Anda di halaman 1dari 13

DIARE

A. Definisi
1. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.
2. Diare akut (Gastroenteritis) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan patogen parasitik (Wong. 2004) diare yaitu buang air besar
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam/ buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari.
3. Diare kronik yaitu diare lebih dari 4 minggu. Batasan waktu ini penting untuk
mempercepat pemastian diagnosis dan pengobatan. Dibanding dengan diare akut
yang sudah jelas permasalahannya, diare kronik lebih rumit dalam menegakkan
diagnosis dan penobatannya (Thomas, 2004).

B. Etiologi Dan Mekanisme Terjadinya Diare


1. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi virus : rotavirus, sdenovirus, norwalk
2. Infeksi bakteri : shigella, salmonella, e. Colli, vibrio cholera
3. Infeksi parasit : protozoa, E. Hystolitica, G. Lambia, Balantidum Coli,
cacing perut ascaris, trikuris, strongilodeus, jamur kandida
4. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronchopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor malabsorspsi ; karbohidrat (intoleransi laktose), lemak atau protein
c. faktor makanan : makanan basi, keracunan, alergi makanan
d. faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar
e. faktor immunodefesiensi
2. Mekanisme terjadinya Diare yaitu sebagai berikut :
Selain kuman ada beberapa perilaku yang dapat menimbulkan resiko diare
yaitu:
a. Gangguan osmotik
Tidak terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan rongga usus
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus, akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus, selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebih selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan rongga usus.
Menurut Suharyono (1999:56) sebagai akibat dari diare akut maupun kronis, dapat
terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Kehilangan air dan elektrolit Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Secara klinis, asidosis dapat
diketahui dengan memperhatikan pernafasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam
(pernapasan kusmaul).
b. Hipoglikemia
Hal tersebut dapat berupa lemas,apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma.
c. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi
penurunan berat badan.
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare yang dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa rejatan atau syok hipovolemik.
e. Komplikasi
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi
beberapa komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, bert, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Rejatan hipovolemik
3. Hipokalemia (grjala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi).
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).
C. Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI 2001, Diare diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu :
1. Dehidrasi berat : terdapat 2 atau lebih dari tanda – tanda : antara lain, letargi, atau
tidak sadar, mata cekung, turgor jelek (cubitan pada kulit perut kembalinya sangat
lambat)
2. Dehidrasi ringan/sedang: terdapat tanda- tanda : gelisah/rewel, mata cekung,
cubitan pada kulit perut kembalinya lambat.
3. Tanpa dehidrasi : tidak cukup tanda – tanda untuk diklasifikasikan dehidrasi ringan
maupun berat.
4. Diare persisten berat : jika diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
5. Disentri atau gangguan saluran cerna : terdapat darah dalam feses.

Adapun data klasifikasi diare yang dimaksud adalah :


Tanda/ gejala yang tampak Klasifikasi
Terdapat 2 atau lebih tanda – tanda berikut : Diare dengan dehidrasi
a. Letargis/tidak sadar berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum/malas minum
d. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda – tanda berikut : Diare dengan dehidrasi


a. Gelisah, rewel atau mudah marah ringan / sedang
b. Mata cekung
c. Haus, minum dengan lahap
d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat

Tidak cukup tanda – tanda untuk diklasifikasikan Diare tanpa dehidrasi


sebagai dehidrasi berat/ringan/sedang

Diare selama 14 hari atau lebih disertai dengan Diare persisten berat
dehidrasi

Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai tanda Diare persisten
dehidrasi

Terdapat darah dalam tinja (bercak campur darah) Disentri

D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien / Biodata
meliputi nama lengkap, alamat tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat tinggal, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orangtua,
dan penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari
c. Riwayat penyakit sekaran
1. Mula – mula bayi / anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja
berubag menjadi kehijauan karena bercampur empedu
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
4. Gejala muntah dapat dapat terjadi sebelum dan sesudah diare
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak seperti ubun-ubun cekung, turgor >2 detik, mata
cekung, BB turun.
6. Diuresis : terjadi oliguri (kurang 1 ml /kgbb/jam), bila terjadi dehidrasi.
Urine normal pada diare tanpa dehidrasi, urine sedikit gelap pada dehidrasi
ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)
d. Riwayat kesehatan meliputi
1. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak – anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan
pada pasien.
2. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena faktor
ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare (aston, 1993 : 83)
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, kejang yang terjadi sebelum, selama
atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala
infeksi lainnya yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronchopneumonia, dan ensefalitis. (Suharyono, 1999 : 59)
e. Riwayat Nutrisi (Depkes RI, 1999)
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi :
1. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4 - 6 bulan sangat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius.
2. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
menimbulkan pencemaran.
3. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan /sedang anak meras haus atau ingin minum
banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa
minum.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
1. Penampilan umum biasanya lemah, tanda – tanda penurunan kesadaran, bila
penyakit berat, mual, muntah, nyeri daerah perut, frekuensi BAB > 3 kali
dengan konsistensi cair, penurunan berat badan.
2. Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
3. Gelisah, rewel, (dehidrasi ringan/sedang)
4. Lemah, letih, Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Tanda – tanda vital
Adakah hipotensi, nadi lemah dan cepat, hipothermi/ hiperthermi, pola nafas
cepat / lambat.
c. Berat badan menurut S. Partono (1999), anak yang diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut :

