Anda di halaman 1dari 9

SYARIAH DAN FIQH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hukum Islam

Dosen Pembimbing :
Mashudan Dardiri, S.Sy., M.H

Disusun Oleh :
1. Sulis Fitria Ningrum (2093244001)
2. Dewi Nurus Sho Imah (2093244005)
3. M. Rif’at Dzulfikar (2093244007)
4. Rifki Bawazir (2093244075)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi allah yang telah melimpahkan rahmat,


taufiq, serta hidayah-NYA sehingga kita masih diberikan kesehatan berupa kesehatan jasmani
dan rohani.

Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah memabawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang ini yakni
addinul islam wal’iman.

Disini penulis akan menuliskan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Studi
Hukum Islam yang diampu oleh Bapak Mashudan Dardiri, S.Sy., M.H.

Jombang, 02 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTRAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Syariah Dan Fiqh.............................................................. 5


B. Perbedaan Syariah Dan Fiqh.............................................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi umat islam , syariah adalah “tugas umat manusia yang menyeluruh”,
meliputi moral, teologi dan etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal, dan
ritual yang rinci. Syari’ah mencakup semua aspek hukum public dan perorangan,
kesehtana, bahkan kesopanan dan akhlak. Menganggap bagian syari’ah yang tidak
memadai, akan dituduh bid’ah oleh mayoritas umat islamm yang menyakini bahwa
keseluruhan syari’ah itu bersifat Ilahiyyah. Pandangan yang menjadi keyakinan umum
ini akan menjadi hambatan psikologis utama dalam upaya merekrontruksi syari’ah,
apalagi diperkuat dengan ancaman tuntutan hukum pidana dengan dakwah murtad. Ini
adalah ancaman nyata di negara – negara Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syariah dan Fiqh
Syari’at secara etimologis, bermakna “jalan yang dilalui air terjun”. 1 Sedangkan
pengertian termonologisnya, syari’at didefinisikan sebagai “jalan yang harus ditempuh
oleh setiap umat muslim.”2 Syari’at menurut ilmu fiqih terdapat dua pandangan besar
dalam mengartikan syariat, yaitu: Imam Abu Hanifah pendiri Mazhab Hanafi,
mengatakan bahwa : “Syari’at adalah sebagai semua yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, yang bersumber pada wahyu Allah”.3 Sedangkan menurut Imam Idris
As-syafi’i pendiri mazhab Syafi’i, mengatakan bahwa: “Syari’at dapat didefinisikan
merupakan peraturan – peraturan lahir batin bagi umat islam yang bersumber pada
wahyu Allah dan kesimpulan – kesimpulan, yang dapat ditarik dari wahyu Allah dan
sebagainya.
Fiqih berasal dari bahasa arab “Fiqh” diartikan sebagai faham atau pemahaman.
Secara terminologisnya, Fiqih Islam merupakan pengetahuan hak – hak dan kewajiban –
kewajiban seseorang sebagaimana diketahui dari Al-qur’an dan As-sunnah.4
Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan tentang syari’at
islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil – dalilnya secara rinci. Jadi,
ilmu fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari syari’at yang bersifat amaliah (perbuatan)
yang diperoleh dari dalil – dalil hukum yang terinci dari ilmu tersebut.
Pada periode Mutaakhirin ini, terjadi pelembagaan fiqih dalam beberapa mazhab.
Ketika itu ada empat madzhab besar berkembang dan mampu bertahan hingga saat ini,
yaitu Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Mdzhab Syafi’i dan Madzhab Hambali. Empat
madzhab itu tersebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan sejarah
masuknya islam ke Nusantara, Madzhab Syafi’i lah yang pertama kali di anut penduduk
Nusantara. Dan saat ini mayoritas kaum muslimin Indonesia bermadzhab Syafi’i.5
B. Perbedaan Syariah Dan Fiqh
Adapun perbedaan yang perlu diketahui tentang Syariah dan Fiqih, yaitu:
1. Berbeda Dalam Objek
1
T.M. Hasby As Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Bulan Bintang, cet.2, 1974, hal.19
2
H. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di
Indonesia, Hal.30
3
Asaf A.A. Fyzee, Outlines of Muhammadan Law (Oxford University Press, 1955), Hal.15
4
Asaf A.A Fyzee, op. Cit, hal 26
5
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqih), PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1996, cet IV, hal 2

