Anda di halaman 1dari 2

SISTEM HUKUM INDONESIA

1. Badan Hukum dan Akta (Pengertian dan contoh)

Badan Hukum : suatu perkumpulan atau organisasi yang oleh hokum diperlakukan sebagai seorang manusia, pengemban hak dan
kewajiban, dapat memiliki harta kekayaan, dapat menggugat atau digugat di muka pengadilan. Contoh : PT, Yayasan, Koperasi, Negara.

Akta : Surat tanda bukti yang ditandatangani dan digunakan untuk membuktikan kebenaran dari apa yang tercantum atau tertulis
didalamnya.

Akta Autentik : Akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang diangkat oleh Pemerintah/ Negara dengan bentuk sesuai yang
ditentukan oleh undang-undang. Misalnya : Akta kelahiran, akta notaries, akta jual beli tanah.

2. Hubungan Kaidah Hukum dan Kaidah Agama

Kaidah hukum dapat dibedakan dari kaidah agama, tapi tidak dapat dipisahkan, karena Isi kaidah hukum sebagian besar berasal dari
kaidah agama.

3. Pengertian Dassolen dan Dassein beserta contohnya

Dassolen : Pernyataan normative yakni apa yang seharusnya dilakukan. Contoh : Setiap orang membeli harus membayar, dilarang
mencuri.

Dassein : Kenyataan atau peristiwa konkrit. Contoh : Ada orang membeli tapi tidak membayar, Banyak pencurian.

4. Hukum Publik dan Hukum Private

Hukum Publik / hukum negara: Hukum yang mengatur hubungan hukum antara Negara dengan perseorangan dan hubungan hukum
antara Negara dengan alat-alat perlengkapannya. Misal : Hukum pidana, hukum tata Negara.

Hukum privat / sipil : hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik beratkan
pada kepentingan perseorangan. Misal : Hukum perdata.

5. Syarat Perjanjian (Obyektif dan subyektif)

Subyektif :

1). Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; telah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal pokok dari isi perjanjian. Misal dalam jual
beli telah tercapai kesepakatan mengenai barang dan harga.

2). Kecakapan untuk membuat perikatan. Pada umunya setiap orang adalah cakap untuk melakukan perbuatan hukum kecuali mereka
yang belum dewasa atau dibawah pengampuan.

Obyektif :

3). Suatu hal tertentu. Jelas apa yang menjadi prestasi dari masing-masing pihak.

4). Suatu sebab yang halal. Isi perjanjian tidak bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum.

6. Pengertian dan Asas Hukum Pidana (Sebut dan jelaskan)

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang sanksi dari tindak pidana atau kejahatan.

Asas Hukum Pidana :

1). Non Retroaktivitas (tidak berlaku surut / mundur), tiada suatu perbuatan dapat dipidana/dihukum kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum
perbuatan dilakukan, kecuali pelanggaran HAM berat.
2). Presumption of innocence / praduga tidak bersalah, setiap orang yang ditangkap, ditahan atau dituntut karena disangka melakukan
suatu tindak pidana/kejahatan, berhak dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu siding
pengadilan dan mendapat keputusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

3). Setiap ada perubahan peraturan perundang-undangan, maka berlaku ketentuan yang paling mneguntungkan bagi tersangka.

4). Proporsionalitas, merupakan asas keseimbangan dalam melindungi kepentingan-kepentingan pelakukejahatan, korban kejahatan,
masyarakat dan Negara.

7. Asas dan pengertian Hukum Tata Negara


a. Asas Negara kesatuan, Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republic.
b. Asas Kedaulatan rakyat, kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
c. Asas Negara hukum, Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum, Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat)
d. Asas multi tugas Presiden, Selain sebagai kepala Negara, Presiden juga kepala pemerintahan. Selain itu, Presiden bersama
DPR membentuk Undang-undang.
e. Asas cabinet presidensial, Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar. Presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR.

8. Pengertian dan asas perkawinan (4) sebutkan dan jelaskan!

Perkawinan : ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Asas Perkawinan :

a. Monogami, Undang-undang ini menganut asas monogamy, hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan karena
hukum dan agama dari yang bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari satu.
b. Masak jiwa raga, calon suami istri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar supaya
dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan
sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih dibawah umur.
c. Mempersukar terjadinya perceraian, karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal dan
sejahtera, maka undang-undang ini mengandung prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian. Untuk memungkinkan
perceraian harus ada alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan didepan siding pengadilan.
d. Keseimbangan hak dan kedudukan, hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami baik dalam
kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga
dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami istri.

9. Hak-hak atas tanah (Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan) serta pencatatan dan pencabutan hak atas tanah.
a. Hak Milik (HM), adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat dimiliki orang atas tanah, dengan mengingat
bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi social.
b. Hak Guna Usaha (HGU), adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh negara dalam jangk waktu paling lama 25
(dua puluh lima) tahun (untuk perusahaan yang memerlukan waktu lebih lama, dapat diberikan untuk waktu 35 tahun) yang
mana dapat diperpanjang paling lama 25 tahun.
c. Hak Guna Bangunan (HGB), hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara atau tanah milik orang lain, yang member wewenang dan kewajiban yang ditentuan dalam keputusan pemberiannya
oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa
menyewa atau perjanjian pengolahan tanah.

Pendaftaran dan Pencabutan Hak atas tanah

a. Semua hak atas tanah wajib didaftarkan ke Bagian Pendaftaran Tanah, Badan Pertanahan Nasional oleh pemegangnya untuk
menjamin kepastian hukum dan merupakan bukti yang kuat terhadap pihak ketiga. Dalam hal ini pemegang hak atas tanah
akan mendapatkan suatu tandan bukti hak atas tanah yang lebih terkenal dengan sebutan Sertifikat Tanah.
b. Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas
tanah dapat dicabut dengan mendapatkan ganti rugi yang layak dan menurut cara yang diatur undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai