
keluarga, dan promosi kesehatan umum. Peran perawat sebagai pelaksana perawat
mengkaji peran orang tua, bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta
bagaimana bayi merespons. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi
yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua tercapai.(Bakri, 2017).  

5. Diagnosa Keperawatan
1. Menyusui efektif 
2. kesiapan menjadi orang tua 
3. kesiapan peningkatan proses keluarga 
4. Penampilan peran tidak efektif
5. Defisit pengetahuan 
(SDKI, 2018)

Anda mungkin juga menyukai