5
Syraiah : objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriah
manusia dengan Tuhan (Hablumminallah).
Fiqih : objeknya peraturan lahir manusia, yaitu hubungan lahir antara manusia
dengan manusia sesamanya, hubungan manusia dengan mahluk lain selain
manusia.
2. Berbeda Dalam Sumber Objek
Syariah : sumber pokoknya adalah berasal dari wahyu Ilahi dan atau deductionatau
kesimpulan – kesimpulan yang diambil dari wahyu, baik wahyu yang langsung dari
Allah kepada Nabi Besar Muhammad SAW (Al-qur’an) maupun wahyu yang tidak
langsung.
Fiqih : berasal dari rasio atau hasil pemikiran manusia dan kebiasaan – kebiasaan
yang terdapat dalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan
dan undang – undang.
3. Berbeda Dalam Sanksi
Syariah : sanksinya adalah pembalasam Tuhan Rabbul’alamin di Yaumul Mahsyar
(hari akhirat kelak), tetapi kadang – kadang tidak terasa oleh manusia di dunia ini
ada hukuman Tuhan secara tidak langsung. 6
Fiqih : sanksinya bersifat sekuler (keduniaan), dengan menunjuk sebagai pelaksana
alat perlengkapan negara, seperti polisi, jaksa, hakim dll.7
Perbedaan pokok antara Syariah dan Fiqih dapat juga diartikan sebagai berikut:
Syariah :
 Berasal dari wahyu Ilahi (Al-qur’an) dan Sunnah Rasul (Hadist)
 Hukumnya bersifat qath’i (tetap tidak berubah)
 Hukum syariah hanya satu (universal)
 Menunjukkan kesatuan
 Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-qur’an dan penjelasannya
dalam Hadist bila kurang dipahami

Fiqih :
 Karya manusia yang dapat berubah dari masa ke masa
 Hukumnya zhanni (dapat berubah)
 Banyak berbagai ragam (insidental)

6
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Bumi Restu, Pelita II
1977/1978 hal 713
7
Syaidus Sahar, Asas-Asas Hukum Islam, Bandung, Alumni,1986, hal25

6
 Menunjukkan keragaman
 Berasal dari ijtihad dari para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang
dirumuskan oleh mujtahid8

8
Coulson, History of Islamic Law, hal.11

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syariah secara etimologis atau bahasa berarti suatu jalan yang dilalui air terjun,
sedangkan menurut istilah syariah adalah jalan yang harus ditempuh oleh seluruh umat
islam, dalam hal ini Idris as Syafi’i juga berpendapat bahwa syariah adalah peraturan
peraturan lahir batin bagi umat islam yang bersumber pada wahyu Allah SWT dan
kesimpulan yang dapat ditarik dari wahyu Allah dan sebgaianya.
Fiqih secara etimologis atau bahasa artinya faham atau pemahaman, sedangkan menurut
istilahnya adalah pengetahuan tentang hak hak dan kewajiban seseorang yang
berdasarkan Al-qur’an dan As-sunnah.
B. Saran
Kami harapkan bagi para pembaca juga melihat dari beberapa referensi menyangkut
makalah ini agar dapat memberikan pengetahuan dan materi yang lebih baik lagi.
Adapun kekurangan dari makalah ini dapat dikritik atau memberikan saran guna
perkembangan yang lebih baik lagi kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

T.M. Hasby As Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Bulan Bintang, cet.2, 1974, hal.19
H. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di
Indonesia, Hal.30
Asaf A.A. Fyzee, Outlines of Muhammadan Law (Oxford University Press, 1955),
Hal.15
Asaf A.A Fyzee, op. Cit, hal 26
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqih), PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1996, cet IV, hal 2
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Bumi Restu, Pelita II
1977/1978 hal 713
Syaidus Sahar, Asas-Asas Hukum Islam, Bandung, Alumni,1986, hal25
Coulson, History of Islamic Law, hal.11

Anda mungkin juga menyukai