% kehilangan berat badan


Tingkat dehidrasi
bayi Anak besar
dehidrasi ringan 5 % (50 ml/kg) 3 % (30 ml/kg)
dehidrasi sedang 5 – 10 % (50 – 100 ml/kg) 6 % (60 ml/kg)
dehidrasi berat 10 – 15 % (100 – 150 ml/kg) 9 % (90 ml/kg)
Persentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat
dirumah sakit. Sedangkan dilapangan, untuk menemukan dehidrasi, cukup
dengan menggunakan penilaian keadaan anak sebagaimana yang telah dibahas
pada bagian konsep dasar diare.
d. Kulit / sistem integumen
Turgor kulit biasanya jelek, kulit dingin dan lembab, mukosa kering, bibir
kering, lecet pada daerah anus, mata cekung, ubun – ubun cekung pada bayi.
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu
dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari. Apabila
turgor kembali dengan cepat (< 2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi.
Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali > 2 detik) ini termasuk
dehidrasi berat. Perubahan warna kulit (pucat), akral dingin, adakah gejala
kesemutan dan baal.
e. Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun – ubunnya
biasanya cekung.
f. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan atau sedang, kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
g. Mulut dan lidah
1. Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2. Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3. Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
h. Abdomen/ sistem pencernaan
Pemeriksaan bising usus biasanya peristaltik meningkat, kembung, apakah
disertai muntah. Kemungkinan mengalami distensi, keram, dan bising usus
yang meningkat.
i. Anus.
Apakah ada iritasi pada kulitnya misalnya lecet atau kemerahan
j. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium yaitu :
a. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan
kultur
b. Test malabsobrpsi yang meliputi karbohidrat (pH, clini test), lemak dan
kultur urine.

c. Pemeriksaan darah lengkap, hitung jenis, LED dillakukan untuk


melihat adanya inflamasi atau infeksi di usus. LED yang tinggi, kadar
Hb dan albumin yang rendah menunjukkan kelainan organik. Jika
didapatkan anemia, perlu dilanjutkkan pemeriksaan defisiensi Fe,  asam
folat dan vitamin B12 karena gangguan absorbsi. Kadar asam folat yang
rendah menunjukkan penyakit seliak. Kadar B12 yang rendah
menunjukkan overgrowth bacteria dalam usus. Hipoalbuminemia
menunjukkan tanda kehilangan protein karena radang di jejunum, ileum,
colon atau sindroma malabsorbsi. Eosinofil meningkat didapatkan pada
alergi makanan.
d. Pemeriksaan darah biasanya leuksositosis bila terdapat infeksi.
E. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : Bakteri masuk dlm intestinal Gangguan
Klien mengatkan sering keseimbangan
BAB dan mencret Iritasi usus carian dan
DO : elektrolit
- BAB > 3 kali sehari Peristaltik usus meningkat
- Konsistensi feses cair
- Turgor kuli jelek Transit time untuk absorpsi
- Mata cekung terganggu
- Output urine
berkurang Sari-sari makanan sulit diserap
- Kadar elektrolit
menurun Air dan garam mineral terbawa ke
- BJ urine > 1,3 usus
- Ditemukan kuman
Cairan & elektrolit terbuang lewat
pada feses
feses

DS : Masuknya bakterial dlm intestinal Gangguan


Klien mengatakan pemenuhan
badannya lemas Fungsi intestinal terganggu kebutuhan nutrisi
DO :
- BAB > 3 kali sehari Peningkatan peristaltik usus
- Klien tampak lemah Sari-sari makanan sulit diserap
- Klien mual, muntah
- Bising usus Air dan garam mineral terbawa ke
meningkat usus
- Berat badan menurun
Kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi

