Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Keperawatan Jiwa
Program Profesi Ners XVI

Disusun Oleh :
HARIYADI, S.Kep
NIM : 4012210034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-16
TAHUN AKADEMIK 2021

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id

A. .LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sudden).
      Halusinasi adalah persepsi adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar (Maramis, halaman 119).
Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori: suatu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan
sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Selain itu halusinasi juga bisa diartikan sebagai persepsi sensori
tentang suatu objek, gambaran dan fikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan dari luar meliputi semua sistem pengindaraan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan) (Cook dan Fontaine,
1987 dalam Fitria 2012).

2. Rentang Respon
Rentang  respons neurobiolgis

Respon adaftif Respon maladaptif

- Pikiran logis - Distrosi pikiran - Gangguan pikir /


- Persepsi akurat (pokiran kotor) delusi
- Emosi konsisten - Ilusi - Halusinasi
dengan - Reaksi emosi - Prilaku
pengalaman berlebihan atau disorganisasi
- Prilaku sesuai kurang - Isolasi sosial
- Prilaku aneh dan
tidak biasa

3. Faktor Predisposisi
1. Biologis: Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neurobiologik
yang maladaptif. Misalnya, adanya lesi pada area frontal, temporal dan
limbic yang paling berhubungan dengan munculnya perilaku psikotik.
2. Psikologis: Selama lebih dari 20 tahun schizofrenia diyakini sebagai
penyakit disebabkan sebagian oleh keluarga dan sebagian lagi oleh
karakyer individu itu sendiri.
3. Sosial budaya: Bebrapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan,
ketidakharmonisan, sosial dan budaya menyebabkan schizofrenia.

4. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini menyatakan bahwa stress lingkungan
dapat menyebabkan terjadinya respon neurobiologist yang maladaptive,
misalnya lingkungan yang penuh dengan kritik (rasa bermusuhan),
kehilangan kemandirian dalam kehidupan/kehilangan harga diri, kerusakan
dalam hubungan interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan
kemiskinan (Depkes, 2000).

5. Manisfestasi Klinis/Tanda dan gejala


1. Bicara, senyum, bicara sendiri
2. Menarik diri dan menghindari diri dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat menurunkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, dan lingkungan,
takut)
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
7. Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon
verbal yang lambat
8. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tanpak tremor dan
berkeringat, perilaku panik, agitas dan ketakutan
9. Biasa terdapat disrientasi waktu
Data Mayor Data Minor
- Mengatakan mendengar - Menyatakan kesal
suara bisikan/bayangan - Menyatakan senang dengan
- Berbicara sendiri suara-suara
- Tertawa sendiri - Menyendiri
- Marah tanpa sebab - Melamun

6. Tahapan dan tingkatan halusinasi


1. Comporting → cemas sedang, halusinasi merupakan kesenangan
a. Karakteristik: Non psikotik, merasa cemas, kesepian, bersalah, takut
sehinggamencoba berpikir hal-hal menyenangkan, halusinasi masih
dapat dikontrol
b. Observable patient behaviors: Tersenyum/tertawa sendiri, bicara
tanpa bersuara, rapid eyes movement, bicara pelan, diam dan
preoccupied
2. Condemnine → cemas berat, halusinasi menjadi refulsif
a. Karakteristik: Nonspesifik pengalaman sensori menjadi
menakuitkan, klien merasa hilang kontrol dan merasa dilecehkan
oleh pengalaan sensori tersebut, menarik diri dari orang lain
b. Observable patient behaviors: Peningkatan aktivitas sistem saraf
otonom, peningkatan denyut jantung, respirasi dan tekanan darah.
3. Controlling → cemas berat, halusinasi tidak dapat ditolak
a. Karakteristik: Klien menyerah terhadap halusinasinya, halusinasi
menjadi lebih mengancam
b. Observable patient behaviors: Mengikuti perintah halusinasinya,
sulit berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak dapat
mengikuti perintah dari perawat.
4. Conquering → panik, klien dikuasai oleh halusinasinya
a. Karakteristik: Pengalaman sensori menjadi menakutkan dan
mengancam jika tidak mengikuti perintahnya
b. Observable patient behaviors: Pelaku panik, resiko tinggi
mencederai diri sendiri/orang lain,m,m aktivitas menggambarkan isi
halusinasi seperti perilaku kekerasan, gelisah, isolasi
sosial/katatonia.
7. Klasifikasi
1. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
stimulkus yang nyata/lingkungan. Dengan kata lain yang berada disekitar
klien tidak mendengar bunyi atau suara yang didengar klien tersebut.
2. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus
yang nyata dari lingkungan
3. Halusinasi penciuman
Klien mencium sesuatu yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang  nyata
4. Halusinasi pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak
5. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata

8. Sumber Koping
Merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang ada dilingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan
modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.

9. Mekanisme Koping
Merupakan tiap upaya yang diarahkanpada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme
pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
1. Regresi, merupakan upaya kliuen untuk menanggulangi ansietas
2. Proyeksi, sebagai upaya menjelaskan keracunan persepsi
3. Menarik diri

10. Pohon Masalah

Effect Risti Prilaku Kekerasan

Core problem Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

11. Masalah Keperawatan Dan Data Fokus Pengkajian


1. Masalah keperawatan
a. Resiko tinggi prilaku kekerasan
b. Perubahan sensori perceptual : halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronis
2. Data fokus pengkajian
No Data Masalah
1 DS: Resiko mencederai diri,
- Klien mengatakan marah dan orang lain dan
jengkel kepada orang lain, ingin lingkungan
membunuh,  ingin membakar dan
mengacak-ngacak lingkungan dll
DO:
- Klien mengamuk, merusak, dan
melempar barang, melakukan
tindakan kekerasan kepada orang
disekitarnya
2 DS: Perubahan sensori
- Klien mengatakan mendengar bunyi perceptual: halusinasi
yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran
tanpa ada stimulus yang nyata dll.

DO:
- Klien berbicara sendiri
- Klien bersikap seperti
mendengar/melihat sesuatu
- Disorientasi

3. Diagnoasa keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan perceptual: halusinasi
b. Perubahan sensori perceptual: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
12. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ....x pertemuan SP 1 (Tanggal …………..)
- Mengenali pasien dapat - Bantu pasien mengenal
halusinasi menyebutkan : halusinasinya (Isi, waktu,
yang - Isi, waktu, frekuensi, frekuensi, situasi pencetus,
dialaminya situasi pencetus, perasaan)
- Mengontrol perasaan - Latih mengontrol
halusinasinya - Mampu halusinasinya dengan cara
- Mengikuti memperagakan cara menghardik. Tahapan
program dalam mengontrol tindakannya meliputi :
pengobatan halusinasi  Jelaskan cara menghardik
halusinasinya
 Peragakan cara menghardik
 Minta pasien
memperagakan ulang
 Pantau peberapan cara ini
beri penguatan perilaku
pasien
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah ...x pertemuan, SP 2 (Tanggal ………………..)
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP
- Menyebutkan 1)
kegiatan yang sudah - Latih berbicara dengan orang
dilakukan lain saat halusinasi muncul
- Memperagakan cara - Masukan dalam jadwal
bercakap-cakap kegiatan pasien
dengan orang lain
Setelah ...x pertemuan, SP 3 (Tanggal ………………..)
pasienmampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan (SP 1 dan SP 2)
kegiatan yang sudah - Latih kegiatan agar halusinasi
dilakukan dan tidak muncul. Tahapannya :
- Membuiat jadwal - Jelaskan pentingnya
kegiatan sehari-hari aktivitas yang teratur
dan mampu untuk mengatasi
memperagakannya halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh
pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun pagi sampai
malam hari)
- Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhdap
perilaku pasien yang
positif
Setelah ...x pertemuan, SP 4 (Tanggal ………………..)
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan (SP 1, 2, 3)
kegiatan yang sudah - Tanyakan program
dilakukan pengobatan
- Menyebutkan - Jelaskan pentingnya
manfaat dari penggunaan obat pada
program pengobatan gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
- Jelaskan akibat putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan pengobatan (5B)
- Latih pasien minum obat
- Masukan dalam jadwal harian
pasien
Keluarga Setelah...x pertemuan SP 1 (Tanggal ………………..)
mampu : keluarga mampu - Identifikasi masalah keluarga
- Merawat menjelaskan tentang dalam merawat pasien
pasien di halusinasi - Jelaskan tentang halusinasi :
rumah dan  Pengertian hakusinasi
menjadi sistem  Jenis halusinasi dalam
pendukung pasien
yang efektif  Tanda dan gejala’
untuk pasien.  Cara merawat pasien (cara
komunikasi, pemberian
obat, dan pembetrian
aktivitas kepada pasien)
- Sumber sumber pelayanan
kesehatan yang bisa di
jangkau
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
Setelah ...x pertemuan, SP 2 (Tanggal ………………..)
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan
- Menyelesaikan keluarga (SP 1)
kegiatan yang sudah - Latih keluarga merawat
dilakukan pasien
- Memperagakan cara - RTL keluarga/jadwal
merawat pasien keluarga untuk merawat
pasien
Setelah ...x pertemuan, SP 3 (Tanggal ………………..)
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan
- Menyebutkan keluarga (SP 2)
kegiatan yang sudah - Latih keluarga merawat
dilakukan pasien
- Memperagakan cara - RTL keluarga/jadwal keluarga
merawat pasien serta untuk merawat pasien
mampu membuat
RTL
Setelah ...x pertemuan SP 4 (Tanggal ………………..)
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan
- Menyebutkan keluarga
kegiatan yang sudah - Evaluasi kemampuan pasien
dilakukan - RTL keluarga :
- Melaksanakan follow  Follow up
up rujukan  Rujukan

A. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendekatkan telinga kearah tertentu, dan menutup telinga. Klien
mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara
yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
2) Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
3) Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya.
4) Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan Menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar
klien.
 Bantuan klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi.
 Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi
b. Peragakan cara menghardik halusinasi
c. Minta Klien memperagakan ulang
d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien
yang sesuai.
e. Masukan dalam jadwal kegiatan klien.

2. Strategi Komunikasi
a) Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, assalamualaikum… Boleh saya kenalaln dengan Ibu?
Nama saya…, boleh panggil saya… Saya mahasiswa keperawatan …
saya sedang praktik disini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tahu nama Ibu siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
2) Evaluasi /validasi data
“ Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”
3) Kontrak
a. Topik: “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol tentang apa ya? Bagaimana
kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu
dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa!”
c. Tempat: “Di mana kita duduk? Di teras? Di kursi Panjang itu,
atau mau dimana?”

b) Fase Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu/orang/bayangan/mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik.”
“Caranya seperti ini:
 “Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi saya tidak
mau dengar.. Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Ibu
peragakan! Nah begitu…Bagus!Coba lagi!. Ya bagus Ibu sudah
bisa.”

 “Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi saya
tidak mau lihat… saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-
ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan!
Nah begitu …Bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”

c) Fase Terminasi
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang
tidak dengan latihan tadi?”

 Evaluasi Objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, Panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi?”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar
tidak muncul lagi.”

 Rencana Tindak Lanjut


“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?”.
(Masukkan kegiatan Latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien).

 Kontrak yang akan datang


a. Topik:”Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara
itu muncul?”
b. Waktu:”Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
09.30 WIB, bisa?”
c. Tempat:”Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di
mana ya, apa masih disini atau cari tempat yang nyaman? Sampai
jumpa besok. Waalaikumsalam,..”
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa Bogor

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika

Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori & tindakan keperawatan


Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa

Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta

Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya; Airlangga


University Press.

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan
dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid.
3rd ed. Jakarta : EGC

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi ; 1.


Bandung; RSJP

Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai