Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Angkatan XVI


Departemen Keperawatan Jiwa

OLEH:

HARIYADI, S.KEP

NIM: 4012210034

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINA PUERA BANJAR
2021
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck,
1998).
Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, hilang percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1998).

B. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap dirinya sendiri (mengkritik/menyalahkan dirinya
sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri sendiri
6. Mengkritik dirinya sendiri
7. Perasaan tidak mampu
8. Pandangan hidup yang pesimistis
9. Tidak menerima pujian
10. Penurunan produktivitas
11. Penolakan terhadap kemampuan diri
12. Kurang memperhatikan perawatan diri
13. Lebih banyak menunduk
14. Selera makan berkurang
15. Bicara lambat dengan suara pelan
C. Rentang Respon

Respon Respon
Adaptif Maladapitf

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonali


Diri Positif Rendah Identitas sisasi

1. Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses yang dapat diterima.
2. Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun ynag
negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa rendah dari orang lain.
4. Keracunan identitas: kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi: perasan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

D. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.
E. Faktor Presipitasi
Faktor prepitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktifitas. Gangguan konsep diri : harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1. Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional
bisa disebabkan secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, mengalami
kecelakaan, menjadi korban kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau
menjadi narapidana karena masuk penjara.
2. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan
menjadi semakin meningkat saat dirawat.

F. Akibat (Effect)
Harga diri rendah kronis dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi
sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial dapat mengakibatkan
perubahan persepsi sensori.

G. Teori para ahli mengenai Harga diri rendah


Peplau dan Sulvian dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa pengalaman
interpersonal dimasa lalu atau tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut
usia yang tidak menyenangkan, merasa sering dipersalahkan, atau merasa
tertekan kelak, akan menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal
ini dapat menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping
yang digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah.
Caplan dalam keliat (1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,
pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan, ditolak serta tidak dihargai akan mempengaruhi individu.
Keadaaan seperti ini dapat menyebabkan strees dan menimbulkan
penimpangan perilaku seperti harga diri rendah kronis.

H. Pohon Masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan

                                                                  
Effect                         Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

                                                                  
Core Problem                   Harga Diri Rendah Kronis

Causa                              Koping Individu Tidak Efektif

Sumber: Fitria (2019)

I. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping  jangka pendek dan
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri yang menyakitkan.
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas (misal : bermain musik, bekerja keras, menonton tv)
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara
(ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik,
kelompok/geng).
c. Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri (misalnya
olahraga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk
mensapatkan popularitas)
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu
(misal : Penyalahgunaan obat)
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh
orang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi
dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif : Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat
diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.

J. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Harga diri rendah kronik
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
5. Resti prilaku kekerasan
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN

A. Analisa Data

No Data Masalah
1 Data Mayor Gangguan konsep diri:
- DS: Klien hidup tidak bermakna, tidak HDR
memiliki kelebihan           apapun,
merasa jelek
- DO: Kontak mata kurang, tidak
berinisiatif untuk berinteraksi dengan
orang lain.

Data Minor
- DS: Klien mengatakan malas, putus asa,
ingin mati
- DO: Klien malas-malasan, Produktivitas
menurun
2 Data Mayor Isolasi Sosial: Menarik
- DS: Klien mengatakan malas diri
berinteraksi, mengatakan orang lain tidak
mau menerima dirinya, merasa orang lain
tidak selevel.
- DO: menyendiri, mengurung diri, tidak
mau bercakap-cakap dengan orang lain

Data Minor       :
- DS : Curiga dengan orang lain,
mendengar suara/melihat bayangan,
merasa tidak berguna
- DO: Mematung, mondar-mandir tanpa
arah, tidak berinisiatif berhubungan
dengan orang lain.

3 Data Mayor Berduka disfungsional


-DS: Mengungkapkan tak berdaya dan tak
ingin hidup lagi
-DO: Mengungkapkan sedih karena tidak naik
kelas/ kehilangan seseorang

Data Minor
-DS: Ekspresi Wajah sedih
-DO: Tidak ada kontak mata ketika diajak
bicara

B. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan
Pasien mampu:
- Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
- Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
- Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
Keluarga mampu:
- Merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif    bagi pasien

Kriteria Evaluasi Intervensi

Setelah ….x pertemuan SP I (Tanggal …………………..)


klien mampu: - Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki.
- Mengidentifikasi - Diskusikan bahwa pasien masih memiliki
kemampuan aspek sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
positif yang dimiliki kegiatan pasien di rumah adanya keluarga dan
- Memiliki lingkungan terdekat pasien.
kemampuan yang - Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap
dapat digunakan kali bertemu dengan pasien penilaian yang
- Memilih kegiatan negatif.
sesuai kemampuan - Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
- Melakukan kegiatan - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
yang sudah dipilih masih digunakan saat ini
- Merencanakan - Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
kegiatan yang sudah penguatan terhadap kemampuan diri yang
dilatih diungkapkan pasien.
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif.
- Pilih kemampuan yang akan dilatih.
- Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang
akan pasienlakukan sehari-hari.
- Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang
dapat pasien lakukan secara mandiri.
- Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga.
- Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
- Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien.
- Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.
- Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan
urutan kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang
akan dilatihkan.
- Bersama pasien dan keluarga memperagakan
beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien.
- Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan pasien.
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
- Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan.
- Beri pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan
perubahan sikap.
- Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan keluarga.
- Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa
keluarga mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien
SP 2 (Tanggal …………………..)
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
- Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang dipilih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

SP 3 (Tanggal …………………..)
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
- Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah ….x pertemuan SP 1 (Tanggal …………………..)


keluarga mampu : - Identifikasi masalah yang dirasakan dalam
- Mengidentifikasi merawat pasien
kemampuan yang - Jelaskan proses terjadinya HDR
dimiliki pasien - Jelaskan tentang cara merawat pasien
- Menyediakan - Main peran dalam merawat pasien HDR
fasilitas untuk pasien -  Susun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
melakukan kegiatan merawat pasien
- Mendorong pasien SP 2 (Tanggal …………………..)
melakukan kegiatan - Evaluasi kemampuan SP 1
- Memuji pasien saat - Latih keluarga langsung ke pasien
pasien dapat - Menyusun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
melakukan kegiatan merawat pasien
- Membantu melatih SP 3 (Tanggal …………………..)
pasien - Evaluasi kemampuan keluarga
- Membantu menyusun - Evaluasi kemampuan pasien
jadwal kegiatan - RTL keluarga :
pasien Follow Up
- Membantu Rujukan
perkembangan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa Bogor

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:

Salemba Medika

Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., teori & tindakan keperawatan

Jiwa.Jakarta; Yankes RI Keperawatan Jiwa

Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta

Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya; Airlangga

University Press.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi; 1.

Bandung; RSJP

Anda mungkin juga menyukai