DS : Peningkatan peristaltik usus Gangguan rasa


Klien mengatakan nyaman: nyeri
perutnya kembung dan Penurunan pergerakan spincter abdomen atasi
teras sakit distensi abdomen
DO : Terjadi pergerakan dan spasme pada
- Abdomen teraba intestine
distensil
- Bising usus lebih dari Kram abdomen
normal dan distensi abdomen
- Klien tampak
memegang perutnya

DS : Peningkatan peristaltik usus Gangguan


Klien mengatakan susah pemenuhan
tidur karena sering BAB Frekuensi BAB berlebih disertai kebutuhan
dan perutnya terasa sakit kram distensi abdomen istirahat: tidur
DO :
- BAB > 3 kali sehari Susunan saraf simpatis terangsang
- Abdomen teraba untuk mengaktifasi RAS dalam
distensil mengaktifkan kerja organ
- Klien tampak lesu
- Mata cekung, REM menurun
konjuntiva pucat
Klien terjaga
DS : Kebersihan alat tenun dan pakaian ya Potensial
Klien mengatakan sering tdk diperhatikan terjadinya infeksi
BAB dan BAB-nya cair
DO : Memudahkan kuman penyebab diare
- BAB > 3 kali sehari masuktubuh klien dan mudah
- Alat tenun dan
pakaian basah dan Dapat menyebarkan infeksi baik
kotor pada klien itu sendiri, keluarga atau
klien lain

Potensial infeksi

DS : Kurangnya pengetahuan klien Gangguan rasa


klien menanyakan tentang penyakitnya aman : cemas
tentang keadaan
penyakitnya Merupakan stressor
DO :
- Ekspresi wajah klien Takut akan mengancam dirinya
tampak cemas
- Klien tampak murung Kecemasan

DS : BAB yang terus menerus Kerusakan


Ibu mengatakan anus integritas kulit
anaknya lecet Anus dan kuilit bokong lecet, gatal
DO : dan kemerahan
Bokong dan anus lecet,
kemerahan dan gatal- Kerusakan integritas kulit
gatal
DS : Masuknya bakteri dalam intestinal Resiko terjadi
Ibu mengatakan BAB shock
mencret dan sering lebih Iritasi usus hipovolemik
dari 3 kali sehari
DO : Peningkatan produk-produk seretorik
Mata cekung, letargi, (mukus)
takikardia, turgor jelek,
nafas cepat, Peningkatan motilitas usus

Banyak air dan elektrolit terbuang

Shock hipovolemik

F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektolit: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan peristaltic usus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah
3. Potensial terjadi infeksi nosokomial berhubungan dengan bab terus menerus
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
kerja tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan BAB terus menerus
6. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen
7. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penyakit
8. Resiko terjadinya shock hipovolemik

G. Rencana Asuhan Keperawatan


DX Tujuan Intervensi Rasional
1 - Jangka panjang 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui status kesehatan
Pemenuhan kebutuhan klien saat ini
cairan terpenuhi 2. Observasi tanda-tanda 2. Mengetahui derajat dehidrasi
- Jangka pendek dehidrasi klien
Kebutuhan cairan dan 3. Berikan cairan dan 3. Memberikan nutrisi sebagai
elektrolit terpenuhi elektrolit secara oral pengganti cairan yang keluar
dan kriteria : 4. Ukur intake dan output 4. Mengetahui asupan dan
 BAB 1x/ hari pengeluaran klien
 Output – intake 5. Perhatikan pemberian 5. Mencegah terjadinya overload
seimbang cairan infus (ggt/menit), dalam tubuh klien
 Turgor < 2 detik nutrisi parenteral, NGT dll.
 Kulit lembab 6. Hitung output urine, BAB, 6. Mengetahui jumlah cairan
 Mata tidak cekung keringat dll yang keluar
7. Lakukan pemeriksaan 7. Mengetahui keadaan urine
 Tanda-tanda vital
penunjang laboratorium dan biakan feses klien
dlm batas normal
8. Kolaborasi pemberian 8. Mencegah terjadinya reaksi
 Kadar elektrolit
terapi antibiotik infeksi
normal
 BJ urine 0,010 –
0,025

2 Jangka panjang 1. Berikan nutrisi dlm porsi 1. Mencegah ras mual dan
Kebutuhan nutrisi sedikit tapi sering muntah
terpenuhi 2. Kolaborasi pemberian 2. Mengurangi rasa mual dan
Jangka pendek terapi antikolinergik dan muntah klien
Kriteria antiemetik
- BB seimbang 3. Hindari pemberian susu 3. Mencegah terjadinya mencret
dengan TB sampai 2 minggu yang berulang
- Mual muntah 4. Timbang berat badan setiap 4. Mengetahui perkembangan
berkurang hari kesehatan klien
- Bising usus normal 5. Berikan nutrisi diet lunak 5. Memudahkan klien dalam
- Tidak lemah mencerna makanan

3 Jangka panjang 1. Ciptakan lingkungan yang 1. Meningkatkan kenyaman


Kebutuhan istirahat tenang dan nyaman klien dan istirahat
tidur terpenuhi 2. Ganti alat tenun dan 2. Mencegah terjadinya
Jangka pendek pakaian setiap hari decubitus
Istirahat tidur 3. Atur posisi tidur klien 3. Memberikan kenyamanan
terpenuhi dan kriteria : senyaman mungkin dalam istirahat
- Tidur 6 -7 jam/hari 4. Kolaborasi pemberian 4. Membantu mempercepat
- Tidak pucat terapi proses tidur klien
- Konjuntiva tidak
anemis/merah muda

4 Jangka panjang 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan


Jangka pendek kesehatan klien saat ini
kebutuhan rasa 2. Atur posisi tidur senyaman 2. Meningkatkan relaksasi klien
nyaman terpenuhi mungkin: setengah duduk
dengan kriteria : 3. Ajarkan dan anjurkan 3. Menimbulkan perasaan
- Rasa nyeri teknik relaksasi distraksi. nyaman
berkurang 4. Kolaborasi pemberian 4. Mengurangi rasa nyeri pada
- Bising usus normal terapi analgetik klien

5 Jangka panjang 1. Ganti popok sesering 1. Menjaga kulit tetap bersih dan
Dalam waktu 7 hari mungkin kering
integritas kulit klien 2. Bersihkan bokong perlahan- 2. Untuk membersihan yang
terjaga lahan dengan sabun lunak, lembut karena feses diare
Jangka pendek non alkali dan air, celupkan sangat mengiritasi kulit
Dalam waktu 3 hari anak dalam bak)
kerusakan integritas 3. Beri salf 3. Untuk melindungi kult dari
kulit tidak terjadi iritasi
dengan kriteria : 4. Berikan obat anti jamur yang 4. Untuk mengobati infeksi
- Kuilt anus dan tepat jamur kulit
bokong tidak lecet,
tdk gatal-gatal

6 Jangka panjang 1. Bila klien BAB 1. Mencegah penularan dini


Dalam waktu 1 secepatnya dibersihkan penyakit
minggu Infeksi tidak dengan menggunakan
terjadi handscoen
Jangka pendek 2. Alas tenun kotor segera
Dalam waktu 3 hari diganti dengan yang 2. Mencegah tempat penyebaran
Infeksi nosokomial bersih kuman
tidak terjadi dengan 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Meminimalkan resiko
kriteria : sesudah melakukan terjadinya infeksi
- Penyakit tidak tindakan
menular kepada
klien lain, perawat
dan keluarga

7 Jangka panjang 1. Beri perawatan mulut dan 1. Untuk memberikan rasa


Dalam waktu 7 hari empeng untuk bayi nyaman
semas tidak terjadi 2. Dorong kunjungan dan 2. Mencegah stres karena
Jangka pendek partisipasi keluarga dalam perpisahan dan
Dalam waktu 3 hari perawatan sebanyak yang meningkatkan rasa nyaman
cemas tidak terjadi mampu dilakukan keluarga
dengan kriteria: 3. Sentuhan, gendong dan 3. Mengurangi stres dan
- Ekspresi ibu bicara pada anak sebanyak meningkatakan rasa nyaman
tenang dan mungkin
nyaman 4. Beri stimulasi sensoris dan 4. Memberikan stimulasi bagi
pengalihan yang sesuai pertumbuhan dan
dengan tingkat perkembangan yang optimal
perkembangan anak dan
kondisinya
8 Jangka Panjang 1. Pantau Tanda-Tanda Vital 1. Hipotensi Takikardia,
Dalam Waktu 7 Hari Menunjukkan Gejala Shock
Tidak Terjasi Shock 2. Palpasi Nadi Perifer 2. Deteksi Dini Shock, Kolaps
Jangka Pendek Sirkulasi
Shock Tidak Terjadi 3. Pantau Haluaran Urine 3. Menentukan Kebutuhan
Dengan Kriteria : Penggantian Cairan
- Klien compos 4. Pantau Peningkatan 4. Perbaikan Cairan Terlalu
Mentis Tekanan Darah Tiba-Tiba Cepat Dapat Menurunkan
- TTV normal Gelisah Sistem Cardiopulmonal
DAFTAR PUSTAKA

1. FKUI (2002), Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta

2. Guyton, (1995), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 7. Buku 1. ECG : Jakarta.

3. Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. EGC: Jakarta.

4. Price dan Wilson . (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


EGC: Jakarta.

5. Wong. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai